Home / Romansa / Rahasia Panas Cinta Terlarang / Ciuman di Bawah Kembang Api

Share

Ciuman di Bawah Kembang Api

Author: Sri_Eahyuni
last update Last Updated: 2025-01-31 21:31:20

Malam pergantian tahun begitu riuh. Reva, yang baru pertama kali lepas dari aturan ketat rumah, takjub melihat betapa ramainya perbatasan kota. Apalagi, artis viral Denny Cicak turut diundang, membuat penggemarnya berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru kecamatan dan kabupaten.

"Ini lebih dari ekspektasiku, Fit. Ternyata semeriah ini, ya," gumam Reva.

"Ini belum seberapa, Mbak. Nanti kalau kembang api sudah dinyalakan, pasti lebih ramai lagi," balas Fitri sambil menggendong putranya.

"Wah, aku makin tak sabar," Reva semakin bersemangat.

"Bunda beli itu," Salmi menunjuk sebuah makanan khas turkey.

"Mbak Reva, aku mau kesana. Salmi minta kebab," ucap Fitri.

"Aku nunggu di sini aja deh," balas Reva. Sedangkan Faiz dan Dani sudah maju ke depan untuk menyaksikan dangdut.

Di sekitar mereka, suara musik dangdut menggelegar. Faiz dan Dani sudah maju ke depan, menikmati hiburan. Sementara itu, Fitri dan Reva memilih tetap di belakang, menghindari desakan orang banyak, apalagi Fitri membawa Salmi.

Saat Fitri pergi membeli kebab untuk putranya, Reva segera mengirim pesan pada Nathan.

"Mas, aku di sini." Reva mengirimkan sebuah foto lokasi tempatnya berdiri.

"Oke, kamu di situ aja. Aku akan menyusul."

Nathan, yang berada di tengah kerumunan bersama teman-temannya, segera mundur untuk menjemput sang pacar.

"Reva," panggilnya begitu sampai. Ia langsung menarik tubuh Reva ke dalam pelukannya.

"Mas Nathan, main peluk-peluk aja! Aku kira siapa tadi, bikin jantungan," omel Reva, meski pipinya mulai memerah.

"Tapi sekarang nggak jadi jantungan, kan?" goda Nathan, terkekeh.

"Nggak," balas Reva manja.

"Kamu cantik banget malam ini. Aku makin cinta sama kamu."

"Dih, mulai kumat gombalnya. Perasaan aku tiap hari biasa aja kayak gini. Jangan-jangan kamu ada maunya, ya?" Reva mengerutkan keningnya curiga.

Nathan tertawa kecil. "Tentu saja. Aku cuma mau kamu tetap bersamaku. Jangan jauh-jauh, aku takut kehilangan kamu."

Nathan merangkul Reva, membawanya lebih ke depan. Mereka menikmati malam, bergoyang mengikuti irama dangdut. Reva yang awalnya canggung mulai terbiasa, ikut bernyanyi meski lebih suka lagu Nella Kharisma daripada dangdut koplo.

"Dah yuk kita bersenang-senang malam ini, kita nikmati masa muda kita. Jangan tegang gitu, tenang saja ada aku disini yang akan jagain kamu," imbuh Nathan merangkul Reva dan mengajaknya agak ke depan.

Pasangan muda-muda itu merasa bahagia dan bisa bebas dari pantauan orang tua masing-masing.

"Hilih, bilangnya aja bakal dijagain. Ujung-ujungnya di tinggalin," protes Reva.

Nathan merasa tersindir karena pernah ninggalin Reva saat malam dikejar-kejar nini kunti. Dan ia berjanji itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Semua orang bergoyang dan bernyanyi bersama. Begitu juga dengan Reva dan Nathan. Meski Reva masih kaku tetapi ia suka mengikuti alunan musik itu sehingga dirinya mulai terbiasa.

Semakin malam Reva semakin menikmatinya apalagi ada Nathan bersamanya, sesekali Nathan memeluknya dari belakang dan mereka bergoyang bersama.

Sayang..

Titip rogoku

Titip roso tresnaku

Meski Reva agak kaku lidahnya karena ia tak terlalu suka dengan lagu-lagu itu. Ia lebih suka dengan lagunya Nella Berkharisma.

Seneng iki mung koe seng ngerti

Dadio konco ceritaku

Sepanjang uripku

Bruug!!

