Matahari bersinar terang, menyapa penthouse yang sedikit berbeda diarea Blacktown Hospital Sydney. Tidak ada suara orang berbicara, tak ada tanda-tanda bahwa suasana tengah berada di sebuah rumah sakit. Yang kini hanya terasa bentuk kemewahan dan kenyamanan tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Sejak bertemu dengan Bima dan Sandra satu minggu yang lalu, membuat Darin semakin tampak tengah menelan satu kekecewaan. Bagaimana tidak, pria yang belum menggugatnya selama dua tahun perpisahan mereka, harus membawa sang kekasih menemui Dokter Frans ketika mereka telah selesai melakukan pemeriksaan. Hancur, sakit, ketika Darin berpapasan dengan Bima membawa Sandra dengan wajah yang tampak serba salah. Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang menari-nari dalam benak mereka berdua, ketika saling berpapasan. Tidak ada senyuman, ataupun tegur sapa yang berarti kala itu. Hanya pikiran-pikiran negatif yang ada dalam benak Bima untuk sang mantan istri, begitu juga sebaliknya. Darin mengerjabkan
Mendengar suara Dokter Frans dan kepanikan beberapa suster dari dalam kamar, Merry berjalan tertatih berusaha keluar dari kamar miliknya, hanya untuk memastikan kondisi penthouse yang berada dilantai 20 Blacktown Hospital Sydney baik-baik saja. "Ada apa ini, kenapa semua terdengar seperti tengah panik ..." Merry berjalan menuju pintu kamar, kemudian membuka kenop pintu, dan melongokkan wajahnya keluar kamar dengan nafas sedikit berat, "Honey, honey!" Ia terus mencari keberadaan Reymond yang tidak tampak puncak hidungnya. Salah seorang pelayan menghampiri Merry, seraya bertanya, "Nyonya Merry, apakah Anda akan berjalan menuju kamar, Nyonya Darin? Karena hmm ... eee ... Nyonya Darin mengalami pendarahan. Saat ini tengah dilakukan tindakan." Mendengar penjelasan tentang Darin mengalami pendarahan, jantung Merry berdebar kencang. Ia takut, jika janda cantik yang tengah mengandung anaknya tersebut mengalami keguguran seperti kebanyakan ibu-ibu mengandung pada trimester pertama. Tangan M
Dengan cepat Reymond menggelengkan kepalanya, mengelak pikiran Darin tentang Merry, "Kamu bisa menanyakan pada pihak rumah sakit ini riwayat Merry Claire Jones. Karena tidak mungkin aku membuat cerita tentang sakit yang hingga saat ini tidak ada obatnya, Darin."Lagi-lagi Darin hanya menundukkan wajahnya, ia tidak menyangka wanita kuat yang selama ini mandampingi sang suami selama berada dikantor ataupun hotel tempat tinggal mereka, memiliki riwayat kesehatan yang tak kalah menyedihkan. Kembali Reymond menceritakan semua kisah masa lalunya bersama Merry setelah pernikahan mereka yang kala itu baru memasuki tahun kedua. Ketidaksukaan Keluarga Reymond terhadap Merry, membuat pria bule itu lebih memilih meninggalkan Perth Australia dan merintis karirnya sebagai seorang pengusaha muda. Benar saja, diusia 30 tahun pria bule itu berhasil mengumpulkan pundi-pundi uang untuk memiliki sebuah restoran juga hotel di Kota Sydney. Tidak mudah baginya untuk memulai, akan tetapi Merry selalu mensu
