Siang yang cerah, namun tidak secerah perasaan Merry, karena tidak menyangka bahwa Reymond lebih memilih untuk tetap tinggal di apartemen mereka bersama Darin, dibandingkan mengejarnya sebagai seorang istri sah. Ia masih terduduk dikursi taman, melihat-lihat suasana yang tidak begitu ramai. Membayangkan wajah cantik Caroline yang akan menjadi istri sesuai pilihan keluarga besar sang suami. "Ogh Tuhan, bagaimana jika keluarga Reymond mengetahui bahwa putra kami mengalami kebutaan juga gangguan pendengaran serta tidak dapat bicara? Apa yang harus aku katakan kepada mereka, apakah mereka akan tetap menikahkan suamiku dengan wanita itu ...?" Ia menundukkan pandangannya, karena tidak ingin siapapun yang menyaksikan kesedihan hatinya saat ini. Akan demikian, ketika Merry terlarut dalam suasana hati yang masih berkecamuk, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara wanita yang sangat dikenalinya. "Bisakah kita bicara berdua?" sapa Darin tanpa perasaan sungkan. Merry sedikit terlonjak kemudian m
Malam semakin sejuk, malam yang indah bagi Darin dengan adanya kehadiran Reymond walau harus mengejutkan tanpa harus berkabar. Pria bule nan gagah itu tak melepaskan tangannya dari tubuh Darin, ia benar-benar ingin membahagiakan janda satu anak itu, tanpa diganggu oleh siapapun termasuk Merry. Reymond sengaja menonaktifkan gawai miliknya ketika memasuki gedung apartemen yang berada dilantai tiga tersebut, hanya untuk memberikan satu kejutan istimewa untuk wanita pujaan hatinya. "Rey, pulanglah ... jangan buat aku menjadi serba salah karena kamu menghabiskan waktu bersama ku," elaknya ketika merasakan gelagat pria itu semakin menjadi, ketika mengecupnya penuh damba. "Please Darin ... aku benar-benar jatuh hati padamu, aku tidak ingin melihatmu menjauh dariku. Satu tahun kita bersama, rasanya aku tidak ingin jauh lagi," ia kembali mengecup lembut bibir wanita yang masih berdiri dihadapannya. Lagi-lagi Darin menolak, "Apa yang kamu inginkan? Apakah kamu menginginkan aku mengembalikan
Kedua netra itu lagi-lagi bertemu, hanya untuk sekedar meyakinkan hati mereka berdua. Dalam benak Reymond merutuki kebodohannya sendiri karena telah salah memberikan hadiah beberapa hari lalu untuk Darin sebagai kado ulang tahunnya. Sementara dalam benak Merry, apa ini serba kebetulan, kenapa Reymond tampak lebih tenang menghadapi semua ini, kemudian bergegas Reymond mengomeli pihak toko perhiasan dihadapan sang istri melalui panggilan telepon. Kembali Reymond menoleh kearah Merry, mengecup lembut kening sang istri seraya berkata, "Maafkan aku, sayang. Pukul sepuluh nanti pihak toko perhiasan akan mengganti liontin berlian ini, dengan inisial namamu. Sekali lagi maafkan aku," tunduknya sambil memeluk tubuh ramping sang istri dari arah belakang dengan mata tertutup. Merry mendekap erat lengan Reymond yang memeluknya, menikmati hangatnya tangan sang suami penuh kerinduan, "Kamu terlalu lelah, honey. Aku harap kamu selalu menjaga kesehatan, jangan lupa jika kamu tiba di Singapura hubu
Dua insan terlarut dalam manisnya cinta atas dasar perselingkuhan karena perasaan nyaman. Reymond yang sejak awal tidak ingin melepaskan Darin, seketika berubah memperjuangkan sang janda demi mendapatkan anak yang sempurna tanpa harus menikahi janda dua triliun tersebut, karena tidak ingin menyakiti Merry sebagai istri sahnya. Peluh mengucur deras membasahi tubuh dua insan yang tampak mengkilap, membuat Darin mendekap tubuh pria itu ketika mencapai puncak kenikmatan mereka berdua secara bersamaan. Dengan nafas masih memburu, Darin yang merasa sudah merasa tenang saat ini, tampak lebih menikmati hidupnya sebagai menjadi yang kedua bagi Reymond. "Aku mencintaimu, Rey, jangan pernah tinggalkan aku, karena aku benar-benar mencintaimu," tuturnya lembut ketika melepaskan penyatuan mereka. Tampak senyuman indah diujung bibir Reymond, ia langsung menoleh kearah Darin yang langsung merebahkan tubuhnya di lengan pria pujaannya, hanya menjawab, "I love you too, Darin, tidurlah," kecupnya lemb
