"Tidak mengenal bukan berarti tidak untuk ditakdirkan. Tetapi, awal dari pertemuan yang berujung pada perkenalan."
~clovy
****
Hari ini Ratu pergi ke pusat perbelanjaan khusus skincare. Namanya juga seorang beauty vlogger yang selalu saja mencoba berbagai macam jenis merk, jadi dia tidak perlu menunggu habis stok skincare di rumah, karena sudah menjadi patokan wajib untuk membelinya yang akan dijadikan bahan konten upload ke youtobe.
Banyak bermacam-macam skincare membuat gadis berambut sebahu itu bingung. Dia menginginkan membeli semua yang ada di dalam toko itu dan ingin mencoba semuanya, tapi tidak mungkin juga jika dia harus merelakan semua uang tabungannya hanya untuk membeli skincare.
Setelah lama bergelut dengan hatinya, dia memutuskan untuk membeli skincare yang dibutuhkan untuk konten seperti judul yang akan dibawanya hari ini.
Kedua kakinya agak berjinjit berusaha untuk mengambil salah satu toner yang berada di tahapan paling atas, keterbatasan ketinggian membuatnya kesulitan untuk meraihnya, tapi dia tidak menyerah.
Tanpa sengaja, siku kanannya menyenggol botol skincare di sampingnya membuat botol lainnya ikut tergeser dan berjatuhan nyaris mengenai kepalanya.
Beruntungnya, keselamatan masih menjadi keberuntungan untuk Ratu. Kepalanya terlindungi dengan kedua tangan kekar sosok pangeran.
Meski kedua matanya masih terpejam ketakutan disertai kaget, tetapi dia merasa tak karuan dengan posisi yang begitu dekat.
Dua tangan kekar itu melindungi kepala sang gadis dengan erat, korban timpukan skincare yang seharusnya Ratu kini tertimpa pada dirinya.
"Aduh."
Suara mengaduh seperti itu membuat Ratu tidak tega mendengarnya. Rasa sakitnya itu dikarenakan melindungi dirinya. Dengan cepat ia menengok dan mendapati wajah sang pangeran berkulit putih.
Bulu mata lentik nan panjang, kumis tipis, juga mata sipit yang membuatnya terlihat manis.
Tak mau berlama-lama dalam dekapan sang lelaki, Ratu melepaskan kedua tangannya yang kekar dari tubuh mungilnya.
"Makasih," ucap Ratu merasa tidak enak.
Salah satu karyawan di toko itu pun segera membereskannya, beruntungnya botol-botol tersebut bukan dari kaca atau barang pecah. Jadi, Ratu tidak perlu repot mengganti semuanya.
Lelaki itu tersenyum ramah seraya menyodorkan tangan kanannya, dengan senang hati Ratu menyambut tangannya.
"Raja."
Ratu tersenyum ramah, "Ratu."
Tanpa perintah dari Ratu, lelaki itu mengambil beberapa botol skincare yang akan diinginkan Ratu.
"Makasih lagi." Ratu kembali bersuara.
Keduanya saling melemparkan senyuman semanis gula.
Namun, tanpa berkata apa pun lagi, Raja pergi berlalu begitu saja. Tak mau mempersalahkan hal itu, Ratu memutuskan untuk membayar belanjaannya ke kasir.
***
Raja kembali pulang dengan membawa dua kantong kresek berisi segala macam skincare. Dia melemparkannya tepat di hadapan sang adik yang tengah menonton drama Korea.
"Kenapa sih? Pulang-pulang kek orang kesel gitu. Kenapa? Uang tabungan lo abis gegara dibeliin skincare?" tanya Putri, dia menutup laptopnya, memilih menghadap pada sang kakak.
"Enggak masalah."
"Idih lo ditanya udah kek cewek yang lagi PMS aja deh." Putri pun mengeluarkan produk skincare dari kantong kresek itu dan membaca kandungan-kandungan yang tercantum di sana.
"Emang ada ya orang yang udah dihujat enggak ada rasa sakit sedikit pun?" tanya Raja.
"Hah? Ke siapa lo?"
"Dede emesh," jawab Raja singkat.
"Dede emesh siapa sih?" tanya Putri lagi penasaran.
"Enggak bakalan tahu."
"Yaiyalah. Kan lo kagak cerita, mana bisa gue tahu."
