Share

Bab 2

Penulis: Wilda Akha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu!" pekik Mawar antara terkejut dan juga kesal, sedangkan Herlina tertawa lepas melihat ekspresi sang menantu yang berhasil ia kerjai.

"Ada apa sih, War?" tanya Kirana tanpa dosa membuat Mawar semakin kesal dan berbalik badan berlalu seraya menghentak-hentakkan kakinya. Bambang yang melihat tingkah ibu dan juga adik perempuannya itu hanya mampu membuang nafas panjang.

"Ibu kenapa, sih? Suka sekali mengerjai Mawar?" tanya Bambang tidak habis pikir dengan kelakukan sang ibu. Namun, wanita itu hanya mengangkat bahunya acuh.

Ketika Bambang ingin berlalu menyusul sang istri, tangannya di cegat oleh Karina membuat lelaki itu menatap sang adik lekat.

"Ada apa lagi?" tanyanya dengan dingin.

"Its, Mas Bambang gitu deh," balas Kirana manja seraya mengayun-ayunkan tangan Bambang seperti anak kecil yang tengah merajuk dan meminta dibelikan permen.

Herlina yang awalnya acuh kini menghampiri kedua anaknya itu.

"Kamu jangan kasar sama adikmu, Bang. Ibu gak suka,!" ucapnya dengan penuh penekanan. Namun, tidak merubah ekspresi Bambang sama sekali.

"Mas Bambang, aku pengen minta uang, bolehkan?" ucap Kirana setelah melihat sang ibu yang membelanya.

"Untuk apa?" tanya Bambang singkat.

Bagaikan lampu hijau di persimpangan jalan, Kirana langsung mengutarakan niatnya yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

"Aku mau kuliah!" teriaknya girang.

Bambang menarik pergelangan tangannya yang ditahan oleh Kirana dan mengusap lembut puncak kepala sang adik, apa yang dilakukan oleh lelaki itu disaksikan oleh sang ibu yang nampak begitu bahagia. Seakan-akan Bambang begitu menyayangi Kirana.

"Jadi, boleh, Mas?" tanya Kirana antusias dengan mata berbinar. Namun, sedetik kemudian perasaannya dibanting dan dihancurkan begitu saja.

"Tidak!" balas Bambang cepat dan hendak berlalu. Kali ini, sang ibu yang menahannya.

"Kamu gak boleh gitu, Bang! Kirana adikmu! Jangan pelit! Apa salahnya kalau dia ingin kuliah? Toh! Istri kamu saja bergelar sarjana!" Herlina meluapkan kekesalannya kepada Bambang, akan tetapi lelaki itu hanya tersenyum tipis dan menampakkan ekspresi yang datar kembali.

"Bukankah Ibu sendiri yang bilang? Kalau gelar sarjana Mawar tidak membuatnya menjadi pribadi yang sopan–santun? Jadi, untuk apa Kirana kuliah?"

Herlina hanya mampu bungkam seribu bahasa setelah mendengar kalimat pemungkas dari Bambang, walaupun di dalam hatinya mengumpat kesal kepada anak lelakinya yang kini telah berlalu.

Sebenarnya, tanpa Mawar ketahui. Selama ini Bambang sering membela sang istri dari ibu dan juga adiknya, walaupun hal itu tidak dilakukan didepan Mawar. Sebab, Bambang hanya ingin istrinya tetap patuh kepada ibu dan bisa menyayangi sang adik dengan baik.

Bambang yang kini sudah berada di dalam kamar segera naik ke atas ranjang dan menarik perlahan selimut sang istri yang ia yakini tengah merajuk. Di dalam diamnya Bambang memeluk tubuh wanita yang ia pilih sebagai penamping hidupnya itu.

"Dek, maafkan Mas ya? Mas belum bisa membuatmu bahagia, tapi ... Mas akan terus berusaha," kata Bambang dengan lirih.

"Aku gak perlu janji! Aku perlu bukti!" balas Mawar yang memang belum tidur dengan cepat, bukannya marah Bambang malahan senang dengan apa yang diucapkan oleh sang istri dan menghadiahi wanita itu dengan ribuan ciuman mesra.

Namun, apa yang dilakukan oleh Bambang tidak mampu meluluhkan hati sang istri yang masih saja merajuk sampai pagi.

