Pagi menyapa, kesibukan para pelayan di mansion mewah milik Reymond sudah sayup terdengar dari kamar tamu yang berada di dekat ruang keluarga. Perlahan Darin mengerjabkan kedua bola matanya, mengalihkan pandangan kesamping ranjang peraduan yang sangat mewah milik Reymond pribadi. Ia mencari keberadaan pria bule tersebut, melebarkan pandangannya ditiap-tiap sudut kamar. "Agh ... kemana Rey? Apakah dia sudah pergi ke rumah sakit? Hmm, aku lupa menanyakan padanya tentang aktivitas pria itu hari ini ..." tuturnya mencoba untuk turun dari ranjang peraduan kamar tamu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Cukup lama Darin berada dikamar mandi melakukan ritual paginya, sehingga ia tidak mengetahui bahwa putri kesayangan dan Merry sudah berada di mansion. Perasaan bahagia yang tersirat disudut bibir tipisnya, memberi tanda bahwa perasaannya tengah berbunga-bunga karena telah melepaskan rasa yang selama ini terpendam. Darin keluar dari kamar mandi, dengan balutan handuk yang membalut
Sudah lebih dari tiga bulan mereka tinggal bersama, hanya sekali itu Reymond berani melakukan kesalahan karena rasa penasarannya. Usia kehamilan Darin juga sudah memasuki trimester kedua, sehingga membuatnya terus dalam bayang-bayang yang penuh rasa bersalah, karena selalu mendapatkan perlakuan baik dari wanita yang masih menjadi istri sah pria bule nan menggoda perasaannya. Sore ini, Merry tengah mempersiapkan makan malam yang dibantu oleh Darin. Karena kehamilannya yang tampak sehat, dua wanita itu semakin tampak akrab, saling bertukar cerita serta pengalaman dalam menu masakan khas Nusantara juga Chinese, seperti yang terbiasa dilakukannya ketika menjadi istri Bima, untuk menutupi rasa gugupnya. Merry bertanya sambil mengeluarkan semangkuk lasagna dari oven yang berada didekat Darin, "Darin, bisakah kamu membuat fuyunghai?" Darin yang tengah mengiris sayuran untuk salad buatannya, mengangguk kemudian meletakkan mangkuk yang sudah berisikan mayones diatas meja, "Ya, Karina sang
Pagi menyapa, suasana kota Sydney sangat berbeda dari negara Eropa lainnya. Matahari bersinar cukup terik, sehingga cahaya sinar kuning menyala itu telah mengintip dari balik tirai gorden kamar tamu yang ditempati oleh Darin serta Karina. Karina yang sudah mengenakan pakaian sekolah, karena akan berangkat menuju asrama untuk melanjutkan masa pendidikan sebagai seorang siswi pilihan kelas delapan disalah satu sekolah bertaraf internasional yang bekerja sama dengan Singapura, harus berpisah dari sang mami setelah masa pengobatannya selama hampir lima bulan. Perlahan Karina mengusap lembut perut buncit sang mami, yang sudah mulai aktif bergerak dan sangat menggemaskan dirinya sebagai seorang anak gadis berusia 11 tahun. "Mi, apakah setiap baby mulai bergerak seaktif ini, apakah dia tidak merasakan sakit ataupun capek? Kenapa adikku sudah sangat aktif sekali, mi?" tawanya menggoda Darin.Darin hanya tertawa kecil mendengar lelucon dari sang putri, yang sangat menggemaskan. "Ya, beninil
Tidak ingin berdebat Reymond langsung menggiring kedua wanita itu menuju lift yang sudah terbuka, kemudian menatap wajah Merry yang tampak tidak tenang seperti biasanya. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja!" tuturnya tidak ingin sang istri merasa khawatir. "Honey ..." Merry tak kuasa untuk mejawab lagi, karena ia melihat sosok gadis yang berada disamping sang mama mertua. Gadis cantik yang selalu dielu-elukan untuk menjadi pengganti Merry jika dalam delapan tahun pernikahan putra kesayangan mereka tidak bisa memberikan keturunan, maka gadis itu yang akan menjadi istri kedua bagi Reymond. Pria bule bermata biru tersebut selalu menepis semua keinginan kedua orangtuanya, karena rasa cinta yang ia miliki terhadap Merry sangatlah besar. Akan tetapi, kini tampak seperti terbagi karena kehadiran Darin yang telah mengisi kekosongan harinya. Dengan gagahnya, Reymond menghampiri keluarganya sambil berkata tanpa mau berbasa-basi, "Katakan padaku, apa yang kalian inginkan? Aku tidak memilik