"Kan gue enggak bakalan cerita."
"Yaudah jangan."
"Tapi, dia kok kagak labrak gue ya?" tanya Raja berpikir. "Apa dia enggak mengenali gue?"
"Ngapain juga labrak lo kalau dia aja kagak kenal. Jangan mimpi deh lo Kak jadi orang terkenal." Putri mengakui jika sang kakak tengah halu di siang bolong. Raja memang sangat terkenal di kampusnya, tapi sebagai fuckboy cap kaleng Khong Ghuan.
"Pokoknya gue harus cari cara biar dia bisa labrak gue," ujar Raja bertekad dengan tegas.
***
Sepulang dari toko skincare, Ratu tak pulang. Percuma saja raganya pulang jika hatinya menolak untuk berdiam di rumah yang penuh penderitaan.
Masa lalunya tak seperti kebanyakan orang dengan kenangan indah yang pantas tuk dikenang. Ratu tak beruntung seperti mereka, malah sebaliknya.
Tepat saat dirinya memesan coffe cappuccino pada seorang barista, hujan turun mencoba tuk bersanding suara dengan alunan melodi.
Ratu sangat menikmati momen seperti ini, dirinya terduduk seorang diri di pojok ruang. Sembari menyeruput coffe capucinno, pikirannya melanglang buana pada beberapa tahun silam.
"Ratu sudah besar! Biarkan saja dia mengurus dirinya sendiri. Aku tidak peduli. Hidupku untukku, bukan untuk kalian." Wisnu mengucap tegas membuat hati istrinya terasa begitu ngilu.
"Kenapa kamu berkata seperti itu, Mas?" tanya Nindy sembari terisak.
"Aku punya hidupku sendiri, Nin. Kalian hanyalah benalu yang menjadi bagian dari hidupku."
"Lalu, kenapa kamu bersikeras menikahiku?"
"Karena aku mencintaimu," ucapnya. "Tapi dulu. Sekarang, cinta itu pudar begitu saja."
"Dasar lelaki jahat!" teriak Nindy frustasi.
Sosok gadis kecil yang cantik nan lugu tengah bersembunyi di balik lemari, ketakutan. Badannya gemetar hebat menyaksikan perbincangan kedua orangtuanya. Meski pun dia belum cukup umur untuk memahaminya, tapi beberapa perkataan yang mereka lontarkan ia jadikan teguran untuk di masa depan. Dia harus mencari tahu apa itu kata perpisahan? Dan apa artinya mencintai?
Alunan musik piano terdengar merdu dari benda persegi panjang yang dibiarkannya tergeletak di sebelah cangkir coffe pesanannya.
Ratu tersadar dari lamunannya dan segera menerima telepon tersebut.
"Hallo?"
"Eh, lo apa kabar?" sapa Ratu pada orang di sebrang sana.
"Kemana aja lo?" tanya Ratu, "Oh iya. Nomer gue sempat diganti. Makanya kontak lo ilang deh."
"Hah? Temu rindu?" Ratu berpikir beberapa detik. "Yaudah ayo. Kapan?"
"Oh oke. See you ya!"
Sambungan telepon itu pun terputus setelah menentukan rencana jadwal pertemuan. Terlihat jelas di wajahnya yang berseri, dia sangat senang karena sahabatnya sejak SMP kembali menghubungi setelah sekian lamanya.
"Jadi kagak sabar pengen cepet ketemu," ucap Ratu lirih.
***
Rasanya sakit jika orang yang kita cintai malah mengkhianati dan hal itu terlihat tepat di depan kedua matanya sendiri.
Empat tahun lamanya Reza menjalin hubungan dengan gadis yang bernama Mia, tapi hanya dalam waktu satu detik hubungan yang telah dibinanya itu hancur seketika.
Terlihat Mia tengah bermanja dengan seorang lelaki berjas biru tua di sebuah Cafe kekinian hits anak muda.
Reza meneguk salivanya dengan paksa, tangan kanannya mengepal. Emosinya sudah memuncak tak bisa lagi untuk diredam.
"Mia! Lo ngapain di sini sama dia?" tanya Reza melabrak sang kekasih.
"Reza? Kamu ngapain di sini?" Mia membalikkan pertanyaan.
"Jelaslah. Aku perfom sana-sini. Lah kamu? Selingkuh sama dia gitu?" tanya Reza.
