Share

07 - Takut

"Jangan takut dengan apa pun dan sama siapa pun. Tapi, takutlah jatuh saat mengenal aku."

~

Raja Aleandra

šŸšŸšŸ

Kejadian kemarin lalu menyisakan rasa takut yang tak dapat diartikan oleh Ratu. Pertemuannya dengan Raja tak seramah sebelumnya, dia yang begitu lancang mengatakan hal seperti itu. Kenapa juga dia menjauhi lelaki baik itu yang jelas-jelas telah menolongnya. 

Jemari lentiknya memijat pelipisnya yang terasa pening karena memikirkan banyak permasalahan yang terus bermunculan. Dan permasalahan itu dibuat olehnya sendiri. 

Rasa ketakutannya terhadap lelaki membuatnya tak bisa mengontrol. Akan sulit baginya berteman dengan lelaki mana pun, dan juga akan sangat sulit bagi Ratu membuka hatinya. 

"Gue harus minta maaf sama dia. Lagipula dia baik." Ratu memainkan ponselnya, baru disadari jika niatnya tidak bisa ia laksanakan. Dia tidak punya kontak orang itu. 

Tringgg .... 

Suara notifikasi muncul membuyarkan lamunannya. Pesan instagram dari netizennya yang lagi-lagi mencoba mengganggu ketenangannya. 

@Rjaaleandra_ : " Kemarin bukan lo yang gue temui kan?"

Ratu mengernyitkan dahinya, dia kebingungan siapa sebenarnya netizen yang seringkali mencoba mendekatkan diri kepadanya. 

Jika dilihat dari akun instagramnya, orang ini tidak mengekspos wajahnya. Hanya beberapa foto dirinya yang tengah berpose membelakangi. 

@Rjaalendra_ : "Enggak mau tau gitu gue siapa?"

Siapa? Dia siapa? Pertanyaanya bergelantungan dalam pikirannya. 

@Rtunandlri :"Sorry. Gue bukan tipe orang yang sok mau tau urusan orang. Stop julid, kalau emang lo gamau gue julid balik."

Cepat, pesan Ratu kembali dibalas oleh pemilik akun tersebut. 

@Rjaaleandra_: "Justru gue seneng kalau lo ngebikin gue benci sama lo. Biar akhirnya jatuh cinta."

Ratu tak habis pikir dengan jawaban lelaki itu. Sampai gadis itu bertanya pada layar handphonenya sendiri. 

"Mau lo apa sih?" tanyanya gemes.

@Rjaaleandra_: "Gue mau kita ketemu. Biar tau siapa gue."

@Rtunandlri :"Ngapain juga gue ketemu sama lo? Kayak enggak ada kerjaan aja!"

@Rjaalendra_ :" Ada kok. Kerjaanya kan mengurangi rasa penasaran lo."

Ratu melempar handphonenya kesal, data selulernya langsung dia matikan. Gadis itu merebahkan tubuhnya bagai serabutan kapas, rambut panjangnya berantakan. 

Kedua matanya menatap langit-langit kamar yang bercat putih polos banyak sarang hewan kecil. 

"Sampai kapan pun gue nggak bisa berteman dengan lawan jenis. Siapa pun, berasal dari mana pun, dan mau sebaik gimana pun." Matanya terlelap begitu saja setelah dia mengatakan hal itu. 

***

Putri mematut penampilannya di depan cermin, seragam sekolah barunya kini telah melekat di tubuh mungilnya. 

Dengan bahagia, dia memanggil Raja yang tengah menikmati roti bakar. 

Teriakan sang adik tak membuatnya terganggu, lelaki itu tetap terdiam sembari memakan rotinya dengan lahap. 

"Cepetan, anterin gue!" 

"Iya. Bentar." Raja masih melahap rotinya, ditambah menyeruput segelas susu. 

"Cepetan! Nanti gue bisa terlambat!" 

"Bawel banget sih lo. Mendingan lo sarapan dulu," ucapnya, Raja menyodorkan sepiring roti dengan selai coklat. "Tinggal lo makan."

Akhirnya, Putri menerima sarapan itu dan memakannya dengan lahap. 

Hanya memakan beberapa menit roti di tangannya telah habis. 

Gadis itu menarik lengan kakaknya keluar rumah. Raja hanya geleng-geleng melihat adiknya yang sangat antusias berangkat ke sekolah barunya. 

Raja pun menyalakan motor besarnya yang berwarna merah. Tak lupa mengenakan helm full face membuat wajah tampannya tersembunyi. Meski pakaiannya sederhana, hanya kaos oblong warna hitam juga celana pendek, tapi dia terlihat tampak keren. 

Dengan kecepatan tinggi Raja melajukan jalannya. Hingga tak lama mereka sampai di sekolah SMAN Permata Indah. Keduanya menjadi pusat perhatian, bahkan ada beberapa orang yang iri melihat keduanya. 

