Share

Sebelum Tragedi

Author: Sri_Eahyuni
last update Huling Na-update: 2025-01-31 21:01:44

Pagi datang lebih cepat dari yang ia harapkan.

Reva terbangun karena suara orang berbicara di luar kamarnya. Biasanya, bapak dan ibunya sudah membangunkannya sejak subuh. Tapi kali ini, tidak ada suara yang memanggilnya, tidak ada ketukan di pintu kamarnya.

Ia melirik jam dinding. Setengah enam.

Jantungnya mencelos. Sudah nyaris kesiangan.

Reva bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudu. Setelah itu, ia berdiri di ruang tengah, siap menunaikan salat subuh.

Tapi suara sinis tiba-tiba menyelusup ke telinganya.

"Oalah, anak perawan jam segini baru bangun? Baru mau salat subuh?"

Reva menoleh, mendapati Imam—kakak sepupunya—menatapnya dengan seringai usil.

"Lihat jam, udah hampir jam enam. Salatmu itu nggak bakal diterima," lanjut Imam, tertawa mengejek.

Reva mengembuskan napas kasar. "Nyebelin banget sih, Mas! Pagi-pagi udah di sini, mau minta sarapan?!"

Imam terkekeh, tapi Reva tak lagi memperdulikannya. Ia segera masuk ke ruang salat, buru-buru melaksanakan kewajibannya.

"Ya ampun, Rev. Beneran salat nggak sih? Kok nggak sampai lima menit?" Imam kembali menyela. "Eh, mata kamu bengkak, habis nangis ya?"

"Bisa diam nggak sih?!" bentak Reva, kesal.

Namun, hatinya semakin mencelos ketika menyadari sesuatu.

Bapak dan ibunya masih ada di rumah. Biasanya, mereka sudah pergi ke kebun sejak pagi. Tapi kali ini, mereka masih berlalu lalang di dalam rumah.

Yang membuat Reva lebih terpukul, mereka bahkan tidak menatapnya. Tidak menyapa.

Seolah-olah dia tak ada.

Seolah-olah, dia bukan lagi bagian dari keluarga ini.

"Ibu, aku nggak tahu kenapa aku mengecewakanmu seperti ini ketika aku dewasa."

"Bapak, katanya seorang anak perempuan bisa bersandar di bahu bapaknya. Tapi kenapa bahumu terasa begitu jauh?"

Reva menahan napas, mencoba menghalau air mata yang kembali menggenang.

Apa hanya karena satu kesalahan kecil, ia harus diperlakukan seperti ini?

Reva masuk kembali ke kamarnya. Ia membaringkan diri di kasur dengan tengkurap, tubuhnya terasa berat. Ia tak tahu lagi bagaimana hubungan selanjutnya dengan Nathan.

Rindi menatap kamar Reva yang tertutup rapat, hatinya terasa berat. Pandangannya kosong, seolah tidak tahu harus berbuat apa lagi. Anak gadis yang ia besarkan penuh kasih sayang ternyata diam-diam melanggar larangannya.

Rindi tidak pernah menyangka, Reva yang sudah ia didik dengan penuh perhatian dan kasih sayang, malah memilih untuk menyimpan rahasia besar. Sejak Reva duduk di kelas tiga SMP dan Nathan di kelas tiga SMA, Rindi sudah mewanti-mewanti anaknya. Ia meminta Reva untuk tidak jatuh cinta kepada Nathan, karena Rindi tahu, saat Reva tumbuh menjadi remaja, perasaan cinta terhadap lawan jenis pasti muncul. Namun, Rindi khawatir jika itu terjadi, akan menimbulkan masalah.

"Memangnya kenapa, Bu?" tanya Reva dengan polosnya.

"Kata nenek moyang kita, gak boleh kalau besanan belah jalan. Nanti bakal ada petaka dalam rumah tangga mereka. Ibu cuma nggak mau kamu terlanjur," jawab Rindi waktu itu, penuh perhatian. Reva hanya mengangguk, seolah mengerti, meskipun usianya masih sangat labil.

Tapi ternyata, tanpa sepengetahuannya, Reva dan Nathan diam-diam bertemu. Bahkan Prabu juga melaporkan kalau mereka hampir berciuman. Hati Rindi bagai disambar petir. Jika hal itu terus berlanjut, ia tak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya.