"Ada apa ini?" tanya lelaki berjas biru.
"Dia pacar gue!" tutur Reza menjelaskan.
Lelaki itu tersenyum meremehkan. Mengamati penampilan Reza dari ujung kepala sampai ujung kaki. Reza memang bukan anak dari kalangan konglomerat, kehidupannya sederhana tapi berkecukupan. Dia tipe lelaki yang bekerja keras, hobinya bernyanyi dan memainkan gitar itu dijadikannya sumber hasil pendapatannya.
"Kenapa? Kenapa lo liatin gue kayak gitu, hah?" tanya Reza.
Lelaki itu kembali menertawakan anak muda yang berada di depannya. Memang, usia mereka terpaut sangat jauh. Reza lebih muda dibandingkan dengan lelaki berperawakan jangkung di depannya.
"Udah!" teriak Mia frustasi. "Kita putus, Za."
"Putus? Gampang banget lo ngomong kayak gitu." Reza menggelengkan kepalanya pelan. "Kenapa, Mi? Gue salah apa?"
"Lo nggak salah. Yang salah itu hati gue. Kita udah nggak sejalan. Gue bener-bener udah bosen sama lo."
"Gilaaa! Gue jalanin hubungan kita pake rasa nyatanya lo jalanin ini semua cuman pake selera." Reza berdecih menertawakan dirinya merasa paling bodoh di antara lelaki yang lainnya.
"Sorry, Za. Gue pikir lo juga gitu kan?"
"Gue bukan kayak lo, Mi. Gue bukan lo yang udah cari pengganti sebelum perang terjadi. Gue bodoh, terlalu jatuh hati pada satu wanita."
Tak mau memperpanjang lagi urusan dengan wanita yang dianggapnya gila, Reza meninggalkan mereka. Rasa laparnya hilang seketika, perutnya seolah sudah kenyang oleh suguhan perselingkuhan sang kekasih.
"Ja, gue nginep di rumah lo malam ini ya?" ucap Reza pada orang di sebrang sana lewat sambungan teleponnya.
"Oh Hito di sana juga?" tanya Reza. "Yaudah gue otw ke sana."
***
"Apa kata gue, cewek juga terkadang munafik." Raja kembali memberikan nasihat sesat pada sahabatnya yang kini tengah patah hati. "Seharusnya lo punya pacar lebih dari satu. Jadinya, kagak bakalan segalau kayak gini."
"Terus sekarang gue harus apa?" tanya Reza, jemarinya lihai memijat pelipisnya yang terasa pening.
"Cari pacar baru." Hito tiba-tiba menyambar dari dalam kamar mandi.
"Nyamber aja tuh cunguk," timpal Reza kesal.
"Tumben lo pinter, Hit?" teriak Raja membenarkan jawaban Hito.
Hito keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. "Gue pinter juga kan diajarin lo, Ja."
Tawa Raja pun pecah menertawakan jawaban polos dari sahabatnya. Emang benar, sekarang si cupu jadi makin aktif ya, Bund.
"Cari pacar juga lo, Hit. Jangan jomblo terus." Raja kembali memberikan saran.
"Lagi proses."
"Bagus. Lo juga, Za. Kalian harus cari pacar biar kagak ngenes terus."
"Cari seseorang yang pas itu susah, Ja!" ucap Reza murung, rasanya sosok Mia tidak bisa tergantikan di ruang hatinya.
"Gimana kalau kita bikin challenge. Cari pacar baru dalam waktu seminggu." Raja kembali menyarankan.
"Ya kali cari cewek itu gampang!" ucap Hito pasrah.
"Gue mau cari cewek yang berbeda dari cewek lain. Dede emesh tantangan gue!" Raja menekadkan dalam hatinya jika sang idola pantas untuk dia jadikan tantangan.
"Dede emesh?" tanya Hito dan Reza serempak.
Raja mengangguk. "Dia salah satu beauty blogger yang lagi hits. Gue kepengen jadi pusat perhatian dia. Jadi seorang netizen nyinyir mungkin bakalan bikin dia benci. Nanti akhirnya jatuh hati."
"Semudah itu?" tanya Reza.
"Kita saling bantu. Asalkan kalian bantuin gue dulu dapetin tuh cewek."
"Emang siapa sih nama cewek sasaran lo sekarang?" tanya Hito penasaran.
