Share

Diam-diam

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 21:11:51

Hari-hari terus berlalu, Reva dan Nathan menjalani hubungan dengan tersembunyi, namun komunikasi merak tetap lancar. Hingga tiba waktunya pergantian tahun pun telah tiba.

"Dek, malam tahun baru ke alun-alun yuk." Nathan mengirim pesan pada Reva. Ia sudah sibuk mencari cara dari jauh-jauh hari untuk bisa membawa Reva ke luar rumah.

"Aku harus alasan apa, Mas, sama Ibu dan Bapak??" Reva mengirim pesan balasan, ia benar-benar tak bisa menjahui Nathan meski sebisa mungkin dia menghidarinya justru semakin kuat rasa cinta dan rindunya kepada Nathan.

"Gimana ya, Dek, aku juga bingung. Padahal aku udah jauh-jauh hari nyari cara biar kamu bisa keluar, tapi sampai sekarang belum ketemu. Aku malah semakin pusing," ujar Nathan.

Kini mereka sedang melakukan panggilan vidio call, mereka tak lagi bisa bertemu karena Siti mengawasi Nathan sangat ketat. Ia tak mengijinkan Nathan sama sekali untuk bertemu Reva.

Reva terkekeh ia tak percaya Nathan sudah merencanakan ini semua dari jauh hari, " Masak sih, kamu udah mikirin ini sebelumnya??"

"Lah kamu ngeledekin aku, nggak percaya kalau aku selalu mikirin kamu. Kamu tuh yang nggak mikirin aku dan nggak serius sama aku," sungut Nathan. Ternyata dia juga bisa kesal.

"Kok gitu ngomongnya sih, di lihat dari apanya aku nggak serius sama kamu??" tanya Reva kesal juga.

"Kamu nggak pernah manggil aku 'Sayang' kamu selalu manggil aku dengan sebutan biasanya," balas Nathan.

Reva malah tertawa apalagi tak ada siapa-siapa di rumah dan hanya ada Tina yang sedang bermain ia tak kawatir akan di marahi oleh kedua orang tuanya.

"Malah asyik ketawa, memangnya aku lucu apa?! Bisa diam nggak, Rev, tawa kamu kenceng banget nanti kalau ada yang curiga gimana?? Lah tuh cewek di bilangin malah kayak di perintah, aku datangi kamu ku cipok kamu biar berhenti ketawa." Mendengar kalimat Nathan yang terakhir Reva akhirnya menghentikan tawanya.

"Up, maaf deh." Reva menutup mulutnya dengan telapak tangan agar tawanya bisa mereda.

Meski hanya vidio call Nathan sangat gemas melihat tawa Reva, ingin sekali ia membekap mulut Reva yang terus terbuka itu.

"Jangan marah, mas Nathan sayang, nanti tampannya berkurang lhoo," goda Reva membuat Nathan memalingkan wajahnya ia terlihat malu dan salah tingkah.

***

Malam pergantian tahun telah tiba, banyak orang yang heboh ingin merayakannya sekedar menyalakan petasan seperti yang dilakukan para pemuda di desa Nathan.

"Mbak Reva nanti aku ke alun-alun nonton dangdut, kamu mau ikut apa nggak??" tanya Dani adik sepupu Reva.

"Sama siapa aja, aku nggak yakin deh Bapak sam Ibu ngizinin," balas Reva dengan cemberut. Ingin sekali ia ikut apalagi Nathan juga akan keluar.

"Mas Faiz sama mbak Fitri juga ikut, coba tanya sama pakdhe dulu kalau boleh aku tunggu. Aku udah siap, tinggal nunggu mas Faiz aja," ujar Dani. Ia sudah memakai sepatunya di teras rumah yang ada di samping rumahnya. Dan sebelah rumah Dani ada rumah Robi. Rumah keluarga Rindi memang berkumpul.

"Oke deh, tunggu ya." Reva bergegas masuk ke dalam rumah dan meminta izin sama bapaknya.

"Bapak, aku boleh ikut Dani ya ke alun-alun. Ada Faiz sama Fitri juga kok, aku pengin banget nyaksiin kembang api raksasa," ujar Reva dengan memelas. Memang kembang api raksasa itulah tujuan awal utama para pemuda lebih senang menyaksikan malam tahun baru-nan di alun-alun kabupaten mereka yang tepatnya ada di perbatasan kota.

