Share

Ketahuhan

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 14:28:13

"Kenapa elo berubah pikiran, hah?! Kenapa nggak dari awal aja elo nurut? Biar gue nggak perlu main kasar dan maksa!" Kiran menatap wajah Reva dengan tatapan penuh kemenangan.

"Iya, awalnya aku memang nggak mau. Tapi sekarang aku udah lemes dan nggak punya tenaga buat ngelawan kalian. Jadi aku pasrah aja... Kumohon, jangan kasar-kasar. Aku takut… karena ini pertama buat aku," ujar Reva, berusaha meyakinkan Kiran dan teman-temannya.

"Akhirnya lo pasrah juga," Sita terkekeh puas.

"Nah, gitu dong! Coba dari tadi nurut, kan nggak perlu ribet. Malah bisa lanjut ke ronde kedua," Kiran menambahkan dengan nada meledek, membuat Reva semakin jijik.

Melihat Reva yang terlihat pasrah, Kiran pun mendekat dan membenamkan wajahnya di pipi Reva. Reva menahan rasa jijik sekuat tenaga demi mengendalikan emosinya.

Saat itu juga, Sita dan Meysa keluar ke kamar mandi. Mereka pikir Reva sudah berhasil ditaklukkan.

"Tukar posisi, Ran. Aku pengin nyoba d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Teguran Pemilik Kos

    Tak satu pun yang berani menjawab. Mereka semua tertunduk, membuat emosi Sarah naik hingga ke ubun-ubun."Meysa, cepat katakan! Atau Tante akan lapor ke orang tuamu. Sejak kapan kalian melakukan ini semua?" Bu Sarah menatap tajam ke arah Meysa."Maafkan aku, Tante. Aku mohon, jangan lapor ke Ayah dan Bunda. Aku melakukannya sejak awal datang ke sini. Kiran yang memaksaku, dan Sita membantunya. Dia memaksaku seperti yang dilakukannya pada Reva. Aku akui aku salah, Tante, tapi tolong, jangan laporkan aku ke mereka," ujar Meysa dengan suara bergetar.Reva mengernyit, kebingungan."Meysa juga dipaksa seperti aku? Lalu, apa hubungan Bu Sarah dengan orang tua Meysa sampai dia ketakutan begitu?" batin Reva bertanya-tanya."Astaghfirullah! Ternyata kamu sudah melakukannya sejak tujuh bulan yang lalu. Tante tak habis pikir, bisa-bisanya kamu mau menerima ajakan mereka!" Bu Sarah terus mengusap dadanya sembari melafalkan istighfar."Kiran,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Melamar Kerja

    Kedua teman mereka menoleh, membuat Reva merasa kikuk. Namun, ia tetap melangkah dan memutuskan membuka pintu lebih lebar karena memang ia butuh ke kamar mandi."Hai! Kenalin, aku Reva. Aku penghuni baru, baru kemarin datang ke sini," ujar Reva sambil mendekat ke arah mereka."Salam kenal, aku Via," ucap wanita berambut panjang lurus tadi."Aku Nadia," sahut yang berambut panjang bergelombang.Saat Reva hendak menyalami wanita berambut pirang sebahu itu, ia agak merasa sungkan. Wanita itu terlihat judes dan dingin."Kenalin, ini Dira. Dia emang selalu nggak suka sama orang baru. Tapi kalau udah kenal, dia asyik kok," sahut Via yang menyadari keraguan Reva dan sikap cuek Dira."Hai, Dira. Salam kenal, ya. Maaf, aku mau ke kamar mandi dulu," ujar Reva buru-buru pamit."Ya... silakan," balas Via dan Nadia bersamaan.Tiga puluh menit di kamar mandi, Reva akhirnya keluar. Namun, ketiga penghuni kos tadi sudah tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ditolak Mentah-mentah

    Restoran Dua Putra"Mari ikut saya," balas Pak Satpam setelah puas memandangi Reva.Reva mengekor langkahnya, menuju sebuah ruangan di bagian belakang restoran. Ruangan itu sederhana, hanya berisi meja dan beberapa kursi. Di sana, seorang wanita muda tengah sibuk menulis sesuatu. Saat menyadari ada yang datang, ia mendongak, menatap Reva sekilas sebelum menoleh pada satpam."Pak, itu siapa?" tanyanya dengan nada datar."Kemarin kan, elu butuh orang buat bagian dapur. Nah, ini gue bawa orangnya," balas satpam yang tampaknya berusia sekitar dua puluh tujuh tahun.Wanita itu mengamati Reva sejenak, lalu mengangguk. "Oh... Ya sudah, sini masuk dulu, Mbaknya."Reva melepas sendalnya dan melangkah masuk dengan sedikit ragu. Ia duduk di kursi di hadapan wanita itu, berusaha terlihat percaya diri meskipun jantungnya berdebar kencang."Mbak, namanya siapa dan dari mana?" tanya wanita itu tanpa basa-basi."Reva, Kak. Saya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Reva Mazaya Al-Khalifi