"Ratu Nandilandari, anak SMA."
******
05 Desember 2019 Revisi 02 Desember 2020
Hah? Ratu mau dijadikan korban patah hati fuckboy cap kaleng Khong Ghuan? Oh no, enggak mungkin! Semoga Ratu selamat dunia akhirat.
"Tidak ada yang lebih bahagia dalam hidup, kecuali keluarga utuh nan kasih sayang yang terpenuhi."~Ratu Nandilandari***Ratu mengitari sekeliling halamannya, banyak rerumputan liar yang mulai meninggi menutupi sebagian indahnya rumah sang pemilik.Rumahnya sangat luas bagai istana kerajaan, tapi kelihatan terkesan seram karena tidak terawat dengan baik. Pagarnya penuh dengan tanaman rambat, jendelanya penuh dengan debu, dan lantainya pun terlihat sangat kotor.Pagi ini dia tak perlu buru-buru mempersiapkan diri pergi, lagipula hari ini libur sekolah. Kebetulan Ratu ada acara bertemu dengan teman dekatnya waktu SMP.Rencananya siang ini Ratu pergi, jadi ada waktu untuk bersantai."Bisa-bisanya kalian tumbuh sembarang di rumah orang." Ratu mengomel pada salah satu tanaman baru yang tumbuh di pagarnya. Hatinya terge
"Semesta memang pandai mencari cara. Menolak keinginan juga menakdirkan ketidakinginan."~clovy***"Sampai jumpa, Hito!" ucap Asya saat lelaki berkacamata itu pamit pulang lebih dulu.Hito hanya tersenyum ramah, kepalanya tetap menunduk seperti sebelumnya, dia tak memandang Asya dengan saksama. Hanya sekelebat penglihatannya kembali terpaku pada buku tebal yang dibelinya.Seperti biasa, Hito membenarkan letak kacamatanya lagi. Dengan tangan gemetar dia membawa buku setebal kamus, entah mengapa pertemuannya dengan gadis ceria itu berdampak aneh pada dirinya.Hito memang tak biasa dekat dengan lawan jenis, dan baru kali ini pula dia merasa jantungnya nyaris keluar dari tempatnya. Degupannya lebih cepat daripada sebelumnya, ini memang aneh. Dia bergidik ngeri memikirkan hal-hal negatif tentang gadis itu.Dikarenakan kepalanya terasa pening kare
"Pertemuan itu awal untuk cerita kita. Bertemu lagi berarti kisah cerita lanjutan cinta."***Kuliah semester tiga memang tidak seperti semester sekian yang disibukkan dengan segala macam tugas. Meski begitu, tetap saja tugas harian membuat makalah tidak akan terlepas. Seperti saat ini, ketiga lelaki tampan tengah serius menatap layar laptop.Ruangan sudah mulai sepi karena beberapa mahasiswa sudah pulang. Mereka bertiga ingin menyelesaikan saat itu juga agar sepulang dari kampus bisa memulai challenge yang Raja buat beberapa hari lalu."Beres!" Hito merenggangkan kedua tangannya setelah menyelesaikan tugasnya."Bantuin kek," celetuk Reza sudah mulai gelisah dengan tugasnya."Males ah. Kerjain aja sendiri.""Lo kok gitu sih sama sahabat sendiri?" tanya Reza kesal."Kalau soal kek gini sih enggak liat status sahabat atau
"Jangan takut dengan apa pun dan sama siapa pun. Tapi, takutlah jatuh saat mengenal aku."~Raja Aleandra🍁🍁🍁Kejadian kemarin lalu menyisakan rasa takut yang tak dapat diartikan oleh Ratu. Pertemuannya dengan Raja tak seramah sebelumnya, dia yang begitu lancang mengatakan hal seperti itu. Kenapa juga dia menjauhi lelaki baik itu yang jelas-jelas telah menolongnya.Jemari lentiknya memijat pelipisnya yang terasa pening karena memikirkan banyak permasalahan yang terus bermunculan. Dan permasalahan itu dibuat olehnya sendiri.Rasa ketakutannya terhadap lelaki membuatnya tak bisa mengontrol. Akan sulit baginya berteman dengan lelaki mana pun, dan juga akan sangat sulit bagi Ratu membuka hatinya."Gue harus minta maaf sama dia. Lagipula dia baik." Ratu memainkan ponselnya, baru disadari jika niatnya tidak bisa ia laksanakan. Dia tidak punya kontak o