"Nggak boleh, cuma mau lihat kembang api sampe jauh-jauh ke kota ngapain??" sahut Rindi dengan cepat.

"Iih Ibuk mah gitu, nggak asyik. Boleh ya, Bapak kan ada Faiz sama Fitri aku bisa ngintil mereka terus. Lagian aku belum pernah loh nyaksiin ginian," rengek Reva dengan manja.

"Mbak Reva, jadi nggak?? Mas Faiz dah nunggu di gapura??" panggil Dani dari luar rumah. Faiz kakak Dani ini tidak serumah dengan sang ibu tetapi masih tinggal satu desa yang sama.

"Bapak...." kedua mata Reva sudah berkaca-kaca kalau ia tak dapat izin ia janji akan rela menangis semalaman.

Prabu memandang mata Reva yang penuh harap, kedua mata itu sudah berembun membuat Prabu tak sampai hati untuk melarang anak gadisnya. Hatinya berat namun ia lebih berat kalau melihat putrinya beneran menangis.

"Ya sudah, tapi kamu harus janji jangan neko-neko disana dan jaga diri baik-baik. Jangan jauh-jauh sama Faiz dan Fitri ya," ungkap Prabu.

"Yang bener Bapak, aku boleh ikut??" tanya Reva memastikan.

"Bapak...." anak melotot ke arah sang suami. Prabu hanya membalas dengan gelengan kepala.

"Mbak, aku berangkat ya." Dani sudah hampir menarik pedal gasnya lagi.

"Daniiiii tungguuuu.......!!!" teriak Reva berlari keluar rumahnya.

"Tungguin aku bentar, Bapak udah ngasih izin kok," ujar Reva seketika Dani mematikan mesin motornya.

"Ya udah jangan lama-lama dandannya," balas Dani.

Reva segera masuk dan berganti pakaian. Ia selalu memakai baju yang tertutup meski tidak memakai hijab, ia memakai celana jins panjang berwarna biru navy dan atasan Hoodie berwana biru langit tentu saja ia sudah memakai kaos pendek sebelum memakai Hoodie panjangnya.

Tak ketinggalan tas slempang kecil ia bawa untuk tempat membawa hpnya. Reva keluar dari kamar dengan membawa helmnya sembari menunduk ia ragu untuk mengatakan kepada sang Ibu.

"Bu, minta uang saku," ujar Reva dengan ragu-ragu.

"Huh, masih butuh uang saku kan. Makanya mending di rumah aja, nonton lewat hp kan juga bisa nanti kalau ada yang aplod," balas Ana. Meski mengomel-ngomel namun Rindi tetap memberi uang kepada Reva.

Uang selembar berwana hijau itu diterima Reva dengan wajah yang sumringah, meski tak seberapa namun ia bersyukur sang Ibu masih mau memberinya uang pegangan.

"Makasih ya, Bu, aku berangkat dulu. Bapak makasih ya udah ngasih Reva izin." Reva sun tangan bapaknya dan memeluk tubuh sang bapak sebentar.

"Iya, hati-hati lho yaa," balas Prabu.

"Aku berangkat ya, Bu," ucap Reva juga sun tangan dengan sang Ibu. Meski Ibunya tetap diam memberengut Reva tetap mencium pipi kanan sang Ibu lalu berlari keluar.

"Assalamualaikum...." ucap Reva berlarian sembari mengucapkan salam.

"Lama amat dandannya, yang nungguin sampe berjamur," ujar Dani.

"Hehehe..." balas Reva cengengesan.

Sesampai di sana, sampah petasan mercon begitu banyak dan berhamburan kemana-mana sebab sehabis isya' tadi para pemuda habis memberondong mercon yang begitu banyak. Namun sekarang para pemuda itu sudah raib menghadiri hiburan yang ada di alun-alun.

"Udah, yok langsung berangkat saja," ujar Dani saat sampai di gapura desa dan bertemu Faiz.

Dalam perjalanannya Reva diam-diam mengirim pesan pada Nathan.

"Aku keluar sama Dani, Mas."

"Baik, Sayang, aku tunggu ya nanti kita ketemuan disini." Tak menunggu waktu lama balasan dari Nathan telah masuk.

"Oke," balas Reva.