"Ibu nggak curiga apa sama Reva? Akhir-akhir ini dia sering banget duduk di teras sambil senyum-senyum, mandangin rumah Nathan," kata Prabu yang lebih mencurigai anak gadisnya ketimbang Rindi.

"Ah, masa sih, Pak?" jawab Rindi dengan ragu.

"Iya, Bu, coba deh perhatiin. Kamu kan lebih sering di rumah. Sekarang kalau malam dia pasti lebih sering di kamar, mungkin lagi kirim pesan sama Nathan," kata Prabu.

Rindi mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu cuma perasaan suaminya. "Iya, nanti Ibu coba perhatiin lebih jelas. Semoga aja cuma perasaan Bapak aja," jawab Rindi, berharap itu tidak benar-benar terjadi.

Namun, setelah lebih memperhatikan, ternyata apa yang dibilang Prabu itu benar. Bahkan, tengah malam saat Rindi mengintip dari lubang pintu kamar Reva, ia melihat putrinya masih memegang HP sambil senyum-senyum, bahkan cekikikan.

Kemarin siang, Rindi juga tidak sengaja mendengar percakapan Reva di depan pintu kamar. Reva mengucapkan setuju untuk bertemu Nathan malam itu.

Malam harinya, Rindi mencoba mencari cara untuk menggagalkan pertemuan itu. Ia memutuskan untuk meminta Reva menggoreng kerupuk opak, berharap itu bisa menunda atau menggagalkan rencana Reva.

"Mau kemana, Rev?" tanya Rindi saat Reva selesai mengantarkan gorengan opak.

"Cuci tangan, Bu," jawab Reva singkat.

Rindi mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, dan ia dengan sengaja memperkecil volume TV agar bisa mendengar langkah kaki Reva.

Kriettt!

"Bapak?" Rindi menoleh ke suaminya, memberi isyarat. Prabu melihat ke arah rumah Mbah Jasemo dan memberi isyarat dengan jarinya, menunjuk ke arah sana.

Rindi segera mengendap-endap menuju dapur untuk memastikan kalau Reva masih ada di sana. Ternyata Reva sudah tidak ada di dalam. Pintu dapur yang terbuat dari kayu itu terbuka sedikit, menandakan bahwa Reva benar-benar keluar.

"Bapak, Reva nggak ada. Coba cegat di luar!" ujar Rindi dengan panik.

Prabu segera bergegas keluar tanpa berkata apa-apa, meninggalkan Tina yang masih asyik menonton TV. Rindi mengikuti suaminya, yang memberi isyarat menuju rumah Mbah Jasemo.

Saat mereka tiba di sana, Rindi melihat Reva berjalan ke arah rumah Mbah Mo. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala, tak tahu harus berkata apa, dan kembali masuk ke dalam rumah menunggu suaminya pulang.

Setelah beberapa waktu, Reva masuk ke rumah dengan langkah terburu-buru dan wajah cemberut, langsung menuju kamar.

"Reva?" gumam Rindi dengan nada penuh kekhawatiran.

"Dia benar-benar ketemu Nathan, bahkan mereka hampir ciuman di belakang rumah Mbah Mo. Benar-benar keterlaluan anak itu. Susah banget dinasehatin," kata Prabu dengan raut wajah kecewa dan marah.

"Astagfirullah, separah itukah Reva, Pak?" tanya Rindi, terkejut dan sangat kecewa.

Prabu hanya mengangguk dan berkata, "Nasehatilah dia."

Rindi mengusap wajahnya, napasnya berat. Ia menatap pintu kamar Reva yang tertutup rapat.

"Tidak bisa dibiarkan," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.

"Kalau dia tetap membangkang, kita harus mengambil keputusan tegas, Pak," imbuh Rindu menatap suaminya sekilas yang hanya bisa mengangguk pasrah.

Rindi memejamkan mata sejenak. Hatinya terasa seperti diremas. Ia ingin anak gadisnya patuh, tapi Reva malah memilih jalan yang dilarangnya.

Dari dalam kamar, Reva menempelkan telinganya ke pintu. Matanya membulat ketakutan. Tangannya mengepal, jantungnya berdegup kencang.

"Apa yang mereka maksud dengan 'keputusan tegas'?"