Seseorang dari belakang mendorong Reva. Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh tepat di atas Nathan.

Nathan justru menikmati momen itu. Wangi rambut Reva begitu menenangkan. Satu tangannya mengusap rambut Reva, sementara tangan lainnya masih di atas perutnya.

"Mas, aku mau bangun. Kamu malah peluk aku kenceng banget. Apa nggak sakit bokong kamu?" tanya Reva, berusaha berdiri.

"Nggak, justru aku senang begini."

Tiba-tiba, wajah Reva berubah aneh. "Mas... ini apaan?" tanyanya, terkekeh.

"Apaan yang mana?" Nathan pura-pura tidak mengerti.

"Ada sesuatu yang bangun di bawah bokongku. Gerak-gerak. Keras lagi. Apaan itu?"

"Eehh..." Nathan buru-buru bangkit, wajahnya merah padam.

"Hayo, apaan tadi?" goda Reva.

"Nggak apa-apa!"

"Kasihan, tuh. Kalau nggak ditidurin lagi nanti nangis," Reva makin menggoda.

"Memangnya kamu mau bantu?"

"Nggak, aku nggak bisa!" Reva cepat-cepat menggeleng.

"Ya udah, kalau nggak bisa, jangan mancing-mancing, entar aku paksa malah nangis-nangis minta pulang." Kini gantian Nathan yang membuat Reva bergidik ngeri.

"Iihh apaan sih, serem amat otak mesummu, Mas," ujar Reva. Nathan hanya terkekeh menanggapi.

Tanpa Reva sadari, Nathan perlahan mengajaknya menjauh dari keramaian. Saat itu juga, tempat mereka bergoyang tadi berubah kacau—sekelompok orang terlibat perkelahian.

"Gini, nih. Aku males nonton dangdut kalau pasti ada aja yang bikin ribut," gerutu Reva.

"Udah, nggak apa-apa. Namanya juga orang banyak," Nathan menenangkan.

Hening beberapa saat.

"Dek," suara Nathan terdengar lebih lembut.

"Dalem," balas Reva iseng.

Nathan tersenyum, lalu menatapnya dalam. "Aku sayang sama kamu."

"Terus?"

"Aku pengin nyium kamu."

Reva mendelik. "Aku nggak mau—"

Tapi Nathan langsung memotongnya. "Nggak mau nolak, kan?"

Mereka tertawa bersama. Nathan menarik pinggang ramping Reva, mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibirnya. Awalnya lembut, lalu semakin dalam. Reva sedikit terkejut, namun perlahan membalas. Sesapan demi sesapan, bibir mereka menyatu. Nathan semakin menuntut, menarik tengkuk Reva agar tak bisa mundur.

Duarrr!

Duarrr! Pyarrr!

Kembang api mulai dinyalakan, menerangi langit dengan percikan warna-warni.

Mereka melepas ciuman, sama-sama tersenyum, lalu mendongak, menikmati pertunjukan.

"Wuaaah, keren banget, Mas! Aku seneng banget," ujar Reva penuh semangat.

"Kamu senang??"

"He'em, seneng banget."

Nathan menatapnya dalam, mengusap pipinya. "Aku lebih senang bisa di sini bersamamu."

Reva tersenyum, tetapi dalam hatinya, entah kenapa ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul.

Nathan menatap wajah Reva dalam-dalam, seolah menghafal setiap lekuknya. Wajah yang tak pernah membosankan, senyum yang selalu menyimpan kehangatan. Di matanya, tawa Reva adalah melodi kebahagiaan yang tak tergantikan.

Dengan lembut, Nathan mengangkat dagu Reva, mempersempit jarak di antara mereka. Lalu, bibirnya kembali menyapu bibir gadis itu, membiarkan sensasi itu menyatu dalam dentuman kembang api di langit. Cahaya keemasan membingkai siluet mereka, menciptakan momen yang terasa begitu magis.

Sesekali, Nathan melepaskan ciumannya, memberi ruang bagi Reva untuk bernapas, sebelum jemarinya menghapus jejak saliva di sudut bibir gadis itu. Namun, alih-alih meredakan gejolak di dada mereka, momen itu justru menyulut api yang lebih besar. Mereka kembali terhanyut, berulang kali menyatukan bibir dalam tarian yang semakin dalam—bukan lagi sekadar sentuhan, melainkan ketagihan.