Semenjak kejadian dua hari lalu mengalami kontraksi, Darin memilih menghindari kontak fisik dengan Reymond, untuk menghargai perasaan Merry yang mulai berubah padanya.Sejujurnya, Darin masih belum berani untuk bertatap wajah dengan Reymond karena apa yang ia minta dua hari itu sangat tidak masuk akal juga menjatuhkan harga dirinya sebagai janda terhormat.Siang ini, Darin sudah merasa ada kekuatan untuk berjalan menuju lantai delapan, ruang perawatan putri kesayangannya, Karina.Ya, semenjak Darin menjalani proses IVF, dia lebih sering menghabiskan waktu bersama Reymond juga Merry dibandingkan putrinya dengan alasan yang diberikan pria bule tersebut. Kini Darin tengah duduk di kursi koridor seorang diri, karena merasakan pusing dan mual beberapa menit berjalan seorang diri tanpa pendamping.Reymond yang tengah berada dilantai yang sama, seketika menghampiri janda cantik itu untuk sekedar bertanya, "Darin, what are you doing here? Bukankah seharusnya kamu berada dikamar? Karena sebent
Cuaca sangat bersahabat dengan suasana hati janda anak satu, yang kini ada dalam benak Reymond sebagai seorang pria beristri namun menyimpan benih dengan bayaran tertinggi, dua triliun. "A-a-a-apa mi? Dua triliun? Papa Rey memberikan mami uang sebesar dua triliun hanya untuk seorang baby?" usapnya pada wajah yang masih tampak pucat, akan tetapi kini sudah tampak terlihat segar walau harus melakukan kemoterapi untuk ketiga kalinya.Darin menganggukkan kepala dihadapan putri kesayangannya, setelah menceritakan semua tentang kondisi yang mereka alami saat ini.Tentu penjelasan Darin membuat hati Karina sedikit kecewa karena status sang mama seorang single parents. Ia menghela nafas berat, "Kenapa mami menerima tawaran Papa Rey? Apakah mami tidak kasihan dengan Mama Merry yang memiliki riwayat sakit sama sepertiku? Bagaimana jika daddy dan opa tahu tentang semua ini?"Pipi Darin memerah malu. Ia membayangkan bagaimana rasanya sentuhan bibir Reymond yang sangat lembut menyentuh bibirnya se
Hati istri mana yang tak merasa pilu, ketika mendengar kalimat dari sang suami tercinta yang mengatakan akan jujur padanya, 'jika hati sudah siap untuk menikahi wanita lain'. Walau sesungguhnya kalimat itu pernah diutarakan oleh Merry kepada Reymond, akan tetapi saat ini hatinya justru tersulut api cemburu sebagai seorang wanita yang berstatus sebagai istri.Merry menangis tersedu-sedu didada Reymond yang bidang. Walaupun usia sang suami sudah akan memasuki kepala empat, ia sangat memahami bagaimana kebutuhannya sebagai seorang pria normal. "Jujur, ternyata sangat menyakitkan jika mendengar suami tercinta berciuman dengan wanita lain, honey. Apalagi pria itu merupakan suami yang sangat aku cintai." Tangan Reymond masih terus mengusap lembut punggung Merry, karena tidak ingin sang istri semakin terpuruk dan mengganggu pikirannya. "Sudahlah sayang. Aku tidak akan membahas bagaimana perasaanku dengan, Darin. Dia hanya ibu sambung untuk anak kita. Saat ini Darin juga butuh ketenangan dal
Dibawah remangnya lampu kamar, suasana sejuk yang sangat mendukung. Entah sejak kapan Reymond membawa janda cantik itu keranjang peraduan yang berada dikamar tamu. Kali ini Darin tidak memiliki kuasa untuk menolak sentuhan Reymond yang sejak dua minggu lalu ia dambakan. Akan tetapi, ibarat pepatah mengatakan 'kucing tidak pernah menolak ikan' yang ada dihadapannya, sehingga benar-benar tidak takut akan janji-janji yang telah terucap secara tertulis. Dessahan keduanya saling bersahutan, tubuh mereka saling mengisyaratkan ingin melanjutkan perjalanan gairah itu lebih sebelum usai. Kini tangan Reymond sudah mendekati bagian inti Darin, yang masih tertutup dengan underwear berwarna hitam, dan selangkah lagi dapat menemukan untuk penyatuan hasrat yang tidak jelas akan dibawa kemana hubungan mereka. Hanya karena perasaan penasaran, serta kehamilan Darin membuat keduanya lupa akan semua yang tercurah disurat perjanjian. Reymond menyentuh satu titik didalam sana, membuat Darin tak kuasa me
