Setelah Louis jauh lebih tenang, Mahreen memberikan susu formula tak lebih dari 40ml kepada bayinya. Dan bayi itu menghabiskannya dengan begitu cepat."Maaf, Louis. Aku akan berusaha lagi." Ujar Mahreen yang kemudian airmata menetes begitu saja. Ketika bayi itu tertidur dengan pulas, sebuah ketukan terdengar dari balik pintu kamarnya. Diiringi dengan panggilan halus agar ia segera membuka pintu.“Tunggu sebentar.”Mahreen mengambil cardigan biru tua yang berada pada triange stand miliknya. Ia merapikan rambunya. Melepaskan kunciran rambutnya yang sudah tak karuan kemudia mengikatnya lagi, menghabiskan semua poni yang tadi menutupi dahinya. Sekarang, hanya anak-anak rambut saja yang berada di dahinya.Dress tidurnya sedikit tipis, ia mengurungkan niatnya untuk mengizinkan Dimitri masuk dengan pakaian yang hampir bisa menerawag tubuh setelah melahirkannya itu.Mahreen berjalan ke pintu. “Dimitri, ap aitu kau?”“Iya. Aku terlambat, maaf. Aku ketiduran.” Jawab laki-lak itu di balik pintu
Kecanggungan yang terjadi tak dapat dihindari antara Mahreen dan Dimitri ketika laki-laki itu akhirnya menyadari bahwa ia bersikap melewati batas yang terus diingatkan oleh Mahreen. Namun, ketika ia sadar, Mahreen masih berada dalam pelukannya. Tak bergeming sedikitpun. Ia masih diam. Dimitri bisa merasakan hangat tubuh Mahreen. Panas yang dirasakannya berasal dari permukaan kulit Mahreen yang berada di bawah lapisa-lapisan pakaian yang ia kenakan.Dimitri juga bisa merasakan bahwa Mahreen menginginkan sentuhan dan kehadirannya. Sebisa mungkin, tanpa merusak suasana, Dimitri mulai melepaskan pelukannya. Mahreen mengikutinya dengan membalikkan tubuhnya perlahan.Kini mereka saling tatatp. Mahreen tak ingin mendengarkan kata maaf, begitupun Dimitri yang tak ingin meminta maaf. Mereka saling menunggu satu sama lain untuk mengatakan sesuatu. Tak ada yang terdengar di telinga keduanya selain detak ringan jarum jam yang berada di atas meja rias Mahreen. Pandangan mereka benar-benar saling
November 2017Hai, aku harap kau baik-baik saja ketika membaca surat ini. Aku mencari banyak hal mengenaimu karena aku tak bisa berpura-pura menjadi orang yang tak mengetahui apapun.Panggil saja aku Re. Surat ini mungkin sedikit aneh karena aku bukanlah seseorang yang kau kenal. Aku hanya seorang yang kebetulan melihat hal buruk terjadi padamu.Aku tau kau tak ingin diingatkan lagi mengenai itu semua. Aku berharap kau bisa baik-baik saja.Tapi, aku mengetahui kejadian malam itu. Ketika seorang laki-laki di sana melecehkanmu.Aku melihatnya. Aku merekam kalian, alam bawah sadarku menyuruhnya. Aku bukan perempuan mesum yang tak punya kerjaan ketika merekam kalian.Aku… aku baru saja bercinta dengan kekasihku di sana. Ia meninggalkanku begitu saja setelah selesai dan aku butuh waktu lebih lama untuk memperbaiki pakaian yang ku gunakan.Terkesan aneh. Tapi aku berani bersumpah di saat itu aku tak tau apa yang bisa ku lakukan untukmu. Aku tak bisa berteriak dan langsung menghajarnya. Aku
