Home / Romansa / Rahasia Panas Cinta Terlarang / Ciuman di Bawah Kembang Api

Share

Ciuman di Bawah Kembang Api

Author: Sri_Eahyuni
last update Last Updated: 2025-01-31 21:31:20

Malam pergantian tahun begitu riuh. Reva, yang baru pertama kali lepas dari aturan ketat rumah, takjub melihat betapa ramainya perbatasan kota. Apalagi, artis viral Denny Cicak turut diundang, membuat penggemarnya berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru kecamatan dan kabupaten.

"Ini lebih dari ekspektasiku, Fit. Ternyata semeriah ini, ya," gumam Reva.

"Ini belum seberapa, Mbak. Nanti kalau kembang api sudah dinyalakan, pasti lebih ramai lagi," balas Fitri sambil menggendong putranya.

"Wah, aku makin tak sabar," Reva semakin bersemangat.

"Bunda beli itu," Salmi menunjuk sebuah makanan khas turkey.

"Mbak Reva, aku mau kesana. Salmi minta kebab," ucap Fitri.

"Aku nunggu di sini aja deh," balas Reva. Sedangkan Faiz dan Dani sudah maju ke depan untuk menyaksikan dangdut.

Di sekitar mereka, suara musik dangdut menggelegar. Faiz dan Dani sudah maju ke depan, menikmati hiburan. Sementara itu, Fitri dan Reva memilih tetap di belakang, menghindari desakan orang banyak, apalagi Fitri membawa Salmi.

Saat Fitri pergi membeli kebab untuk putranya, Reva segera mengirim pesan pada Nathan.

"Mas, aku di sini." Reva mengirimkan sebuah foto lokasi tempatnya berdiri.

"Oke, kamu di situ aja. Aku akan menyusul."

Nathan, yang berada di tengah kerumunan bersama teman-temannya, segera mundur untuk menjemput sang pacar.

"Reva," panggilnya begitu sampai. Ia langsung menarik tubuh Reva ke dalam pelukannya.

"Mas Nathan, main peluk-peluk aja! Aku kira siapa tadi, bikin jantungan," omel Reva, meski pipinya mulai memerah.

"Tapi sekarang nggak jadi jantungan, kan?" goda Nathan, terkekeh.

"Nggak," balas Reva manja.

"Kamu cantik banget malam ini. Aku makin cinta sama kamu."

"Dih, mulai kumat gombalnya. Perasaan aku tiap hari biasa aja kayak gini. Jangan-jangan kamu ada maunya, ya?" Reva mengerutkan keningnya curiga.

Nathan tertawa kecil. "Tentu saja. Aku cuma mau kamu tetap bersamaku. Jangan jauh-jauh, aku takut kehilangan kamu."

Nathan merangkul Reva, membawanya lebih ke depan. Mereka menikmati malam, bergoyang mengikuti irama dangdut. Reva yang awalnya canggung mulai terbiasa, ikut bernyanyi meski lebih suka lagu Nella Kharisma daripada dangdut koplo.

"Dah yuk kita bersenang-senang malam ini, kita nikmati masa muda kita. Jangan tegang gitu, tenang saja ada aku disini yang akan jagain kamu," imbuh Nathan merangkul Reva dan mengajaknya agak ke depan.

Pasangan muda-muda itu merasa bahagia dan bisa bebas dari pantauan orang tua masing-masing.

"Hilih, bilangnya aja bakal dijagain. Ujung-ujungnya di tinggalin," protes Reva.

Nathan merasa tersindir karena pernah ninggalin Reva saat malam dikejar-kejar nini kunti. Dan ia berjanji itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Semua orang bergoyang dan bernyanyi bersama. Begitu juga dengan Reva dan Nathan. Meski Reva masih kaku tetapi ia suka mengikuti alunan musik itu sehingga dirinya mulai terbiasa.

Semakin malam Reva semakin menikmatinya apalagi ada Nathan bersamanya, sesekali Nathan memeluknya dari belakang dan mereka bergoyang bersama.

Sayang..

Titip rogoku

Titip roso tresnaku

Meski Reva agak kaku lidahnya karena ia tak terlalu suka dengan lagu-lagu itu. Ia lebih suka dengan lagunya Nella Berkharisma.