Pagi menyapa, kesibukan para pelayan di mansion mewah milik Reymond sudah sayup terdengar dari kamar tamu yang berada di dekat ruang keluarga. Perlahan Darin mengerjabkan kedua bola matanya, mengalihkan pandangan kesamping ranjang peraduan yang sangat mewah milik Reymond pribadi. Ia mencari keberadaan pria bule tersebut, melebarkan pandangannya ditiap-tiap sudut kamar. "Agh ... kemana Rey? Apakah dia sudah pergi ke rumah sakit? Hmm, aku lupa menanyakan padanya tentang aktivitas pria itu hari ini ..." tuturnya mencoba untuk turun dari ranjang peraduan kamar tamu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Cukup lama Darin berada dikamar mandi melakukan ritual paginya, sehingga ia tidak mengetahui bahwa putri kesayangan dan Merry sudah berada di mansion. Perasaan bahagia yang tersirat disudut bibir tipisnya, memberi tanda bahwa perasaannya tengah berbunga-bunga karena telah melepaskan rasa yang selama ini terpendam. Darin keluar dari kamar mandi, dengan balutan handuk yang membalut
Sudah lebih dari satu minggu Reymond berada di kota metropolitan bersama Darin yang tengah menata management hotel. Tidak ada firasat yang berarti bagi keduanya, ditambah Karina sudah merasa nyaman berada di sekolah yang baru. "Ingat, jangan lupa untuk makan, makanan yang sehat ... kamu masih dalam proses penyembuhan!" tegas Darin sebelum melepas kepergian putri kesayangannya menuju sekolah internasional yang tidak jauh dari hotel mereka. Karina mengangguk mengerti, sedikit melirik ke arah Reymond yang masih di sibukkan dengan beberapa kegiatan. "Mi, hari ini aku akan bertemu dengan Daddy. Kemarin aku menemuinya di parkiran hotel kita, tapi ... hmm ..." Cepat Darin menepis semua ucapan Karina, karena tidak ingin mendengar nama mantan suaminya di sebut oleh sang putri, "Please ... jangan pernah membahas Daddy di sini. Di kediaman kita, karena Mami telah memiliki kehidupan bersama Rey!" tegasnya membuat putri kecilnya mengangguk patuh. "Baiklah, Mi. Aku berangkat dulu." Karina menge
Dua insan terlarut dalam manisnya cinta atas dasar perselingkuhan karena perasaan nyaman. Reymond yang sejak awal tidak ingin melepaskan Darin, seketika berubah memperjuangkan sang janda demi mendapatkan anak yang sempurna tanpa harus menikahi janda dua triliun tersebut, karena tidak ingin menyakiti Merry sebagai istri sahnya. Peluh mengucur deras membasahi tubuh dua insan yang tampak mengkilap, membuat Darin mendekap tubuh pria itu ketika mencapai puncak kenikmatan mereka berdua secara bersamaan. Dengan nafas masih memburu, Darin yang merasa sudah merasa tenang saat ini, tampak lebih menikmati hidupnya sebagai menjadi yang kedua bagi Reymond. "Aku mencintaimu, Rey, jangan pernah tinggalkan aku, karena aku benar-benar mencintaimu," tuturnya lembut ketika melepaskan penyatuan mereka. Tampak senyuman indah diujung bibir Reymond, ia langsung menoleh kearah Darin yang langsung merebahkan tubuhnya di lengan pria pujaannya, hanya menjawab, "I love you too, Darin, tidurlah," kecupnya lemb
