Kecanggungan yang terjadi tak dapat dihindari antara Mahreen dan Dimitri ketika laki-laki itu akhirnya menyadari bahwa ia bersikap melewati batas yang terus diingatkan oleh Mahreen. Namun, ketika ia sadar, Mahreen masih berada dalam pelukannya. Tak bergeming sedikitpun. Ia masih diam. Dimitri bisa merasakan hangat tubuh Mahreen. Panas yang dirasakannya berasal dari permukaan kulit Mahreen yang berada di bawah lapisa-lapisan pakaian yang ia kenakan.Dimitri juga bisa merasakan bahwa Mahreen menginginkan sentuhan dan kehadirannya. Sebisa mungkin, tanpa merusak suasana, Dimitri mulai melepaskan pelukannya. Mahreen mengikutinya dengan membalikkan tubuhnya perlahan.Kini mereka saling tatatp. Mahreen tak ingin mendengarkan kata maaf, begitupun Dimitri yang tak ingin meminta maaf. Mereka saling menunggu satu sama lain untuk mengatakan sesuatu. Tak ada yang terdengar di telinga keduanya selain detak ringan jarum jam yang berada di atas meja rias Mahreen. Pandangan mereka benar-benar saling
November 2017Hai, aku harap kau baik-baik saja ketika membaca surat ini. Aku mencari banyak hal mengenaimu karena aku tak bisa berpura-pura menjadi orang yang tak mengetahui apapun.Panggil saja aku Re. Surat ini mungkin sedikit aneh karena aku bukanlah seseorang yang kau kenal. Aku hanya seorang yang kebetulan melihat hal buruk terjadi padamu.Aku tau kau tak ingin diingatkan lagi mengenai itu semua. Aku berharap kau bisa baik-baik saja.Tapi, aku mengetahui kejadian malam itu. Ketika seorang laki-laki di sana melecehkanmu.Aku melihatnya. Aku merekam kalian, alam bawah sadarku menyuruhnya. Aku bukan perempuan mesum yang tak punya kerjaan ketika merekam kalian.Aku… aku baru saja bercinta dengan kekasihku di sana. Ia meninggalkanku begitu saja setelah selesai dan aku butuh waktu lebih lama untuk memperbaiki pakaian yang ku gunakan.Terkesan aneh. Tapi aku berani bersumpah di saat itu aku tak tau apa yang bisa ku lakukan untukmu. Aku tak bisa berteriak dan langsung menghajarnya. Aku
Dimitri tak melihat Mahreen ketika ia terbangun pukul setengah tiga pagi. Wanita itu tak ada di kasurnya, meninggalkan dirinya dan Louis di kamar pada jam segini adalah hal yang aneh menurutnya. Dimitri terbangun karena mendengar suara isak tangis, namun suara itu saat ini taka da. Tak ada suara apapun.“Apakah aku memimpikan seolah aku mendengar tangisan? Tapi tak ada siapapun di sini.” Tutur Dimitri yang mulai berjalan mendekati Louis yang benar-benar tidur nyenyak tanpa gangguan sedikit pun.Bayinya itu tak mudah terbangun jika sudah tidur, meski sesekali ia akan berpindah posisi dan membuka mata, namun Louis akan kembali memejamkan matanya segera setelah berhasil menggeser sedikit kepalanya.Dimitri menelpon Mahreen. Dering ponsel terdengar dan cahaya terang muncul dari atas nakas di sisi kanan ranjang tidur Mahreen. Ia keluar tanpa membawa ponsel? Begitulah yang dipikirkan Dimitri.Memilih untuk bangun, ia mencuci wajahnya di kamar mandi. Ia berpikir untuk tak keluar dari kamar
Pratishta mengetuk pintu kamar Mahreen dan mendapati wanita itu masih tidur di atas kasurnya dan Louis sudah bersama dengan ayahnya. “Dia lagi kurang enak badan.” Ucap Louis untuk memangkas pertanyaan yang akan mengganggu Mahreen.Pratishta mengangguk dan ia pun meihat Louis dalam keranjangnya mengulik ke sana ke mari. Bayi itu membuka matanya dan tersenyum kepada Pratishta dan membuat hatinya jauh lebih hangat dibandingkan ketika ia belum masuk ke dalam ruangan itu.“Apa kau menginap?” tanya Pratishta yang kemudian langsung menggendong Louis setelah sebelumnya menggunakan kain di tubuhnya untuk menutupi pakaiannya.“Iya. Semalam di sini.” Pratishta kembali tersenyum. Senyuman yang Dimitri maknai sebagai rasa lega. Karena terlihat sekali bahwa wanita yang usianya hampir sama dengan ibunya itu menunjukkan bahwa dirinya langsung berada di level kesenangan yang lebih tinggi dari sekedar dapat menggendong Louis pagi ini.“Apa ia demam?” “Gak, dia hanya mengantuk dan lemas. Semalam ia g