Dan saat kembang api terakhir meledak di langit, Nathan tahu—ia tak akan pernah bisa melepaskan Reva.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Dosa di Malam Tahun Baru

    Pesta kembang api telah selesai, begitu pula dengan hiburan dangdut yang menemani malam. Para pengunjung mulai membubarkan diri dan beranjak dari halaman alun-alun.Nathan kembali berkumpul dengan teman-temannya. Mereka semua tampak menggandeng pasangan masing-masing.Di tangan mereka telah ada berbagai jajanan seperti jagung bakar, telur gulung, takoyaki, papeda, es teh, dan lainnya."Mari makan!" seru Panji dengan wajah sumringah. Tanpa ragu, ia langsung duduk di tanah dan membuka plastik makanannya."Kamu tuh ya, kalau ada yang gratisan selalu paling cepat geraknya," celutuk Agung, mengingat Panji sebelumnya mengaku kehabisan uang dan tidak membeli apa pun."Ya, jelas dong," balas Panji tanpa rasa bersalah.Mereka semua duduk lesehan di tanah, membentuk lingkaran tanpa alas apa pun, menikmati makanan yang mereka beli. Rendi terlihat membawa banyak telur gulung, sedangkan Agung membawa cireng sambal. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini mereka menikmati malam tanpa minuman

    Last Updated : 2025-03-06
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tak Diinginkan

    "Istighfar, Bu, istighfar. Kasihan Reva." Prabu memeluk tubuh sang istri dan berusaha menenangkannya, lalu membawanya menjauh dari Reva."Kalau kamu sudah tidak bisa dibilangi dan tidak mau menurut sama Ibu, berarti kamu sudah menganggap kami tidak ada. Lebih baik kamu pergi dari rumah ini! Pergi! Jangan pernah tampakkan wajahmu di depan Ibu lagi! Dasar anak sialan! Cepat pergi!" Rindi benar-benar dikuasai oleh amarahnya.Reva yang tidak mau membuat ibunya terus-menerus kecewa akhirnya memutuskan untuk mengemas pakaian dan bersiap pergi, meski ia tak tahu harus ke mana."Reva, kamu mau ke mana, Nduk?" tanya Prabu ketika kembali ke kamar Reva."Bapak, maafkan aku. Aku selalu membuat kalian kecewa. Aku akan pergi sesuai perintah Ibu. Sekali lagi, maafkan aku. Aku belum bisa membuat kalian bahagia, justru selalu membuat kalian malu dan bersedih," balas Reva dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya."Cepat pergi, anak si

    Last Updated : 2025-03-07
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Jebakan Cinta

    "Mas Nathan, kamu nggak turun? Ayo turun," ajak Kinez, menghampiri Nathan yang tak kunjung keluar dari mobil.Dengan malas, akhirnya Nathan membuka pintu dan keluar. Namun, tanpa ia sangka, Kinez berani bergelayut manja di lengannya."Kamu ngapain, Nez? Malu, tahu! Dilihat orang," ujar Nathan, melepas pegangan tangan Kinez."Kenapa harus malu, Mas? Anak muda wajar dong seperti ini," balas Kinez, tampak kecewa dengan penolakan Nathan.Kinez kesal karena Nathan tak merespons. Bibirnya mengerucut, membuat lelaki itu semakin malas menatapnya.---"Kita sarapan di sini dulu, ya. Nanti baru kita keliling lihat pantai," ujar Siti sambil menggelar karpet, dibantu oleh Kinez."Anak pintar, tanpa diminta sudah peka," puji Siti, yang dibalas senyuman oleh Kinez.Mereka mulai sarapan dengan bekal masakan Siti yang beragam. Nandra dan Suri sudah lebih dulu menyomot makanan kesukaan mereka."Nathan tuh

    Last Updated : 2025-03-08
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Terjebak Antara Dendam dan Cinta