Dimitri tak melihat Mahreen ketika ia terbangun pukul setengah tiga pagi. Wanita itu tak ada di kasurnya, meninggalkan dirinya dan Louis di kamar pada jam segini adalah hal yang aneh menurutnya. Dimitri terbangun karena mendengar suara isak tangis, namun suara itu saat ini taka da. Tak ada suara apapun.“Apakah aku memimpikan seolah aku mendengar tangisan? Tapi tak ada siapapun di sini.” Tutur Dimitri yang mulai berjalan mendekati Louis yang benar-benar tidur nyenyak tanpa gangguan sedikit pun.Bayinya itu tak mudah terbangun jika sudah tidur, meski sesekali ia akan berpindah posisi dan membuka mata, namun Louis akan kembali memejamkan matanya segera setelah berhasil menggeser sedikit kepalanya.Dimitri menelpon Mahreen. Dering ponsel terdengar dan cahaya terang muncul dari atas nakas di sisi kanan ranjang tidur Mahreen. Ia keluar tanpa membawa ponsel? Begitulah yang dipikirkan Dimitri.Memilih untuk bangun, ia mencuci wajahnya di kamar mandi. Ia berpikir untuk tak keluar dari kamar
Pratishta mengetuk pintu kamar Mahreen dan mendapati wanita itu masih tidur di atas kasurnya dan Louis sudah bersama dengan ayahnya. “Dia lagi kurang enak badan.” Ucap Louis untuk memangkas pertanyaan yang akan mengganggu Mahreen.Pratishta mengangguk dan ia pun meihat Louis dalam keranjangnya mengulik ke sana ke mari. Bayi itu membuka matanya dan tersenyum kepada Pratishta dan membuat hatinya jauh lebih hangat dibandingkan ketika ia belum masuk ke dalam ruangan itu.“Apa kau menginap?” tanya Pratishta yang kemudian langsung menggendong Louis setelah sebelumnya menggunakan kain di tubuhnya untuk menutupi pakaiannya.“Iya. Semalam di sini.” Pratishta kembali tersenyum. Senyuman yang Dimitri maknai sebagai rasa lega. Karena terlihat sekali bahwa wanita yang usianya hampir sama dengan ibunya itu menunjukkan bahwa dirinya langsung berada di level kesenangan yang lebih tinggi dari sekedar dapat menggendong Louis pagi ini.“Apa ia demam?” “Gak, dia hanya mengantuk dan lemas. Semalam ia g
Mahreen melihat banyak desain gaun untuk pernikahannya, saat ini ia tau yang terbaik yang harus dilakukannya adalah ikut berpartisipasi untuk mengurus pernikahannya. Ia tak akan menumpahkan semuanya kepada keluarga besannya.Elvaro memiliki dua adik yang sejauh ini sangat baik padanya. Mereka berdua bahkan membuat grup beranggota tiga orang dengan nama grup “Girls” yang membuat Mahreen hanya tersenyum.Terlebih ketika membaca berbagai pesan yang dikirimkan oleh mereka berdua. Mahreen menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi ketika membaca sebuha pertanyaan yang dikirimkan oleh salah satu calon adik iparnya.“Kita gak saling mengenal, aku harap kita benar-benar bisa menjadi keluarga dengan baik. Apa kau merasa kau memiliki masalah denganku sebelumnya?” Itu adalah pesan yang tak bisa Mahreen jawab. Pertanyaan itu jauh dari kata dangkal, ia bersyukur ada seseorang yang bertanya seperti itu kepadanya setelah banyaknya orang yang berlaku semena-mena dalam hidupnya.Aku membenci kakakmu,
Elvaro tak bisa menyembunyikan apapun dari Jean, karena bagaimana pun, laki-laki itu bukanlah sebatas asisten pribadinya, Jean pun seorang teman yang bahkan kauh lebih dekat dibandingkan seluruh saudaranya.“Jean, aku dan Mahreen punya sebuah kesepakatan untuk pernikahan ini.” Elvaro seenaknya mengatakan hal yang teramat rahasia itu kepada Jean.Jean yang sedang menikmati kopi paginya langsung mengerutkan kening. “Perceraian dalam waktu beberapa tahun?”Elvaro buru-buru menggeleng.Lagi dan lagi Jena membahas hal yang sama. Temannya itu ternyata tak mempercayai pernikahannya dengan Mahreen akan berjalan lancar dan sempurna.“Heh, sepertinya kau terlalu banyak mendengar cerita-cerita fiksi seperti itu.” Keluh Elvaro sambil mengerucutkan keningnya.“Lalu apa? Kesepakatannya melibatkan apa?”Elvaro memutar bola matanya. “Kau tau ia bersama dengan Dimitri?” Jean mengangguk.“Sepertinya, ia masih mencintai laki-laki itu.” Tutur Elvaro.Jean membalikkan tubuhnya dan melihat temannya yang t