Kedua netra itu lagi-lagi bertemu, hanya untuk sekedar meyakinkan hati mereka berdua. Dalam benak Reymond merutuki kebodohannya sendiri karena telah salah memberikan hadiah beberapa hari lalu untuk Darin sebagai kado ulang tahunnya. Sementara dalam benak Merry, apa ini serba kebetulan, kenapa Reymond tampak lebih tenang menghadapi semua ini, kemudian bergegas Reymond mengomeli pihak toko perhiasan dihadapan sang istri melalui panggilan telepon. Kembali Reymond menoleh kearah Merry, mengecup lembut kening sang istri seraya berkata, "Maafkan aku, sayang. Pukul sepuluh nanti pihak toko perhiasan akan mengganti liontin berlian ini, dengan inisial namamu. Sekali lagi maafkan aku," tunduknya sambil memeluk tubuh ramping sang istri dari arah belakang dengan mata tertutup. Merry mendekap erat lengan Reymond yang memeluknya, menikmati hangatnya tangan sang suami penuh kerinduan, "Kamu terlalu lelah, honey. Aku harap kamu selalu menjaga kesehatan, jangan lupa jika kamu tiba di Singapura hubu
Malam semakin sejuk, malam yang indah bagi Darin dengan adanya kehadiran Reymond walau harus mengejutkan tanpa harus berkabar. Pria bule nan gagah itu tak melepaskan tangannya dari tubuh Darin, ia benar-benar ingin membahagiakan janda satu anak itu, tanpa diganggu oleh siapapun termasuk Merry. Reymond sengaja menonaktifkan gawai miliknya ketika memasuki gedung apartemen yang berada dilantai tiga tersebut, hanya untuk memberikan satu kejutan istimewa untuk wanita pujaan hatinya. "Rey, pulanglah ... jangan buat aku menjadi serba salah karena kamu menghabiskan waktu bersama ku," elaknya ketika merasakan gelagat pria itu semakin menjadi, ketika mengecupnya penuh damba. "Please Darin ... aku benar-benar jatuh hati padamu, aku tidak ingin melihatmu menjauh dariku. Satu tahun kita bersama, rasanya aku tidak ingin jauh lagi," ia kembali mengecup lembut bibir wanita yang masih berdiri dihadapannya. Lagi-lagi Darin menolak, "Apa yang kamu inginkan? Apakah kamu menginginkan aku mengembalikan
Siang yang cerah, namun tidak secerah perasaan Merry, karena tidak menyangka bahwa Reymond lebih memilih untuk tetap tinggal di apartemen mereka bersama Darin, dibandingkan mengejarnya sebagai seorang istri sah. Ia masih terduduk dikursi taman, melihat-lihat suasana yang tidak begitu ramai. Membayangkan wajah cantik Caroline yang akan menjadi istri sesuai pilihan keluarga besar sang suami. "Ogh Tuhan, bagaimana jika keluarga Reymond mengetahui bahwa putra kami mengalami kebutaan juga gangguan pendengaran serta tidak dapat bicara? Apa yang harus aku katakan kepada mereka, apakah mereka akan tetap menikahkan suamiku dengan wanita itu ...?" Ia menundukkan pandangannya, karena tidak ingin siapapun yang menyaksikan kesedihan hatinya saat ini. Akan demikian, ketika Merry terlarut dalam suasana hati yang masih berkecamuk, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara wanita yang sangat dikenalinya. "Bisakah kita bicara berdua?" sapa Darin tanpa perasaan sungkan. Merry sedikit terlonjak kemudian m
Satu bulan berlalu, Merry terlalu fokus merawat buah hati yang dilahirkan oleh Darin dengan penuh perasaan sayang, walau masih menyimpan rasa kekecewaan yang dalam terhadap Reymond. Akan tetapi ia merasa memiliki tujuan untuk tetap merawat Baby Kevin dengan penuh perhatian. Sementara Darin masih proses pemulihan pasca operasi, dengan memberikan asi eksklusif kepada sang putra yang mengalami kebutaan serta tuna wicara dan tidak dapat mendengar tersebut. Tidak sedikitpun dari mereka berdua mengurangi semangat untuk menunjukkan bahwa mereka menjadi ibu terbaik dihadapan Reymond, demi pertumbuhan sang buah hati. Entahlah kini keduanya seperti tengah berjuang demi Baby Kevin atau justru menarik simpati pria bule bermata biru tersebut. Perlahan Darin menghampiri Merry di dalam kamar bayi, untuk memberikan asi pada baby mungil yang baru berusia satu bulan tersebut. Dengan nada lembut, ia menoleh kearah Merry yang sangat memperlakukan sang putra sangat telaten, "Merry, biar saya menyusuinya