Nathan mengirim balasan lagi berupa stiker gift orang yang sedang kiss jauh dan keluar banyak love. Reva tersenyum, jantungnya mulai berdebar mengingat dia akan ketemuan dengan sang pacar.

Reva duduk di atas boncengan Dani, dan Dani bergegas menyusul sang kakak yang sudah menunggunya sejak tadi di gapura desa.

Sesampai di sana, sampah petasan mercon begitu banyak dan berhamburan kemana-mana sebab sehabis isya' tadi para pemuda habis memberondong mercon yang begitu banyak. Namun sekarang para pemuda itu sudah raib menghadiri hiburan yang ada di alun-alun.

"Udah, yok langsung berangkat saja," ujar Dani saat sampai di gapura desa dan bertemu Faiz.

Dalam perjalanannya Reva diam-diam mengirim pesan pada Nathan.

"Aku keluar sama Dani, Mas."

"Baik, Sayang, aku tunggu ya nanti kita ketemuan disini." Tak menunggu waktu lama balasan dari Nathan telah masuk.

"Oke," balas Reva.

Nathan mengirim balasan lagi berupa stiker gift orang yang sedang kiss jauh dan keluar banyak love. Reva tersenyum, jantungnya mulai berdebar mengingat dia akan ketemuan dengan sang pacar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ciuman di Bawah Kembang Api

    Malam pergantian tahun begitu riuh. Reva, yang baru pertama kali lepas dari aturan ketat rumah, takjub melihat betapa ramainya perbatasan kota. Apalagi, artis viral Denny Cicak turut diundang, membuat penggemarnya berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru kecamatan dan kabupaten."Ini lebih dari ekspektasiku, Fit. Ternyata semeriah ini, ya," gumam Reva."Ini belum seberapa, Mbak. Nanti kalau kembang api sudah dinyalakan, pasti lebih ramai lagi," balas Fitri sambil menggendong putranya."Wah, aku makin tak sabar," Reva semakin bersemangat."Bunda beli itu," Salmi menunjuk sebuah makanan khas turkey."Mbak Reva, aku mau kesana. Salmi minta kebab," ucap Fitri."Aku nunggu di sini aja deh," balas Reva. Sedangkan Faiz dan Dani sudah maju ke depan untuk menyaksikan dangdut.Di sekitar mereka, suara musik dangdut menggelegar. Faiz dan Dani sudah maju ke depan, menikmati hiburan. Sementara itu, Fitri dan Reva memilih tetap di belakang, menghindari desakan orang banyak, apalagi Fitri mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Dosa di Malam Tahun Baru

    Pesta kembang api telah selesai, begitu pula dengan hiburan dangdut yang menemani malam. Para pengunjung mulai membubarkan diri dan beranjak dari halaman alun-alun.Nathan kembali berkumpul dengan teman-temannya. Mereka semua tampak menggandeng pasangan masing-masing.Di tangan mereka telah ada berbagai jajanan seperti jagung bakar, telur gulung, takoyaki, papeda, es teh, dan lainnya."Mari makan!" seru Panji dengan wajah sumringah. Tanpa ragu, ia langsung duduk di tanah dan membuka plastik makanannya."Kamu tuh ya, kalau ada yang gratisan selalu paling cepat geraknya," celutuk Agung, mengingat Panji sebelumnya mengaku kehabisan uang dan tidak membeli apa pun."Ya, jelas dong," balas Panji tanpa rasa bersalah.Mereka semua duduk lesehan di tanah, membentuk lingkaran tanpa alas apa pun, menikmati makanan yang mereka beli. Rendi terlihat membawa banyak telur gulung, sedangkan Agung membawa cireng sambal. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini mereka menikmati malam tanpa minuman

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tak Diinginkan

    "Istighfar, Bu, istighfar. Kasihan Reva." Prabu memeluk tubuh sang istri dan berusaha menenangkannya, lalu membawanya menjauh dari Reva."Kalau kamu sudah tidak bisa dibilangi dan tidak mau menurut sama Ibu, berarti kamu sudah menganggap kami tidak ada. Lebih baik kamu pergi dari rumah ini! Pergi! Jangan pernah tampakkan wajahmu di depan Ibu lagi! Dasar anak sialan! Cepat pergi!" Rindi benar-benar dikuasai oleh amarahnya.Reva yang tidak mau membuat ibunya terus-menerus kecewa akhirnya memutuskan untuk mengemas pakaian dan bersiap pergi, meski ia tak tahu harus ke mana."Reva, kamu mau ke mana, Nduk?" tanya Prabu ketika kembali ke kamar Reva."Bapak, maafkan aku. Aku selalu membuat kalian kecewa. Aku akan pergi sesuai perintah Ibu. Sekali lagi, maafkan aku. Aku belum bisa membuat kalian bahagia, justru selalu membuat kalian malu dan bersedih," balas Reva dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya."Cepat pergi, anak si