Sudah lebih dari satu minggu Reymond berada di kota metropolitan bersama Darin yang tengah menata management hotel. Tidak ada firasat yang berarti bagi keduanya, ditambah Karina sudah merasa nyaman berada di sekolah yang baru. "Ingat, jangan lupa untuk makan, makanan yang sehat ... kamu masih dalam proses penyembuhan!" tegas Darin sebelum melepas kepergian putri kesayangannya menuju sekolah internasional yang tidak jauh dari hotel mereka. Karina mengangguk mengerti, sedikit melirik ke arah Reymond yang masih di sibukkan dengan beberapa kegiatan. "Mi, hari ini aku akan bertemu dengan Daddy. Kemarin aku menemuinya di parkiran hotel kita, tapi ... hmm ..." Cepat Darin menepis semua ucapan Karina, karena tidak ingin mendengar nama mantan suaminya di sebut oleh sang putri, "Please ... jangan pernah membahas Daddy di sini. Di kediaman kita, karena Mami telah memiliki kehidupan bersama Rey!" tegasnya membuat putri kecilnya mengangguk patuh. "Baiklah, Mi. Aku berangkat dulu." Karina menge
"Apa, dua triliun!?" Wajah Darin tampak kebingungan, kedua tangannya bergerak dari atas meja sang atasan untuk menyembunyikan rasa gugupnya, pandangan berkunang-kunang, perutnya seakan tengah bergejolak ingin mengeluarkan semua isinya ketika mendengar ucapan pria yang masih duduk dihadapannya siang itu. "Ya, dua triliun Darin! Aku akan membayar rahimmu dua triliun! Apa itu masih kurang?" Tuturnya lagi membuat dada Darin semakin menggelegak panas. Bagaimana tidak, seorang atasan yang memiliki istri menawarkan sesuatu konsep kehamilan yang menjadi rasa trauma bagi Darin. Dengan cepat ingin sekali ia menepis semua ucapan Reymond, akan tetapi ia sedikit ragu. Wajah cantik yang gugup itu mencoba berdiri dari duduknya agar bisa berlalu meninggalkan ruangan sang pimpinan yang memanggilnya dengan tergesa melalui secretaris pribadi.Reymond yang tidak ingin Darin berlalu begitu saja, dengan cepat menekan tombol otomatis agar seluruh ruangan pribadinya terkunci rapat. Sontak perbuatan Reymo
Ruangan kerja Raymond terasa sangat hening, tanpa ada suara apapun selain air conditioner central yang masih menyala diruangan yang berada dilantai dua belas tersebut. Darin hanya menjadi pendengar yang baik bagi Reymond yang menjelaskan rencana mereka tengah mencari rahim dalam jangka waktu 48 jam. Ia menelan ludahnya sendiri, menghela nafas berat, karena tidak menyangka bahwa pria yang ada dihadapannya itu hanya ingin mencurahkan semua kegundahan selama beberapa hari mengganggu pikirannya. "Bagaimana jika aku mencintaimu, Tuan Rey? Apalagi aku seorang single parents dan kamu mengetahui bagaimana tentang aku? Perceraianku dengan Bima Lee Seung, bahkan aku memiliki rasa trauma yang teramat berat jika dihadapkan dengan kehamilan. Kenapa tidak, Anda mencari seorang gadis muda, bahkan orang yang kurang beruntung agar bisa membantu perekonomian mereka?" Reymond menggeleng, wajahnya menekuk menyiratkan bahwa tidak mungkin ia akan mengenal orang baru, mencari keberadaan wanita baik-baik
Tubuh Darin melemah seketika. Air matanya mengalir begitu saja, namun dengan cepat Reymond langsung membawa janda cantik itu dalam pelukannya, hanya untuk memenangkan. "Tenanglah, Darin," Ia mengusap lembut punggung Darin untuk memberi kekuatan. Bagaimana mungkin, Darin harus mengalami kenyataan bahwa putri kesayangan dari pernikahan bersama Bima memiliki riwayat penyakit yang sangat mengancam nyawa Karina. Bahkan mimisan yang ia anggap hal biasa, ternyata gejala dari leukemia yang tidak terbayangkan selama ini.Pandangan Darin pias seketika, ketika melihat putrinya masih mengenakan seragam sekolah menengah pertama, dinyatakan koma dan akan dibawa ke ruangan ICU rumah sakit Blacktown Hospital Sydney. Hanya wajah mantan suaminya yang terlintas dalam benak Darin ketika berada dalam dekapan Reymond, agar pria itu mau membantu dalam membiayai pengobatan putri kesayangan mereka. Walau Bima telah dua tahun mencampakkannya, hanya karena tidak ingin berdebat dengan keluarga besar mereka.Da