Seneng iki mung koe seng ngerti

Dadio konco ceritaku

Sepanjang uripku

Bruug!!

Seseorang dari belakang mendorong Reva. Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh tepat di atas Nathan.

Nathan justru menikmati momen itu. Wangi rambut Reva begitu menenangkan. Satu tangannya mengusap rambut Reva, sementara tangan lainnya masih di atas perutnya.

"Mas, aku mau bangun. Kamu malah peluk aku kenceng banget. Apa nggak sakit bokong kamu?" tanya Reva, berusaha berdiri.

"Nggak, justru aku senang begini."

Tiba-tiba, wajah Reva berubah aneh. "Mas... ini apaan?" tanyanya, terkekeh.

"Apaan yang mana?" Nathan pura-pura tidak mengerti.

"Ada sesuatu yang bangun di bawah bokongku. Gerak-gerak. Keras lagi. Apaan itu?"

"Eehh..." Nathan buru-buru bangkit, wajahnya merah padam.

"Hayo, apaan tadi?" goda Reva.

"Nggak apa-apa!"

"Kasihan, tuh. Kalau nggak ditidurin lagi nanti nangis," Reva makin menggoda.

"Memangnya kamu mau bantu?"

"Nggak, aku nggak bisa!" Reva cepat-cepat menggeleng.

"Ya udah, kalau nggak bisa, jangan mancing-mancing, entar aku paksa malah nangis-nangis minta pulang." Kini gantian Nathan yang membuat Reva bergidik ngeri.

"Iihh apaan sih, serem amat otak mesummu, Mas," ujar Reva. Nathan hanya terkekeh menanggapi.

Tanpa Reva sadari, Nathan perlahan mengajaknya menjauh dari keramaian. Saat itu juga, tempat mereka bergoyang tadi berubah kacau—sekelompok orang terlibat perkelahian.

"Gini, nih. Aku males nonton dangdut kalau pasti ada aja yang bikin ribut," gerutu Reva.

"Udah, nggak apa-apa. Namanya juga orang banyak," Nathan menenangkan.

Hening beberapa saat.

"Dek," suara Nathan terdengar lebih lembut.

"Dalem," balas Reva iseng.

Nathan tersenyum, lalu menatapnya dalam. "Aku sayang sama kamu."

"Terus?"

"Aku pengin nyium kamu."

Reva mendelik. "Aku nggak mau—"

Tapi Nathan langsung memotongnya. "Nggak mau nolak, kan?"

Mereka tertawa bersama. Nathan menarik pinggang ramping Reva, mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibirnya. Awalnya lembut, lalu semakin dalam. Reva sedikit terkejut, namun perlahan membalas. Sesapan demi sesapan, bibir mereka menyatu. Nathan semakin menuntut, menarik tengkuk Reva agar tak bisa mundur.

Duarrr!

Duarrr! Pyarrr!

Kembang api mulai dinyalakan, menerangi langit dengan percikan warna-warni.

Mereka melepas ciuman, sama-sama tersenyum, lalu mendongak, menikmati pertunjukan.

"Wuaaah, keren banget, Mas! Aku seneng banget," ujar Reva penuh semangat.

"Kamu senang??"

"He'em, seneng banget."

Nathan menatapnya dalam, mengusap pipinya. "Aku lebih senang bisa di sini bersamamu."

Reva tersenyum, tetapi dalam hatinya, entah kenapa ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul.

Nathan menatap wajah Reva dalam-dalam, seolah menghafal setiap lekuknya. Wajah yang tak pernah membosankan, senyum yang selalu menyimpan kehangatan. Di matanya, tawa Reva adalah melodi kebahagiaan yang tak tergantikan.

Dengan lembut, Nathan mengangkat dagu Reva, mempersempit jarak di antara mereka. Lalu, bibirnya kembali menyapu bibir gadis itu, membiarkan sensasi itu menyatu dalam dentuman kembang api di langit. Cahaya keemasan membingkai siluet mereka, menciptakan momen yang terasa begitu magis.