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Jebakan Cinta

    "Mas Nathan, kamu nggak turun? Ayo turun," ajak Kinez, menghampiri Nathan yang tak kunjung keluar dari mobil.Dengan malas, akhirnya Nathan membuka pintu dan keluar. Namun, tanpa ia sangka, Kinez berani bergelayut manja di lengannya."Kamu ngapain, Nez? Malu, tahu! Dilihat orang," ujar Nathan, melepas pegangan tangan Kinez."Kenapa harus malu, Mas? Anak muda wajar dong seperti ini," balas Kinez, tampak kecewa dengan penolakan Nathan.Kinez kesal karena Nathan tak merespons. Bibirnya mengerucut, membuat lelaki itu semakin malas menatapnya.---"Kita sarapan di sini dulu, ya. Nanti baru kita keliling lihat pantai," ujar Siti sambil menggelar karpet, dibantu oleh Kinez."Anak pintar, tanpa diminta sudah peka," puji Siti, yang dibalas senyuman oleh Kinez.Mereka mulai sarapan dengan bekal masakan Siti yang beragam. Nandra dan Suri sudah lebih dulu menyomot makanan kesukaan mereka."Nathan tuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Terjebak Antara Dendam dan Cinta

    "Ya udah, kamu aja yang nolongin! Kan kamu yang merasa kasihan, bukan aku." "Yang bener nih? Nggak apa-apa kalau ceweknya aku cium?" "Heemmm..." "Yakin nggak bakal marah? Nggak bakal cemburu?" "Yakin! Aku nggak akan marah! Cepetan lakuin!" teriak Nathan dengan emosi. "Iya deh, tapi awas kalau nanti kamu minta ganti rugi." Lelaki itu mengancam, sementara Nathan hanya menggeleng-gelengkan kepala. Lelaki itu lalu perlahan memberikan napas buatan pada Kinez. Satu kali gagal, dua kali masih belum berhasil, hingga akhirnya di percobaan keempat, Kinez tersedak dan memuntahkan air laut yang tertelan. Napasnya kembali normal, dan dia mulai sadar. "Ehh, ehh! Anak saya diapain tuh? Kamu ngelakuin sesuatu yang nggak pantas ke anak saya, ya?!" Yati berteriak panik, menghampiri mereka. Dari jauh, dia melihat anaknya dicium oleh lelaki asing, sementara Nathan hanya berdiri mengawasi.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tersesat

    Reva berjalan hingga ke jalan raya yang biasa dilalui angkutan umum ataupun bus. Ia naik begitu saja saat ditawari oleh kernet bus Transjakarta, tanpa tahu tujuan akhirnya. Reva berpikir bus itu akan membawanya ke Jakarta.Sampai akhirnya, ia terbangun karena seseorang menggoyang-goyangkan lengannya."Dek, bangun. Hey... bangun, Dek. Kamu mau ke mana sebenarnya?" suara kernet membangunkannya.Reva mengucek matanya, kebingungan melihat bus yang sudah kosong."Ini sampai mana ya, Pak?" tanyanya."Ini di kota Semarang. Kamu mau ke mana?" Kernet itu menatapnya dengan penuh selidik."Di Semarang ya, Pak? Ya sudah, saya turun di sini saja.""Berapa ongkosnya, Pak?" imbuh Reva."Sepuluh ribu."Reva mengernyit. "Murah amat," batinnya.Ia merogoh uang dari kain lusuh pemberian bapaknya dan menyodorkan selembar uang berwarna ungu."Ini, Pak. Makasih, ya."Setelah uangnya diterima, Reva