    "Ya udah, kamu aja yang nolongin! Kan kamu yang merasa kasihan, bukan aku." "Yang bener nih? Nggak apa-apa kalau ceweknya aku cium?" "Heemmm..." "Yakin nggak bakal marah? Nggak bakal cemburu?" "Yakin! Aku nggak akan marah! Cepetan lakuin!" teriak Nathan dengan emosi. "Iya deh, tapi awas kalau nanti kamu minta ganti rugi." Lelaki itu mengancam, sementara Nathan hanya menggeleng-gelengkan kepala. Lelaki itu lalu perlahan memberikan napas buatan pada Kinez. Satu kali gagal, dua kali masih belum berhasil, hingga akhirnya di percobaan keempat, Kinez tersedak dan memuntahkan air laut yang tertelan. Napasnya kembali normal, dan dia mulai sadar. "Ehh, ehh! Anak saya diapain tuh? Kamu ngelakuin sesuatu yang nggak pantas ke anak saya, ya?!" Yati berteriak panik, menghampiri mereka. Dari jauh, dia melihat anaknya dicium oleh lelaki asing, sementara Nathan hanya berdiri mengawasi.

    Last Updated : 2025-03-09
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tersesat

    Reva berjalan hingga ke jalan raya yang biasa dilalui angkutan umum ataupun bus. Ia naik begitu saja saat ditawari oleh kernet bus Transjakarta, tanpa tahu tujuan akhirnya. Reva berpikir bus itu akan membawanya ke Jakarta.Sampai akhirnya, ia terbangun karena seseorang menggoyang-goyangkan lengannya."Dek, bangun. Hey... bangun, Dek. Kamu mau ke mana sebenarnya?" suara kernet membangunkannya.Reva mengucek matanya, kebingungan melihat bus yang sudah kosong."Ini sampai mana ya, Pak?" tanyanya."Ini di kota Semarang. Kamu mau ke mana?" Kernet itu menatapnya dengan penuh selidik."Di Semarang ya, Pak? Ya sudah, saya turun di sini saja.""Berapa ongkosnya, Pak?" imbuh Reva."Sepuluh ribu."Reva mengernyit. "Murah amat," batinnya.Ia merogoh uang dari kain lusuh pemberian bapaknya dan menyodorkan selembar uang berwarna ungu."Ini, Pak. Makasih, ya."Setelah uangnya diterima, Reva

    Last Updated : 2025-03-10
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Dil3c3hkan

    Setelah selesai berkenalan, Reva kembali ke dalam kamarnya. Ia bersyukur karena para penghuni kos mau menyapanya dengan ramah."Jam berapa sekarang ya? Mungkin masih ada waktu buat sholat Ashar," gumamnya.Meski ibadahnya masih belum sempurna, Reva tetap berusaha untuk sholat setiap ada kesempatan.Ia segera mencari kamar mandi yang ada di lantai dua, lalu mandi dan berwudhu. Setelah kembali ke kamar, ia menggelar sajadah yang dibawanya dari rumah dan mulai menunaikan sholat."Ya Allah, ampunilah aku yang belum bisa menjadi anak yang baik untuk Ibu dan Bapak. Ya Allah, lindungilah aku di mana pun aku berada. Dekatkanlah aku dengan orang-orang yang tulus dan jauhkanlah aku dari orang-orang dzalim."Doa itu ia panjatkan dengan khusyuk setelah selesai sholat.Usai beribadah, Reva merebahkan tubuhnya di atas kasur busa. Rasa pegal di punggungnya sedikit berkurang, hingga tanpa sadar setengah jam berlalu. Adzan Magrib pun berkumandang

    Last Updated : 2025-03-11
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Diburu Nafsv Diselamatkan Takdir

    Nathan seperti orang gila, tak tahu harus berbuat apa. Sejak tadi, ia terus mencoba mengirim pesan dan menelepon nomor Reva, tetapi tak kunjung mendapat respons."Reva, kamu di mana??""Dek, kenapa kamu pergi tanpa ngabarin aku?""Plis, Sayang, aktifkan nomormu. Aku khawatir banget sama kamu.""Reva, tolong kasih tahu aku keberadaanmu biar aku bisa menyusul. Dunia luar itu kejam, aku nggak mau kamu kenapa-napa.""Rev, kamu bertengkar sama Ibumu gara-gara aku, kan? Maafin aku, ya. Tapi kumohon, kasih tahu aku keberadaanmu biar aku bisa nyusul. Aku janji nggak akan kasih tahu Om Prabu atau Bulek Rindi."Pesan demi pesan yang dikirim Nathan sejak pagi tak kunjung mendapat balasan. Bahkan, centang dua pun belum muncul. Namun, ia tetap mencoba menghubungi nomor itu, meski tahu kemungkinan Reva menjawab sangat kecil."Nat, makan dulu. Kamu belum makan dari tadi siang," ujar Siti dari luar kamar."Nanti sakit maag-mu kambuh kalau kamu terus begini," tambahnya lagi.Nathan sama sekali tak mer

