Hai pembaca yang baik hati, 🙋❤️😘 Tunggu terus kelanjutan RWP 🌺yaa Mohon dibantu komentarnya ✍️ krn itu sangat berharga Mohon dukungannya terus...💃💃💃 Terima kasih untuk lovenya❤️❤️❤️❤️❤️ bintangnya ⭐⭐⭐⭐⭐dan votenya💎💎💎💎💎 Jaga terus kesehatan yaa💪🥰😍 Terima kasih banyak🙏🙏
Mobil sport yang dikendarai oleh Demas berjalan diantara mobil lain, di jalan yang padat di hari weekend. Di dalam mobil itu, Angel bercerita tentang kedua kakak, ipar dan mamanya. Angel juga menceritakan tentang keadaan rumah tangga mama, yang sedang ada masalah. Sementara Demas juga bercerita tentang mama papanya yang telah berusia enam puluh tahun, dan ia juga bercerita tentang Erwan, kakak angkatnya. Ketika, Demas bercerita tentang nama Erwan, Angel merasa seluruh tubuhnya mengigil. Ia takut kebohongan yang telah ia lakukan bersama Tito, pada saat mereka menghadap Erwan, untuk mendapatkan pekerjaan, terbongkar. Tetapi Angel berjanji, suatu hari, ia akan mengatakan hal yang sebenarnya pada Erwan, mengenai kebohongan Tito atas dirinya. “Angel, kenapa kamu diam? Apa kamu kelelahan karena bangun pagi?” Angel langsung bersikap wajar kembali seperti sedia kala, ia pun menjawab, “Aku sehat-sehat aja dengan kondisi tubuh yang fit.” “Tapi, tadi aku lihat, kamu termenung..., Apa karena k
Setelah Hendra meminta semua anggota keluarga untuk beristirahat, akhirnya semua masuk ke kamar masing-masing, kecuali Andini yang memutuskan untuk tidak tidur di kamarnya. Ia masuk ke kamar Angel dan saat ini, mereka sedang mengobrol. “Ngel, mama enggak menyalahkan kamu dengan kejadian tadi, cuma mama jadi merasa bersalah, karena sudah cerita tentang masalah kami, dan itu jadi dasar kamu benci sama papa.” “Kalau saja mama enggak cerita, mungkin enggak akan terjadi keributan. Hendri jadi tersangkut paut juga dengan masalah tadi,” dengan lembut Andini berkata dan mengusap kepala putrinya yang masih belum terlelap. “Maa, jangan salahkan diri mama sendiri, coba kalau sejak dulu mama cerita, mungkin mama bisa cerai pada saat masih muda. Juga dari dulu Angel udah enggak merasa punya papa.” “Masalah dia, minta maaf ke mama, itu sih terserah mama aja, cuma memang Angel udah enggak respek sama dia.” Andini menarik napas panjang mendengar penuturan putrinya. Ia tahu, Angel udah sangat kece
Sesaat rumah itu, tampak sunyi, tak ada suara sama sekali, seperti yang terjadi satu jam sebelumnya. Hendra masih terdiam dengan memainkan ponsel yang dipegangnya, bersama Jodi yang tertunduk lesu di ruang keluarga. Hendri yang masih duduk di teras memandang halaman yang telah bersih dengan bunga-bunga yang bermekaran dan wanita muda yang masih menunggu kepastian atas nasib ia dan bayi yang di kandungnya. Dan Kedua ipar Angel yang masih berada di dalam kamar bersama anak-anak mereka, serta Angel yang sedang menguatkan hati mama untuk mengambil sikap, atas hidup yang akan menentukan kebahagiaannya. Bunyi suara pintu kamar Angel, yang terbuka, membangunkan mereka dengan pikiran yang terus menjalar ke segala arah dan ke berbagai kemungkinan. Mama berjalan ke ruang tamu ditemani oleh Angel yang menggenggam erat tangannya. Terlihat Hendri bangun dari kursi yang berada di teras, masuk ke ruang keluarga. Begitu pun dengan Hendra yang terlihat berjalan menuju ruang tamu dengan mengantongi
Kehadiran Demas pada keluarga inti Angel, membawa perasaan bahagia pada hatinya. Ia yang selama ini berusaha menepis rasa ketertarikannya pada Demas, terus berusaha menjaga jarak. Perbedaan status sosial yang mencolok antara mereka, menjadi salah satu sebab, Angel untuk tidak berharap banyak, atas kedekatan mereka. Kalau saja kedua kakaknya dan Andini tahu, jika kedekatan antara mereka berawal dari kebutuhan biologis semata, mungkin hari ini, namanya telah di coret dalam daftar keluarga. Belum lagi, hubungan sebelumnya dengan Tito yang telah beristri, mungkin saja ia akan dikait-kaitkan dengan keadaan mamanya saat ini. Karena bagaimana pun hukum karma tetap berjalan. Tetapi mengapa mamanya yang mendapat hukumannya? Bukankah, sebenarnya Jodi yang telah lama mempermainkan wanita muda, sehingga karmanya harus dijalani oleh Angel? “Angel, kita cari makan dulu aja, kasihan mama, sama anak-anak, sekarang sudah jam sebelas lebih,” saran Hendra pada Angel yang sedang bermain dengan anaknya.