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Dil3c3hkan

    Setelah selesai berkenalan, Reva kembali ke dalam kamarnya. Ia bersyukur karena para penghuni kos mau menyapanya dengan ramah."Jam berapa sekarang ya? Mungkin masih ada waktu buat sholat Ashar," gumamnya.Meski ibadahnya masih belum sempurna, Reva tetap berusaha untuk sholat setiap ada kesempatan.Ia segera mencari kamar mandi yang ada di lantai dua, lalu mandi dan berwudhu. Setelah kembali ke kamar, ia menggelar sajadah yang dibawanya dari rumah dan mulai menunaikan sholat."Ya Allah, ampunilah aku yang belum bisa menjadi anak yang baik untuk Ibu dan Bapak. Ya Allah, lindungilah aku di mana pun aku berada. Dekatkanlah aku dengan orang-orang yang tulus dan jauhkanlah aku dari orang-orang dzalim."Doa itu ia panjatkan dengan khusyuk setelah selesai sholat.Usai beribadah, Reva merebahkan tubuhnya di atas kasur busa. Rasa pegal di punggungnya sedikit berkurang, hingga tanpa sadar setengah jam berlalu. Adzan Magrib pun berkumandang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Diburu Nafsv Diselamatkan Takdir

    Nathan seperti orang gila, tak tahu harus berbuat apa. Sejak tadi, ia terus mencoba mengirim pesan dan menelepon nomor Reva, tetapi tak kunjung mendapat respons."Reva, kamu di mana??""Dek, kenapa kamu pergi tanpa ngabarin aku?""Plis, Sayang, aktifkan nomormu. Aku khawatir banget sama kamu.""Reva, tolong kasih tahu aku keberadaanmu biar aku bisa menyusul. Dunia luar itu kejam, aku nggak mau kamu kenapa-napa.""Rev, kamu bertengkar sama Ibumu gara-gara aku, kan? Maafin aku, ya. Tapi kumohon, kasih tahu aku keberadaanmu biar aku bisa nyusul. Aku janji nggak akan kasih tahu Om Prabu atau Bulek Rindi."Pesan demi pesan yang dikirim Nathan sejak pagi tak kunjung mendapat balasan. Bahkan, centang dua pun belum muncul. Namun, ia tetap mencoba menghubungi nomor itu, meski tahu kemungkinan Reva menjawab sangat kecil."Nat, makan dulu. Kamu belum makan dari tadi siang," ujar Siti dari luar kamar."Nanti sakit maag-mu kambuh kalau kamu terus begini," tambahnya lagi.Nathan sama sekali tak mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13

Bab terbaru

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Kiyai Zubair

    Para santri berjalan beriringan menuju masjid. Di sepanjang jalan, Ali melihat santri-santri lain yang berbondong-bondong menuju tempat yang sama. Semua dengan langkah tenang dan penuh keyakinan.Setibanya di masjid, Ali dan Rafiq mengambil tempat di saf tengah. Ketika imam mulai mengucapkan takbir, Ali merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Suasana khusyuk di masjid itu sangat berbeda dengan apa yang pernah ia rasakan. Setiap gerakan, setiap doa, terasa begitu khidmat.Setelah salat selesai, Ali terdiam sejenak. Ia menatap langit-langit masjid yang dihiasi ornamen kaligrafi indah. Ada ketenangan yang mengalir dalam dirinya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Rafiq mendekat dan tersenyum. “Bagaimana, Ali? Apa kamu udah mulai merasakan sesuatu yang berbeda?”Ali mengangguk perlahan. “Gue enggak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi... ya, ada sesuatu yang... damai.”Rafiq tertawa kecil. “Itulah yang dirasakan kebanyakan orang saat pertama kali tinggal di sini. Lingkungan i

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Kamar 12

    Langkah-langkah santri bergegas melewatinya, beberapa mengobrol santai, yang lain membawa kitab di tangan mereka. Sebagian santri memandangnya sekilas, tetapi tak ada yang menyapanya. Ali merasa benar-benar sendirian.Sebuah suara lembut tiba-tiba membuyarkan lamunannya.“Assalamualaikum, akhi,” seorang santri dengan wajah ramah berdiri di sampingnya, tersenyum hangat. “Kamu baru datang, ya?”Ali menoleh, sedikit terkejut, tapi segera membalas salam itu. “Waalaikumsalam... Iya, gue baru tiba. Nama gue Ali.”Santri itu mengulurkan tangannya meski nampak canggung terhadap Ali. “Aku Rafiq. Santri di sini sudah dua tahun. Selamat datang di Pesantren Darul Hikmah.”Ali menjabat tangan Rafiq dengan canggung. “Terima kasih,” jawabnya singkat.“Pasti masih kaget, ya? Baru pertama kali ke pesantren?” tanya Rafiq sambil melihat ekspresi Ali yang masih bingung.Ali mengangguk. “Iya, gue belum pernah ke tempat seperti ini. Semuanya... terasa begitu sepi dan berbeda.”Rafiq tertawa kecil. “Awalnya

