Hari telah berganti, Nandra diminta sang Ibu untuk mengantarkan kebaya ke rumah Kinez karena kemarin-kemarin ia tak sempat mengantarkannya lantaran sibuk mengurus Nathan yang sakit."Nggak mau ahh, Bu, minta Suri aja sana," tolak Nandra saat sang Ibu memerintahkan dirinya."Suri lagi sibuk bungkusin parselan buat besok, Nan. Sebentar doang lagian kamu nggak jalan kaki kok, bawa sepeda motor aja malasnya minta ampun!!" Siti berkata dengan tegas membuat Nandra tak bisa menolak lagi.Dengan malas Nandra memasukkan hpnya ke dalam saku celana dan menerima bungkusan plastik yang di sodorkan sang Ibu.Tak lama kemudian Nandra sudah sampai di rumah Yati, rumahnya terbuka dan banyak orang yang rewang juga di rumah Kinez."Budhe Ti, lihat lek Yati nggak??" tanya Nandra pada salah satu tetangga yang rewang."Tadi kayaknya masuk ke kamar Kinez, coba kamu sam
Reva hanya tersenyum tipis tanpa menanggapi. Ia sadar, dirinya baru bekerja tiga hari, jadi tak ada alasan untuk berharap lebih.Pak Jimmy melanjutkan, "Sekarang, saya akan membagikan hadiah sesuai dengan kinerja kalian. Saya dan Bu Julie sangat teliti dalam memeriksa laporan harian dan CCTV, jadi hadiah yang kalian terima mungkin berbeda-beda. Semua amplop dan bingkisan sudah diberi nama masing-masing. Saya berharap kalian tidak membandingkan satu sama lain agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial."Semua karyawan mengangguk mengerti."Baik, kita mulai dari yang ada di sebelah kiri saya."Satu per satu nama dipanggil. Keysa dan Nita termasuk yang pertama menerima bingkisan dan amplop. Meski ukurannya berbeda—bingkisan Keysa lebih besar—keduanya tetap tersenyum puas. Para karyawan lain juga tampak bahagia setelah menerima hadiah mereka.Namun, ketika pembagian selesai, satu hal yang membuat Reva sadar: tidak ada hadiah untuknya.
Reva menatap wajah Aaris dengan penuh harap, menunggu sebuah kata yang akan meluncur dari bibirnya. Tapi yang ditunggu-tunggu tak kunjung keluar.Rasa penasaran dalam dirinya membuncah, sekuat paketan satu truk ekspedisi yang kelebihan muatan dan hampir meledak di jalan raya. Kalau rasa penasarannya ini bisa dikirim via kurir, mungkin ekspedisi mana pun bakal kebingungan karena volumenya kebanyakan.Tapi Aaris tetap diam. Tatapannya seperti layar loading yang stuck di 99%, bikin Reva makin gemas."Ayo dong, ngomong! Apa beratnya satu kata doang?" batinnya sambil menatap Aaris seperti admin toko online yang udah ngasih harga coret tapi masih ditawar setengah harga.Sementara itu, Aaris malah terlihat seperti pria yang baru sadar lupa bayar tagihan listrik pas lampu tiba-tiba mati. Ragu-ragu, gelisah, tapi tetap berusaha terlihat cool.Reva mulai merasa kalau ia harus bersabar. Tapi kalau kelamaan, bisa-bisa rasa penasarannya ini beranak pi
"Aku yakin itu Reva! Dari samping, belakang, postur tubuh, rambut panjangnya, bahkan cara jalannya persis dia," gumam Eko penuh keyakinan, matanya masih terpaku ke arah sosok yang baru saja melintas.Eko buru-buru menepikan truk boknya ke pinggir jalan, memastikan tidak membuat kemacetan atau diklaksonin pengendara lain. Begitu mesinnya mati, Eko langsung melompat turun dan ngibrit masuk ke gang, nyaris keseleo gara-gara sendal jepitnya kejepit aspal."Reva!! Reva...!!!" teriaknya, napas sudah ngos-ngosan.Matanya celingukan ke segala penjuru, tapi sosok yang tadi dilihatnya mendadak lenyap entah ke mana. "Hadeh, kemana perginya bocah ini? Jalan kok bisa sekenceng maling ayam dikejar satu kampung?! Aku yakin seratus persen, tadi itu pasti Reva!" keluh Eko sambil menyeka keringat di jidat.Eko memang tidak sempat memastikan bajunya, tapi tas selempang yang dipakai gadis itu persis dengan yang Reva bawa malam tahun baru kemarin."