"Karma atau semesta hanya sekadar mengingatkan?"***Nindy menjadi lebih banyak diam setelah tragedi rusaknya kornea mata kirinya. Sepanjang malam dia selalu terjaga sembari bergumam memanggil nama putrinya.Perawat yang bertugas terkadang merasa kasihan pada Nindy. Ibu beranak satu itu terlihat sangat menyayangi putrinya tapi mengapa saat Ratu menjenguknya dia tak sedikit pun meleburkan rasa rindunya.Memeluk saja tidak. Nindy hanya menginginkan Ratu mati di tangannya. Dia merasa jika putri semata wayangnya tidak pantas berada di dunia yang membuatnya menderita.Ratu terdiam di jendela kamarnya, memikirkan hidupnya yang penuh dengan misteri. Langit hitam berbintang menjadikan pemandangan yang dia sukai.Masa lalu kelam yang terus saja berputar dalam pikirannya bagai menghantuinya dan menjadikan dirinya menjadi sosok gadis yang sangat tertutup dan terkesan sangat menyer
"Cinta itu datangnya dari hati, bukan dari simpati."🐣🐣🐣"Kenapa, Fa? Lo lakuin semua ini sama gue?" tanya Putri, dia marah besar pada lelaki yang kini tengah terduduk bersama seorang wanita di salah satu kafe kekinian hits anak muda."Gausah tanya kayak gitu. Harusnya gue yang tanya sama lo. Kenapa abang lo sakitin adek gue, hah?" Rafa membalikkan pertanyaan yang membuat gadis berkulit putih itu diam."Maksud lo apa?" tanya Putri. Dia bingung dengan pertanyaan Rafa. Setahunya, sosok Raja itu adalah sandaran teruntuknya bukan tipe yang selalu menyakiti hati perempuan. Dia menyayangi dirinya juga ibunya dan keduanya itu adalah perempuan. Jadi, mustahil baginya jika Raja seperti apa yang kekasihnya ucapkan."Raja udah nyakitin adek gue, Repi. Dan ... gue berhak nyakitin lo. Mungkin ini karma dari abang lo. Karma itu berlaku. Suruh tobat sana!" ucapnya seraya merangkul gadis di sam
"Jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Karena semua ini adalah keputusan bersama. Jadi segala kesalahan yang terjadi adalah kesalahan kita."🍁🍁🍁Putri menemui Ratu ke atas balkon rumahnya. Gadis berambut panjang itu menyambutnya dengan seulas senyuman."Lo kenapa?" tanya Ratu pelan.Nangis Putri kembali pecah, kedua tangannya terbuka langsung berlari mendekap tubuh sahabatnya.Dalam pelukan Ratu gadis itu tergugu menangis.Ratu berusaha menenangkan gadis itu, mempersilakannya duduk di atas kursi panjang."Gue kabur dari rumah." Putri menjelaskan sembari menahan tangisnya."Berarti Kakak lo gak tau?""Ya masa dia tau. Namanya juga kabur, Ra."Ratu mengangguk pelan seraya terkekeh menyadari pertanyaannya yang sangat polos."Pasti dia khawatir nyariin lo,
"Jika seseorang yang kau cinta belum mampu mencintaimu. Maka, ajarkanlah semampumu."~Raja Aleandra***Raja semalaman tidak pulang, dia terjaga di atas balkon sembari menatap langit yang penuh bintang. Dia rela menunggu sang adik agar semua masalah keduanya cepat terselesaikan.Putri baru saja terbangun, beberapa kali dia mengucek kedua matanya sampai memerah. Saat melihat sosok Raja dia merasa bersalah. Karena semalaman gadis itu tak tidur, mendapati pesan dari Rafa yang mengakui jika kakaknya tidak pernah menyakiti adiknya, Repi.Semua permasalahan ini hanya salah paham. Repi mengatakan semua itu pada kakaknya, dia menangis bukan karena disakiti, tapi sadar diri. Dia memang tidak pantas tuk bersanding di samping lelaki populer seantero kampus itu.Bahkan Rafa pun sudah meminta maaf pada Repi. Dia tidak mau untuk menyakitinya lagi, tapi kini dia juga tidak berani untuk menj