Media sudah mulai mengetahui pernikahan yang akan diselenggarakan oleh dua keluarga besar dalam hitungan kurang dari dua bulan. Mereka menyorot gaya hidup dua sejoli yang begitu bersebrangan. Memberikan banyak sekali opini keras mengenai pernikahan yang diadakan adalah sebuah cara untuk melanggengkan kekuasaan mereka.Ayah Elvaro menjadi orang pertama yang menerima sorotan karena dengan kehadiran keluarga calon besannya, elektabilitasnya untuk menjadi menteri kesehatan semakin meningkat.Bukan hanya karena ia berada di bidang kesehatan dengan perusahaan serta yayasannya yang sudah berdiri lebih dari tiga perempat abad, tapi kemampuan laki-laki itu memengaruhi segelintir masyarakat benar-benar di luar batas pikiran.Hari ini, ketika istri tercintanya hendak menghabiskan waktu bersama dengan calon menantu mereka, ia harus bertemu dengan wartawan dan media yang berasal dari salah satu perusahaan media besar yang sedikit tak cocok dengannya.“Apa kau sudah bertemu dengan Mahreen?” tanyany
Dimitri mengirimi Mahreen pesan bahwa penerbangan agar delay beberapa waktu karena terpaksa harus transit di bandara karena cuaca yang benar-benar kurang bersahabat. Beberapa kali pesawat mengalami turbulensi yang cukup kuat, hingga akhirnya pilot memilih untuk menunggu badai mereda.Dimitri duduk jauh dari putranya yang berada dalam kondisi tak sadarkan diri. Louis diberikan obat tidur yang paling cepat ia akan bangun setelah dua belas jam obat itu disuntikkan ke dalam tubuhnya. Dimitri melengkapi pesannya dengan foto Louis ditemani oleh tiga perawat dan satu orang dokter di dekatnya.[Jangan khawatir, kami akan baik-baik saja.]Di akhir pesannya, ia menambahkan kalimat tersebut. Mahreen selalu mudah gusar jika dalam suasana yang dinantikannya. Ia ingat bagaimana Mahreen begitu panik ketika akan melahirkan Louis. Padahal wanita itu sudah melahirkan dengan metode yang sama. Tapi, seminggu terakhir sebelum melahirkan, Mahreen berpikir sangat banyak.Mahreen tak membalas pesannya dala
Setelah Elvaro keluar dari ruangannya, ia tak bisa benar tenang. Bagaimana seseornag yang berada di lingkungannya sendiri harus mengalami hal yang paling tak diinginkannya terjadi? Seseorang dengan title calon pengacara hebat dengan kemampuannya yang menakjubkan dalam memenangkan diskusi. Mengapa wanita itu harus jatuh seperti saat ini?Mahreen keluar ruangannya, ia pergi ke toilet umum wanita di lantainya. Rasanya, ia ingin mengurung diri di dalam bilik-bilik kamar mandi. Di bandingkan di ruangannya, Mahreen merasa butuh berada di luar ruangan karena dengan adanya orang lain, ia bisa menahan reaksi buruk di tubuhnya.Entah mengapa, tubuhnya mulai terasa gatal. Rasa gatal itu timbul dan muncul di tempat-tempat yang bisa dijangkau tangannya, namun, meskipun kuku-kuku tangannya menggaruk permukaan kulitnya yang cukup lembab, itu tak membantunya. Rasa gatal itu selalu muncul ketika merasa jijik dengan sesuatu.Dan sekarang, Elvaro sukses besar membuat setengah punggung Mahreen merasa ga