Mawar lebih banyak diam dan menghindari Bambang, walaupun semua pekerjaannya tetap wanita itu lakukan seperti biasa.

"Dek, Mas antar ke kantor, ya?" Bambang masih berusaha membujuk sang istri yang begitu dingin kepadanya seraya mengikuti langkah wanita itu sampai ke depan.

"Jangan biasakan memanjakan istrimu, Bang! Dia harus bisa mandiri!" celetuk Herlina yang kebetulan baru saja datang dari berbelanja. Akan tetapi, Bambang buru-buru menarik tangan sang istri dan mengajak Mawar naik ke atas motornya meninggalkan omelan sang ibu yang seperti kereta ekspres itu.

Ketika di motor Bambang berusaha untuk menarik tangan sang istri yang berada di belakang, hal itu membuat Mawar menjadi geram.

"Apa sih, Mas?" tanya Mawar seraya menarik kembali tangannya, akan tetapi Bambang mengeggamnya dengan begitu erat.

"Biarkan seperti ini ya, Dek?" pinta Bambang yang membuat Mawar mengalah dan membiarkan tangannya melingkar di pinggang sang suami. Walaupun di dalam hatinya begitu dongkol.

Ketika berada di lampu merah, Bambang menatap sekilas ke belakang. Untuk memastikan bahwa sang istri tidak menekuk wajahnya lagi.

"Dek," panggil Bambang pelan.

"Iya, ada apa?" jawab Mawar dengan malas.

"Dek," panggil Bambang lagi yang berhasil membuat Mawar makin kesal.

"Gak usah panggil-panggil! Kalau gak punya pulsa!"

Bambang terkekeh mendengar ucapan Mawar tersebut, hal sederhana seperti ini yang nanti akan ia rindukan.

"Dek, jika suatu hari nanti Mas gak ada lagi di dunia ini? Bisa tidak kamu menjaga Ibu?"

Mawar yang mendengar permintaan aneh sang suami mendelik, "Mas jangan kasih wasiat yang aneh-aneh! Mana sanggupn aku jaga Ibu, Mas yang seperti Ibu tiri itu," jelas Mawar apa adanya dan membuat Bambang terdiam. Hingga tidak terasa mereka sudah sampai di halaman sebuah gedung sederhana.

Bambang menyodorkan tangannya dan disambut dengan wajah masam dari Mawar yang ingin segera pergi.

"Mas, lepaskan! Nanti aku terlambat! Hari ini ada tamu," kata Mawar setengah berteriak, sebab sang suami yang mengeggam erat tangannya seolah tidak ingin berpisah.

"Hati-hati, Dek," balas Bambang yang tidak ditimpali oleh Mawar yang kini berjalan dengan tergesa-gesa menuju lapangan di mana teman-temannya sudah berbaris dan sang kepala desa telah membuka acara apel hari ini.

"Kamu terlambat lagi, War," kata Aprilia yang membuat Mawar hanya mampu tersenyum kecut setelah mendengar pernyataan temannya itu.

Namun, setelah kepala desa memanggil nama seseorang yang menjadi tamu penting mereka hari ini membuat semua perhatian kini teralihkan kepada sosok pemuda yang memiliki alis tebal itu.

Mata Mawar yang melihat sosok pemuda tersebut membulat sempurna dengan mulut yang terbuka lebar, begitupun dengan Aprilia yang berada di sampingnya dan semua wanita yang ikut berbaris di sana.

"Saya ucapkan terimakasih atas sambutan yang diberikan, kedatangan saya ke sini seperti yang sebelumnya telah disampaikan—" ucapan pemuda itu terhenti. Ketika manik matanya menangkap sosok yang tidak asing.

Cukup lama sunyi, sampai kepala desa menepuk pelan pundak pemuda itu dan menyadarkannya. Begitupun dengan Mawar yang masih tidak percaya dengan sosok yang kini tengah berdiri di atas podium sederhana itu.

Bagaikan mimpi disiang bolong, hati Mawar yang sejak semalam terasa perih dan hambar. Kini terasa segar, seolah tanaman yang layu dan kembali segar setelah disiram oleh embun dipagi hari.

Di saat hati Mawar yang tengah menghangat setelah melihat sosok yang begitu ia kenal dan kagumi, ada perasaan yang kini tengah gelisah dengan tangan yang mengempal kuat.

