Share

Kekasih suamiku

Mata Arza melirik dengan tajam. Sontak seluruh pegawai menunduk. Lalu perlahan mereka bubar tanpa mengatakan sepatah katapun. Arza memang terkenal sangat dingin kepada siapapun. Tak terkecuali pada sahabatnya Alwi yang juga merupakan manajer di kafe tersebut.

Arza kembali melangkah pergi. menyisakan Azkiya dan Atifa yang masih  terdiam. Di tempat mereka berdiri. Lantas Atifa langsung membawa Azkiya ke belakang. Ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada sahabatnya ini.

“Kenapa kamu menikah tanpa memberitahuku?” todong Atifa tanpa basa-basi. Bibirnya mengerucut sebal. Azkiya hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.

“Maafkan aku, Fa. Ini sangat mendadak. Jadi aku tidak sempat memberitahumu,” tutur Azkiya menjelaskan.

“Baiklah. Eh, tapi kenapa kamu masih memakai baju pelayan ini?” Dahi Atifa mengernyit saat bertanya hal itu.

“Kamu istri dari pemilik tempat ini. Artinya kamu juga bos di sini, Kiya,” seloroh Atifa dengan polosnya.

Kiya merupakan panggilan yang diberikan Atifa pada Azkiya. Mendengar pertanyaan polos dari sahabatnya membuat Azkiy hanya bisa tersenyum. Entah apa yang harus ia katakan tentang pernikahannya ini, tentang Arza yang hanya terpaksa menikah dengannya.

“Kiya,” panggil Atifa yang membuatnya tersadar dari lamunan. “Kenapa malah diam?” lanjutnya.

Sontak Azkiya langsung memandangnya dengan kikuk.

“E-em itu, ya. Aku hanya bosan jika terus berada di rumah, makanya aku putuskan untuk tetap bekerja,” jelasku berusaha santai.

“Tapi tidak harus menjadi pelayan juga, ‘kan?”

Pertanyaan Atifa sungguh membuat Azkiya bingung mencari alasannya, terlebih sahabatnya ini memang tipe orang yang selalu ingin tahu. Azkiya terdiam.

“Memang salah menjadi pelayan?” Azkiya bertanya balik.

“Memang tidak salah, tapi .…”

“Sudahlah. Sebaiknya kita bekerja sebelum pemiliknya kembali marah,” potong Azkiya segera. Dia tahu setelah ini pasti akan banyak pertanyaan yang  keluar dari mulut Atifa. Akhirnya Atifa mengalah. Mereka bersiap untuk membersihkan meja-meja sebelum para pelangan datang.

Selang beberapa lama satu persatu pelanggan mulai datang. Para pegawai mulai sibuk dengan pekerjaan mereka. Begitu juga Azkiya. Sesekali wanita itu memandang ke arah pintu tempat dimana Arza berada. Lelaki itu belum keluar sama sekali dari ruangannya.

Suasana di antara para pegawai menjadi canggung. Bagaimana tidak, istri dari pemilik kafe tempat mereka bekerja justru menjadi pelayan di sana. Alwi yang merupakan sahabat dari kedua orang itu bahkan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia sangat penasaran tapi belum sempat bertanya pada Arza. Alwi mengambil kesempatan ketika suasana mulai lengang. Lelaki itu menghampiri Azkiya.

“Hey!” seru Alwi seraya berjalan mendekat pada Azkiya.

Merasa ada yang memanggil Azkiya lantas mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Wanita itu tersenyum saat mengetahui siapa yang menyapanya.

“Selamat atas pernikahanmu,” ucap Alwi memulai pembicaraan.

Azkiya tersenyum tipis, ”Terima kasih.”

Hening sesaat. Alwi ragu bertanya tentang hal itu. Tapi ia sangat penasaran.

“Bukankah seharusnya kamu tidak lagi mengerjakan sesuatu seperti ini, Azkiya?” tanya Alwi hati-hati. Tanpa butuh waktu Azkiya paham apa yang ditanyakan lelaki di sampingnya.

“Ah, Ini? Tidak apa-apa. Aku hanya terlanjur terbiasa saja.” Mata Azkiya tak berani menatap Alwi. Tentu saja ia berbohong.

“Baiklah,” timpal Alwi tak puas. Lelaki itu tau ada yang tak biasa. Tapi ia merasa tak enak jika terus bertanya.

Lalu tiba-tiba ada seorang perempuan masuk seraya memandang kesana kemari seperti mencari seseorang. Azkiya berinisiatif menghampiri perempuan tersebut untuk bertanya. Sementara Alwi hanya diam memperhatikan.

“Permisi. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya Azkiya ramah. Perempuan itu tak langsung menjawab. Ia melihat Azkiya dari atas hingga  bawah. tentu saja Azkiya tak nyaman.

“Di mana kekasih saya?” Perempuan itu balik bertanya. Tentu saja pertanyaan itu membuat Azkiya bingung.

Dahi Azkiya berkerut. ”Siapa yang anda maksud?”

Helaan napas terdengar dari mulut perempuan tersebut. Ia merapikan rambutnya dengan tangan. ”Maksud saya Arza.”

