Elvaro tak bisa menyembunyikan apapun dari Jean, karena bagaimana pun, laki-laki itu bukanlah sebatas asisten pribadinya, Jean pun seorang teman yang bahkan kauh lebih dekat dibandingkan seluruh saudaranya.“Jean, aku dan Mahreen punya sebuah kesepakatan untuk pernikahan ini.” Elvaro seenaknya mengatakan hal yang teramat rahasia itu kepada Jean.Jean yang sedang menikmati kopi paginya langsung mengerutkan kening. “Perceraian dalam waktu beberapa tahun?”Elvaro buru-buru menggeleng.Lagi dan lagi Jena membahas hal yang sama. Temannya itu ternyata tak mempercayai pernikahannya dengan Mahreen akan berjalan lancar dan sempurna.“Heh, sepertinya kau terlalu banyak mendengar cerita-cerita fiksi seperti itu.” Keluh Elvaro sambil mengerucutkan keningnya.“Lalu apa? Kesepakatannya melibatkan apa?”Elvaro memutar bola matanya. “Kau tau ia bersama dengan Dimitri?” Jean mengangguk.“Sepertinya, ia masih mencintai laki-laki itu.” Tutur Elvaro.Jean membalikkan tubuhnya dan melihat temannya yang t
Media sudah mulai mengetahui pernikahan yang akan diselenggarakan oleh dua keluarga besar dalam hitungan kurang dari dua bulan. Mereka menyorot gaya hidup dua sejoli yang begitu bersebrangan. Memberikan banyak sekali opini keras mengenai pernikahan yang diadakan adalah sebuah cara untuk melanggengkan kekuasaan mereka.Ayah Elvaro menjadi orang pertama yang menerima sorotan karena dengan kehadiran keluarga calon besannya, elektabilitasnya untuk menjadi menteri kesehatan semakin meningkat.Bukan hanya karena ia berada di bidang kesehatan dengan perusahaan serta yayasannya yang sudah berdiri lebih dari tiga perempat abad, tapi kemampuan laki-laki itu memengaruhi segelintir masyarakat benar-benar di luar batas pikiran.Hari ini, ketika istri tercintanya hendak menghabiskan waktu bersama dengan calon menantu mereka, ia harus bertemu dengan wartawan dan media yang berasal dari salah satu perusahaan media besar yang sedikit tak cocok dengannya.“Apa kau sudah bertemu dengan Mahreen?” tanyany
John datang menemui Yoseph ketika laki-laki itu sedang melakukan wawancara. Dengan santai, John dan asisten pribadinya menunggu Yoseph selesai setelah diberitahu bahwa waktu wawancara hanya tersisa kurang dari lima belas menit. Ia merasa tenang ketika mengetahui bahwa Mahreen sudah mulai ikut mempersiapkan pernikahannya dengan Elvaro. Pertanyaan terakhir dalam wawancara itu berkaitan dengan hubungan Zaire dan keluarga John, jika media mengetahui kedatangannya saat ini, mungkin akan memberikan kesan positif juga terkait ikatan antar dua keluarga konglomerat."Aapakah pernikahan tersebut berkaitan dengan isu bahwa Anda dicalonkan sebagai mentri kesehatan? Apakah ini adalah bentuk perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh dua keluarga dalam persaingan dengan beberapa perusahaan bidang kesehatan dan pelayanan juga?"Yoseph puas ketika divisi strategi khusus di perusahaannya sudah bisa menebak pertanyaan seperti ini. Ia bisa menjawab pertanyaan dengan jauh lebih natural dan tak terkesan di