    Last Updated : 2025-03-13
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ketahuhan

    "Kenapa elo berubah pikiran, hah?! Kenapa nggak dari awal aja elo nurut? Biar gue nggak perlu main kasar dan maksa!" Kiran menatap wajah Reva dengan tatapan penuh kemenangan."Iya, awalnya aku memang nggak mau. Tapi sekarang aku udah lemes dan nggak punya tenaga buat ngelawan kalian. Jadi aku pasrah aja... Kumohon, jangan kasar-kasar. Aku takut… karena ini pertama buat aku," ujar Reva, berusaha meyakinkan Kiran dan teman-temannya."Akhirnya lo pasrah juga," Sita terkekeh puas."Nah, gitu dong! Coba dari tadi nurut, kan nggak perlu ribet. Malah bisa lanjut ke ronde kedua," Kiran menambahkan dengan nada meledek, membuat Reva semakin jijik.Melihat Reva yang terlihat pasrah, Kiran pun mendekat dan membenamkan wajahnya di pipi Reva. Reva menahan rasa jijik sekuat tenaga demi mengendalikan emosinya.Saat itu juga, Sita dan Meysa keluar ke kamar mandi. Mereka pikir Reva sudah berhasil ditaklukkan."Tukar posisi, Ran. Aku pengin nyoba d

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Angin tak Boleh Mendengar

    “Kita duduk di sini saja. Di sana itu khusus untuk orang-orang kaya, biasanya ruangan privat, jadi memang disediakan bagi yang mau membayar mahal. Kalau di sini untuk kalangan menengah ke bawah, kita bebas, apalagi kita juga bisa menikmati alunan musik,” ujar Nathan. “Kamu kenapa, Dek? Kok banyak diam? Apa kamu nggak suka tempat ini? Kalau kamu nggak suka, kita bisa cari tempat lain," tawar Nathan sebab ia melihat sang kekasih yang hanya diam bahkan seperti tak nyaman.Seketika Reva tersadar dari lamunannya dan mengalihkan fokusnya pada lelaki di hadapannya kembali.“Enggak kok, Mas. Aku suka tempatnya,” balas Reva sambil tersenyum. “Aku diam bukan karena nggak suka, tapi aku kagum banget sama tempat ini. Mungkin kamu udah terbiasa ya datang ke tempat kayak gini. Kalau aku, ini baru pertama kali. Jadi aku kelihatan katrok, ya?”Nathan tertawa kecil. Tak lama kemudian pelayan datang menghampiri mereka. Nathan memesan makanan dan menawari Reva untuk memilih menu yang diinginkannya. Nam

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tekad Reva

    "Silakan adukan sama tantemu, aku nggak takut! Jangan mentang-mentang kamu keponakan Bu Sarah, terus bisa berbuat seenaknya. Aku di sini bayar, bukan numpang, jadi aku nggak bakal takut! Lagi pula, aku bukan kerja jadi wanita panggilan. Aku kerja di restoran bakso Dua Putra, yang di seberang mal itu!" ujar Reva dengan tegas, menyebutkan tempat kerjanya.Meysa tertawa meremehkan."Elo pikir gue percaya? Cewek kampung kayak elo, cuma lulusan SMA, bisa kerja di restoran mewah? Paling-paling juga cuma jadi tukang bersih-bersih atau cuci piring.""Iya! Memang kenapa kalau aku cuma jadi tukang bersih-bersih? Yang penting kerjaanku halal! Nggak kayak kamu, bisanya cuma halo Mama, halo Papa—minta ini itu. Meski aku anak orang nggak punya, setidaknya aku masih punya harga diri. Dan bisa nikmatin segala sesuatu dari hasil keringat sendiri tuh rasanya spesial banget! Jadi daripada ngurusin hidup orang lain yang nggak penting, mending kamu pakai waktumu buat hal yang bermanfaat. Biar kamu bisa ba