Reva menggigit bibir bawahnya, tubuhnya bergetar. Apa orang tuanya akan menjauhkannya dari Nathan? Atau lebih buruk lagi… menikahkannya dengan orang lain?

Ketakutan itu membuatnya sulit bernapas.

---

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Cemohan Tetangga

    Langkah Rindi terhenti di depan rumah. Sebuah motor asing terparkir di sana. Dahinya mengernyit. Bukan motor tetangga, bukan pula milik saudara. Dengan gerakan hati-hati, ia masuk lewat pintu belakang, mengintip dari dapur. Suara tawa lelaki terdengar dari dalam rumahnya. Jantungnya berdegup lebih cepat. Sudah bisa ia tebak, pasti Reva lagi-lagi menerima tamu lelaki. "Ibu sudah pulang?" tanya Reva saat Rindi melepas sepatu dengan gerakan sedikit kasar. "Heemmm..." jawab Rindi, malas meladeni. "Ada temanku yang main, Bu, tapi mereka belum dijamu. Aku mau beli ke warung, tapi nggak ada uang. Boleh minta duit?" Reva memasang wajah memohon, berharap ibunya luluh. "Nggak boleh!" jawab Rindi tegas tanpa kompromi. Sudah bukan sekali dua kali Reva membawa teman lelaki ke rumah. Selalu berbeda orang, berganti-ganti seperti baju. Rindi sampai malu diomongin para tetangga. "Anakmu lho, Rin, laris manis. Setiap hari kok ada saja lelaki yang datang." Rasanya telinganya sudah panas mendengar

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Nasib Cinta Reva dan Nathan

    Saat sampai rumah, Rindi tak bersemangat untuk memasak. Ia hanya mengambil kacang panjang yang ada di kulkas hasil panennya sendiri ia akan menumisnya dengan tempe. Siang ini dan nanti sore akan makan pakai menu itu sedangkan ikan asin akan ia masak besok pagi untuk sarapan.Sedangkan di luar rumah Tina merengek minta jajan karena dari tadi pagi ia belum jajan. Alhasil Reva harus minta uang sama Ibunya yang, padahal ia ingin marah sama sang ibu."Bu, Tina minta beli jajan," ucap Reva saat menemui ibunya.Rindi hanya diam saja tetapi ia menyodorkan uang dua ribu untuk Reva sisa belanjanya tadi. Reva menerima begitu saja tanpa peduli dengan wajah sang ibu yang terlihat masam."Ayo beli jajan, tapi jalan kaki ya. Kakak capek kalau harus gendong kamu," ujar Reva."Asyik..." seru Tina kegirangan.Reva dan Tina menuju warungnya Aris yang tak jauh dari rumahnya. "Sana mau beli apa??" Sampai di warung Reva meminta sang adik memilih jajan."Mau beli apa, Tin??" Sapa Aris."Beli jajan, Mbak,"

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Diam-diam

    Hari-hari terus berlalu, Reva dan Nathan menjalani hubungan dengan tersembunyi, namun komunikasi merak tetap lancar. Hingga tiba waktunya pergantian tahun pun telah tiba."Dek, malam tahun baru ke alun-alun yuk." Nathan mengirim pesan pada Reva. Ia sudah sibuk mencari cara dari jauh-jauh hari untuk bisa membawa Reva ke luar rumah."Aku harus alasan apa, Mas, sama Ibu dan Bapak??" Reva mengirim pesan balasan, ia benar-benar tak bisa menjahui Nathan meski sebisa mungkin dia menghidarinya justru semakin kuat rasa cinta dan rindunya kepada Nathan."Gimana ya, Dek, aku juga bingung. Padahal aku udah jauh-jauh hari nyari cara biar kamu bisa keluar, tapi sampai sekarang belum ketemu. Aku malah semakin pusing," ujar Nathan.Kini mereka sedang melakukan panggilan vidio call, mereka tak lagi bisa bertemu karena Siti mengawasi Nathan sangat ketat. Ia tak mengijinkan Nathan sama sekali untuk bertemu Reva.Reva terkekeh ia tak percaya Nathan sudah merencanakan ini semua dari jauh hari, " Masak sih