“Kau bisa sebut nama wanita itu.” Mahreen mengatakannya dengan sedikit tergagap. Ia bisa mengatur bagaimana wajahnya, namun tidak dengan rasa panas di tenggorokannya. Rasanya ia ingin keluar dari ruangannya sendiri dan membiarkan Elvaro berada di ruangan ini sendirian sebelum ia mencekik laki-laki itu sampai tak bernyawa.“Mahreen?”Elvaro merasa ia mendapatkan sedikit kesenangan dari masalah ini. Ia bisa melihat Mahreen mulai berpikir. Ini pasti sulit. Ia baru berada di sini, di hadapkan dengan permasalahan calon suaminya yang berhubungan dengan pegawai di tempatnya sendiri. “Katakan siapa namanya? Aku akan menyelesaikannya.”Elvaro tersenyum lebar memamerkan giginya. “Kau merasa ini hal yang sulit, Mahreen? Apa aku salah lihat? Apa kau kecewa?”Mahreen menggelengkan kepalanya.“Bukankah aku memintamu untuk berhati-hati dengan kebiasaanmu itu, El? Aku memintamu untuk gak sembarangan mengeluarkan cairan itu dalam tubuh wanita lain dan membuatnya mengandung anakmu! Aku baru mengatakan
Mahreen melihat pergerakan yang Dimitri lakukan atas kabar yang ia sampaikan sangat cepat. Entah dari mana, Dimitri berhasil sepakat untuk memindahkan Louis kemari dalam hitungan menit. Enam jam ke depan, putranya akan berada di pesawat dan segera menuju kemari. Penerbangan yang akan dilakukan setidaknya membutuhkan waktu paling cepat sepuluh jam, dan itu membuat Mahreen merasa gelisah. Itu terlalu lama. Baginya begitu. Setelah ini, setelah Louis mendapatkan jantung yang sempurna, Mahreen akan menutup mata untuk segala skandal yang mungkin akan dilakukan oleh Elvaro. Bukan menutup mata, lebih tepatnya, ia akan berusaha mengubur dan membersihkannya. Itu imbalan atas semua usaha yang dilakukan Elvaro untuk putranya. Ia bahkan takkan peduli dengan main api yang dilakuka Elvaro dengan salah satu ‘teman’ nya yang merupakan salah satu putri konglomerat juga. Rebecca. Wanita itu sudah dua kali menemuinya. Yang pertama di firma hukumnya dan yang kedua ketika Mahreen sedang memiliki sou
“Bukankah seharusnya kau bicara saat ini, Elvaro?” tanya Rebecca dengan tangan yang dilipat di dadanya. Ia memandang Elvaro seolah ingin menelannya bulat-bulat. Bagaimana bisa ia tak mengetahui semua hal yang berhubungan dengan pernikahan itu dengan Mahreen.“Katakan apa tujuan dari semua ini!” Rebecca menaikka nadanya. Ia tak bisa menahan kekesalannya terutama ketika Elvaro semakin sibuk dengan ipad yang berada di genggamannya. Ia sedang melihat email dari sebuah biro perjalanan milik pamannya yang tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan bahwa sudah menyiapkan perjalanan bulan madu selama dua minggu full ke Eropa Timur.[Mahreen menyukai Eropa Timur. Kau harus ke sana dengannya. Aku sudah menyediakan semuanya.]Adik bungsunya, hanya mengirim pesan itu dan tak mengangkat ponselnya ketika ia ingin mendengarkan penjelasan atas ide buruk yang pasti tak Mahreen inginkan pula.Tentu saja Mahreen menyukai Eropa Timur, itu zona nyamannya dengan Dimitri. Hanya itu satu-satunya alasan yang Elv
Ia tak terima ketika mendengar berita terbaru yang diucapkan oleh ayahnya bahwa Elvaro akan menikah dengan seorang wanita yang berasal dari masa lalunya. Sejauh ini, ia yang menemani Elvaro. Ia yang bersama dengan Elvaro bertahun-tahun. Namun dengan santainya alki-laki itu merencanakan pernikahan dengan wanita lain tanpa mengatakan apapun kepadanya?“Bukankah kau dekat dengannya? Seharusnya ia menceritakan sebagai seorang teman dekat kepadamu rencana pernikahannya yang sangat mendadak ini.” Nada menyindir mengiringi setiap kata yang dilontarkan oleh bibir ayahnya saat ini.“Apa mereka sudah mengumumkannya?” tanya Rebecca. Ia sendiri taky akin Elvaro akan menikah.Satu-satunya alasan mengapa dirinya dan Elvaro menjalani hubungan yang tak jelas arahnya ini adalah Elvaro yang sama sekali tak ingin terikat dengan seseorang.Elvaro memiliki masalah dengan komitmen. Laki-laki itu akan lebih cepat bosan jika sudah memiliki sesuatu di telapak tangannya.Dan menikah dengan seseorang yang perna
