Share

Bab 168

Sore itu, di kantor polisi.

Nyonya Wijaya kedua duduk dengan tegang di ruang interogasi, raut wajahnya mencerminkan kegelisahan yang mendalam.

Sementara itu, Tuan Wijaya kedua terlihat lebih tenang, meski kedua tangannya terlipat erat di atas meja.

Interogator memaparkan bukti demi bukti yang mengaitkan Nyonya Wijaya kedua dengan pembunuhan atau aksi kejahatan yang ditujukan pada Helena melalui jasa Witsel Alankes yang diatur oleh sopir mereka.

Setiap kali bukti dipresentasikan, Nyonya Wijaya kedua segera mengarang cerita atau alasan baru untuk mengelak, suaranya terdengar serak dan matanya menghindar dari kontak mata yang langsung.

“Nyonya, semakin anda menyangkal, anda hanya semakin membuang waktu!” ucap polisi itu, tegas.

Nyonya Wijaya kedua menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku tidak tahu, aku bukan pelakunya.” ucapnya, ia benar-benar nampak tak berkonsentrasi. Ditanya apa, jawabnya apa juga tidak nyambung.

Sopir mereka, yang juga hadir dalam ruangan tersebut, memberi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status