Mahreen dan Dimitri tak pernah benar-benar bertemu untuk membahas pernikahan mereka. Bukan karena mereka saling tak memiliki waktu untuk satu sama lain, tapi alasan utamanya adalah keengganan Mahreen. "Kau sudah berjanji untuk mencarikan donor jantung, di saat undangan pernikahan sudah mulai dicetak, kau bahkan belum memberikan informasi apapun!" Mahreen geram dengan bagaimana Elvaro tak memberikan progres untuk kesepakatannya. "Dengarkan aku, Mahreen. Kekasih masa lalumu memiliki jaringan besar untuk mendapatkan donor. Tapi sampai sekarang masih belum dapat, ya kan? Lalu bagaimana denganku yang gak sama sekali ada di rumah sakit?!"Saat itu Elvaro meninggikan suaranya karena sedang dalam kondisi yang kurang menyenangkan. Ia tak benar-benar marah kepada Mahreen. Lebih tepatnya, Mahreen hanya menjadi persinggahan untuk rasa marahnya. "Anakku bisa mati kapan saja, El. Aku mohon. Dimmy gak akan pernah bermain kotor jika itu menyangkut anak kami. Itu sebabnya sampai sekarang dia masi
Beberapa konferensi pers diadakan oleh keluarga Zaire sebagai bentuk informasi mengenai pernikahan Mahreen dan Elvaro. Media semakin getol mencari-cari seluk beluk kehidupan Mahreen di saat dirinya masih belum berada pada titik stabil. "Masih marah atas perbincangan terakhir kita?" Tanya Elvaro kepada Mahreen yang duduk di hadapannya dengan tangan yang memainkan sendok kecil di cangkirnya. "Aku hanya berpikir kalau kita ini bukan selebriti, tapi mengapa pemberitaan sangat gila, ya?" Jawab Mahreen dengan santai. Elvaro juga tak paham, tapi yang jelas, ini pasti karenanya. Sejauh ini, wanita-wanita yang bersama dengannya adalah orang-orang yang berada di depan layar. Itu sebabnya, kehidupannya mendapatkan lebih banyak sorotan dibandingkan para konglomerta lainnya. Dan tak lupa, ayahnya menginginkan pamor setinggi mungkin selama itu hal yang baik. "Mahreen.. aku minta maaf."Tak percaya dengan apa yang apa yang didengarkan olehnya, Mahreen mengangkat kepalanya dan menatap Elvaro."
"Aku tau kau gak menyukai semua ini. Semua hal yang ada di antara kita berdua. Pernikahan, kesepakatan, perusahaan, keinginan eyang, ambisi ayahku, tapi seenggaknya aku mau kau memiliki sesuatu yang bisa kau sukai dariku."Mahreen menahan tawa ketika mendengarkan ucapan manis yang menurutnya sudah begitu ketinggalan zaman. "Sudah berapa kali, huh?"Kerutan di kening Elvaro muncul begitu saja. Ia tak paham pertanyaan yang diberikan padanya, dan tak paham dengan tawa Mahreen yang sebelumnya tak terlihat hilalnya. "Apanya?""Sudah berapa kali kau mengatakan hal seperti ini? Apa ada sekitar belasan orang? Atau lebih?"Elvaro akhirnya paham maksud pertanyaan Mahreen dan ia pun menertawakan betapa Mahreen bisa berubah secepat ini."Belum pernah. Baru kau."Mahreen kembali tertawa. "Terimakasih. Aku tersanjung kau memberikan cincin yang sangat mirip dengan milik orangtuaku."Elvaro melambung ke langit ketika melihat Mahreen menyentuh berlian di tengah cincin itu seolah cincin yang ada di h
Dimitri berlari di lorong bangsal VIP di mana putranya sedang berbaring. Ia sudah sadarkan diri dan seperti biasa, Louis menanyakan di mana ayahnya berada ke pengasuhnya yang berada di sisinya. Dimitri muncul dan berhambur masuk untuk langsung berdiri di sisi ranjang putranya yang masih mengenakan selang oksigen dan dua kantung cairan yang ditusukkan ke nadinya untuk agar bisa langsung dialirkan ke dalam tubuh bocah itu.“Hai, Ayah.. kau sedikit berkeringat.” Louis tersebut dengan polos. Ia mengangkat tangannya dan mengelap wajah ayahnya yang kini sedang berusaha untuk mengatur napasnya.Dimitri bersyukur bahwa seluruh orang yang dititipkan Louis melakukan segala prosedur yang diminta olehnya. “Are you okay? Tante Mahreen gak ikut kemari?” tanya Louis sambil melihat pintu yang terbuka namun tak terlihat sosok siapapun yang ikut masuk di belakang tubuh Dimitri.“Apa Tante Mahreen tau aku sakit? Apa dia sibuk?”Louis selalu senang jika mereka membahas Mahreen meskipun intensitas perte