Seketika mulut Azkiya kelu. Ia terdiam dan menatap tak percaya pada perempuan di hadapannya. Melihat reaksi Azkiya yang tak biasa membuat Alwi penasaran. Lelaki itu gegas menghampiri mereka berdua.

“Azkiya! Ada apa?”

Azkiya masih diam tak menjawab. Kemudian Alwi menatap perempuan asing di hadapannya.

“Kamu tahu Arza di mana? Saya sudah membuat janji dengannya.” Perempuan tersebut beralih pada Alwi.

“Anda siapa?” Alwi balik bertanya.

“Kekasihnya.”

Satu jawaban yang membuat Alwi juga ikut terdiam. Beberapa pegawai yang mendengar hal itu ikut terkejut. Pandangan Alwi beralih pada Azkiya. Entah apa yang Azkiya pikirkan. Yang jelas lelaki itu tau jika Azkiya tidak baik-baik saja.

Azkiya tengah duduk dengan pandangan lurus. Tidak. Lebih tepatnya ia sedang melamun. Setelah apa yang dikatakan perempuan tadi Azkiya hanya bisa terdiam. Situasi ini sangat tidak bisa dipercaya. Tapi Azkiya tak bisa menyangkalnya. Mengingat Arza juga menikahi dirinya karena terpaksa, bukan tidak mungkin lelaki itu juga masih memiliki kekasih.

Di tengah lamunannya Azkiya dihampiri oleh seseorang. Dengan ragu  seseorang itu duduk di samping Azkiya. Atifa-sahabat Azkiya menatapnya dengan lekat, namun hal itu tak disadari oleh Azkiya. Pikirannya masih berkelana pada apa yang ia lihat tadi. Benaknya penuh dengan tanya tentang wanita yang bergelayut manja pada suaminya.

Azkiya tersadar saat tangannya digenggam lembut oleh seseorang. Ia lantas menengok ke samping, lalu tersenyum canggung saat Atifa menatapnya.

“Eh, Atifa.” Azkiya tersenyum tipis.

“Kiya, apa yang sebenarnya terjadi?” Suara Atifa terdengar pelan dan sangat hati-hati.

Senyum terukir di wajah Azkiya, sekuat tenaga ia berusaha menutupi lukanya di hadapan Atifa. Ia belum sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya. Atifa masih setia menunggu jawaban Azkiya, tangannya mengenggam erat jemari sahabatnya itu.

“Azkiya!” seru seseorang tiba-tiba. Mereka berdua menoleh ke sumber suara. Seorang pegawai berjalan menghampiri tempat mereka duduk.

“Pak Arza menyuruhmu untuk membuat minuman,” ucap pegawai itu.

Azkiya mengernyitkan dahi. Ia merasa bingung karena selama ia bekerja di kafe itu Azka tak pernah sekalipun menyuruh Azkiya membuatkan minuman.

“E-em, itu untuk tamunya Pak Arza,” sambung karyawan itu yang langsung menjawab kebingungan Azkiya. Atifa mendesis tak suka. Bisa-bisanya Arza memperlakukan Azkiya seperti itu.

“Kenapa tidak kamu saja yang membuatnya?” tanya Atif tiba-tiba. Pegawai itu diam sejenak. Ada rasa iba saat melihat Azkiya.

“Maaf. Ini perintah dari Pak Arza sendiri,” jawabnya dengan sungkan.

Azkiya menghela napas, mengusap lembut tangan Atifa agar tenang. Dengan senyum ia mencoba meyakinkan Atifa bahwa dirinya baik-baik saja.

“Baik. Akan segera aku buatkan.” Azkiya menjawab dengan tenang. Pegawai tadi mengangguk pelan lalu melenggang pergi meninggalkan tempat itu.

“Tapi kamu belum menjawab pertanyaanku, Kiya,” cegah Atifa saat Azkiya melepaskan genggaman tangannya.

Azkiya bangkit dari duduknya tanpa menjawab pertanyaan Atifa. Ia hanya takut tak bisa menahan diri dan menangis lagi. Kaki Azkiya perlahan melangkah hendak pergi, namun terhenti saat  Atifa mencekal pergelangan tangannya. Azkiya berbalik menatap sahabatnya, raut wajah khawatir terpahat jelas di sana.

“Kamu tidak apa-apa, Kiya?” tanyanya dengan suara pelan. Azkiya tersenyum seraya menggeleng.

“Aku akan baik-baik saja,” jawab Azkiya mencoba meyakinkan sahabatnya.

Azkiya melepas genggaman tangan Atifa, lalu melenggang pergi. Sungguh jika harus jujur, tidak ada yang baik-baik saja saat ini. Hatinya gundah, jiwanya terluka atas apa yang telah di lakukan Azka. Namun tekadnya membuat ia kuat. Ia percaya mampu mengambil hati Azka suatu saat.

Teh telah siap di tangan, namun Azkiya ragu untuk masuk ke ruangan Azka. Ia terpaku di depan pintu. Matanya menatap lurus ke bawah, mencoba menguatkan hati dengan berkali-kali mengambil napas.

Tangan Azkiya membuka pintu dengan perlahan. Azkiya tak percaya dengan apa yang ia lihat saat pintu itu telah terbuka sempurna. Seluruh sendi tubuhnya seakan membeku. Azkiya mematung .…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status