Tiga gadis yang berdiri mematung dekat mading ikut tercengang melihatnya. Apalagi Asya sangat terpesona melihat dua orang itu yang dianggapnya pasangan serasi. 

"Cowok itu kayaknya tampan deh. Buka helmnya kek," ucap salah satu siswi yang melewati Ratu. 

Saat Ratu menilik lagi wajah gadis di belakang lelaki misterius itu, dia tampak terkejut yang nyatanya itu adalah Putri, sahabatnya sendiri. 

"Putri?" ucapnya lirih. 

Vera menoleh saat mendengar ucapan Ratu yang samar. Benar saja, gadis itu sahabat keduanya saat di SMP dulu. 

Vera juga Ratu saat senang melihat gadis itu akan sekolah di sini karena terlihat dari seragam baru yang ia kenakan. Saat itu pula, Putri melihat dua sahabatnya. Sontak saja dia cepat berlari dan memeluk kedua sahabatnya. 

Raja di balik helm sangat terkejut melihat sosok Ratu yang nyatanya teman dekat adiknya. 

"Aaaahh gue seneng lo masuk ke sekolah ini." Vera tampak begitu senang dengan kehadiran Putri begitu juga Ratu. Mereka bertiga tidak melepaskan pelukannya. Hingga datang Asya dengan wajah menekuk karena kehadirannya merasa asing. 

"Eh iya. Kenalin, ini Asya. Sahabat kita." Ratu paham dari mimik wajah sahabat yang satunya terlihat tak menyukai dengan kehadiran Putri. 

Putri tersenyum manis, melambaikan tangannya dan mengulurkan tangannya. "Hai, gue Putri."

Meski malas, Asya tetap membalas uluran tangan itu dan tetap tersenyum. 

Raja tak mau jika Ratu mengetahui jika dia kakaknya Putri. Cepat, dia menyalakan motornya. Tapi, Putri menghentikannya hingga dia kembali mematikan mesin motornya. 

"Bentar. Lo harus kenalan dulu sama sahabat-sahabat gue!" Putri mencekal lengan sang kakak agar tak bisa kemana-mana. "Buka dulu helm lo. Biar wajah tampan lo keliatan sama semua orang!" 

Beberapa orang yang masih mematung di tempatnya begitu tak sabaran dengan wajah lelaki misterius itu. 

Meski enggan, tapi akhirnya Raja terpaksa melakukannya karena ocehan dari sang adik yang membuat gendang telinganya hampir pecah. Perlahan, dia membuka helmnya dan terlihatlah wajah tampannya yang membuat geger kaum hawa. 

"Ganteng banget parah!"

"Njiirr jodoh gue!"

"Duh akang ganteng pisan!"

"Cakep banget ciptaanmu, Ya Alloh."

Masih banyak lagi komentar dari netizen yang melihat wajah Raja. 

Sedangkan Ratu terkejut saat melihat wajah lelaki itu. Bukan hanya dia, Vera juga Asya merasa wajah orang itu tidak asing. 

"Apa kabar?" tanya Raja akhirnya. 

Ratu tersenyum samar. Dia merasa punya salah karena sudah mengatakan hal yang tidak semestinya kepadanya. 

"Ini lo kan?" tanyanya lagi memastikan. 

Ratu mengangguk pelan. "Kenapa?"

"Ya kali aja lo enggak inget gue kayak kemarin."

"Kalian udah saling kenal?" tanya Putri bingung. 

Belum saja keduanya menjawab pertanyaan Putri. Bel masuk berbunyi, untuk sejenak mereka melupakan segala pertanyaan juga jawaban yang bergelantungan dalam pikiran masing-masing. 

"Sana masuk! Lo harus pinter, jangan nakal!" Raja mengelus puncak kepala adiknya dengan lembut. 

Asya merasa iri juga melihatnya, karena sedari dulu dia ingin sekali mempunyai saudara laki-laki, tapi semesta tidak memberikan keinginannya itu. Dia memiliki adik tampan yang sangat nakal, tapi menggemaskan. 

***

Sepulang mengantarkan adiknya, Raja tak langsung pulang ke rumahnya. Tapi, dia malah bertemu dengan gadis yang dikenalnya sewaktu SMP. 

Namanya Anggita. Gadis cantik dengan postur tubuh yang modis tidak terlalu kurus apalagi gendut. Wajahnya sangat mulus karena terlalu sering mengurusinya dengan berbagai macam skincare. Jika dirincikan, Anggita itu gadis yang memiliki segalanya. Kesempurnaan nyaris ada padanya, tapi semestalah yang tetap memiliki semuanya. 

"Udah lama gue enggak ketemu lo, Git." Raja melemparkan senyumnya pada gadis yang kini tengah menyeruput kopi latte yang barusan dipesannya. 

