Hai...hai...hai...pembaca yang baik hati 🙋😘🥰 Simak dan tunggu kelanjutan RWP 🌺yaa... Dukung parikesit70 dengan komentarnya, biar bintang nya terlihat ✍️✍️✍️✍️✍️ Terima kasih untuk tanda cintanya🙏❤️❤️❤️❤️❤️ Terima kasih untuk bintang 5nya🙏⭐⭐⭐⭐⭐ Terima kasih untuk votenya 🙏💎💎💎💎💎 Jaga kesehatan selalu yaa 💪🤩😍😘🥰
Sesaat rumah itu, tampak sunyi, tak ada suara sama sekali, seperti yang terjadi satu jam sebelumnya. Hendra masih terdiam dengan memainkan ponsel yang dipegangnya, bersama Jodi yang tertunduk lesu di ruang keluarga. Hendri yang masih duduk di teras memandang halaman yang telah bersih dengan bunga-bunga yang bermekaran dan wanita muda yang masih menunggu kepastian atas nasib ia dan bayi yang di kandungnya. Dan Kedua ipar Angel yang masih berada di dalam kamar bersama anak-anak mereka, serta Angel yang sedang menguatkan hati mama untuk mengambil sikap, atas hidup yang akan menentukan kebahagiaannya. Bunyi suara pintu kamar Angel, yang terbuka, membangunkan mereka dengan pikiran yang terus menjalar ke segala arah dan ke berbagai kemungkinan. Mama berjalan ke ruang tamu ditemani oleh Angel yang menggenggam erat tangannya. Terlihat Hendri bangun dari kursi yang berada di teras, masuk ke ruang keluarga. Begitu pun dengan Hendra yang terlihat berjalan menuju ruang tamu dengan mengantongi
Kehadiran Demas pada keluarga inti Angel, membawa perasaan bahagia pada hatinya. Ia yang selama ini berusaha menepis rasa ketertarikannya pada Demas, terus berusaha menjaga jarak. Perbedaan status sosial yang mencolok antara mereka, menjadi salah satu sebab, Angel untuk tidak berharap banyak, atas kedekatan mereka. Kalau saja kedua kakaknya dan Andini tahu, jika kedekatan antara mereka berawal dari kebutuhan biologis semata, mungkin hari ini, namanya telah di coret dalam daftar keluarga. Belum lagi, hubungan sebelumnya dengan Tito yang telah beristri, mungkin saja ia akan dikait-kaitkan dengan keadaan mamanya saat ini. Karena bagaimana pun hukum karma tetap berjalan. Tetapi mengapa mamanya yang mendapat hukumannya? Bukankah, sebenarnya Jodi yang telah lama mempermainkan wanita muda, sehingga karmanya harus dijalani oleh Angel? “Angel, kita cari makan dulu aja, kasihan mama, sama anak-anak, sekarang sudah jam sebelas lebih,” saran Hendra pada Angel yang sedang bermain dengan anaknya.
Hubungan Angel dan Demas yang awalnya hanya selentingan gosip bagi karyawan dan karyawati di tempatnya bekerja, akhirnya tertangkap basah, ketika mereka berciuman di dalam lift. Hal itu tanpa sengaja diketahui oleh karyawati yang sedang menunggu lift pada lantai lain. Peristiwa itu, membuat gempar seluruh bagian yang ada di kantor itu, begitu juga dengan Erwan. Ia tidak percaya, jika gosip yang beredar di kalangan karyawan kantor benar adanya. Karena ia yakin adiknya, tidak akan melakukan hal yang memalukan seperti itu. Oleh karena itu, hari ini Erwan memanggil Demas ke ruangannya untuk bisa mengklarifikasi hal yang menjadi perbincangan antar karyawan. “Pagi kak,” salam Demas ketika memasuki ruangan Erwan. “Pagi Dem,” ucap Erwan membalas salam Demas. Lalu Erwan, bangkit dari tempat duduknya ke ruang tamu yang ada di ruangannya. Sementara Demas terlihat telah duduk di ruang tamu. “Kamu udah sarapan?” tanya Erwan sebagai kata pembukaan diantara mereka. “Sudah kak, bagaimana kabar ka
Dua hari yang lalu, kedua putra dan menantu serta cucu Andini, pamit untuk kembali ke rumah mereka yang berada di luar kota. Kini, keadaan rumah kembali sepi. Suasana rumah hening, dan kesepian kini menggelayut di hati dan pikiran Andini. “Maa, kenapa melamun?” tanya Angel di pagi hari ketika ia tengah bersiap ke kantor. “Oh, tidak....,Mama hanya merasa bingung, harus bagaimana sekarang?” “Maa, menurut Angel, sekarang ini mama menyiapkan berkas yang dibutuhkan dalam pengajuan perceraian itu. Tapi apa mama sudah yakin untuk melepas papa? Waktu itu kan Angel lagi marah, jadi sekarang ini, semua tergantung sama mama saja,” ucap Angel, dengan memasukkan kotak makan siangnya pada tas kanvas. Terlihat, Andini hanya termangu mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya. Entah apa yang dipikirkan, yang Angel dengar hanya helaan napas panjang disela-sela kopi yang ia nikmati pagi ini. “Kamu sarapan saja dulu, mama tadi sudah makan jajan basah dan minum kopi pula. Nanti jam sebelas siang mama