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ciuman di Bawah Kembang Api

    Malam pergantian tahun begitu riuh. Reva, yang baru pertama kali lepas dari aturan ketat rumah, takjub melihat betapa ramainya perbatasan kota. Apalagi, artis viral Denny Cicak turut diundang, membuat penggemarnya berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru kecamatan dan kabupaten."Ini lebih dari ekspektasiku, Fit. Ternyata semeriah ini, ya," gumam Reva."Ini belum seberapa, Mbak. Nanti kalau kembang api sudah dinyalakan, pasti lebih ramai lagi," balas Fitri sambil menggendong putranya."Wah, aku makin tak sabar," Reva semakin bersemangat."Bunda beli itu," Salmi menunjuk sebuah makanan khas turkey."Mbak Reva, aku mau kesana. Salmi minta kebab," ucap Fitri."Aku nunggu di sini aja deh," balas Reva. Sedangkan Faiz dan Dani sudah maju ke depan untuk menyaksikan dangdut.Di sekitar mereka, suara musik dangdut menggelegar. Faiz dan Dani sudah maju ke depan, menikmati hiburan. Sementara itu, Fitri dan Reva memilih tetap di belakang, menghindari desakan orang banyak, apalagi Fitri mem

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Dosa di Malam Tahun Baru

    Pesta kembang api telah selesai, begitu pula dengan hiburan dangdut yang menemani malam. Para pengunjung mulai membubarkan diri dan beranjak dari halaman alun-alun.Nathan kembali berkumpul dengan teman-temannya. Mereka semua tampak menggandeng pasangan masing-masing.Di tangan mereka telah ada berbagai jajanan seperti jagung bakar, telur gulung, takoyaki, papeda, es teh, dan lainnya."Mari makan!" seru Panji dengan wajah sumringah. Tanpa ragu, ia langsung duduk di tanah dan membuka plastik makanannya."Kamu tuh ya, kalau ada yang gratisan selalu paling cepat geraknya," celutuk Agung, mengingat Panji sebelumnya mengaku kehabisan uang dan tidak membeli apa pun."Ya, jelas dong," balas Panji tanpa rasa bersalah.Mereka semua duduk lesehan di tanah, membentuk lingkaran tanpa alas apa pun, menikmati makanan yang mereka beli. Rendi terlihat membawa banyak telur gulung, sedangkan Agung membawa cireng sambal. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini mereka menikmati malam tanpa minuman

    Huling Na-update : 2025-03-06
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tak Diinginkan

    "Istighfar, Bu, istighfar. Kasihan Reva." Prabu memeluk tubuh sang istri dan berusaha menenangkannya, lalu membawanya menjauh dari Reva."Kalau kamu sudah tidak bisa dibilangi dan tidak mau menurut sama Ibu, berarti kamu sudah menganggap kami tidak ada. Lebih baik kamu pergi dari rumah ini! Pergi! Jangan pernah tampakkan wajahmu di depan Ibu lagi! Dasar anak sialan! Cepat pergi!" Rindi benar-benar dikuasai oleh amarahnya.Reva yang tidak mau membuat ibunya terus-menerus kecewa akhirnya memutuskan untuk mengemas pakaian dan bersiap pergi, meski ia tak tahu harus ke mana."Reva, kamu mau ke mana, Nduk?" tanya Prabu ketika kembali ke kamar Reva."Bapak, maafkan aku. Aku selalu membuat kalian kecewa. Aku akan pergi sesuai perintah Ibu. Sekali lagi, maafkan aku. Aku belum bisa membuat kalian bahagia, justru selalu membuat kalian malu dan bersedih," balas Reva dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya."Cepat pergi, anak si

    Huling Na-update : 2025-03-07
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Jebakan Cinta

    "Mas Nathan, kamu nggak turun? Ayo turun," ajak Kinez, menghampiri Nathan yang tak kunjung keluar dari mobil.Dengan malas, akhirnya Nathan membuka pintu dan keluar. Namun, tanpa ia sangka, Kinez berani bergelayut manja di lengannya."Kamu ngapain, Nez? Malu, tahu! Dilihat orang," ujar Nathan, melepas pegangan tangan Kinez."Kenapa harus malu, Mas? Anak muda wajar dong seperti ini," balas Kinez, tampak kecewa dengan penolakan Nathan.Kinez kesal karena Nathan tak merespons. Bibirnya mengerucut, membuat lelaki itu semakin malas menatapnya.---"Kita sarapan di sini dulu, ya. Nanti baru kita keliling lihat pantai," ujar Siti sambil menggelar karpet, dibantu oleh Kinez."Anak pintar, tanpa diminta sudah peka," puji Siti, yang dibalas senyuman oleh Kinez.Mereka mulai sarapan dengan bekal masakan Siti yang beragam. Nandra dan Suri sudah lebih dulu menyomot makanan kesukaan mereka."Nathan tuh