Mahreen melihat banyak desain gaun untuk pernikahannya, saat ini ia tau yang terbaik yang harus dilakukannya adalah ikut berpartisipasi untuk mengurus pernikahannya. Ia tak akan menumpahkan semuanya kepada keluarga besannya.Elvaro memiliki dua adik yang sejauh ini sangat baik padanya. Mereka berdua bahkan membuat grup beranggota tiga orang dengan nama grup “Girls” yang membuat Mahreen hanya tersenyum.Terlebih ketika membaca berbagai pesan yang dikirimkan oleh mereka berdua. Mahreen menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi ketika membaca sebuha pertanyaan yang dikirimkan oleh salah satu calon adik iparnya.“Kita gak saling mengenal, aku harap kita benar-benar bisa menjadi keluarga dengan baik. Apa kau merasa kau memiliki masalah denganku sebelumnya?” Itu adalah pesan yang tak bisa Mahreen jawab. Pertanyaan itu jauh dari kata dangkal, ia bersyukur ada seseorang yang bertanya seperti itu kepadanya setelah banyaknya orang yang berlaku semena-mena dalam hidupnya.Aku membenci kakakmu,
Elvaro tak bisa menyembunyikan apapun dari Jean, karena bagaimana pun, laki-laki itu bukanlah sebatas asisten pribadinya, Jean pun seorang teman yang bahkan kauh lebih dekat dibandingkan seluruh saudaranya.“Jean, aku dan Mahreen punya sebuah kesepakatan untuk pernikahan ini.” Elvaro seenaknya mengatakan hal yang teramat rahasia itu kepada Jean.Jean yang sedang menikmati kopi paginya langsung mengerutkan kening. “Perceraian dalam waktu beberapa tahun?”Elvaro buru-buru menggeleng.Lagi dan lagi Jena membahas hal yang sama. Temannya itu ternyata tak mempercayai pernikahannya dengan Mahreen akan berjalan lancar dan sempurna.“Heh, sepertinya kau terlalu banyak mendengar cerita-cerita fiksi seperti itu.” Keluh Elvaro sambil mengerucutkan keningnya.“Lalu apa? Kesepakatannya melibatkan apa?”Elvaro memutar bola matanya. “Kau tau ia bersama dengan Dimitri?” Jean mengangguk.“Sepertinya, ia masih mencintai laki-laki itu.” Tutur Elvaro.Jean membalikkan tubuhnya dan melihat temannya yang t
Media sudah mulai mengetahui pernikahan yang akan diselenggarakan oleh dua keluarga besar dalam hitungan kurang dari dua bulan. Mereka menyorot gaya hidup dua sejoli yang begitu bersebrangan. Memberikan banyak sekali opini keras mengenai pernikahan yang diadakan adalah sebuah cara untuk melanggengkan kekuasaan mereka.Ayah Elvaro menjadi orang pertama yang menerima sorotan karena dengan kehadiran keluarga calon besannya, elektabilitasnya untuk menjadi menteri kesehatan semakin meningkat.Bukan hanya karena ia berada di bidang kesehatan dengan perusahaan serta yayasannya yang sudah berdiri lebih dari tiga perempat abad, tapi kemampuan laki-laki itu memengaruhi segelintir masyarakat benar-benar di luar batas pikiran.Hari ini, ketika istri tercintanya hendak menghabiskan waktu bersama dengan calon menantu mereka, ia harus bertemu dengan wartawan dan media yang berasal dari salah satu perusahaan media besar yang sedikit tak cocok dengannya.“Apa kau sudah bertemu dengan Mahreen?” tanyany
John datang menemui Yoseph ketika laki-laki itu sedang melakukan wawancara. Dengan santai, John dan asisten pribadinya menunggu Yoseph selesai setelah diberitahu bahwa waktu wawancara hanya tersisa kurang dari lima belas menit. Ia merasa tenang ketika mengetahui bahwa Mahreen sudah mulai ikut mempersiapkan pernikahannya dengan Elvaro. Pertanyaan terakhir dalam wawancara itu berkaitan dengan hubungan Zaire dan keluarga John, jika media mengetahui kedatangannya saat ini, mungkin akan memberikan kesan positif juga terkait ikatan antar dua keluarga konglomerat."Aapakah pernikahan tersebut berkaitan dengan isu bahwa Anda dicalonkan sebagai mentri kesehatan? Apakah ini adalah bentuk perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh dua keluarga dalam persaingan dengan beberapa perusahaan bidang kesehatan dan pelayanan juga?"Yoseph puas ketika divisi strategi khusus di perusahaannya sudah bisa menebak pertanyaan seperti ini. Ia bisa menjawab pertanyaan dengan jauh lebih natural dan tak terkesan di