    Reva mengusap keringat di telapak tangannya yang dingin. Hatinya berdebar, bukan karena gugup, tapi karena inilah satu-satunya kesempatan yang ia punya. Duduk di bangku kayu dalam restoran yang ramai, ia menatap perempuan berambut sebahu di depannya yang sedang menyipitkan mata seakan menilainya dari ujung kepala sampai kaki."Oh iya, sebelumnya nama kamu siapa? Umurnya berapa?" tanya perempuan itu akhirnya."Reva, Kak. Umurku delapan belas tahun," jawab Reva, mencoba tersenyum meski hatinya was-was."Namanya bagus, ya. Nama lengkapnya siapa? Kamu baru lulus sekolah?""Nama lengkap saya, Reva Mazaya Al-Khalifi. Iya, Kak. Saya baru lulus SMA tahun kemarin," katanya lirih.Keysa, perempuan yang sejak tadi menanyainya, tersenyum tipis. "Wah, keren banget namanya! Artinya apa?"Reva menelan ludah, agak canggung menjawab. "Reva artinya cantik, kuat, dan bijaksana. Mazaya artinya cerdas, dan Al-Khalifi artinya sukses. Orang tua saya me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Rindu itu Menyesakkan

    Tepat jam lima sore, Reva sudah diperbolehkan pulang. Ia berjalan kaki demi menghemat ongkos menuju kosannya. Kakinya terasa lelah, pundaknya nyeri, tetapi ia harus bertahan.Di sepanjang jalan, aroma makanan menyeruak dari berbagai warung kaki lima—martabak, sate, gorengan, cilok, hingga minuman dingin yang tampak menyegarkan.Perutnya berontak, perih karena seharian hanya terisi air putih dan sepotong roti sisa sarapan. Reva menelan ludah. Betapa ingin ia membeli sesuatu, tapi... ia sadar, uangnya harus cukup sampai gajian.Akhirnya, ia memilih membeli nasi kucing saja. Murah, meski jelas tak cukup mengenyangkan.Sebelum pulang, Reva mampir ke minimarket. Ia harus membeli kebutuhan mandi, tapi ketika melihat harga sabun yang naik, ia menggigit bibir. Akhirnya, ia mengambil sabun batang paling murah, satu liter beras, dua bungkus mi instan, dan satu bok telur."Semangat, Reva... kamu pasti bisa melewati semua ini," gumamnya lirih saat ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Dijodohkan

    "Isi besok aja deh kalau dah gajian," gumam Reva lirih.Ia meletakkan hpnya di atas meja dan segera merebahkan tubuh di kasur. Badannya terasa sangat lelah dan pegal-pegal semua karena ini pertama kalinya ia bekerja."Mending makan nasi dulu, baru setelah itu bobok. Siapa tahu bisa ketemu Mas Nathan dalam mimpi," gumam Reva. Tak dapat di pungkiri dia juga merindukan sosok Nathan, apalagi kemesuman Nathan yang bikin dirinya geli namun membuat candu.***Di Desa Mangga, tepatnya di pos ronda, Nathan tampak gelisah. Sudah sejak kemarin malam hingga sekarang, Reva tidak juga mengangkat teleponnya. Bahkan, pesan yang ia kirim sudah terbaca, tetapi tak kunjung dibalas. Saat mencoba menghubungi lagi, nomor Reva ternyata sudah tidak aktif."Apa mungkin ponsel Reva ada di tangan orang lain?" gumam Nathan cemas.Agung, yang duduk di sampingnya, tiba-tiba menoleh. "Apa, Nat? Reva suka sama orang lain?" tanyanya iseng."Ah, nga

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Haruskah Pasrah?