"Mau apa lagi dia ada di sini?" tanya Bambang yang masih berada di sana dan melihat sosok yang sangat ia kenal dengan perasaan yang begitu terbakar api cemburu.

Bab terkait

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 3

    Setelah sambutan dan serangkaian acara apel yang digelar selesai, Mawar yang hendak berlalu seperti teman-temannya yang sudah pada bubar sedikit tersentak. Ketika ada sebuah tangan yang begitu hangat menariknya perlahan. "Mawar?" seru pemuda itu membuat Mawar hanya bisa mematung, antara senang dan juga bingung harus berbuat apa. Namun, disaat kedua manik mata mereka bertemu. Tiba-tiba saja terdengar suara berat lelaki yang sangat ia kenal. "Mas Bambang!" seru Mawar terkesima. Bambang menarik dengan kasar tangan Mawar dan membuat Rendy yang sebelumnya menggenggam pergelangan tangan Mawar melepaskan genggamannya. "Ayo pulang!" perintah Bambang yang sudah mulai kehilangan akal sehatnya, sebab cemburu buta yang tengah menguasai lelaki itu. Mawar berusaha untuk tidak terpancing emosi dan mengelus lembut lengan sang suami, apa yang dilakukan oleh Mawar membuat Rendy yang melihat hal itu hanya terdiam dengan sorot mata dingin. "Mas, aku akan pulang nanti siang. Hari ini aku bekerja du

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 4

    "Aaaa!""Mawar!" pekik Bambang panik melihat tubuh sang istri yang terjatuh dan terguling ditangga. Bahkan semua orang yang berada di tempat tersebut ikut terkejut dan bergegas menghampiri tubuh Mawar yang kini sudah berada di atas tanah. Tergeletak tidak berdaya.Bambang langsung panik seketika, ketika melihat keadaan sang istri. Namun sayang, karena jaraknya yang lumayan jauh membuat Rendy yang kebetulan berada disana dengan sigap mengangkat tubuh Mawar dan membawanya masuk ke mobil.Aprilia ikut masuk ke mobil yang ditumpangi oleh Rendy dan juga mawar tersebut, sedangkan Bambang tidak mempu berbicara apa-apa melihat semua yang terjadi begitu cepat. Hingga sedetik kemudian Bambang tersadar kemudian kembali naik ke atas motornya dan mengekori mobil mereka bertiga dari belakang."Minggir! Tolong! Beri jalan!" teriak Rendy panik seraya menggedong tubuh Mawar ketika sudah sampai disebuah puskesmas sederhana yang berada di desa tersebut.Sedangkan Aprlila yang sedari tadi berjalan dibela

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 5

    Bambang menghajar wajah Rendy dengan membabi–buta, orang-orang yang berada di puskesmas tersebut menjadi gaduh dan berusaha untuk melerai keduanya."Aduh! Kamu pikir kamu siapa! Hah!" pekik Rendy setelah menerima bogem mentah dari Bambang di wajahnya. Rendy mengusap pelan sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan d4r4h, lelaki itu ingin membalas perbuatan Bambang. Namun, tangannya yang sudah berada di udara harus terhenti karena suara teriakan seseorang yang menyebut namanya."Pak Rendy!" pekik Aprilia dan bergegas berlari menuju ke arah Rendy."Kamu kenapa sih, Bang! Gaya kayak preman! Main pukul orang!" bentak Aprilia meluapkan emosinya setelah melihat wajah Rendy babak-belur akibat ulah Bambang."Itu bukan urusanmu! Minggir!" bantak Bambang yang ingin kembali memukul Rendy sampai puas. Namun, Aprilia membentangkan kedua tangannya. Melindungi Rendy, hal itu membuat Bambang semakin kesal.Bambang meludahkan air liurnya ke tanah, sebagai bentuk penghinaan kepada Rendy, "Dasar b4nc1!"