Sesekali, Nathan melepaskan ciumannya, memberi ruang bagi Reva untuk bernapas, sebelum jemarinya menghapus jejak saliva di sudut bibir gadis itu. Namun, alih-alih meredakan gejolak di dada mereka, momen itu justru menyulut api yang lebih besar. Mereka kembali terhanyut, berulang kali menyatukan bibir dalam tarian yang semakin dalam—bukan lagi sekadar sentuhan, melainkan ketagihan.

Dan saat kembang api terakhir meledak di langit, Nathan tahu—ia tak akan pernah bisa melepaskan Reva.

Related chapters

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Dosa di Malam Tahun Baru

    Pesta kembang api telah selesai, begitu pula dengan hiburan dangdut yang menemani malam. Para pengunjung mulai membubarkan diri dan beranjak dari halaman alun-alun.Nathan kembali berkumpul dengan teman-temannya. Mereka semua tampak menggandeng pasangan masing-masing.Di tangan mereka telah ada berbagai jajanan seperti jagung bakar, telur gulung, takoyaki, papeda, es teh, dan lainnya."Mari makan!" seru Panji dengan wajah sumringah. Tanpa ragu, ia langsung duduk di tanah dan membuka plastik makanannya."Kamu tuh ya, kalau ada yang gratisan selalu paling cepat geraknya," celutuk Agung, mengingat Panji sebelumnya mengaku kehabisan uang dan tidak membeli apa pun."Ya, jelas dong," balas Panji tanpa rasa bersalah.Mereka semua duduk lesehan di tanah, membentuk lingkaran tanpa alas apa pun, menikmati makanan yang mereka beli. Rendi terlihat membawa banyak telur gulung, sedangkan Agung membawa cireng sambal. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini mereka menikmati malam tanpa minuman

    Last Updated : 2025-03-06
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Jalan Raya Pemisah Cinta

    Jalan Raya Pemisah Cinta "Sudah mulai belajar jadi liar, ya?!" Suara Rindi melengking di ambang pintu kamar Reva. "Sudah Ibu bilang berapa kali, kamu itu nggak boleh berhubungan sama Nathan! Ingat, Nduk, kita ini orang nggak punya, sedangkan orang tua Nathan orang berada. Ibu nggak mau kamu jadi hinaan mereka kalau sampai kamu menikah sama Nathan!" Suara Rindi sudah mulai serak, dia sudah mulai menangis. Dan air mata yang sejak tadi Reva tahan-tahan akhirnya tumpah juga. Reva menangis dalam diam diatas bantal.Pintu kamar yang tak terkunci membuat Rindi dengan mudah menerobos masuk. Wajahnya merah padam menahan amarah.Reva hanya bisa menangis, hatinya masih bergetar setelah dipaksa pulang oleh sang Bapak. Ia baru saja pulang setelah diam-diam bertemu Nathan. Namun, rencana pertemuan itu gagal sempurna karena mereka tertangkap basah."Sudah banyak yang datang ingin melamarmu, tapi kamu selalu menolak! Kenapa justru kamu diam-diam menjalin hubungan sama Nathan?" Suara Rindi mulai ber

    Last Updated : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Sebelum Tragedi

    Pagi datang lebih cepat dari yang ia harapkan.Reva terbangun karena suara orang berbicara di luar kamarnya. Biasanya, bapak dan ibunya sudah membangunkannya sejak subuh. Tapi kali ini, tidak ada suara yang memanggilnya, tidak ada ketukan di pintu kamarnya.Ia melirik jam dinding. Setengah enam.Jantungnya mencelos. Sudah nyaris kesiangan.Reva bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudu. Setelah itu, ia berdiri di ruang tengah, siap menunaikan salat subuh.Tapi suara sinis tiba-tiba menyelusup ke telinganya."Oalah, anak perawan jam segini baru bangun? Baru mau salat subuh?"Reva menoleh, mendapati Imam—kakak sepupunya—menatapnya dengan seringai usil."Lihat jam, udah hampir jam enam. Salatmu itu nggak bakal diterima," lanjut Imam, tertawa mengejek.Reva mengembuskan napas kasar. "Nyebelin banget sih, Mas! Pagi-pagi udah di sini, mau minta sarapan?!"Imam terkekeh, tapi Reva tak lagi memperdulikannya. Ia segera masuk ke ruang salat, buru-buru melaksanakan kewajibannya

    Last Updated : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Cemohan Tetangga

