Mendengar suara Dokter Frans dan kepanikan beberapa suster dari dalam kamar, Merry berjalan tertatih berusaha keluar dari kamar miliknya, hanya untuk memastikan kondisi penthouse yang berada dilantai 20 Blacktown Hospital Sydney baik-baik saja. "Ada apa ini, kenapa semua terdengar seperti tengah panik ..." Merry berjalan menuju pintu kamar, kemudian membuka kenop pintu, dan melongokkan wajahnya keluar kamar dengan nafas sedikit berat, "Honey, honey!" Ia terus mencari keberadaan Reymond yang tidak tampak puncak hidungnya. Salah seorang pelayan menghampiri Merry, seraya bertanya, "Nyonya Merry, apakah Anda akan berjalan menuju kamar, Nyonya Darin? Karena hmm ... eee ... Nyonya Darin mengalami pendarahan. Saat ini tengah dilakukan tindakan." Mendengar penjelasan tentang Darin mengalami pendarahan, jantung Merry berdebar kencang. Ia takut, jika janda cantik yang tengah mengandung anaknya tersebut mengalami keguguran seperti kebanyakan ibu-ibu mengandung pada trimester pertama. Tangan M
Dengan cepat Reymond menggelengkan kepalanya, mengelak pikiran Darin tentang Merry, "Kamu bisa menanyakan pada pihak rumah sakit ini riwayat Merry Claire Jones. Karena tidak mungkin aku membuat cerita tentang sakit yang hingga saat ini tidak ada obatnya, Darin."Lagi-lagi Darin hanya menundukkan wajahnya, ia tidak menyangka wanita kuat yang selama ini mandampingi sang suami selama berada dikantor ataupun hotel tempat tinggal mereka, memiliki riwayat kesehatan yang tak kalah menyedihkan. Kembali Reymond menceritakan semua kisah masa lalunya bersama Merry setelah pernikahan mereka yang kala itu baru memasuki tahun kedua. Ketidaksukaan Keluarga Reymond terhadap Merry, membuat pria bule itu lebih memilih meninggalkan Perth Australia dan merintis karirnya sebagai seorang pengusaha muda. Benar saja, diusia 30 tahun pria bule itu berhasil mengumpulkan pundi-pundi uang untuk memiliki sebuah restoran juga hotel di Kota Sydney. Tidak mudah baginya untuk memulai, akan tetapi Merry selalu mensu
Semenjak kejadian dua hari lalu mengalami kontraksi, Darin memilih menghindari kontak fisik dengan Reymond, untuk menghargai perasaan Merry yang mulai berubah padanya.Sejujurnya, Darin masih belum berani untuk bertatap wajah dengan Reymond karena apa yang ia minta dua hari itu sangat tidak masuk akal juga menjatuhkan harga dirinya sebagai janda terhormat.Siang ini, Darin sudah merasa ada kekuatan untuk berjalan menuju lantai delapan, ruang perawatan putri kesayangannya, Karina.Ya, semenjak Darin menjalani proses IVF, dia lebih sering menghabiskan waktu bersama Reymond juga Merry dibandingkan putrinya dengan alasan yang diberikan pria bule tersebut. Kini Darin tengah duduk di kursi koridor seorang diri, karena merasakan pusing dan mual beberapa menit berjalan seorang diri tanpa pendamping.Reymond yang tengah berada dilantai yang sama, seketika menghampiri janda cantik itu untuk sekedar bertanya, "Darin, what are you doing here? Bukankah seharusnya kamu berada dikamar? Karena sebent
Cuaca sangat bersahabat dengan suasana hati janda anak satu, yang kini ada dalam benak Reymond sebagai seorang pria beristri namun menyimpan benih dengan bayaran tertinggi, dua triliun. "A-a-a-apa mi? Dua triliun? Papa Rey memberikan mami uang sebesar dua triliun hanya untuk seorang baby?" usapnya pada wajah yang masih tampak pucat, akan tetapi kini sudah tampak terlihat segar walau harus melakukan kemoterapi untuk ketiga kalinya.Darin menganggukkan kepala dihadapan putri kesayangannya, setelah menceritakan semua tentang kondisi yang mereka alami saat ini.Tentu penjelasan Darin membuat hati Karina sedikit kecewa karena status sang mama seorang single parents. Ia menghela nafas berat, "Kenapa mami menerima tawaran Papa Rey? Apakah mami tidak kasihan dengan Mama Merry yang memiliki riwayat sakit sama sepertiku? Bagaimana jika daddy dan opa tahu tentang semua ini?"Pipi Darin memerah malu. Ia membayangkan bagaimana rasanya sentuhan bibir Reymond yang sangat lembut menyentuh bibirnya se