Mahreen dan Dimitri tak pernah benar-benar bertemu untuk membahas pernikahan mereka. Bukan karena mereka saling tak memiliki waktu untuk satu sama lain, tapi alasan utamanya adalah keengganan Mahreen. "Kau sudah berjanji untuk mencarikan donor jantung, di saat undangan pernikahan sudah mulai dicetak, kau bahkan belum memberikan informasi apapun!" Mahreen geram dengan bagaimana Elvaro tak memberikan progres untuk kesepakatannya. "Dengarkan aku, Mahreen. Kekasih masa lalumu memiliki jaringan besar untuk mendapatkan donor. Tapi sampai sekarang masih belum dapat, ya kan? Lalu bagaimana denganku yang gak sama sekali ada di rumah sakit?!"Saat itu Elvaro meninggikan suaranya karena sedang dalam kondisi yang kurang menyenangkan. Ia tak benar-benar marah kepada Mahreen. Lebih tepatnya, Mahreen hanya menjadi persinggahan untuk rasa marahnya. "Anakku bisa mati kapan saja, El. Aku mohon. Dimmy gak akan pernah bermain kotor jika itu menyangkut anak kami. Itu sebabnya sampai sekarang dia masi
Beberapa konferensi pers diadakan oleh keluarga Zaire sebagai bentuk informasi mengenai pernikahan Mahreen dan Elvaro. Media semakin getol mencari-cari seluk beluk kehidupan Mahreen di saat dirinya masih belum berada pada titik stabil. "Masih marah atas perbincangan terakhir kita?" Tanya Elvaro kepada Mahreen yang duduk di hadapannya dengan tangan yang memainkan sendok kecil di cangkirnya. "Aku hanya berpikir kalau kita ini bukan selebriti, tapi mengapa pemberitaan sangat gila, ya?" Jawab Mahreen dengan santai. Elvaro juga tak paham, tapi yang jelas, ini pasti karenanya. Sejauh ini, wanita-wanita yang bersama dengannya adalah orang-orang yang berada di depan layar. Itu sebabnya, kehidupannya mendapatkan lebih banyak sorotan dibandingkan para konglomerta lainnya. Dan tak lupa, ayahnya menginginkan pamor setinggi mungkin selama itu hal yang baik. "Mahreen.. aku minta maaf."Tak percaya dengan apa yang apa yang didengarkan olehnya, Mahreen mengangkat kepalanya dan menatap Elvaro."
"Aku tau kau gak menyukai semua ini. Semua hal yang ada di antara kita berdua. Pernikahan, kesepakatan, perusahaan, keinginan eyang, ambisi ayahku, tapi seenggaknya aku mau kau memiliki sesuatu yang bisa kau sukai dariku."Mahreen menahan tawa ketika mendengarkan ucapan manis yang menurutnya sudah begitu ketinggalan zaman. "Sudah berapa kali, huh?"Kerutan di kening Elvaro muncul begitu saja. Ia tak paham pertanyaan yang diberikan padanya, dan tak paham dengan tawa Mahreen yang sebelumnya tak terlihat hilalnya. "Apanya?""Sudah berapa kali kau mengatakan hal seperti ini? Apa ada sekitar belasan orang? Atau lebih?"Elvaro akhirnya paham maksud pertanyaan Mahreen dan ia pun menertawakan betapa Mahreen bisa berubah secepat ini."Belum pernah. Baru kau."Mahreen kembali tertawa. "Terimakasih. Aku tersanjung kau memberikan cincin yang sangat mirip dengan milik orangtuaku."Elvaro melambung ke langit ketika melihat Mahreen menyentuh berlian di tengah cincin itu seolah cincin yang ada di h
Dimitri berlari di lorong bangsal VIP di mana putranya sedang berbaring. Ia sudah sadarkan diri dan seperti biasa, Louis menanyakan di mana ayahnya berada ke pengasuhnya yang berada di sisinya. Dimitri muncul dan berhambur masuk untuk langsung berdiri di sisi ranjang putranya yang masih mengenakan selang oksigen dan dua kantung cairan yang ditusukkan ke nadinya untuk agar bisa langsung dialirkan ke dalam tubuh bocah itu.“Hai, Ayah.. kau sedikit berkeringat.” Louis tersebut dengan polos. Ia mengangkat tangannya dan mengelap wajah ayahnya yang kini sedang berusaha untuk mengatur napasnya.Dimitri bersyukur bahwa seluruh orang yang dititipkan Louis melakukan segala prosedur yang diminta olehnya. “Are you okay? Tante Mahreen gak ikut kemari?” tanya Louis sambil melihat pintu yang terbuka namun tak terlihat sosok siapapun yang ikut masuk di belakang tubuh Dimitri.“Apa Tante Mahreen tau aku sakit? Apa dia sibuk?”Louis selalu senang jika mereka membahas Mahreen meskipun intensitas perte