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 6

    Hari demi hari berlalu, Mawar masih saja terngiang-ngiang akan akan ucapan Aprilia tempo lalu. Di mana wanita itu mempertanyakan alasan apa yang membuatnya tetap bertahan dengan pernikahan toksik ini.Hingga terlintas begitu saja di dalam benaknya untuk meninggalkan sang suami, akan tetapi Mawar belum mendapatkan alasan yang tepat untuk mengajukan perceraian."Dek, Mas minta uang kamu untuk beli rokok ya?" Pernyataan Bambang yang tiba-tiba itu membuat Mawar yang sedang menjemur pakaian terdiam sejenak, kemudian membuang nafas panjang dan bergegas menyudahi aktifitasnya.Sebagai seorang istri, Mawar sangat menghindari perdebatan dengan sang suami. Terlebih tentang masalah ekonomi."Ini Mas, uangnya," ucap Mawar seraya menyodorkan uang berwarna merah. Namun, bukannya menerima uang tersebut. Bambang malahan membuang muka dan memakinya."Mana cukup ini, Dek!"Sebisa mungkin Mawar menahan amarah yang mulai naik keubun-ubun, andaikan saja lelaki yang berada dihadapannya ini bukanlah orang y

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 7

    Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Mawar memilih untuk beristirahat sejenak. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, lalu memainkan ponsel miliknya.Ah, hanya hal yang sederhana. Namun bisa mengurangi rasa jenuh yang ia rasakan. Mawar mulai menggeser-geser layar ponselnya, mencari hal-hal yang menarik untuk dilihat. Sampai sebuah postingan seseorang membuatnya tertarik."Aku selalu berusaha, walaupun ... hasilnya entah sampai kapan baru bisa kamu rasakan."Mata Mawar membulat sempurna akan sepengalan kalimat tersebut, sampai merubah posisinya yang tadi rebahan kini menjadi duduk."Apa maksudnya?" gumam Mawar. Kemudian membaca komentar pada kolom postingan tersebut. Namun, ia tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan.Mawar semakin penasaran akan apa yang suaminya lakukan diluar sana, di mana yang ia ketahui kalau Bambang hanya keluyuran dan nongkrong bersama temannya.Pernah sekali Mawar meminta suaminya itu untuk mencari pekerjaan dan mengajukan lamaran, namun hanya dibalas deng

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 8 Di Talak

    Bab 8 Di TalakHari kembali kepada aktivitas yang melelahkan lagi, sekarang tugas Mawar bukan hanya mencari nafkah dengan bekerja di kantor. Melainkan mencari tambahan dengan membuat kue yang akan dititipkan ke beberapa warung.Cibiran demi hinaan mulai menerpa Mawar, sebab sebagian orang mengenalnya sebagai istri Bambang. Hingga banyak sekali isu yang tidak sedap didengar sampai ke telinga sang suami."Dek! Kamu kalau pergi kerja, jangan dandan! Mas enggak suka!" perintah Bambang ketika Mawar baru saja mengoleskan lipstik tipis ke bibirnya.Bukan kali ini saja sang suami menyuarakan ketidaksukaan atas penampilannya dalam bekerja, sebab Mawar tidak mampu menghitung berapa kali mereka berdua bertengkar akan masalah sepele menurutnya."Dek! Kamu dengar atau, tidak?" bentak Bambang, sebab diacuhkan oleh Mawar."Aku dengar, Mas. Cuma enggak menyahut," balas Mawar cepat dan bergegas memasukan poselnya ke dalam tas dan berjalan menuju keluar.Baru saja di ambang pintu rumah, Kiranan sudah m

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 9 Minta Pulang

    Bab 9 Minta Pulang"Siapa yang mau ditalak?"Mawar bergegas mengusap air matanya yang sempat terjatuh dan berusaha terlihat baik-baik saja, ketika Rendy yang entah dari mana tiba-tiba saja muncul dan bertanya."Itu si Mawar—""Bukan apa-apa, Pak!" balas Mawar dengan cepat, memotong ucapan Aprilia dan menatap wajah temannya itu dengan sorot mata yajam. Seolah, jika Aprilia membuka mulutnya akan m4ti.Aprilia menjadi bungkam dan tidak berkutik, Rendy yang merasa ada kejanggalan tersebut kembali memperjelas apa yang disampaikan oleh Mawar."Beneran?" tanya Rendy yang mendapatkan anggukan dari Mawar."Oh, iya Pak Rendy. Nanti siang, kemungkinan hanya Aprilia yang akan menemani Bapak ke lokasi bangunan yang akan kita buat. Sebab, saya ada keperluan lain," jelas Mawar yang mengingat akan adanya agenda bersama Rendy.Mungkin begitu berat bagi Mawar untuk bisa bekerja dengan baik, jika ditipa masalah yang begitu besar seperti saat ini.Bukan ingin menghindari tanggungjawab, tapi Mawar ingin c