    "Ada apa, Sur??" suara Siti melengking dari dalam kamar. Ia masih memegang gincunya, bersiap memoles bibir sebelum keluar menemui tamu yang katanya mau datang pagi ini."Kak Nathan, Bu! Dia pingsan!" Suri terduduk di lantai, kedua tangannya mengguncang tubuh kakaknya yang terkulai lemas di atas sofa. Wajah Nathan pucat pasi, bibirnya kering, napasnya pun tersengal lemah."Astaga!!!" Siti spontan melempar gincunya ke lantai. Benda itu berguling sebelum patah di ujungnya, tapi Siti sama sekali tak peduli. Matanya langsung membesar melihat anak sulungnya tergeletak begitu saja."Ya Allah, ya Gusti! Calon pengantin kok malah kayak gini, Le! Nathan, bangun, Le, bangun!" tangan Siti menepuk pipi Nathan, suaranya bergetar panik.Dari luar, terdengar suara langkah cepat."Ada apa sih, Bu??" Nandra muncul di ambang pintu, diikuti oleh bapaknya, yang baru saja hendak berangkat ke kebun. Keduanya masih mengenakan baju lengan panjang dengan caping tergantung di punggung.Begitu melihat Nathan yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Pengantin yang Terbaring Lemas

    Malam harinya, Siti dan Suri akhirnya menyusul Nathan ke puskesmas. Suasana ruang rawat terasa sepi, hanya terdengar dengungan kipas angin yang berputar pelan. Begitu mereka tiba, mereka langsung disambut oleh Kinez dan kedua orang tuanya yang sudah bersiap untuk pulang."Lho, calon besan sama calon mantu kok malah buru-buru mau pulang?" Siti mencoba berbasa-basi meski perasaannya sedang tidak tenang."Kami sudah di sini sejak siang, Yu. Kasihan Rida sendirian di rumah," jawab Yati."Oh, gitu ya. Ya sudah, nggak apa-apa. Terima kasih sudah jenguk Nathan," ujar Siti dengan senyum tipis.Kinez dan ibunya berpamitan. Siti menghela napas begitu mereka pergi, lalu menatap putranya yang masih terbaring di ranjang. Wajah Nathan tampak lebih segar dibandingkan siang tadi, tapi tatapan matanya penuh dengan kemarahan yang tertahan."Bagaimana keadaanmu, Nat?" tanya Siti pelan."Baik." Jawabannya singkat, dingin. Ia melengos, menatap langit-langit ruangan dengan pandangan kosong.Siti mendesah p

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21

Bab terbaru

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Kamar Apa Hutan?

    "Hiks, hiks..."Nisa yang baru saja masuk gotaan mendengar isak tangis temannya. Zahra tampak mencoretkan pensil di buku gambarnya sambil sesekali terdengar menangis.Sambil meletakkan buku novel pemberian Rafiq di atas meja dan melepas mukena, Nisa bertanya, "Kamu kenapa nangis, Ra?""Hiks, hiks, aku kasihan sama yayangku, Nis. Dia dihukum sama Ustadz Mahfud untuk menyapu halaman pondok yang luas. Andai saja diizinkan, aku pasti akan membantunya," balas Zahra tanpa menoleh ke arah Nisa.Nisa mendekat dan terkesima melihat gambar Zahra yang nyaris sempurna. Temannya itu memang tidak terlalu unggul dalam pelajaran, tetapi bakat seni Zahra tidak bisa diragukan lagi."Kenapa kamu gambar Ali naik sapu terbang?" tanya Nisa penasaran."Tadi aku lihat dia memegang sapu. Kayaknya dia bingung banget mau ngapain. Pasti dia belum pernah nyapu kan? Jadi, aku bayangkan Ali punya sapu terbang, dan sapu ajaib itu bisa membantu dia membersihkan

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Dendam Ustadz Mahfud

    Nisa merasa semakin terpojok dengan desakan dari Zahra dan Aisyah. Ia harus berpikir cepat untuk menghindari pertanyaan yang semakin membuatnya gugup."Eh, ngomong-ngomong, udah pada belajar buat ulangan minggu depan belum? Soalnya aku dengar Pak Dodi bakal kasih soal yang susah banget, loh," ucap Nisa, berusaha mengalihkan pembicaraan dengan nada canggung.Aisyah yang mendengar hal itu langsung tampak serius, "Iya ya, aku juga dengar itu. Katanya materi yang diujikan bakal luas banget, apalagi yang matematika."Selain di pesantren mereka masih duduk di kelas dua MA (Madrasah Aliyah). Mereka mondok dari lulus SD namun datang dari kota yang berbeda.Zahra menatap Nisa sejenak dengan tatapan curiga, tapi akhirnya ikut terpancing, "Sukanya ngalihin pembicaraan. Tapi, awas ya kalau kamu ikutan suka sama Ali. Aku getok palamu. Emang ustadz Mahfud mau kamu kemanain," ancam Zahra sambil tertawa kecil setengah bercanda."Heh, ngeri banget ka