    Huling Na-update : 2025-03-08
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Terjebak Antara Dendam dan Cinta

    "Ya udah, kamu aja yang nolongin! Kan kamu yang merasa kasihan, bukan aku." "Yang bener nih? Nggak apa-apa kalau ceweknya aku cium?" "Heemmm..." "Yakin nggak bakal marah? Nggak bakal cemburu?" "Yakin! Aku nggak akan marah! Cepetan lakuin!" teriak Nathan dengan emosi. "Iya deh, tapi awas kalau nanti kamu minta ganti rugi." Lelaki itu mengancam, sementara Nathan hanya menggeleng-gelengkan kepala. Lelaki itu lalu perlahan memberikan napas buatan pada Kinez. Satu kali gagal, dua kali masih belum berhasil, hingga akhirnya di percobaan keempat, Kinez tersedak dan memuntahkan air laut yang tertelan. Napasnya kembali normal, dan dia mulai sadar. "Ehh, ehh! Anak saya diapain tuh? Kamu ngelakuin sesuatu yang nggak pantas ke anak saya, ya?!" Yati berteriak panik, menghampiri mereka. Dari jauh, dia melihat anaknya dicium oleh lelaki asing, sementara Nathan hanya berdiri mengawasi.

    Huling Na-update : 2025-03-09

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Angin tak Boleh Mendengar

    “Kita duduk di sini saja. Di sana itu khusus untuk orang-orang kaya, biasanya ruangan privat, jadi memang disediakan bagi yang mau membayar mahal. Kalau di sini untuk kalangan menengah ke bawah, kita bebas, apalagi kita juga bisa menikmati alunan musik,” ujar Nathan. “Kamu kenapa, Dek? Kok banyak diam? Apa kamu nggak suka tempat ini? Kalau kamu nggak suka, kita bisa cari tempat lain," tawar Nathan sebab ia melihat sang kekasih yang hanya diam bahkan seperti tak nyaman.Seketika Reva tersadar dari lamunannya dan mengalihkan fokusnya pada lelaki di hadapannya kembali.“Enggak kok, Mas. Aku suka tempatnya,” balas Reva sambil tersenyum. “Aku diam bukan karena nggak suka, tapi aku kagum banget sama tempat ini. Mungkin kamu udah terbiasa ya datang ke tempat kayak gini. Kalau aku, ini baru pertama kali. Jadi aku kelihatan katrok, ya?”Nathan tertawa kecil. Tak lama kemudian pelayan datang menghampiri mereka. Nathan memesan makanan dan menawari Reva untuk memilih menu yang diinginkannya. Nam

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tekad Reva

    "Silakan adukan sama tantemu, aku nggak takut! Jangan mentang-mentang kamu keponakan Bu Sarah, terus bisa berbuat seenaknya. Aku di sini bayar, bukan numpang, jadi aku nggak bakal takut! Lagi pula, aku bukan kerja jadi wanita panggilan. Aku kerja di restoran bakso Dua Putra, yang di seberang mal itu!" ujar Reva dengan tegas, menyebutkan tempat kerjanya.Meysa tertawa meremehkan."Elo pikir gue percaya? Cewek kampung kayak elo, cuma lulusan SMA, bisa kerja di restoran mewah? Paling-paling juga cuma jadi tukang bersih-bersih atau cuci piring.""Iya! Memang kenapa kalau aku cuma jadi tukang bersih-bersih? Yang penting kerjaanku halal! Nggak kayak kamu, bisanya cuma halo Mama, halo Papa—minta ini itu. Meski aku anak orang nggak punya, setidaknya aku masih punya harga diri. Dan bisa nikmatin segala sesuatu dari hasil keringat sendiri tuh rasanya spesial banget! Jadi daripada ngurusin hidup orang lain yang nggak penting, mending kamu pakai waktumu buat hal yang bermanfaat. Biar kamu bisa ba

