Hati istri mana yang tak merasa pilu, ketika mendengar kalimat dari sang suami tercinta yang mengatakan akan jujur padanya, 'jika hati sudah siap untuk menikahi wanita lain'. Walau sesungguhnya kalimat itu pernah diutarakan oleh Merry kepada Reymond, akan tetapi saat ini hatinya justru tersulut api cemburu sebagai seorang wanita yang berstatus sebagai istri.Merry menangis tersedu-sedu didada Reymond yang bidang. Walaupun usia sang suami sudah akan memasuki kepala empat, ia sangat memahami bagaimana kebutuhannya sebagai seorang pria normal. "Jujur, ternyata sangat menyakitkan jika mendengar suami tercinta berciuman dengan wanita lain, honey. Apalagi pria itu merupakan suami yang sangat aku cintai." Tangan Reymond masih terus mengusap lembut punggung Merry, karena tidak ingin sang istri semakin terpuruk dan mengganggu pikirannya. "Sudahlah sayang. Aku tidak akan membahas bagaimana perasaanku dengan, Darin. Dia hanya ibu sambung untuk anak kita. Saat ini Darin juga butuh ketenangan dal
Dibawah remangnya lampu kamar, suasana sejuk yang sangat mendukung. Entah sejak kapan Reymond membawa janda cantik itu keranjang peraduan yang berada dikamar tamu. Kali ini Darin tidak memiliki kuasa untuk menolak sentuhan Reymond yang sejak dua minggu lalu ia dambakan. Akan tetapi, ibarat pepatah mengatakan 'kucing tidak pernah menolak ikan' yang ada dihadapannya, sehingga benar-benar tidak takut akan janji-janji yang telah terucap secara tertulis. Dessahan keduanya saling bersahutan, tubuh mereka saling mengisyaratkan ingin melanjutkan perjalanan gairah itu lebih sebelum usai. Kini tangan Reymond sudah mendekati bagian inti Darin, yang masih tertutup dengan underwear berwarna hitam, dan selangkah lagi dapat menemukan untuk penyatuan hasrat yang tidak jelas akan dibawa kemana hubungan mereka. Hanya karena perasaan penasaran, serta kehamilan Darin membuat keduanya lupa akan semua yang tercurah disurat perjanjian. Reymond menyentuh satu titik didalam sana, membuat Darin tak kuasa me
Pagi menyapa, kesibukan para pelayan di mansion mewah milik Reymond sudah sayup terdengar dari kamar tamu yang berada di dekat ruang keluarga. Perlahan Darin mengerjabkan kedua bola matanya, mengalihkan pandangan kesamping ranjang peraduan yang sangat mewah milik Reymond pribadi. Ia mencari keberadaan pria bule tersebut, melebarkan pandangannya ditiap-tiap sudut kamar. "Agh ... kemana Rey? Apakah dia sudah pergi ke rumah sakit? Hmm, aku lupa menanyakan padanya tentang aktivitas pria itu hari ini ..." tuturnya mencoba untuk turun dari ranjang peraduan kamar tamu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Cukup lama Darin berada dikamar mandi melakukan ritual paginya, sehingga ia tidak mengetahui bahwa putri kesayangan dan Merry sudah berada di mansion. Perasaan bahagia yang tersirat disudut bibir tipisnya, memberi tanda bahwa perasaannya tengah berbunga-bunga karena telah melepaskan rasa yang selama ini terpendam. Darin keluar dari kamar mandi, dengan balutan handuk yang membalut
Sudah lebih dari tiga bulan mereka tinggal bersama, hanya sekali itu Reymond berani melakukan kesalahan karena rasa penasarannya. Usia kehamilan Darin juga sudah memasuki trimester kedua, sehingga membuatnya terus dalam bayang-bayang yang penuh rasa bersalah, karena selalu mendapatkan perlakuan baik dari wanita yang masih menjadi istri sah pria bule nan menggoda perasaannya. Sore ini, Merry tengah mempersiapkan makan malam yang dibantu oleh Darin. Karena kehamilannya yang tampak sehat, dua wanita itu semakin tampak akrab, saling bertukar cerita serta pengalaman dalam menu masakan khas Nusantara juga Chinese, seperti yang terbiasa dilakukannya ketika menjadi istri Bima, untuk menutupi rasa gugupnya. Merry bertanya sambil mengeluarkan semangkuk lasagna dari oven yang berada didekat Darin, "Darin, bisakah kamu membuat fuyunghai?" Darin yang tengah mengiris sayuran untuk salad buatannya, mengangguk kemudian meletakkan mangkuk yang sudah berisikan mayones diatas meja, "Ya, Karina sang