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Nisa Keceplosan

    "Hei, bangun!" seru Ustadz Mahfud dengan suara keras, membuat Ali terperanjat.Ali yang kaget merenggangkan kakinya hingga tanpa sengaja menendang santri yang duduk di depannya."Aduh, sakit!" erang santri tersebut."Enak ya tidurnya?" tanya Ustadz Mahfud dengan nada sinis."Orang tidur aja dimarahi, emangnya mereka enggak pernah tidur?" gerutu Ali dalam hati."Jawab!" bentak Ustadz Mahfud lagi.Ali mengusap wajahnya yang masih setengah mengantuk, lalu bangkit dengan malas. Ia tahu tidak ada gunanya membantah di hadapan Ustadz Mahfud. Dengan pandangan kosong, Ali mencoba mencari kata-kata yang tepat, namun yang keluar dari mulutnya hanya gumaman yang tidak jelas."Apa?!" Ustadz Mahfud semakin mendekat, menunduk di depan Ali yang masih setengah berdiri. "Kalau mengantuk, wudhu dulu! Jangan tidur di majelis ilmu!"Ali menunduk, merasa berat untuk menjawab. Di sudut matanya, ia melihat Abah Kiyai masih duduk t

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Godaan

    Membayangkan ucapan Ridwan yang tadi, (di sholat kan). Ali membayangkan dirinya tengah berada di depan imam. "Tidak....! Jangan sampai itu benar-benar terjadi. Kayaknya benar kata dia tadi, lebih baik gue pergi sekarang." Ali gegas keluar dari gotaan (sebutan kamar pondok) menuju kamar mandi untuk berwudhu.Dengan langkah tergesa-gesa, Ali menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Air dingin yang menyentuh kulitnya memberikan sedikit kesegaran, namun tak cukup untuk mengusir kecamuk di hatinya. Setelah selesai berwudhu, Ali langsung menuju masjid. Ia terlambat.Saat masuk ke masjid, para santri sudah khusyuk dalam rakaat terakhir. Mereka sudah sampai pada posisi duduk dua sujud, hampir menyelesaikan sholat. Ali melihat sekeliling dengan tanpa merasa bersalah, bukannya memulai sholat dari awal, ia malah memilih untuk langsung ikut duduk di dua sujud, seolah-olah sudah menjalankan seluruh rakaat. Ketika para santri mengucapkan salam, Ali mengikuti dengan gerakan cepat."Assalamualaiku

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Di Sholatkkan

    "Astaghfirullahaladzim, istigfar... Kang! Assalamualaikum," ucap Nisa buru-buru, sebelum berbalik dan pergi meninggalkan Ali.Ali hanya tersenyum menatap punggung Nisa yang menjauh. Wajah gadis itu tampak menggemaskan dengan rona merah yang muncul karena malu."Benar-benar gadis berbeda yang menguji hatiku," gumam Ali pelan, masih memandang ke arah Nisa yang kini hampir menghilang di balik belokan jalan.Ali menghela napas, senyumnya tak kunjung hilang."Ketulusan jelas terpancar dari matanya," imbuh Ali. Ia perlahan melanjutkan langkahnya namun hatinya tertinggal di tempat Nisa tadi berdiri, meninggalkan jejak rasa yang sulit ia abaikan.***Di lorong yang lengang, deretan kamar santri berdiri rapat, memantulkan suara langkah para petugas keamanan yang rutin memeriksa setiap ruangan. Tugas mereka sederhana, memastikan tak ada santri yang menghindari waktu sholat, khususnya sholat Dhuha yang diwajibkan setiap pagi pukul delapan di masjid.Sampailah mereka di kamar nomor 12, kamar yang