Pagi ini sekitar jam lima pagi Angel telah bangun. Hari ini ia lebih awal bangun, karena takut ketinggalan pesawat. Hari ini ia bersama Team pak Erwan akan ke Surabaya dalam acara pembukaan cabang baru disana. Angel membawa beberapa potong pakaian yang akan ia gunakan selama dua hari disana. Sebelum itu, mama yang telah tahu kalau Angel akan berangkat keluar kota, telah lebih awal mempersiapkan sarapan Angel. Karena ia tidak ingin Angel kelaparan ketika sedang menunggu di bandara. “Angel, sarapan dulu, ini mama sudah selesai memasak.” “Ya ampun mama, harusnya jangan terlalu pagi seperti ini mama bangun, Angel kan bisa beli sarapan di bandara Maa.” “Mama jadi kepikiran kalau kamu belum sarapan di rumah, sudah sini mama temani sarapan,” ujar mama dengan menemaninya sarapan. Mama juga membuatkan teh manis untuk Angel. Melihat, begitu sayang dan perhatian mama padanya yang telah beranjak dewasa, membuat hati Angel merasa sedih. Karena selama ini, ia kurang memperhatikan mamanya. Dala
Tito yang terus memaksa Angel dengan memeluk erat tubuhnya, tidak dapat melepaskan diri dari lelaki itu. Hingga pada saat Tito kembali mencium bibir Angel, dan mengulumnya dengan hasrat yang tinggi, membuat Angel hanyut ke dalam buaiannya, manakala tangan nakal Tito mulai meraih dua buah gundukan kenyal di dadanya. Tito dengan sigap telah membuka pakaian dan Bra Angel, sehingga ia dengan leluasa memainkan kedua gundukan besar dengan memilin puting yang berwarna coklat kemerahan. Kini, bibir Tito beralih ke bagian gundukan putih milik Angel. Helaan napas keduanya dalam hasrat yang kian mulai berpacu membuat Angel meraih batang kenikmatan Tito yang masih terkunci rapat dalam resletingnya, walaupun tidak dapat di pungkiri, kalau batang kenikmatan milik Tito telah bangun pula. ketika tangan Tito kembali menggerayangi belahan paha Angel, sebuah erangan terdengar dari bibir sensualnya.“Ouuwhh...Oooh...,” desah Angel ketika Tito kian bernafsu memberikan sensasi padanya. Tito melihat kedu
Angel sampai di rumah ketika jam makan siang. Ia masuk ke dalam rumah dan terlihat Andini sedang berada di ruang keluarga tersenyum ke arah Angel yang telah masuk ke ruang keluarga. “Ayo kita makan siang dulu, mama sengaja menunggu kamu untuk bisa makan siang bersama,” perintah mama berjalan ke meja makan. “Ya Maa, Angel taruh tas dulu.”Angel berjalan ke kamarnya untuk menaruh tas, kemudian ia keluar dari kamar dan berjalan menuju meja makan. Mereka pun menikmati makanan siang bersama tanpa berbicara. Selesai makan siang, mama bertanya pada Angel, “Bagaimana pekerjaan kamu disana? Apa semua lancar-lancar saja?” “Semua lancar-lancar saja koq Maa, hmmmm maaf Ma, Angel ingin istirahat dulu, nanti kita cerita lagi,” ucap Angel. Lalu, Andini pun berkata pada Angel.“Ngel, nanti tante Yuni akan jalan sama mama, apa kamu akan ikut?” “Enggak Ma, biar mama sama tante Yuni aja cuci mata, hehehehe,” jawab Angel meninggalkan Andini yang masih berada di ruang makan. Sesampai di kamar, Angel
Andini yang telah memperbaiki hubungan baik dengan pamannya, akhirnya baru mengetahui, kalau kakak sepupunya Prayoga menderita penyakit kanker. Lalu mereka berencana untuk menjenguk Prayoga bersama, selesai mereka berbincang-bincang. “Din, dimana anak kamu kerja?” tanya Anggara pamannya. “Om sekarang ini, Angel baru saja berhenti bekerja,” jawab Andini pada Anggara. “Angel, apa kamu mau bekerja di Bank, Nak?” tanya Anggara dengan penuh kasih sayang, dengan menggenggam tangan cucu yang baru dilihat dan dikenalnya. Angel yang ditanya tentang pekerjaan yang ditawarkan oleh Eyangnya, hanya mengangguk, dengan mata berbinar. “Kalau bagaimana, besok Angel ikut sama Eyang pergi ke Bank, nanti Eyang akan bicara pada bagian HRD.” “Tapi Eyang, nanti saya di bagian apa?” tanya Angel. “Sayang, kamu bisa di bagian mana pun, sesuai keinginan kamu, dan lebih baik kamu mulai belajar di setiap bagian,” ucap Anggara. “Dini, menurut paman, lebih baik Angel kuliah lagi untuk memperdalam ilmu perban