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 10 Petuah orangtua

    Bab 10 Petuah orangtua"Tidak Ibu! Tidak anak! Kalian sama saja!" teriak Mawar marah.Herlina yang ingin membalas ucapan Mawar dihadang oleh Bambang yang memberikan sebuah ancaman yang begitu menakutkan."Kalau Ibu masih menganggap aku sebagai anak? Jangan mengatakan hal yang kasar lagi." Setelah itu, Bambang segera menarik tangan Mawar untuk naik ke atas motornya."Apa yang Mas lakukan?" tanya Mawar yang berniat menolak ajakan sang suami."Mas sendiri yang akan mengantarkan kamu pulang! Ingat! Mas ini masih suamimu," jelas Bambang membuat Mawar terdiam dan hanya bisa manut-manut.Mereka berdua pun meninggalkan Herlina yang hanya mampu terdiam, tidak berkutik. Selama diperjalanan Bambang hanya saling terdiam, begitupun dengan Mawar. Hingga Bambang memakirkan motornya di depan sebuah warung makan."Mas mau apa?" tanya Mawar yang hanya mendapatkan tatap dingin dari sang suami yang sudah terlebih dahulu masuk.Dengan langkah gontai, Mawar mengikuti suaminya. Ingin sekali ia menyeruakan p

Bab terbaru

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 40 Dipelet.

    Mawar mengerjap beberapa saat, ketika sebuah cahaya masuk dan menerpa wajahnya. Ia memutar bola matanya seraya menatap setiap sudut kamarnya.Ia pun menghela nafas pelan, kemudian meraih ponsel miliknya yang terletak di atas naskas untuk melihat jam berapa kah saat ini."Hufff, untuk hari ini aku enggak bekerja," gumamnya bernafas lega, kemudian dengan malas ia beranjak dari ranjang dan menuju ke kamar mandi.Menguyur seluruh tubuhnya dengan air dan memubuhi sabun disetiap lengkuknya, setelah selesai dengan rutinitas mandi. Mawar pun membawa langkahnya menuju ke lemari dan bergegas keluar dari kamar.Baru saja ia ingin masuk ke dapur, tiba-tiba saja indra penciumannya sudah disuguhkan dengan aroma sedap yang menggugah selera.Terlihat dari pintu sebuah punggung tegap dengan celemek tengah berada di depan kompor dan tidak berapa lama sang pemilik punggung itupun memutar tubuhnya."Selamat pagi, Dek," sapa Rendy seraya menghidangkan sepiring nasi goreng yang baru saja dimasak dengan tel

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 39 Cinta Tulus

    "Dek, kamu oke?" tanya Rendy seraya menakup kedua wajah Mawar yang nampak pucat.Tentu saja hal ini membuat Rendy tersiksa, ia begitu kesal akan kedatangan Bambang dan adiknya yang hanya membuat Mawar kembali terluka.Bahkan, di dalam hatinya Rendy tidak akan membiarkan kedua lelaki itu sampai menginjakkan kaki mereka ke rumah ini.Andaikan saja Mawar tidak memintanya untuk berpura-pura baik kepada Bambang, mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi."Dek," panggil Rendy lagi, akan tetapi Mawar masih belum bisa meresponnya.Rendy merasa frustasi akan keadaan Mawar yang demikian, dengan penuh perhatian ia pun menuntun wanita yang amat dicintainya masuk ke kamar.Ia merebahkan tubuh Mawar di atas ranjang dan kemudian menutupinya dengan selimut, setelah itu Rendy berlalu keluar dari kamar dan membiarkan Mawar beristirahat setelah memastikan wanita itu terlelap.Rendy segera meraih ponselnya dan memainkan benda pipih itu untuk menelpon seseorang."Hallo, aku ingin kamu! Buat hidup Bambang

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 38 Pengalaman Guru Paling Berharga