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ancaman

    Seusai salat Magrib, Reva baru saja diantarkan Nathan pulang ke kosannya. Nathan ingin menemui Bu Sarah, dan Reva berinisiatif untuk memanggilkannya."Aku ke atas dulu, naruh barang-barang ini sebentar. Nanti aku panggilkan Bu Sarah," ujar Reva berpamitan."Iya, Sayang. Aku tunggu, ya. Semoga masih ada kamar kosong, biar aku nggak jauh dari kamu," balas Nathan penuh harap."Amin. Bentar, ya," sahut Reva sambil tersenyum.Reva berjalan masuk ke halaman kos, sementara Nathan menunggu di luar gerbang. Selama menunggu, Nathan tak henti-hentinya menatap punggung sang kekasih."Mas, udah yuk. Rumah Bu Sarah ada di sebelah sana, jadi motornya bawa ke sana aja, ya," ujar Reva, menunjuk ke arah barat setelah kembali."Iya," balas Nathan singkat.Setibanya di rumah Bu Sarah, Reva menghampiri Pak Beni, penjaga keamanan rumah tersebut, dan menanyakan keberadaan Bu Sarah. Namun, ternyata Bu Sarah sedang berada di luar kota dan belum pulang."Oh, begitu ya, Pak. Saya mau tanya, apa masih ada kamar

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Penyesalan

    "Iya, Bu, aku juga nggak nyangka. Pokoknya aku nggak mau buru-buru punya anak. Aku mau bersenang-senang dulu dengan hartanya Mas Nathan," ucap Kinez, bibirnya melengkung dalam senyum penuh kemenangan."Iya, itu harus! Dan jangan lupa, kamu harus selalu mengajak Ibu serta adikmu. Kamu harus bisa menguras harta orang tua Nathan dan membalikkan nama semua harta mereka menjadi milikmu dan milik Ibu," balas Yati, suaranya dipenuhi ambisi. Kinez mengangguk yakin. "Itu pasti, Bu. Aku janji akan membuat Ibu bahagia.""Pintar! Anak Ibu memang benar-benar cerdas," puji sang Ibu dengan senyum lebar."Kurang ajar!! Dasar manusia jahanam!!" teriak Siti.Tanpa aba-aba, plak!! plak!! Dua tamparan mendarat di pipi Yati. Suara benturan telapak tangan dengan kulit menggema di ruangan. Yati tersentak, kepalanya menoleh ke samping akibat kerasnya tamparan."Awww! Lepasin! Sakit!!" jerit Yati, berusaha melepaskan diri.Kinez hanya menangis ketakutan, tubuhnya gemetar melihat ibunya diamuk Siti dengan br

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Rencana Pembalasan

    Seketika semua orang memandang ke arah Nandra yang melongo. Ada yang merasa kasihan, sementara yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala."Ya sudah kalau begitu, ayo segera berangkat! Tunggu apalagi?" seru Parto dengan semangat."I-iya, ayo semuanya berangkat. Nandra, cepat! Kasihan mereka yang sudah menunggu lama," ujar Jeki.Namun, bukannya bergegas, Nandra justru memprotes. "Bapak, kenapa nggak minta persetujuanku dulu? Aku nggak mau, ya, nikah sekarang! Apalagi sama Kinez! Kalau Bapak mau, Bapak aja yang nikah sama Kinez!""Heh! Jangan ngadi-ngadi kamu, Le! Bapak itu sudah punya Ibu! Bisa-bisanya kamu nyuruh Bapak menikahi Kinez!" seru Siti geram."Ya sudah, kalau gitu jangan paksa aku!" balas Nandra keras kepala.Ibu dan anak itu kini saling beradu pandang dengan sengit. Dalam hati, Nandra merasa seperti berada di posisi Nathan yang selalu menurut dan tak pernah membantah, sehingga mendapat lebih banyak kasih sayang dari ora