“Mahreen..” panggil John ketika cucu perempuan satu-satunya itu memasuki rumah mereka dengan wajah lelah.“Iya.. Eyang belum tidur lagi? Sekarang kayaknya eyang sering sekali begadang.” Ujar Mahreen sambil berjalan mendekati John yang sudah menggunakan piyama tidurnya dan dibalut dengan cardingan hangat berwarna dark maroon.“Karena kau pun selalu pulang larut malam.”Mahreen diam. Ia tak ingin mengatakan bahwa hari ini ia habis bertemu dengan terapisnya, ia juga tak ingin mengatakan bahwa ia baru saja bertemu dengan dokter kandungan yang menjadi rekomendasi dokter sebelumnya, ia tak ingin membuat John khawatir.“Janji dengan siapa sampai harus selarut ini, huh?” John melihat cucunya sudah jauh lebih nyaman tinggal bersama dengannya. Waktu-waktu yang tak mereka habiskan bersama sebagai keluarga nampaknya bisa diperbaiki untuk beberapa saat.“Aku tadi bertemu Elvaro. Kita membahas beberapa hal, lalu aku bertemu dengan teman lama..’John tersenyum. “Aku senang kau bertemu dengan teman-t
Dimitri mengirimi Mahreen pesan bahwa penerbangan agar delay beberapa waktu karena terpaksa harus transit di bandara karena cuaca yang benar-benar kurang bersahabat. Beberapa kali pesawat mengalami turbulensi yang cukup kuat, hingga akhirnya pilot memilih untuk menunggu badai mereda.Dimitri duduk jauh dari putranya yang berada dalam kondisi tak sadarkan diri. Louis diberikan obat tidur yang paling cepat ia akan bangun setelah dua belas jam obat itu disuntikkan ke dalam tubuhnya. Dimitri melengkapi pesannya dengan foto Louis ditemani oleh tiga perawat dan satu orang dokter di dekatnya.[Jangan khawatir, kami akan baik-baik saja.]Di akhir pesannya, ia menambahkan kalimat tersebut. Mahreen selalu mudah gusar jika dalam suasana yang dinantikannya. Ia ingat bagaimana Mahreen begitu panik ketika akan melahirkan Louis. Padahal wanita itu sudah melahirkan dengan metode yang sama. Tapi, seminggu terakhir sebelum melahirkan, Mahreen berpikir sangat banyak.Mahreen tak membalas pesannya dala
Setelah Elvaro keluar dari ruangannya, ia tak bisa benar tenang. Bagaimana seseornag yang berada di lingkungannya sendiri harus mengalami hal yang paling tak diinginkannya terjadi? Seseorang dengan title calon pengacara hebat dengan kemampuannya yang menakjubkan dalam memenangkan diskusi. Mengapa wanita itu harus jatuh seperti saat ini?Mahreen keluar ruangannya, ia pergi ke toilet umum wanita di lantainya. Rasanya, ia ingin mengurung diri di dalam bilik-bilik kamar mandi. Di bandingkan di ruangannya, Mahreen merasa butuh berada di luar ruangan karena dengan adanya orang lain, ia bisa menahan reaksi buruk di tubuhnya.Entah mengapa, tubuhnya mulai terasa gatal. Rasa gatal itu timbul dan muncul di tempat-tempat yang bisa dijangkau tangannya, namun, meskipun kuku-kuku tangannya menggaruk permukaan kulitnya yang cukup lembab, itu tak membantunya. Rasa gatal itu selalu muncul ketika merasa jijik dengan sesuatu.Dan sekarang, Elvaro sukses besar membuat setengah punggung Mahreen merasa ga