Sudah lebih dari dua hari mereka berdua berada di rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda pemulihan yang berarti dari bayi mereka juga Darin yang masih terbaring lemah di ruang ICU. Tangan Reymond masih terus menggenggam jemari Darin, hanya untuk sekedar memastikan bahwa wanita berstatus janda itu tidak sendirian. Sementara Merry masih berada di ruang NICU untuk menemani sang bayi yang dinyatakan tidak bisa melihat. Bayi berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama Kevin Claire Jones itu ternyata mengalami kebutaan yang di vonis permanen karena sesuatu hal tidak dapat di uraikan secara detail. Hati wanita mana yang tidak akan hancur, ketika mendengar dokter anak mengatakan bahwa putra mereka tidak bisa merespon cahaya ketika melakukan pemeriksaan, ditambah tidak bisa mengeluarkan suara seperti bayi lainnya. Merry duduk dikursi sebelah incubator, matanya berkaca-kaca ketika melihat tangan dan kaki itu bergerak cepat kesembarang arah, memberikan respon bahwa bayi itu baik-baik saja dalam
Setelah menyaksikan sang suami membawa Darin ke rumah sakit bersama Richard, tanpa menghiraukan perasaan Merry sebagai istri sah, lagi-lagi ia dikejutkan dengan sosok Bima yang sudah berdiri dihadapannya. Gegas Merry bertanya, karena perasaan penasaran, "Bima? Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah, kamu berada di Sydney?" Dengan angkuh Bima menyunggingkan senyuman lirih, ia tidak menyangka akan berhadapan dengan wanita seperti Merry, "Jawab aku, apakah kau membiarkan Reymond tidur dengan Darin? Bukankah kau tahu Darin itu masih belum resmi bercerai dariku?"Akan tetapi, Merry langsung menjawab pertanyaan Bima dengan nada tegas, "Bukan urusan mu, Tuan Bima. Aku rasa lebih pantas suamiku tidur dengan Darin, dibandingkan wanita yang berdiri di belakangmu saat ini!" tukasnya, langsung meninggalkan restoran apartemen. Entah mengapa, walau sesungguhnya hati Merry hancur karena kejujuran Reymond yang jatuh cinta kepada Darin, ia tidak memperdulikan dibandingkan harus berhadapan dengan g
Mendengar ucapan seperti itu dari Richard, membuat Darin langsung menarik tangan pria yang berstatuskan duda tersebut, agar menjauh dari sang mantan suami sambil mengancam pria oriental itu, "Jangan pernah menggangu hidup ku lagi!" Ia menoleh kearah Caroline yang tampak shock karena keributan dua pria itu, mengeluarkan ucapan tegas, "Jika calon suami yang kamu maksud itu adalah Reymond, saat ini dia sedang berbahagia bersama istrinya!" Bima menggeleng tidak percaya, ia sama sekali tidak terima bahwa sang istri akan mendapatkan penggantinya lebih cepat, ditambah kondisi Darin yang tengah hamil besar. Kembali ia berteriak untuk menghentikan langkah janda satu anak itu, "Sampai kapan pun, kamu tidak akan pernah menikah Darin, karena aku tidak akan mengajukannya!" Lagi-lagi Darin dibuat kesal oleh pria yang pernah menghabiskan masa pernikahan mereka selama sepuluh tahun lebih, "Jika kamu tidak mau mengurusnya, maka aku yang akan melakukannya, Bima Lee Seung!" Gegas Darin meninggalkan t