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Suami Pengganti

    Tanpa aba-aba, Siti mendorong tubuh Rindi dengan kasar."Bu, awas!!" seru beberapa orang saat Rindi kehilangan keseimbangan.Tangannya refleks memeluk Tina lebih erat, melindungi gadis kecilnya agar tidak terjatuh. Wajahnya memucat, napasnya memburu."Astaghfirullah, Siti! Kamu sudah gila?!" suara Jeki meledak, membuat ruangan semakin sunyi.Di luar, beberapa tetangga mulai berkumpul, penasaran dengan kegaduhan yang terjadi. Mereka berbisik-bisik, membahas kaburnya Nathan yang kini menjadi perbincangan seluruh kampung.Angin siang bertiup pelan, menggoyangkan daun-daun di halaman. Namun, hawa di dalam rumah tetap terasa panas, bukan karena cuaca, tetapi karena emosi yang semakin membara.Rumah Jeki semakin riuh. Bisikan para tetangga semakin kencang, membentuk lingkaran gosip yang mengelilingi keluarga itu. Wajah-wajah penuh rasa ingin tahu menatap Rindi yang masih berdiri di tempatnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Suasana Panas di Rumah Nathan

    Suasana Panik di Rumah Jeki"Mungkin dia lagi di kamar mandi, atau keluar sebentar. Memangnya kamu udah mencarinya?" tanya salah satu kerabat yang lain.Siti menggeleng. "Aku cuma lihat di kamarnya, nggak sempat cari ke tempat lain."Kakak Jeki, Warsih, yang mendengar kegaduhan itu langsung berseru lantang, "Coba cari lagi! Kalian yang di luar ada lihat Nathan nggak?"Sekejap suasana berubah semakin riuh. Semua orang yang ada di rumah mulai berhamburan ke luar, mencari Nathan di setiap sudut rumah dan halaman."Nathan...!!""Nathan...!!!""Kamu di mana, Nathan? Kita semua udah siap, tinggal nunggu kamu aja!"Beberapa tamu yang baru datang ikut kebingungan melihat keluarga Jeki berteriak-teriak mencari seseorang. Para tetangga yang sedang berkumpul di depan rumah pun mulai ikut mencari, memeriksa ke pekarangan, ke belakang rumah, bahkan ke jalanan sekitar.Di tengah kekacauan itu, Suri—adik Nathan—berlar

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Nathan Kabur

    Nathan membawa Reva keluar dari area restoran. Sejak bertemu kekasihnya, ia sampai lupa kalau perutnya sudah lama meronta minta diisi."Sayang, kita beli makan dulu, ya? Aku laper banget, dari pagi belum makan," ucap Nathan sambil mengelus perutnya. Ia tahu betul akibat telat makan bisa bikin tubuhnya drop. Sekarang hatinya sudah lega setelah berhasil kabur dari rumah dan bertemu Reva. Baginya, ini anugerah luar biasa. Ia harus tetap sehat agar bisa terus menjaga gadisnya."Mau, tapi aku nggak punya uang," sahut Reva polos.Nathan terkekeh, lalu mengacak pelan rambut Reva. "Yang ngajak kan aku, jadi ya aku yang bayar, Sayang. Masa iya aku suruh kamu bayar sendiri? Aku ini pacar kamu, lho."Reva tersenyum. "Ya udah deh, makasih ya.""Iya, Sayang."Nathan menoleh ke kanan dan kiri, mencari tempat makan yang nyaman, bersih, dan nggak terlalu ramai."Mas, kelewat! Tadi ada kedai penjual nasi, lho," ujar Reva sambil menepuk p

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Bertemu

    "Duh, Rev, kok elo nolak tawaran Pak Aaris sih? Harusnya elo terima aja. Lumayan kan, dapat tumpangan gratis daripada jalan kaki mulu. Gue nggak nyangka, lho, Pak Aaris nawarin elo pulang bareng. Di dalam tadi kalian ngobrolin apa aja sih? Gue kepo," ujar Keysa dengan antusias."Nggak lah, Kak, aku nggak enak sama Pak Aaris. Tadi kita nggak ngobrolin apa-apa kok, cuma bahas soal hadiah dan aku ngucapin terima kasih. Udah gitu doang," balas Reva, berusaha menutupi kegugupannya."Elo pakai pelet apa sih sampai Pak Aaris bisa nyantol sama elo?" Nita menyela dengan nada geram, matanya menatap tajam ke arah Reva.Reva hanya tersenyum tipis, sudah mulai terbiasa dengan sikap Nita yang selalu sinis padanya."Udah nyadar belum kalau Pak Aaris nggak pernah ngelirik elo, Nit? Justru malah nyantol sama Reva yang orang baru! Kesaing, kan? Kasihan!" ledek Keysa sambil tertawa kecil."Udah, kalian nggak usah ngomongin Pak Aaris terus. Ntar kuping Pak A

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status