    "Maksudmu apa? Mawar g1l4, gitu?" tanya Bambang.Budi hanya terhenyak mendengar ucapan Bambang dan meminta agar sang kakak menenangkan diri, agar ia bisa menjelaskan maksud yang sebenarnya."Coba Mas tenang dulu, ini yang buat aku enggak suka dari Mas. Terlalu cepat menyimpulkan tanpa menyelidikinya terlebih dahulu, coba tabayun dulu sebelum melakukan sesuatu."Bambang terdiam setelah mendengar ceramah Budi dan mengusap dadanya yang tiba-tiba saja berdetak cepat, bahkan terasa sesak.Setelah merasa agak mendingan, ia pun meminta Budi menjelaskan maksud dari ucapan adiknya barusan."Jadi, bagaimana maksudmu?""Begini, Mas. Ketika tadi Mas keluar, aku sempat berbincang dengan Mbak Mawar dan menyinggung masalah Mas yang ingin rujuk dengan Mbak Mawar. Tapi, aku enggak menyangka. Jika keadaannya Mbak Mawar malahan depresi seraya meraung-raung," jelas Budi memberitahu apa yang sebenarnya terjadi tadi.Bambang masih terdiam, sebab benar-benar tidak tahu akan kejadian tersebut. Memang benar,

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 37 Skenario

    Bambang terdiam seribu bahasa, entah setan mana yang merasukinya sampai lupa akan tujuan ia ke sini.Beberapa kali ia menghembuskan nafas panjang, mencoba menetralkan perasaan dan gelisah didada yang semakin kian menggerogoti hatinya."Maafkan, Mas, Dek. Sebenarnya, Mas ke sini ingin menemuimu," kata Bambang dengan jujur.Mawar nampak mengerutkan alisnya, kemudian mempertegas pernyataan Bambang barusan."Untuk apa, Mas mencari aku?" tanya Mawar.Bambang agak terkejut dengan pernyataan Mawar, akan tetapi hatinya sudah bertekad untuk menebus kesalahannya."Mas mau minta maaf, Dek. Mas bersalah," kata Bambang dengan menunduk dalam. Dirinya benar-benar menyesali perbuatan yang pernah ia lakukan dan keluarganya yang membuat Mawar terluka.Cukup sunyi menemani mereka, seolah tengah berperang dengan pikiran masing-masing sampai Budi angkat bicara."Mohon maaf, Mbak. Apakah orang tuanya ada di rumah?" Mawar menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Budi barusan, "emangnya kenapa?" tan

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 36 Sulit Diartikan

    Bambang terus didorong oleh Budi, hingga pada akhirnya ia pun mau mengikuti saran dari sang adik untuk pergi menemui Mawar.Di dalam hati Bambang penuh akan berbagai macam prasangka, terlebih ia sangat mengenal bunda dan ayahnya Mawar.Bagaimana nantinya ia bisa menghadapi kedua orangtuanya Mawar? Terlebih setelah kejadian waktu itu. Semakin memikirkan semuanya membuat Bambang semakin tidak tenang."Di, kamu ikut masuk enggak?" tanya Bambang yang merasa enggan untuk turun dari mobil pickup Budi.Keadaan malam yang dingin menambah perasaan gelisah Bambang tentang bagaiman nantinya tanggapan dari keluarga Mawar.Tentu saja sebagai seorang laki-laki, Bambang diselimuti perasaan tidak gentle. Jika hanya memikirkan Mawar tanpa menanyakan langsung tentang perasaan wanita itu terhadapnya."Apa perlu aku ikut, Mas?" tanya Budi yang merasa sungkan, sebab sudah bukan ranahnya untuk ikut campur semakin dalam pada masalah sang kakak."Ya, perlu, lah! Setidaknya temani aku," pinta Bambang dengan r

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 35 Ingin Kembali.

    Bambang hanya mampu terdiam seribu bahasa setelah mendengar ucapan Budi, ternyata dirinya begitu berharap bisa kembali kepada Mawar dan hidup bersama seperti dulu.Setelah cukup lama terdiam, Bambang pun memilih berlalu dan masuk ke kamar, mengunci diri seraya merenungi nasibnya.Tidak bisa ia pungkiri jika hatinya begitu besar mencintai Mawar, terlebih Bambang sangat mengenal wanita itu."Dek, maafkan Mas. Apa yang bisa Mas lakukan untuk menebus semua rasa sakit yang telah kamu rasakan selama ini?" Bambang berbicara dengan dirinya sendiri, seolah tidak ada tempat untuknya mengadukan rasa sesak di dalam dadanya.Semakin memikirkan Mawar membuat Bambang merasa semakin bersalah, tapi ia ingin merubah dan menebus kesalahannya itu.Namun, dengan cara apa ia bisa membuat Mawar kembali lagi ke dalam pelukannya? Ingin sekali ia pergi dan menemui wanita itu, akan tetapi hatinya belum siap jika harus mendapatkan penolakan dari Mawar nantinya."Mas," suara panggilan Budi mengalihkan pikiran Bam