    Seiring berjalannya waktu, Rindi pulang dari rumah majikannya dan melihat ada sepeda motor yang tidak dikenalnya terparkir di depan rumah. Ia masuk lewat pintu belakang, mengintip dari dapur. Suara tawa lelaki terdengar di dalam rumahnya."Ibu sudah pulang?" tanya Reva saat Rindi melepas sepatu."Heemmm..." jawab Rindi dengan deheman singkat."Ada temanku yang main, Bu, tapi mereka belum dijamu. Aku mau beli ke warung, tapi nggak ada uang. Boleh minta duit?" tanya Reva, mencoba memohon."Nggak boleh," jawab Rindi tegas.Selama Reva lulus sekolah, ada saja teman lelaki Reva yang datang bahkan selalu berbeda-beda orang. Rindi sampai malu diomongin para tetangga."Anakmu lho, Rin, laris manis setiap hari kok ada saja lelaki yang datang." Pertanyaan itu sering Rindi temui setelah ada lelaki yang bertamu. Ia yakin setelah ini para tetangga pasti akan berkomentar lagi.Rindi segera masuk kamar mandi untuk mandi, karena ia sudah tahu siapa yang datang, jadi tak perlu penasaran lagi.Setelah

    Last Updated : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Nasib Cinta Reva dan Nathan

    Saat sampai rumah, Rindi tak bersemangat untuk memasak. Ia hanya mengambil kacang panjang yang ada di kulkas hasil panennya sendiri ia akan menumisnya dengan tempe. Siang ini dan nanti sore akan makan pakai menu itu sedangkan ikan asin akan ia masak besok pagi untuk sarapan.Sedangkan di luar rumah Tina merengek minta jajan karena dari tadi pagi ia belum jajan. Alhasil Reva harus minta uang sama Ibunya yang, padahal ia ingin marah sama sang ibu."Bu, Tina minta beli jajan," ucap Reva saat menemui ibunya.Rindi hanya diam saja tetapi ia menyodorkan uang dua ribu untuk Reva sisa belanjanya tadi. Reva menerima begitu saja tanpa peduli dengan wajah sang ibu yang terlihat masam."Ayo beli jajan, tapi jalan kaki ya. Kakak capek kalau harus gendong kamu," ujar Reva."Asyik..." seru Tina kegirangan.Reva dan Tina menuju warungnya Aris yang tak jauh dari rumahnya. "Sana mau beli apa??" Sampai di warung Reva meminta sang adik memilih jajan."Mau beli apa, Tin??" Sapa Aris."Beli jajan, Mbak,"

    Last Updated : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Diam-diam

    Hari-hari terus berlalu, Reva dan Nathan menjalani hubungan dengan tersembunyi, namun komunikasi merak tetap lancar. Hingga tiba waktunya pergantian tahun pun telah tiba."Dek, malam tahun baru ke alun-alun yuk." Nathan mengirim pesan pada Reva. Ia sudah sibuk mencari cara dari jauh-jauh hari untuk bisa membawa Reva ke luar rumah."Aku harus alasan apa, Mas, sama Ibu dan Bapak??" Reva mengirim pesan balasan, ia benar-benar tak bisa menjahui Nathan meski sebisa mungkin dia menghidarinya justru semakin kuat rasa cinta dan rindunya kepada Nathan."Gimana ya, Dek, aku juga bingung. Padahal aku udah jauh-jauh hari nyari cara biar kamu bisa keluar, tapi sampai sekarang belum ketemu. Aku malah semakin pusing," ujar Nathan.Kini mereka sedang melakukan panggilan vidio call, mereka tak lagi bisa bertemu karena Siti mengawasi Nathan sangat ketat. Ia tak mengijinkan Nathan sama sekali untuk bertemu Reva.Reva terkekeh ia tak percaya Nathan sudah merencanakan ini semua dari jauh hari, " Masak sih