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tiba di Pesantren

    Semalam, Ali sulit memejamkan mata. Pikirannya terus berkecamuk, membayangkan bagaimana kehidupan di pesantren yang akan segera dijalaninya. Pagi ini, ia harus berangkat, meski hatinya penuh dengan pertanyaan. Mengapa Papa dan Mama begitu memaksanya untuk pergi ke pesantren?"Mama sama Papa enggak nganterin aku?" tanya Ali saat melihat kedua orang tuanya juga bersiap tetapi dengan mobil yang berbeda."Tidak, Sayang, Mama dan Papa ada urusan yang tidak bisa di tinggalkan. Kamu berangkat sama pak Anwar ya," balas sang Reva.Brak!Ali membanting tasnya ke tanah dengan penuh emosi. Kekecewaannya terhadap orang tua yang dianggapnya tidak pernah memahami perasaannya meledak."Ali, kamu mau ke mana? Ali, kembali!" pekik Nathan dari teras rumah, suaranya menggema, penuh kekhawatiran.Ali berhenti sejenak, lalu berbalik dengan mata yang berkaca-kaca, emosinya tak bisa lagi dibendung."Ali enggak mau ke pesantren! Mama sama Papa enggak pernah peduli sama Ali. Kalau kalian enggak peduli, biarkan

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Gus Itu Ternyata.....

    RPCT Season 2 Judul: Gus Itu Ternyata Preman Tokoh: Aliyansyah Haidar Asykar, Reva Mazaya Al Khalifi, Nathan Alfa , Nisa, Aisyah, Zahra, Kiyai Zubair, Mauty dan masih banyak lagi. Genre: Campuran Sinopsis: Ali seorang preman dipaksa masuk pesantren oleh kedua orang tuanya tanpa diberi tahu alasan dan tujuannya. Sehingga mereka terkesan menyembunyikan sesuatu. Di pesantren Ali pun diberi amanah untuk meneruskan memimpin pesantren sehingga menimbulkan perpecahan dan perselisihan. Bagaimana sikap Ali? Apakah ia mampu mengemban tanggung jawab yang berat dan mempersatukan keutuhan pesantren? Lalu sebenarnya apa alasan dibalik orang tuanya menginginkan Ali masuk di pesantren? $$$$$$$$ Judul Bab : Gadis Taruhan "Ayo ikut gue," ucap pemuda itu singkat, masih dengan helm full-face dan jaket bergambar kepala singa yang menjadi identitas kelompoknya. Mata tajamnya menatap gadis berambut panjang yang berdiri gugup di sampingnya. Tanpa berkata sepatah pun, gadis itu melangkah pelan da

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   The End

    "Mau gue banting hpnya sekalian elo atau nurut!!" Karena Kinez terus memberontak, Eko meminta tetangganya untuk memegangi Kinez agar Nathan bisa mengambil sidik jari Kinez.Dengan kekuatan maksimal Kinez tetap memberontak, karena yang memegang dirinya orang banyak akhirnya Nathan bisa mendapatkan sidik jari Kinez dan hp itu bisa terbuka.Nathan menjelajahi galeri dan ternyata foto-foto menjijikkan itu ia temukan di folder tersembunyi."Lepasin, jangan buka hp-ku sembarangan. Itu privasi!!" Teriak Kinez. Ia tidak bisa melawan orang-orang yang memeganginya."Ckk. Elo mau menipu banyak orang!! Jelas-jelas ini vidio editan. Dan foto aslinya masih ada!!" Nathan yang pernah bekerja di alat elektronik tentu saja paham dengan hp dan semacamnya."Kalian lihat ini, ini foto aslinya. Dia sama lelaki lain dan in