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 34 Tidak Sengaja

    "Kirana!" pekik Herlina dengan geram serta mata melotot tajam ke arah Kirana yang mematung ditempatnya berdiri.Gadis itu tidak sengaja menjatuhkan piring kaca yang baru saja dibeli oleh Bambang untuk menganti piring Budi yang dipecahkan oleh Kirana tempo hari.Tangan Kirana gemetar menghadapi kemarahan sang ibu yang terlihat dari sorot matanya penuh dengan kilatan."Ada apa?" tanya Budi yang baru saja masuk dan melihat keadaan disana, sudah bisa ia tebak apa yang membuat sang ibu menjadi marah.Tanpa banyak berbicara, Budi memunguti serpihan kaca seraya sesekali melirik wajah sang adik yang terlihat pucat.Setelah itu Budi menaruh pecahan kaca tersebut ke dalam kantong plastik dan meletakkan ke tong sampah."Sudah selesai, jangan marah-marah lagi, Bu," ucap Budi dengan santai, kemudian menarik pelan pergelangan tangan sang adik untuk menjauh dari ibu mereka yang nampak masih begitu marah.Budi membawa Kirana duduk di halaman luar yang terdapat sebuah bangku terbuat dari kayu tepat be

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 33 Sudah Terbiasa

    Beberapa minggu berlalu, semenjak kejadian tempo hari Herlina tidak pernah berani lagi untuk menentang permintaan Bambang.Wanita itu benar-benar takut akan kemarahan putranya tersebut dan hanya bisa menurut ketika Bambang meminta dirinya untuk berubah.Seperti saat ini, walaupun Herlina begitu jengkel. Akan tetapi, ia tidak bisa menolak permintaan Bamabang yang menyuruhnya menjadi buruh cuci."Kir! Apa kamu hanya diam saja? Hah!" bentak Herlina kesal ketika melihat anak gadisnya yang sedari tadi hanya menatap tumpukan cucian didepannya tanpa mau bergerak sama sekali.Benar-benar hal yang belum pernah Herlina lakukan selama ini, dulu ketika Bamabang masih bersama Mawar. Tentu saja semua pekerjaan Herlina limpahkan kepada sang menantu."Aku jijik, Bu!" kata Kirana dengan jujur seraya mendorong pelan satu bak penuh pakaian kotor yang entah siapa-siapa saja yang punya gadis itu tidak tahu.Semuanya terjadi sebab Budi yang memberikan ide untuk menjadikan Herlina dan Kirana sebagai buruh c

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 32 Sisi Lain Bambang

    "Jika Ibu tidak ingin makan? Enggak papa! Tapi, jangan menghina!" teriak Bambang.Deru nafas Bamabang terasa terpacu, sebenarnya ia tidak terbiasa ribut didepan rezeki. Akan tetapi, hatinya benar-benar kesal akan sikap sang ibu yang tidak pernah bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan.Berkali-kali ia mengelus dada, berusaha untuk bersabar menghadapi ibunya. Namun, Bambang tetap tidak bisa mengendalikan diri."Ibu tidak pernah bekerja! Jadi, Ibu tidak tahu bagaimana susahnya mendapatkan uang! Yang Ibu tahu hanya meminta, semenjak bapak hidup dulu. Sekarang masih sama!" Bambang sampai mengungkit sang bapak yang telah tiada seking geramnya kepada sang ibu yang kini menatap lekat wajahnya."Apa kamu ingin menjadi anak durhaka, Bang?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh sang ibu membuat Bamabang tersenyum kecil seraya menggeleng pelan tidak percaya dengan ancaman yang selalu wanita itu ucapkan jika disudutkan.Budi yang tidak ingin ikut campur bergegas menarik Kirana menjauh dari Bambang,

DMCA.com Protection Status