“Kau bisa sebut nama wanita itu.” Mahreen mengatakannya dengan sedikit tergagap. Ia bisa mengatur bagaimana wajahnya, namun tidak dengan rasa panas di tenggorokannya. Rasanya ia ingin keluar dari ruangannya sendiri dan membiarkan Elvaro berada di ruangan ini sendirian sebelum ia mencekik laki-laki itu sampai tak bernyawa.“Mahreen?”Elvaro merasa ia mendapatkan sedikit kesenangan dari masalah ini. Ia bisa melihat Mahreen mulai berpikir. Ini pasti sulit. Ia baru berada di sini, di hadapkan dengan permasalahan calon suaminya yang berhubungan dengan pegawai di tempatnya sendiri. “Katakan siapa namanya? Aku akan menyelesaikannya.”Elvaro tersenyum lebar memamerkan giginya. “Kau merasa ini hal yang sulit, Mahreen? Apa aku salah lihat? Apa kau kecewa?”Mahreen menggelengkan kepalanya.“Bukankah aku memintamu untuk berhati-hati dengan kebiasaanmu itu, El? Aku memintamu untuk gak sembarangan mengeluarkan cairan itu dalam tubuh wanita lain dan membuatnya mengandung anakmu! Aku baru mengatakan
Mahreen melihat pergerakan yang Dimitri lakukan atas kabar yang ia sampaikan sangat cepat. Entah dari mana, Dimitri berhasil sepakat untuk memindahkan Louis kemari dalam hitungan menit. Enam jam ke depan, putranya akan berada di pesawat dan segera menuju kemari. Penerbangan yang akan dilakukan setidaknya membutuhkan waktu paling cepat sepuluh jam, dan itu membuat Mahreen merasa gelisah. Itu terlalu lama. Baginya begitu. Setelah ini, setelah Louis mendapatkan jantung yang sempurna, Mahreen akan menutup mata untuk segala skandal yang mungkin akan dilakukan oleh Elvaro. Bukan menutup mata, lebih tepatnya, ia akan berusaha mengubur dan membersihkannya. Itu imbalan atas semua usaha yang dilakukan Elvaro untuk putranya. Ia bahkan takkan peduli dengan main api yang dilakuka Elvaro dengan salah satu ‘teman’ nya yang merupakan salah satu putri konglomerat juga. Rebecca. Wanita itu sudah dua kali menemuinya. Yang pertama di firma hukumnya dan yang kedua ketika Mahreen sedang memiliki sou
“Bukankah seharusnya kau bicara saat ini, Elvaro?” tanya Rebecca dengan tangan yang dilipat di dadanya. Ia memandang Elvaro seolah ingin menelannya bulat-bulat. Bagaimana bisa ia tak mengetahui semua hal yang berhubungan dengan pernikahan itu dengan Mahreen.“Katakan apa tujuan dari semua ini!” Rebecca menaikka nadanya. Ia tak bisa menahan kekesalannya terutama ketika Elvaro semakin sibuk dengan ipad yang berada di genggamannya. Ia sedang melihat email dari sebuah biro perjalanan milik pamannya yang tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan bahwa sudah menyiapkan perjalanan bulan madu selama dua minggu full ke Eropa Timur.[Mahreen menyukai Eropa Timur. Kau harus ke sana dengannya. Aku sudah menyediakan semuanya.]Adik bungsunya, hanya mengirim pesan itu dan tak mengangkat ponselnya ketika ia ingin mendengarkan penjelasan atas ide buruk yang pasti tak Mahreen inginkan pula.Tentu saja Mahreen menyukai Eropa Timur, itu zona nyamannya dengan Dimitri. Hanya itu satu-satunya alasan yang Elv
Ia tak terima ketika mendengar berita terbaru yang diucapkan oleh ayahnya bahwa Elvaro akan menikah dengan seorang wanita yang berasal dari masa lalunya. Sejauh ini, ia yang menemani Elvaro. Ia yang bersama dengan Elvaro bertahun-tahun. Namun dengan santainya alki-laki itu merencanakan pernikahan dengan wanita lain tanpa mengatakan apapun kepadanya?“Bukankah kau dekat dengannya? Seharusnya ia menceritakan sebagai seorang teman dekat kepadamu rencana pernikahannya yang sangat mendadak ini.” Nada menyindir mengiringi setiap kata yang dilontarkan oleh bibir ayahnya saat ini.“Apa mereka sudah mengumumkannya?” tanya Rebecca. Ia sendiri taky akin Elvaro akan menikah.Satu-satunya alasan mengapa dirinya dan Elvaro menjalani hubungan yang tak jelas arahnya ini adalah Elvaro yang sama sekali tak ingin terikat dengan seseorang.Elvaro memiliki masalah dengan komitmen. Laki-laki itu akan lebih cepat bosan jika sudah memiliki sesuatu di telapak tangannya.Dan menikah dengan seseorang yang perna