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ancaman

    Seusai salat Magrib, Reva baru saja diantarkan Nathan pulang ke kosannya. Nathan ingin menemui Bu Sarah, dan Reva berinisiatif untuk memanggilkannya."Aku ke atas dulu, naruh barang-barang ini sebentar. Nanti aku panggilkan Bu Sarah," ujar Reva berpamitan."Iya, Sayang. Aku tunggu, ya. Semoga masih ada kamar kosong, biar aku nggak jauh dari kamu," balas Nathan penuh harap."Amin. Bentar, ya," sahut Reva sambil tersenyum.Reva berjalan masuk ke halaman kos, sementara Nathan menunggu di luar gerbang. Selama menunggu, Nathan tak henti-hentinya menatap punggung sang kekasih."Mas, udah yuk. Rumah Bu Sarah ada di sebelah sana, jadi motornya bawa ke sana aja, ya," ujar Reva, menunjuk ke arah barat setelah kembali."Iya," balas Nathan singkat.Setibanya di rumah Bu Sarah, Reva menghampiri Pak Beni, penjaga keamanan rumah tersebut, dan menanyakan keberadaan Bu Sarah. Namun, ternyata Bu Sarah sedang berada di luar kota dan belum pulang."Oh, begitu ya, Pak. Saya mau tanya, apa masih ada kamar

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Penyesalan

    "Iya, Bu, aku juga nggak nyangka. Pokoknya aku nggak mau buru-buru punya anak. Aku mau bersenang-senang dulu dengan hartanya Mas Nathan," ucap Kinez, bibirnya melengkung dalam senyum penuh kemenangan."Iya, itu harus! Dan jangan lupa, kamu harus selalu mengajak Ibu serta adikmu. Kamu harus bisa menguras harta orang tua Nathan dan membalikkan nama semua harta mereka menjadi milikmu dan milik Ibu," balas Yati, suaranya dipenuhi ambisi. Kinez mengangguk yakin. "Itu pasti, Bu. Aku janji akan membuat Ibu bahagia.""Pintar! Anak Ibu memang benar-benar cerdas," puji sang Ibu dengan senyum lebar."Kurang ajar!! Dasar manusia jahanam!!" teriak Siti.Tanpa aba-aba, plak!! plak!! Dua tamparan mendarat di pipi Yati. Suara benturan telapak tangan dengan kulit menggema di ruangan. Yati tersentak, kepalanya menoleh ke samping akibat kerasnya tamparan."Awww! Lepasin! Sakit!!" jerit Yati, berusaha melepaskan diri.Kinez hanya menangis ketakutan, tubuhnya gemetar melihat ibunya diamuk Siti dengan br

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Rencana Pembalasan

    Seketika semua orang memandang ke arah Nandra yang melongo. Ada yang merasa kasihan, sementara yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala."Ya sudah kalau begitu, ayo segera berangkat! Tunggu apalagi?" seru Parto dengan semangat."I-iya, ayo semuanya berangkat. Nandra, cepat! Kasihan mereka yang sudah menunggu lama," ujar Jeki.Namun, bukannya bergegas, Nandra justru memprotes. "Bapak, kenapa nggak minta persetujuanku dulu? Aku nggak mau, ya, nikah sekarang! Apalagi sama Kinez! Kalau Bapak mau, Bapak aja yang nikah sama Kinez!""Heh! Jangan ngadi-ngadi kamu, Le! Bapak itu sudah punya Ibu! Bisa-bisanya kamu nyuruh Bapak menikahi Kinez!" seru Siti geram."Ya sudah, kalau gitu jangan paksa aku!" balas Nandra keras kepala.Ibu dan anak itu kini saling beradu pandang dengan sengit. Dalam hati, Nandra merasa seperti berada di posisi Nathan yang selalu menurut dan tak pernah membantah, sehingga mendapat lebih banyak kasih sayang dari ora