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Pencuri Hati

    Ali berjalan menuju aula pesantren dengan perasaan enggan. Setiap langkah terasa berat, karena hatinya belum sepenuhnya bisa menerima kehidupan sederhana di pesantren ini. Ali merindukan kenyamanan yang biasa ia nikmati di rumah—kamar mandi bersih, makanan enak, dan fasilitas yang memadai. Namun, semua pikiran itu seakan berhenti ketika ia sampai di halaman pesantren.Di depan aula, beberapa santriwati tampak sibuk menata bunga di sekitar taman. Salah satu dari mereka, seorang santriwati yang belum pernah Ali lihat sebelumnya, menarik perhatiannya. Gadis itu tampak berbeda dari yang lain. Gerakannya lembut, setiap langkahnya anggun, dan senyumnya membuat suasana pagi itu terasa lebih cerah. Ali terpaku. Jantungnya berdebar lebih cepat, tanpa ia sadari.Santriwati yang rambutnya tertutup jilbab putih sederhana, namun justru membuat wajahnya semakin bercahaya. Dia sedang membantu teman-temannya menyiram tanaman dan merapikan beberapa pot bunga yang tertata rapi di su

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Kiyai Zubair

    Para santri berjalan beriringan menuju masjid. Di sepanjang jalan, Ali melihat santri-santri lain yang berbondong-bondong menuju tempat yang sama. Semua dengan langkah tenang dan penuh keyakinan.Setibanya di masjid, Ali dan Rafiq mengambil tempat di saf tengah. Ketika imam mulai mengucapkan takbir, Ali merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Suasana khusyuk di masjid itu sangat berbeda dengan apa yang pernah ia rasakan. Setiap gerakan, setiap doa, terasa begitu khidmat.Setelah salat selesai, Ali terdiam sejenak. Ia menatap langit-langit masjid yang dihiasi ornamen kaligrafi indah. Ada ketenangan yang mengalir dalam dirinya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Rafiq mendekat dan tersenyum. “Bagaimana, Ali? Apa kamu udah mulai merasakan sesuatu yang berbeda?”Ali mengangguk perlahan. “Gue enggak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi... ya, ada sesuatu yang... damai.”Rafiq tertawa kecil. “Itulah yang dirasakan kebanyakan orang saat pertama kali tinggal di sini. Lingkungan i

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Kamar 12

    Langkah-langkah santri bergegas melewatinya, beberapa mengobrol santai, yang lain membawa kitab di tangan mereka. Sebagian santri memandangnya sekilas, tetapi tak ada yang menyapanya. Ali merasa benar-benar sendirian.Sebuah suara lembut tiba-tiba membuyarkan lamunannya.“Assalamualaikum, akhi,” seorang santri dengan wajah ramah berdiri di sampingnya, tersenyum hangat. “Kamu baru datang, ya?”Ali menoleh, sedikit terkejut, tapi segera membalas salam itu. “Waalaikumsalam... Iya, gue baru tiba. Nama gue Ali.”Santri itu mengulurkan tangannya meski nampak canggung terhadap Ali. “Aku Rafiq. Santri di sini sudah dua tahun. Selamat datang di Pesantren Darul Hikmah.”Ali menjabat tangan Rafiq dengan canggung. “Terima kasih,” jawabnya singkat.“Pasti masih kaget, ya? Baru pertama kali ke pesantren?” tanya Rafiq sambil melihat ekspresi Ali yang masih bingung.Ali mengangguk. “Iya, gue belum pernah ke tempat seperti ini. Semuanya... terasa begitu sepi dan berbeda.”Rafiq tertawa kecil. “Awalnya

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tiba di Pesantren

    Semalam, Ali sulit memejamkan mata. Pikirannya terus berkecamuk, membayangkan bagaimana kehidupan di pesantren yang akan segera dijalaninya. Pagi ini, ia harus berangkat, meski hatinya penuh dengan pertanyaan. Mengapa Papa dan Mama begitu memaksanya untuk pergi ke pesantren?"Mama sama Papa enggak nganterin aku?" tanya Ali saat melihat kedua orang tuanya juga bersiap tetapi dengan mobil yang berbeda."Tidak, Sayang, Mama dan Papa ada urusan yang tidak bisa di tinggalkan. Kamu berangkat sama pak Anwar ya," balas sang Reva.Brak!Ali membanting tasnya ke tanah dengan penuh emosi. Kekecewaannya terhadap orang tua yang dianggapnya tidak pernah memahami perasaannya meledak."Ali, kamu mau ke mana? Ali, kembali!" pekik Nathan dari teras rumah, suaranya menggema, penuh kekhawatiran.Ali berhenti sejenak, lalu berbalik dengan mata yang berkaca-kaca, emosinya tak bisa lagi dibendung."Ali enggak mau ke pesantren! Mama sama Papa enggak pernah peduli sama Ali. Kalau kalian enggak peduli, biarkan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status