Hubungan Angel dan Demas yang awalnya hanya selentingan gosip bagi karyawan dan karyawati di tempatnya bekerja, akhirnya tertangkap basah, ketika mereka berciuman di dalam lift. Hal itu tanpa sengaja diketahui oleh karyawati yang sedang menunggu lift pada lantai lain. Peristiwa itu, membuat gempar seluruh bagian yang ada di kantor itu, begitu juga dengan Erwan. Ia tidak percaya, jika gosip yang beredar di kalangan karyawan kantor benar adanya. Karena ia yakin adiknya, tidak akan melakukan hal yang memalukan seperti itu. Oleh karena itu, hari ini Erwan memanggil Demas ke ruangannya untuk bisa mengklarifikasi hal yang menjadi perbincangan antar karyawan. “Pagi kak,” salam Demas ketika memasuki ruangan Erwan. “Pagi Dem,” ucap Erwan membalas salam Demas. Lalu Erwan, bangkit dari tempat duduknya ke ruang tamu yang ada di ruangannya. Sementara Demas terlihat telah duduk di ruang tamu. “Kamu udah sarapan?” tanya Erwan sebagai kata pembukaan diantara mereka. “Sudah kak, bagaimana kabar ka
Dua hari yang lalu, kedua putra dan menantu serta cucu Andini, pamit untuk kembali ke rumah mereka yang berada di luar kota. Kini, keadaan rumah kembali sepi. Suasana rumah hening, dan kesepian kini menggelayut di hati dan pikiran Andini. “Maa, kenapa melamun?” tanya Angel di pagi hari ketika ia tengah bersiap ke kantor. “Oh, tidak....,Mama hanya merasa bingung, harus bagaimana sekarang?” “Maa, menurut Angel, sekarang ini mama menyiapkan berkas yang dibutuhkan dalam pengajuan perceraian itu. Tapi apa mama sudah yakin untuk melepas papa? Waktu itu kan Angel lagi marah, jadi sekarang ini, semua tergantung sama mama saja,” ucap Angel, dengan memasukkan kotak makan siangnya pada tas kanvas. Terlihat, Andini hanya termangu mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya. Entah apa yang dipikirkan, yang Angel dengar hanya helaan napas panjang disela-sela kopi yang ia nikmati pagi ini. “Kamu sarapan saja dulu, mama tadi sudah makan jajan basah dan minum kopi pula. Nanti jam sebelas siang mama
Pagi ini sekitar jam lima pagi Angel telah bangun. Hari ini ia lebih awal bangun, karena takut ketinggalan pesawat. Hari ini ia bersama Team pak Erwan akan ke Surabaya dalam acara pembukaan cabang baru disana. Angel membawa beberapa potong pakaian yang akan ia gunakan selama dua hari disana. Sebelum itu, mama yang telah tahu kalau Angel akan berangkat keluar kota, telah lebih awal mempersiapkan sarapan Angel. Karena ia tidak ingin Angel kelaparan ketika sedang menunggu di bandara. “Angel, sarapan dulu, ini mama sudah selesai memasak.” “Ya ampun mama, harusnya jangan terlalu pagi seperti ini mama bangun, Angel kan bisa beli sarapan di bandara Maa.” “Mama jadi kepikiran kalau kamu belum sarapan di rumah, sudah sini mama temani sarapan,” ujar mama dengan menemaninya sarapan. Mama juga membuatkan teh manis untuk Angel. Melihat, begitu sayang dan perhatian mama padanya yang telah beranjak dewasa, membuat hati Angel merasa sedih. Karena selama ini, ia kurang memperhatikan mamanya. Dala
Tito yang terus memaksa Angel dengan memeluk erat tubuhnya, tidak dapat melepaskan diri dari lelaki itu. Hingga pada saat Tito kembali mencium bibir Angel, dan mengulumnya dengan hasrat yang tinggi, membuat Angel hanyut ke dalam buaiannya, manakala tangan nakal Tito mulai meraih dua buah gundukan kenyal di dadanya. Tito dengan sigap telah membuka pakaian dan Bra Angel, sehingga ia dengan leluasa memainkan kedua gundukan besar dengan memilin puting yang berwarna coklat kemerahan. Kini, bibir Tito beralih ke bagian gundukan putih milik Angel. Helaan napas keduanya dalam hasrat yang kian mulai berpacu membuat Angel meraih batang kenikmatan Tito yang masih terkunci rapat dalam resletingnya, walaupun tidak dapat di pungkiri, kalau batang kenikmatan milik Tito telah bangun pula. ketika tangan Tito kembali menggerayangi belahan paha Angel, sebuah erangan terdengar dari bibir sensualnya.“Ouuwhh...Oooh...,” desah Angel ketika Tito kian bernafsu memberikan sensasi padanya. Tito melihat kedu