“Mahreen..” panggil John ketika cucu perempuan satu-satunya itu memasuki rumah mereka dengan wajah lelah.“Iya.. Eyang belum tidur lagi? Sekarang kayaknya eyang sering sekali begadang.” Ujar Mahreen sambil berjalan mendekati John yang sudah menggunakan piyama tidurnya dan dibalut dengan cardingan hangat berwarna dark maroon.“Karena kau pun selalu pulang larut malam.”Mahreen diam. Ia tak ingin mengatakan bahwa hari ini ia habis bertemu dengan terapisnya, ia juga tak ingin mengatakan bahwa ia baru saja bertemu dengan dokter kandungan yang menjadi rekomendasi dokter sebelumnya, ia tak ingin membuat John khawatir.“Janji dengan siapa sampai harus selarut ini, huh?” John melihat cucunya sudah jauh lebih nyaman tinggal bersama dengannya. Waktu-waktu yang tak mereka habiskan bersama sebagai keluarga nampaknya bisa diperbaiki untuk beberapa saat.“Aku tadi bertemu Elvaro. Kita membahas beberapa hal, lalu aku bertemu dengan teman lama..’John tersenyum. “Aku senang kau bertemu dengan teman-t
Sebelum tidur, Mahrene membuka ponselnya lagi dan melihat pesan-pesan yang dikirimkan Dimitri untuknya melalui nomor yang hanya diketahui olehnya.Ini ide gilanya untuk memisahkan kehidupan mereka dan semua rahasia mereka. Jika ada sesuatu terjadi dengan ponsel milik mereka, setidaknya rahasia mereka takkan langsung terbongkar dan meminimalisir kecurigaan.Mahreen tersenyum ketika Dimitri mengirimkan beberapa video.“Tante Mahreen akan melihat video ini setelah ia pulang kerja.” Kalimat pembuka dalam video itu membuat Mahreen berterimakasih kepada Dimitri yang selalu mengerti dirinya.Setelah menghabiskan setidaknya sepuluh menit di ponselnya, Mahreen mendapat panggilan dari nomor yang dikenalinya.Enggan mengangkatnya, Mahreen hanya mendiamkannya saja.Jika orang itu memiliki kepentingan, ia pasti akan meninggalkan pesan, begitulah pikir Mahreen.Dan benar. Itu Jean. Laki-laki itu meninggalkan sebuah pesan suara untuknya.“Selamat malam, Mahreen. Aku harap kau belum tidur dan langsu
John menatap list tamunya. Semua yang diinginkannya sudah berada pada list teratas dengan kode biru. Ia sedikit memiliki berdebatan dengan Mahreen mengenai pernikahannya.Cucunya yang tak begitu mengetahui bagaimana kehidupannya terus berusaha membuat acara pernikahan itu sebagai sebenar-benarnya pernikahan. Bukan cara melobi yang paling mujarab sejagad.“Apa Eyang berpikir ini pernikahan bisnis?”John diam.Ia tak bisa mengatakan tidak, karena dengan pernikahan ini dua keluarga konglomerat akan Bersatu. Tapi ia juga tak bisa mengatakan iya, karena ia tak tau apa yang sebenarnya jawaban yang diinginkan Mahreen.“Jangan gunakan metode seperti ini. Aku ingin pernikahanku menyenangkan siapapun yang datang tanpa dibeda-bedakan. Bukankah semuanya sama-sama orang-orang terpandang dan memiliki kuasa? Meskipun di tahapan yang berbeda, aku hanya ingin menunjukkan bahwa semuanya diperlakukan sama.”Mahreen selalu sedikit lebih ketus ketika keinginannya tak dikabulkan.“Kau sudah memilihkan laki
Ia tak terima ketika mendengar berita terbaru yang diucapkan oleh ayahnya bahwa Elvaro akan menikah dengan seorang wanita yang berasal dari masa lalunya. Sejauh ini, ia yang menemani Elvaro. Ia yang bersama dengan Elvaro bertahun-tahun. Namun dengan santainya alki-laki itu merencanakan pernikahan dengan wanita lain tanpa mengatakan apapun kepadanya?“Bukankah kau dekat dengannya? Seharusnya ia menceritakan sebagai seorang teman dekat kepadamu rencana pernikahannya yang sangat mendadak ini.” Nada menyindir mengiringi setiap kata yang dilontarkan oleh bibir ayahnya saat ini.“Apa mereka sudah mengumumkannya?” tanya Rebecca. Ia sendiri taky akin Elvaro akan menikah.Satu-satunya alasan mengapa dirinya dan Elvaro menjalani hubungan yang tak jelas arahnya ini adalah Elvaro yang sama sekali tak ingin terikat dengan seseorang.Elvaro memiliki masalah dengan komitmen. Laki-laki itu akan lebih cepat bosan jika sudah memiliki sesuatu di telapak tangannya.Dan menikah dengan seseorang yang perna