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Suami Pengganti

    Tanpa aba-aba, Siti mendorong tubuh Rindi dengan kasar."Bu, awas!!" seru beberapa orang saat Rindi kehilangan keseimbangan.Tangannya refleks memeluk Tina lebih erat, melindungi gadis kecilnya agar tidak terjatuh. Wajahnya memucat, napasnya memburu."Astaghfirullah, Siti! Kamu sudah gila?!" suara Jeki meledak, membuat ruangan semakin sunyi.Di luar, beberapa tetangga mulai berkumpul, penasaran dengan kegaduhan yang terjadi. Mereka berbisik-bisik, membahas kaburnya Nathan yang kini menjadi perbincangan seluruh kampung.Angin siang bertiup pelan, menggoyangkan daun-daun di halaman. Namun, hawa di dalam rumah tetap terasa panas, bukan karena cuaca, tetapi karena emosi yang semakin membara.Rumah Jeki semakin riuh. Bisikan para tetangga semakin kencang, membentuk lingkaran gosip yang mengelilingi keluarga itu. Wajah-wajah penuh rasa ingin tahu menatap Rindi yang masih berdiri di tempatnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Suasana Panas di Rumah Nathan

    Suasana Panik di Rumah Jeki"Mungkin dia lagi di kamar mandi, atau keluar sebentar. Memangnya kamu udah mencarinya?" tanya salah satu kerabat yang lain.Siti menggeleng. "Aku cuma lihat di kamarnya, nggak sempat cari ke tempat lain."Kakak Jeki, Warsih, yang mendengar kegaduhan itu langsung berseru lantang, "Coba cari lagi! Kalian yang di luar ada lihat Nathan nggak?"Sekejap suasana berubah semakin riuh. Semua orang yang ada di rumah mulai berhamburan ke luar, mencari Nathan di setiap sudut rumah dan halaman."Nathan...!!""Nathan...!!!""Kamu di mana, Nathan? Kita semua udah siap, tinggal nunggu kamu aja!"Beberapa tamu yang baru datang ikut kebingungan melihat keluarga Jeki berteriak-teriak mencari seseorang. Para tetangga yang sedang berkumpul di depan rumah pun mulai ikut mencari, memeriksa ke pekarangan, ke belakang rumah, bahkan ke jalanan sekitar.Di tengah kekacauan itu, Suri—adik Nathan—berlar

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Nathan Kabur

    Nathan membawa Reva keluar dari area restoran. Sejak bertemu kekasihnya, ia sampai lupa kalau perutnya sudah lama meronta minta diisi."Sayang, kita beli makan dulu, ya? Aku laper banget, dari pagi belum makan," ucap Nathan sambil mengelus perutnya. Ia tahu betul akibat telat makan bisa bikin tubuhnya drop. Sekarang hatinya sudah lega setelah berhasil kabur dari rumah dan bertemu Reva. Baginya, ini anugerah luar biasa. Ia harus tetap sehat agar bisa terus menjaga gadisnya."Mau, tapi aku nggak punya uang," sahut Reva polos.Nathan terkekeh, lalu mengacak pelan rambut Reva. "Yang ngajak kan aku, jadi ya aku yang bayar, Sayang. Masa iya aku suruh kamu bayar sendiri? Aku ini pacar kamu, lho."Reva tersenyum. "Ya udah deh, makasih ya.""Iya, Sayang."Nathan menoleh ke kanan dan kiri, mencari tempat makan yang nyaman, bersih, dan nggak terlalu ramai."Mas, kelewat! Tadi ada kedai penjual nasi, lho," ujar Reva sambil menepuk p

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Bertemu

    "Duh, Rev, kok elo nolak tawaran Pak Aaris sih? Harusnya elo terima aja. Lumayan kan, dapat tumpangan gratis daripada jalan kaki mulu. Gue nggak nyangka, lho, Pak Aaris nawarin elo pulang bareng. Di dalam tadi kalian ngobrolin apa aja sih? Gue kepo," ujar Keysa dengan antusias."Nggak lah, Kak, aku nggak enak sama Pak Aaris. Tadi kita nggak ngobrolin apa-apa kok, cuma bahas soal hadiah dan aku ngucapin terima kasih. Udah gitu doang," balas Reva, berusaha menutupi kegugupannya."Elo pakai pelet apa sih sampai Pak Aaris bisa nyantol sama elo?" Nita menyela dengan nada geram, matanya menatap tajam ke arah Reva.Reva hanya tersenyum tipis, sudah mulai terbiasa dengan sikap Nita yang selalu sinis padanya."Udah nyadar belum kalau Pak Aaris nggak pernah ngelirik elo, Nit? Justru malah nyantol sama Reva yang orang baru! Kesaing, kan? Kasihan!" ledek Keysa sambil tertawa kecil."Udah, kalian nggak usah ngomongin Pak Aaris terus. Ntar kuping Pak A

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status