Hati istri mana yang tak merasa pilu, ketika mendengar kalimat dari sang suami tercinta yang mengatakan akan jujur padanya, 'jika hati sudah siap untuk menikahi wanita lain'. Walau sesungguhnya kalimat itu pernah diutarakan oleh Merry kepada Reymond, akan tetapi saat ini hatinya justru tersulut api cemburu sebagai seorang wanita yang berstatus sebagai istri.Merry menangis tersedu-sedu didada Reymond yang bidang. Walaupun usia sang suami sudah akan memasuki kepala empat, ia sangat memahami bagaimana kebutuhannya sebagai seorang pria normal. "Jujur, ternyata sangat menyakitkan jika mendengar suami tercinta berciuman dengan wanita lain, honey. Apalagi pria itu merupakan suami yang sangat aku cintai." Tangan Reymond masih terus mengusap lembut punggung Merry, karena tidak ingin sang istri semakin terpuruk dan mengganggu pikirannya. "Sudahlah sayang. Aku tidak akan membahas bagaimana perasaanku dengan, Darin. Dia hanya ibu sambung untuk anak kita. Saat ini Darin juga butuh ketenangan dal
Dibawah remangnya lampu kamar, suasana sejuk yang sangat mendukung. Entah sejak kapan Reymond membawa janda cantik itu keranjang peraduan yang berada dikamar tamu. Kali ini Darin tidak memiliki kuasa untuk menolak sentuhan Reymond yang sejak dua minggu lalu ia dambakan. Akan tetapi, ibarat pepatah mengatakan 'kucing tidak pernah menolak ikan' yang ada dihadapannya, sehingga benar-benar tidak takut akan janji-janji yang telah terucap secara tertulis. Dessahan keduanya saling bersahutan, tubuh mereka saling mengisyaratkan ingin melanjutkan perjalanan gairah itu lebih sebelum usai. Kini tangan Reymond sudah mendekati bagian inti Darin, yang masih tertutup dengan underwear berwarna hitam, dan selangkah lagi dapat menemukan untuk penyatuan hasrat yang tidak jelas akan dibawa kemana hubungan mereka. Hanya karena perasaan penasaran, serta kehamilan Darin membuat keduanya lupa akan semua yang tercurah disurat perjanjian. Reymond menyentuh satu titik didalam sana, membuat Darin tak kuasa me
Pagi menyapa, kesibukan para pelayan di mansion mewah milik Reymond sudah sayup terdengar dari kamar tamu yang berada di dekat ruang keluarga. Perlahan Darin mengerjabkan kedua bola matanya, mengalihkan pandangan kesamping ranjang peraduan yang sangat mewah milik Reymond pribadi. Ia mencari keberadaan pria bule tersebut, melebarkan pandangannya ditiap-tiap sudut kamar. "Agh ... kemana Rey? Apakah dia sudah pergi ke rumah sakit? Hmm, aku lupa menanyakan padanya tentang aktivitas pria itu hari ini ..." tuturnya mencoba untuk turun dari ranjang peraduan kamar tamu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Cukup lama Darin berada dikamar mandi melakukan ritual paginya, sehingga ia tidak mengetahui bahwa putri kesayangan dan Merry sudah berada di mansion. Perasaan bahagia yang tersirat disudut bibir tipisnya, memberi tanda bahwa perasaannya tengah berbunga-bunga karena telah melepaskan rasa yang selama ini terpendam. Darin keluar dari kamar mandi, dengan balutan handuk yang membalut
Sudah lebih dari tiga bulan mereka tinggal bersama, hanya sekali itu Reymond berani melakukan kesalahan karena rasa penasarannya. Usia kehamilan Darin juga sudah memasuki trimester kedua, sehingga membuatnya terus dalam bayang-bayang yang penuh rasa bersalah, karena selalu mendapatkan perlakuan baik dari wanita yang masih menjadi istri sah pria bule nan menggoda perasaannya. Sore ini, Merry tengah mempersiapkan makan malam yang dibantu oleh Darin. Karena kehamilannya yang tampak sehat, dua wanita itu semakin tampak akrab, saling bertukar cerita serta pengalaman dalam menu masakan khas Nusantara juga Chinese, seperti yang terbiasa dilakukannya ketika menjadi istri Bima, untuk menutupi rasa gugupnya. Merry bertanya sambil mengeluarkan semangkuk lasagna dari oven yang berada didekat Darin, "Darin, bisakah kamu membuat fuyunghai?" Darin yang tengah mengiris sayuran untuk salad buatannya, mengangguk kemudian meletakkan mangkuk yang sudah berisikan mayones diatas meja, "Ya, Karina sang