Pagi menyapa, suasana kota Sydney sangat berbeda dari negara Eropa lainnya. Matahari bersinar cukup terik, sehingga cahaya sinar kuning menyala itu telah mengintip dari balik tirai gorden kamar tamu yang ditempati oleh Darin serta Karina. Karina yang sudah mengenakan pakaian sekolah, karena akan berangkat menuju asrama untuk melanjutkan masa pendidikan sebagai seorang siswi pilihan kelas delapan disalah satu sekolah bertaraf internasional yang bekerja sama dengan Singapura, harus berpisah dari sang mami setelah masa pengobatannya selama hampir lima bulan. Perlahan Karina mengusap lembut perut buncit sang mami, yang sudah mulai aktif bergerak dan sangat menggemaskan dirinya sebagai seorang anak gadis berusia 11 tahun. "Mi, apakah setiap baby mulai bergerak seaktif ini, apakah dia tidak merasakan sakit ataupun capek? Kenapa adikku sudah sangat aktif sekali, mi?" tawanya menggoda Darin.Darin hanya tertawa kecil mendengar lelucon dari sang putri, yang sangat menggemaskan. "Ya, beninil
Tidak ingin berdebat Reymond langsung menggiring kedua wanita itu menuju lift yang sudah terbuka, kemudian menatap wajah Merry yang tampak tidak tenang seperti biasanya. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja!" tuturnya tidak ingin sang istri merasa khawatir. "Honey ..." Merry tak kuasa untuk mejawab lagi, karena ia melihat sosok gadis yang berada disamping sang mama mertua. Gadis cantik yang selalu dielu-elukan untuk menjadi pengganti Merry jika dalam delapan tahun pernikahan putra kesayangan mereka tidak bisa memberikan keturunan, maka gadis itu yang akan menjadi istri kedua bagi Reymond. Pria bule bermata biru tersebut selalu menepis semua keinginan kedua orangtuanya, karena rasa cinta yang ia miliki terhadap Merry sangatlah besar. Akan tetapi, kini tampak seperti terbagi karena kehadiran Darin yang telah mengisi kekosongan harinya. Dengan gagahnya, Reymond menghampiri keluarganya sambil berkata tanpa mau berbasa-basi, "Katakan padaku, apa yang kalian inginkan? Aku tidak memilik
Di kediaman mereka yang berada dilantai 30, Merry tengah menangis tersedu dalam dekapan Darin. Janda satu anak itu tampak kebingungan karena tidak mengetahui apa yang ditangisi oleh wanita baik seperti Merry. "Tenanglah, Nyonya. Jangan terlalu dipikirkan, saya yakin Tuan Rey akan menentukan sikap yang bijak dalam melindungi Anda sebagai seorang istri yang baik," titahnya mengusap lembut pundak Merry yang menangis. Dengan cepat Merry menggelengkan kepalanya, "Tidak Darin, honey akan tetap menikahi gadis itu. Karena gadis itu berada di restoran hotel. Aku yakin sebelum kejadian ini, Rey sudah pernah bertemu dengannya. Karena beberapa kali aku melihat perubahan pada suamiku dan aku yakin dia memiliki hubungan spesial dengan seorang wanita. Jika tidak, mana mungkin gadis itu berani menginjakkan kakinya dihotel kami, Darin." Darah Darin mendesir sesaat, ketika mendengar ucapan Merry yang sudah meragukan cinta suaminya sendiri, tangannya melepaskan dekapan dari tubuh Merry, hanya untuk me
Wanita mana yang tidak merasa bahagia, ketika mendengarkan ucapan cinta dari bibir sang pria yang pernah menghabiskan malam indah bersama. Namun, Darin menepis semua ucapan Reymond yang masih memandang kearahnya. "Pergilah, Tu- ..." Seketika Reymond langsung berhambur memeluk tubuh Darin sehingga ia tidak dapat menahan tubuh sang pria bule itu yang langsung melumat bibir merahnya. Ciuman yang sangat dirindukan bagi keduanya, kini berubah menjadi nafsu bergelora bercampur gairah kerinduan. "Jangan pernah memanggilku Tuan! Jika kamu masih menyebutkan itu, aku akan langsung memakan mu, Darin," tuturnya lembut ketika melepaskan pagutan mereka berdua. Susah payah Darin menelan ludahnya, mendorong tubuh Reymond agar tidak terlihat oleh Merry, karena pintu kamar tamu yang terbuka sedikit. "Pergilah Rey. Jangan pernah menuntut apa pun saat ini. Karena Merry sangat mencintaimu." Perlahan tangan kekar itu menyentuh wajahnya seraya berkata dengan nada lembut, "Aku tidak akan pernah melepask