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Dosa di Malam Tahun Baru

    Pesta kembang api telah selesai, begitu pula dengan hiburan dangdut yang menemani malam. Para pengunjung mulai membubarkan diri dan beranjak dari halaman alun-alun.Nathan kembali berkumpul dengan teman-temannya. Mereka semua tampak menggandeng pasangan masing-masing.Di tangan mereka telah ada berbagai jajanan seperti jagung bakar, telur gulung, takoyaki, papeda, es teh, dan lainnya."Mari makan!" seru Panji dengan wajah sumringah. Tanpa ragu, ia langsung duduk di tanah dan membuka plastik makanannya."Kamu tuh ya, kalau ada yang gratisan selalu paling cepat geraknya," celutuk Agung, mengingat Panji sebelumnya mengaku kehabisan uang dan tidak membeli apa pun."Ya, jelas dong," balas Panji tanpa rasa bersalah.Mereka semua duduk lesehan di tanah, membentuk lingkaran tanpa alas apa pun, menikmati makanan yang mereka beli. Rendi terlihat membawa banyak telur gulung, sedangkan Agung membawa cireng sambal. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini mereka menikmati malam tanpa minuman

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ciuman di Bawah Kembang Api

    Malam pergantian tahun begitu riuh. Reva, yang baru pertama kali lepas dari aturan ketat rumah, takjub melihat betapa ramainya perbatasan kota. Apalagi, artis viral Denny Cicak turut diundang, membuat penggemarnya berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru kecamatan dan kabupaten."Ini lebih dari ekspektasiku, Fit. Ternyata semeriah ini, ya," gumam Reva."Ini belum seberapa, Mbak. Nanti kalau kembang api sudah dinyalakan, pasti lebih ramai lagi," balas Fitri sambil menggendong putranya."Wah, aku makin tak sabar," Reva semakin bersemangat."Bunda beli itu," Salmi menunjuk sebuah makanan khas turkey."Mbak Reva, aku mau kesana. Salmi minta kebab," ucap Fitri."Aku nunggu di sini aja deh," balas Reva. Sedangkan Faiz dan Dani sudah maju ke depan untuk menyaksikan dangdut.Di sekitar mereka, suara musik dangdut menggelegar. Faiz dan Dani sudah maju ke depan, menikmati hiburan. Sementara itu, Fitri dan Reva memilih tetap di belakang, menghindari desakan orang banyak, apalagi Fitri mem

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Diam-diam

    Hari-hari terus berlalu, Reva dan Nathan menjalani hubungan dengan tersembunyi, namun komunikasi merak tetap lancar. Hingga tiba waktunya pergantian tahun pun telah tiba."Dek, malam tahun baru ke alun-alun yuk." Nathan mengirim pesan pada Reva. Ia sudah sibuk mencari cara dari jauh-jauh hari untuk bisa membawa Reva ke luar rumah."Aku harus alasan apa, Mas, sama Ibu dan Bapak??" Reva mengirim pesan balasan, ia benar-benar tak bisa menjahui Nathan meski sebisa mungkin dia menghidarinya justru semakin kuat rasa cinta dan rindunya kepada Nathan."Gimana ya, Dek, aku juga bingung. Padahal aku udah jauh-jauh hari nyari cara biar kamu bisa keluar, tapi sampai sekarang belum ketemu. Aku malah semakin pusing," ujar Nathan.Kini mereka sedang melakukan panggilan vidio call, mereka tak lagi bisa bertemu karena Siti mengawasi Nathan sangat ketat. Ia tak mengijinkan Nathan sama sekali untuk bertemu Reva.Reva terkekeh ia tak percaya Nathan sudah merencanakan ini semua dari jauh hari, " Masak sih

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Nasib Cinta Reva dan Nathan

    Saat sampai rumah, Rindi tak bersemangat untuk memasak. Ia hanya mengambil kacang panjang yang ada di kulkas hasil panennya sendiri ia akan menumisnya dengan tempe. Siang ini dan nanti sore akan makan pakai menu itu sedangkan ikan asin akan ia masak besok pagi untuk sarapan.Sedangkan di luar rumah Tina merengek minta jajan karena dari tadi pagi ia belum jajan. Alhasil Reva harus minta uang sama Ibunya yang, padahal ia ingin marah sama sang ibu."Bu, Tina minta beli jajan," ucap Reva saat menemui ibunya.Rindi hanya diam saja tetapi ia menyodorkan uang dua ribu untuk Reva sisa belanjanya tadi. Reva menerima begitu saja tanpa peduli dengan wajah sang ibu yang terlihat masam."Ayo beli jajan, tapi jalan kaki ya. Kakak capek kalau harus gendong kamu," ujar Reva."Asyik..." seru Tina kegirangan.Reva dan Tina menuju warungnya Aris yang tak jauh dari rumahnya. "Sana mau beli apa??" Sampai di warung Reva meminta sang adik memilih jajan."Mau beli apa, Tin??" Sapa Aris."Beli jajan, Mbak,"