Di kediaman mereka yang berada dilantai 30, Merry tengah menangis tersedu dalam dekapan Darin. Janda satu anak itu tampak kebingungan karena tidak mengetahui apa yang ditangisi oleh wanita baik seperti Merry. "Tenanglah, Nyonya. Jangan terlalu dipikirkan, saya yakin Tuan Rey akan menentukan sikap yang bijak dalam melindungi Anda sebagai seorang istri yang baik," titahnya mengusap lembut pundak Merry yang menangis. Dengan cepat Merry menggelengkan kepalanya, "Tidak Darin, honey akan tetap menikahi gadis itu. Karena gadis itu berada di restoran hotel. Aku yakin sebelum kejadian ini, Rey sudah pernah bertemu dengannya. Karena beberapa kali aku melihat perubahan pada suamiku dan aku yakin dia memiliki hubungan spesial dengan seorang wanita. Jika tidak, mana mungkin gadis itu berani menginjakkan kakinya dihotel kami, Darin." Darah Darin mendesir sesaat, ketika mendengar ucapan Merry yang sudah meragukan cinta suaminya sendiri, tangannya melepaskan dekapan dari tubuh Merry, hanya untuk me
Wanita mana yang tidak merasa bahagia, ketika mendengarkan ucapan cinta dari bibir sang pria yang pernah menghabiskan malam indah bersama. Namun, Darin menepis semua ucapan Reymond yang masih memandang kearahnya. "Pergilah, Tu- ..." Seketika Reymond langsung berhambur memeluk tubuh Darin sehingga ia tidak dapat menahan tubuh sang pria bule itu yang langsung melumat bibir merahnya. Ciuman yang sangat dirindukan bagi keduanya, kini berubah menjadi nafsu bergelora bercampur gairah kerinduan. "Jangan pernah memanggilku Tuan! Jika kamu masih menyebutkan itu, aku akan langsung memakan mu, Darin," tuturnya lembut ketika melepaskan pagutan mereka berdua. Susah payah Darin menelan ludahnya, mendorong tubuh Reymond agar tidak terlihat oleh Merry, karena pintu kamar tamu yang terbuka sedikit. "Pergilah Rey. Jangan pernah menuntut apa pun saat ini. Karena Merry sangat mencintaimu." Perlahan tangan kekar itu menyentuh wajahnya seraya berkata dengan nada lembut, "Aku tidak akan pernah melepask
Darin tersedak, ketika mendengar pertanyaan Fina yang tengah mempertanyakan topik hangat hari itu. Keningnya mengerenyit masam, kedua alisnya menaut karena perasaan tidak nyaman dengan pertanyaan adik tiri Reymond tersebut. Perlahan ia menggeleng, kemudian beranjak dari duduknya karena tidak ingin membahas tentang masalah pribadi Keluarga Reymond. "Maaf Fin, aku tidak ikut campur hingga kesana!" Terdengar helaan nafas Fina sangat berat, kemudian tertawa kecil seraya berkata, "Bagus deh. Berarti benar tentang hubungan gelap Rey dengan Caroline. Karena aku melihat perubahan Rey pada Merry." Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Darin yang masih berdiri dihadapannya, kemudian berkata sedikit berbisik, "Sebenarnya yang mengakibatkan Merry tidak bisa memiliki keturunan itu adalah ulah mama, yang selalu memberikan makan siang padaku. Aku juga baru tahu, Darin. Aku harap kamu diam-diam saja, sshht ..." telunjuknya diletakkan dibibir seksinya, kemudian kembali duduk di tempat semula. Wajah Dari
Benar saja, dua hari mereka di sana semua terbuka secara nyata. Merry yang dinyatakan terkena riwayat autoimun lemah, ternyata hanya mengalami depresi berat akibat tekanan dan pikiran. Bukan lupus seperti yang di gadang-gadangkan oleh dokter kepercayaan Reymond selama ini. Keringat dingin Darin menyebar di seluruh tubuhnya, karena membaca semua hasil laboratorium tentang riwayat Merry yang mereka dapat dari team medis Dokter Berty. "Kenapa semua hasil ini sangat jauh berbeda ...? Apakah ini ada campur tangan Dokter Frans ...? Kenapa mereka menyembunyikan semua ini sedari dulu ...?" Janda satu anak itu merebahkan tubuhnya di sandaran kursi ruangan Dokter Berty yang merupakan istri dari adik dari almarhum ayahnya. Sementara di tempat terpisah, Merry tengah mendapatkan pertolongan pertama untuk mengembalikan kondisi psikisnya yang terguncang. Darin menghela nafas berat, kembali mempertanyakan tentang riwayat Merry yang sesungguhnya kepada Berty, "Apakah Aunty mengenal Reymond, atau Do