"Sama. Gue juga udah lama gak ketemu lo. Putri gimana kabarnya?" tanyanya melanjutkan topik pembicaraan yang lain. 

"Baik. Udah gede dia. Baru pulang dari luar negri juga. Tapi sekarang dia bakalan menetap di sini," ucap Raja menjelaskan. 

"Wah. Bagus dong. Gue pengin ketemu adek lo juga."

"Besok aja. Soalnya sekarang dia sekolah. Baru aja barusan gue anterin tuh bocah," cerocos Raja. 

"Gue suka sama lo!" Anggita memotong ucapan Raja begitu saja. 

Ini bukan pertama kalinya dia mendengar pernyataan perasaan dari gadis. Anggita masuk ke sekian kalinya dari daftar gadis yang menyatakan langsung sebelum dirinya. 

Raja terdiam. Biasanya dia akan langsung menerima gadis mana pun yang mencintainya tapi dia tak mencintainya. Mungkin setelah menerimanya, dia akan meninggalkan saat gadis itu sedang sayang-sayangnya. 

"Oke. Kita pacaran." Benar saja, Raja langsung memutuskan untuk menjalin hubungan. 

Anggita semringah karena senang, ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Tak terasa ia meneteskan air matanya karena bahagia. 

"Ternyata, lo juga suka sama gue?" tanyanya. Kedua matanya berkaca-kaca, bibir merahnya melengkung ke atas tersenyum manis. 

"Kita jalani aja dulu." 

***

Putri mengajak sahabatnya datang ke rumahnya; Ratu, Vera juga Asya. Kini, Asya sudah dianggapnya sebagai sahabat meski baru saja mengenalnya beberapa jam lalu. 

Berbagai macam makanan ringan Putri sediakan juga minuman yang menyegarkan kerongkongan. 

Saat Raja pulang, dia terkejut mendapati banyak orang di rumahnya. 

"Tuh abang gue dah pulang. Sini, Kak." Putri melambaikan tangan pada Raja yang berada di ambang pintu. 

"Ada apaan sih ini? Lo lagi syukuran pindah sekolah?" tanya Raja, pandangannya melirik ke arah Ratu yang tampak tenang memainkan ponselnya. 

"Jadi, mulai hari ini mereka akan selalu nemenin Putri di rumah," jawabnya seraya tersenyum. 

"Hah?" Raja tercengang mendengar jawaban dari sang adik. "Mereka mau tinggal di sini?" 

Putri menggeleng. "Nanti malam mereka pulang. Lo yang anter."

"Lo kira nih rumah panti asuhan?" tanya Raja. 

"Gue gak ada temen di rumah. Lo nya sih ngilang mulu." 

"Gue ngilang kan ke kampus."

"Put ... gue boleh gak numpang ke toilet?" tanya Ratu menghentikan perdebatan antara kedua kakak-beradik. 

"Boleh," jawab Putri mengangguk, lalu kembali berdebat dengan kakaknya. 

Ratu langsung pergi mencari letak toilet. Rumah Putri memang sangat luas membuatnya kesulitan mencarinya. Dia masuk begitu saja ke dalam ruangan yang berada di ujung dekat jendela. 

Ruangan itu sangat luas, ada satu kasur king size dengan dibaluti sprei Manchester United. Ada satu meja di ujung sana, di atasnya ada beberapa figura kecil yang menampakkan gambar seorang lelaki kecil tengah bermain bola. 

Ratu meyakini anak kecil dalam gambar tersebut adalah Raja, kakaknya Putri. Merasa tak enak memasuki kamar orang, dia hendak keluar dari ruangan itu. Namun, terhenti saat itu mendapati sosok lelaki berperawakan tinggi yang kini ada di depannya. 

Ada hawa aneh yang tak dapat gadis itu jelaskan. Rasanya canggung jika dekat dengan lelaki mana pun, begitu juga yang kini tengah dialaminya. 

"Sorry."

Raja mengelus rambut panjang Ratu membuat gadis itu merasa risih. Keringat dingin bercucuran begitu saja, rasa takutnya kian menjadi. 

Kilasan masa lalu yang menurutnya buruk kembali berputar bagai sebuah video. 

Ratu menepis tangan Raja tuk menjauh darinya. Tubuhnya bergemetar dengan hebat, rasa takutnya tak bisa dia kendalikan. 

"Lo kenapa?" tanya Raja lembut. 

"Jangan deketin gue!" 

Raja tak paham dengan permintaan gadis itu. Bukannya menjauh, dia malah mendekat. Kedua tangannya mendekap tubuh mungil sang gadis yang kini tengah memberontak. 

"Jangan takut dengan apa pun dan sama siapa pun. Tapi, takutlah jatuh saat mengenal aku." Raja membisikkan ucapan itu tepat di telinga kanan Ratu. 

"Ada 07 apa ini?" tanya Putri yang begitu terkejut melihat Ratu terlihat tampak ketakutan. 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status