John menatap list tamunya. Semua yang diinginkannya sudah berada pada list teratas dengan kode biru. Ia sedikit memiliki berdebatan dengan Mahreen mengenai pernikahannya.Cucunya yang tak begitu mengetahui bagaimana kehidupannya terus berusaha membuat acara pernikahan itu sebagai sebenar-benarnya pernikahan. Bukan cara melobi yang paling mujarab sejagad.“Apa Eyang berpikir ini pernikahan bisnis?”John diam.Ia tak bisa mengatakan tidak, karena dengan pernikahan ini dua keluarga konglomerat akan Bersatu. Tapi ia juga tak bisa mengatakan iya, karena ia tak tau apa yang sebenarnya jawaban yang diinginkan Mahreen.“Jangan gunakan metode seperti ini. Aku ingin pernikahanku menyenangkan siapapun yang datang tanpa dibeda-bedakan. Bukankah semuanya sama-sama orang-orang terpandang dan memiliki kuasa? Meskipun di tahapan yang berbeda, aku hanya ingin menunjukkan bahwa semuanya diperlakukan sama.”Mahreen selalu sedikit lebih ketus ketika keinginannya tak dikabulkan.“Kau sudah memilihkan laki
Sebelum tidur, Mahrene membuka ponselnya lagi dan melihat pesan-pesan yang dikirimkan Dimitri untuknya melalui nomor yang hanya diketahui olehnya.Ini ide gilanya untuk memisahkan kehidupan mereka dan semua rahasia mereka. Jika ada sesuatu terjadi dengan ponsel milik mereka, setidaknya rahasia mereka takkan langsung terbongkar dan meminimalisir kecurigaan.Mahreen tersenyum ketika Dimitri mengirimkan beberapa video.“Tante Mahreen akan melihat video ini setelah ia pulang kerja.” Kalimat pembuka dalam video itu membuat Mahreen berterimakasih kepada Dimitri yang selalu mengerti dirinya.Setelah menghabiskan setidaknya sepuluh menit di ponselnya, Mahreen mendapat panggilan dari nomor yang dikenalinya.Enggan mengangkatnya, Mahreen hanya mendiamkannya saja.Jika orang itu memiliki kepentingan, ia pasti akan meninggalkan pesan, begitulah pikir Mahreen.Dan benar. Itu Jean. Laki-laki itu meninggalkan sebuah pesan suara untuknya.“Selamat malam, Mahreen. Aku harap kau belum tidur dan langsu
“Mahreen..” panggil John ketika cucu perempuan satu-satunya itu memasuki rumah mereka dengan wajah lelah.“Iya.. Eyang belum tidur lagi? Sekarang kayaknya eyang sering sekali begadang.” Ujar Mahreen sambil berjalan mendekati John yang sudah menggunakan piyama tidurnya dan dibalut dengan cardingan hangat berwarna dark maroon.“Karena kau pun selalu pulang larut malam.”Mahreen diam. Ia tak ingin mengatakan bahwa hari ini ia habis bertemu dengan terapisnya, ia juga tak ingin mengatakan bahwa ia baru saja bertemu dengan dokter kandungan yang menjadi rekomendasi dokter sebelumnya, ia tak ingin membuat John khawatir.“Janji dengan siapa sampai harus selarut ini, huh?” John melihat cucunya sudah jauh lebih nyaman tinggal bersama dengannya. Waktu-waktu yang tak mereka habiskan bersama sebagai keluarga nampaknya bisa diperbaiki untuk beberapa saat.“Aku tadi bertemu Elvaro. Kita membahas beberapa hal, lalu aku bertemu dengan teman lama..’John tersenyum. “Aku senang kau bertemu dengan teman-t