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Cemohan Tetangga

    Seiring berjalannya waktu, Rindi pulang dari rumah majikannya dan melihat ada sepeda motor yang tidak dikenalnya terparkir di depan rumah. Ia masuk lewat pintu belakang, mengintip dari dapur. Suara tawa lelaki terdengar di dalam rumahnya."Ibu sudah pulang?" tanya Reva saat Rindi melepas sepatu."Heemmm..." jawab Rindi dengan deheman singkat."Ada temanku yang main, Bu, tapi mereka belum dijamu. Aku mau beli ke warung, tapi nggak ada uang. Boleh minta duit?" tanya Reva, mencoba memohon."Nggak boleh," jawab Rindi tegas.Selama Reva lulus sekolah, ada saja teman lelaki Reva yang datang bahkan selalu berbeda-beda orang. Rindi sampai malu diomongin para tetangga."Anakmu lho, Rin, laris manis setiap hari kok ada saja lelaki yang datang." Pertanyaan itu sering Rindi temui setelah ada lelaki yang bertamu. Ia yakin setelah ini para tetangga pasti akan berkomentar lagi.Rindi segera masuk kamar mandi untuk mandi, karena ia sudah tahu siapa yang datang, jadi tak perlu penasaran lagi.Setelah

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Sebelum Tragedi

    Pagi datang lebih cepat dari yang ia harapkan.Reva terbangun karena suara orang berbicara di luar kamarnya. Biasanya, bapak dan ibunya sudah membangunkannya sejak subuh. Tapi kali ini, tidak ada suara yang memanggilnya, tidak ada ketukan di pintu kamarnya.Ia melirik jam dinding. Setengah enam.Jantungnya mencelos. Sudah nyaris kesiangan.Reva bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudu. Setelah itu, ia berdiri di ruang tengah, siap menunaikan salat subuh.Tapi suara sinis tiba-tiba menyelusup ke telinganya."Oalah, anak perawan jam segini baru bangun? Baru mau salat subuh?"Reva menoleh, mendapati Imam—kakak sepupunya—menatapnya dengan seringai usil."Lihat jam, udah hampir jam enam. Salatmu itu nggak bakal diterima," lanjut Imam, tertawa mengejek.Reva mengembuskan napas kasar. "Nyebelin banget sih, Mas! Pagi-pagi udah di sini, mau minta sarapan?!"Imam terkekeh, tapi Reva tak lagi memperdulikannya. Ia segera masuk ke ruang salat, buru-buru melaksanakan kewajibannya

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Jalan Raya Pemisah Cinta

    Jalan Raya Pemisah Cinta "Sudah mulai belajar jadi liar, ya?!" Suara Rindi melengking di ambang pintu kamar Reva. "Sudah Ibu bilang berapa kali, kamu itu nggak boleh berhubungan sama Nathan! Ingat, Nduk, kita ini orang nggak punya, sedangkan orang tua Nathan orang berada. Ibu nggak mau kamu jadi hinaan mereka kalau sampai kamu menikah sama Nathan!" Suara Rindi sudah mulai serak, dia sudah mulai menangis. Dan air mata yang sejak tadi Reva tahan-tahan akhirnya tumpah juga. Reva menangis dalam diam diatas bantal.Pintu kamar yang tak terkunci membuat Rindi dengan mudah menerobos masuk. Wajahnya merah padam menahan amarah.Reva hanya bisa menangis, hatinya masih bergetar setelah dipaksa pulang oleh sang Bapak. Ia baru saja pulang setelah diam-diam bertemu Nathan. Namun, rencana pertemuan itu gagal sempurna karena mereka tertangkap basah."Sudah banyak yang datang ingin melamarmu, tapi kamu selalu menolak! Kenapa justru kamu diam-diam menjalin hubungan sama Nathan?" Suara Rindi mulai ber

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status