John menatap list tamunya. Semua yang diinginkannya sudah berada pada list teratas dengan kode biru. Ia sedikit memiliki berdebatan dengan Mahreen mengenai pernikahannya.Cucunya yang tak begitu mengetahui bagaimana kehidupannya terus berusaha membuat acara pernikahan itu sebagai sebenar-benarnya pernikahan. Bukan cara melobi yang paling mujarab sejagad.“Apa Eyang berpikir ini pernikahan bisnis?”John diam.Ia tak bisa mengatakan tidak, karena dengan pernikahan ini dua keluarga konglomerat akan Bersatu. Tapi ia juga tak bisa mengatakan iya, karena ia tak tau apa yang sebenarnya jawaban yang diinginkan Mahreen.“Jangan gunakan metode seperti ini. Aku ingin pernikahanku menyenangkan siapapun yang datang tanpa dibeda-bedakan. Bukankah semuanya sama-sama orang-orang terpandang dan memiliki kuasa? Meskipun di tahapan yang berbeda, aku hanya ingin menunjukkan bahwa semuanya diperlakukan sama.”Mahreen selalu sedikit lebih ketus ketika keinginannya tak dikabulkan.“Kau sudah memilihkan laki
Sebelum tidur, Mahrene membuka ponselnya lagi dan melihat pesan-pesan yang dikirimkan Dimitri untuknya melalui nomor yang hanya diketahui olehnya.Ini ide gilanya untuk memisahkan kehidupan mereka dan semua rahasia mereka. Jika ada sesuatu terjadi dengan ponsel milik mereka, setidaknya rahasia mereka takkan langsung terbongkar dan meminimalisir kecurigaan.Mahreen tersenyum ketika Dimitri mengirimkan beberapa video.“Tante Mahreen akan melihat video ini setelah ia pulang kerja.” Kalimat pembuka dalam video itu membuat Mahreen berterimakasih kepada Dimitri yang selalu mengerti dirinya.Setelah menghabiskan setidaknya sepuluh menit di ponselnya, Mahreen mendapat panggilan dari nomor yang dikenalinya.Enggan mengangkatnya, Mahreen hanya mendiamkannya saja.Jika orang itu memiliki kepentingan, ia pasti akan meninggalkan pesan, begitulah pikir Mahreen.Dan benar. Itu Jean. Laki-laki itu meninggalkan sebuah pesan suara untuknya.“Selamat malam, Mahreen. Aku harap kau belum tidur dan langsu
“Mahreen..” panggil John ketika cucu perempuan satu-satunya itu memasuki rumah mereka dengan wajah lelah.“Iya.. Eyang belum tidur lagi? Sekarang kayaknya eyang sering sekali begadang.” Ujar Mahreen sambil berjalan mendekati John yang sudah menggunakan piyama tidurnya dan dibalut dengan cardingan hangat berwarna dark maroon.“Karena kau pun selalu pulang larut malam.”Mahreen diam. Ia tak ingin mengatakan bahwa hari ini ia habis bertemu dengan terapisnya, ia juga tak ingin mengatakan bahwa ia baru saja bertemu dengan dokter kandungan yang menjadi rekomendasi dokter sebelumnya, ia tak ingin membuat John khawatir.“Janji dengan siapa sampai harus selarut ini, huh?” John melihat cucunya sudah jauh lebih nyaman tinggal bersama dengannya. Waktu-waktu yang tak mereka habiskan bersama sebagai keluarga nampaknya bisa diperbaiki untuk beberapa saat.“Aku tadi bertemu Elvaro. Kita membahas beberapa hal, lalu aku bertemu dengan teman lama..’John tersenyum. “Aku senang kau bertemu dengan teman-t