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Kinez Hamil Anak Nathan

    Agung, Thomas, Rendi, dan Panji kini bekerja sebagai karyawan Nathan. Dan mereka di minta Nathan untuk mengelola restoran selama dirinya pulang kampung.Perjalanan selama enam jam di tempuh menggunakan travel. Reva dan Nathan sengaja menyewa trevel untuk mengantarkan mereka pulang, mereka juga membawa banyak barang untuk oleh-oleh di kampung.Travel sudah berhenti di depan rumah Reva, siang ini kebetulan Prabu dan Rindi sedang ada di rumah mereka merasa heran saat ada mobil travel berhenti di depan rumahnya.Orang-orang yang sedang mengghibah di rumah Ibunya Eko yang tak jauh dari rumah Reva juga ikut melihat.Reva dan Nathan sengaja turun bersamaan, membuat orang berlari menghampiri mereka.Orang desa mangga tak ada yang mengenali Reva namun mereka masih bisa mengenali Nathan."Wooy... Nathan pulang.

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Cuti

    Empat tahun telah berlalu, di kampung, tepatnya di desa mangga.Kinez yang baru saja pulang dari perantauan mendatangi rumah Jeki dengan keadaan perut yang sudah membuncit."Assalamu'alaikum, Budhe, Pakdhe," sapa Kinez berdiri di ambang pintu rumah Jeki yang terbuka.Jeki dan Siti yang sedang menonton tv menatap Kinez melotot, sorot mata mereka tertuju pada perut Kinez yang membuncit."Hiks, hiks, mas Nathan jahat, Budhe. Di kota aku bertemu mas Nathan dia janji mau menikahiku dan merayu aku untuk melayaninya sebagai bukti kalau aku benar-benar mencintainya. Hasil hubungan kami membuahkan janin di perutku, tetapi mas Nathan nggak mau bertanggung jawab dia nggak mau menikahiku. Mas Nathan mencari target wanita baru di kota," ujar Kinez bersimpuh di kaki Siti dengan menangis."Apa?!!!" Siti berteriak kaget."Bantu aku, Budhe, untuk ngomong sama Mas Nathan agar mau mengakui kala

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Reva Bertemu Masa Lalu

    Di tengah perjalanan Nathan sengaja menarik pedal remnya mendadak membuat Reva maju memeluknya. Kini ia bisa merasakan tubuh hangat Reva di punggungnya, tangan Reva yang ada di pinggangnya ia lingkarkan di perutnya sekarang ia bisa merasakan pelukan Reva lagi.Tanpa rencana Nathan membelokkan sepeda motornya memasuki halaman cafe. "Kita ngobrol sambil ngopi ya," ujar Nathan menarik tangan Reva yang sudah ia genggam.Nathan memesan dua kopi capuccino latte dan kentang goreng sebagai cemilannya, tak berapa lama pesanan itu akhirnya datang."Dek, selama tujuh bulan aku mencarimu. Maafkan aku karena tak percaya dengan ucapanmu. Aku memang bodoh mendahulukan emosiku dari pada akal sehat, kamu mau kan kita memperbaiki hubungan kita lagi??" Tanya Nathan."Apa kamu mau menungguku, Mas, maksudnya kamu nggak akan buru-buru merecoki aku untuk nikah m

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Keputusan Reva dan Nathan

    "Baiklah kalau begitu, oh ya maaf kalau boleh tahu dengan Kakak siapa ya??" tanya karyawan itu."Saya Paijo," balas Nathan.Seketika wajah karyawan itu pun berubah. "Paijo??" Ulangnya."Iya, kenapa?? Itu nama pemberian orang tuaku looh," ujar Nathan menahan senyum."Heee... Nggak apa-apa, Kak, kakak kan keren saya kira namanya siapa gitu," balas wanita itu mengangguk dan tersenyum."Ya sudah kalau gitu silakan duduk di sana ya," imbuh wanita itu memerintahkan Nathan untuk duduk di loby."Baiklah terima kasih," balas Nathan.Sembari menunggu Nathan melihat-lihat foto Reva yang ada di katalog di atas meja. Ia tak pernah menyangka kalau Reva bisa sebagus itu saat berpose dalam foto sudah seperti model yang jam terbangnya tinggi.Nathan benar-benar sudah tak sabar menunggu Reva.Satu jam kemudian samar-samar Nathan mendengar orang yang sedang mengobrol.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status