Kriieet!Tiba-tiba, pintu kamar terbuka lebar tanpa ketukan lebih dulu."Woy!"Nathan terlonjak kaget. Matanya membulat begitu melihat Eko melangkah santai masuk."Elu kebiasaan banget sih! Masuk kamar orang nyelonong aja! Ketuk pintu dulu kek, biar gue nggak kaget. Dasar nggak punya akhlak," gerutu Nathan. Ia menatap sahabatnya itu dengan sebal, sebelum kembali fokus menyisir rambutnya yang masih basah.Eko nyengir, sama sekali tak merasa bersalah. Matanya melirik ke arah kasur, di mana pakaian akad nikah masih terlipat rapi. Lalu, ia menatap Nathan yang sudah berpakaian santai, lengkap dengan jaket."Bukannya elo mau nikah? Kok malah pakai baju mau pergi?" tanyanya, bingung.Nathan tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang sebelum berkata, "Biarin aja Ibu yang nikah, gue mau pergi.""Pergi ke mana?" Eko semakin penasaran. Ia bahkan belum mandi dan masih bau bantal, tapi sudah nekat meluncur ke rumah Na
Di kota Semarang,Pagi yang cerah secerah hati Reva, ia sudah bangun sejak subuh, sehabis menjalankan kewajiban dua raka'at ia memasak beras dan menggoreng telur.Meskipun Reva tak memiliki minyak goreng tetapi ia melihat masih ada stok minyak goreng entah milik siapa ia tak tahu."Minyak goreng, kamu punyanya siapa?? Aku minta dikit ya, nanti kalau aku udah bisa beli bakal aku ganti kok. Janji deh dikiiiit aja ya, Bismillah," gumam Reva sembari membuka botol minyak goreng lalu menuangkan ke dalam teflon yang sudah ia panaskan di atas kompor.Reva menggoreng dua butir telur, yang satu akan dia bawa bekal untuk makan siang nanti. Di rumah Reva sudah terbiasa makan tiga kali bahkan kadang empat kali dalam sehari maka dari itu ia terbiasa tidak bisa menahan lapar.Tepat jam setengah tujuh Reva sudah siap berangkat ia juga sudah selesai sarapan, dirinya asal mengambil kertas minyak untuk membungkus nasinya."Reva, kamu udah mau bera
"Ahh..." Reva terlonjak kaget. Karena tidak dipersilakan duduk, ia memilih tetap berdiri dengan canggung.Aaris terkekeh pelan, menikmati kepanikan yang tersirat di wajah gadis itu. "Duduklah," ucapnya akhirnya."Terima kasih, Pak," balas Reva sambil menarik kursi dengan hati-hati dan duduk di hadapan Aaris."Jadi, ada apa Bapak memanggil saya? Apa saya melakukan kesalahan?" tanyanya dengan nada waswas.Aaris menyandarkan tubuhnya ke kursi, menautkan jari-jarinya di atas meja. "Memangnya kalau saya memanggilmu, itu berarti kamu pasti punya kesalahan?" tanyanya santai.Reva mengerjap, lalu buru-buru menggeleng. "Ehh, bukan begitu, Pak. Saya hanya takut kalau saya tidak sengaja melakukan kesalahan, makanya Bapak memanggil saya. Kalau memang saya punya kesalahan, saya mohon maaf, Pak. Tapi, saya mohon… jangan pecat saya," ujarnya dengan suara nyaris berbisik, penuh harap.Melihat ekspresi takut-takut Reva, Aaris justru mendadak geli
"Duh, Rev, kok elo nolak tawaran Pak Aaris sih? Harusnya elo terima aja. Lumayan kan, dapat tumpangan gratis daripada jalan kaki mulu. Gue nggak nyangka, lho, Pak Aaris nawarin elo pulang bareng. Di dalam tadi kalian ngobrolin apa aja sih? Gue kepo," ujar Keysa dengan antusias."Nggak lah, Kak, aku nggak enak sama Pak Aaris. Tadi kita nggak ngobrolin apa-apa kok, cuma bahas soal hadiah dan aku ngucapin terima kasih. Udah gitu doang," balas Reva, berusaha menutupi kegugupannya."Elo pakai pelet apa sih sampai Pak Aaris bisa nyantol sama elo?" Nita menyela dengan nada geram, matanya menatap tajam ke arah Reva.Reva hanya tersenyum tipis, sudah mulai terbiasa dengan sikap Nita yang selalu sinis padanya."Udah nyadar belum kalau Pak Aaris nggak pernah ngelirik elo, Nit? Justru malah nyantol sama Reva yang orang baru! Kesaing, kan? Kasihan!" ledek Keysa sambil tertawa kecil."Udah, kalian nggak usah ngomongin Pak Aaris terus. Ntar kuping Pak A
"Reva sangat mencintaimu, maka dari itu saya tak mau memaksakan perasaan saya. Saya lihat kamu orang yang tulus maka dari itu saya akan ikhlas melepas Reva dan tidak akan mengganggu hubungan kalian lagi." Nathan terdiam, ia mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut Aaris."Reva wanita yang baik, dia tidak gila harta meski saya sudah menawarinya sebuah ikatan pernikahan dan menjamin hidupnya. Dia lebih mencintai lelaki tulus sepertimu, pesan saya jangan pernah sia-siakan Reva. Karena wanita seperti dia sangat langka di dunia ini," ucap Aaris sebelum akhirnya ia segera membuka pintu mobilnya."Terima kasih atas bantuannya, kalau kamu mau imbalan atau butuh pekerjaan temui saja saya di restoran bakso dua putra." Aaris akhirnya benar-benar masuk ke dalam mobil dan melaju meninggalkan Nathan.Nathan sendiri merasa sangat menyesal karena telah menyebut Reva wanita murahan. Ia bimbang harus mempercayai ucapan pak Beni atau Aa
Di bawah kolong jembatan, di emperan bangunan begitu banyak orang-orang yang meringkuk kedinginan."Apa aku istirahat saja ya seperti mereka, apa kota jakarta emang begini orang-orang yang nggak punya tempat tinggal akan tidur di sembarang tempat??" gumam Reva dengan geleng-geleng kepala.Reva tak menyangka bisa melihat orang-orang gelandangan secara nyata. Sebutan gelandangan ia dengar dari nonton sinetron di televisi kini ia bahkan bisa melihat dengan nyata.Reva berhenti di emperan toko yang sudah tutup ia mengambil selimut dari dalam tasnya dan menggelarnya untuk alas tidur. Tak lupa ia juga memakai mukena untuk selimut karena ia tak tahan dengan hawa dingin. Tasnya ia gunakan untuk bantal, perut yang keroncongan ia abaikan ia sudah ingin tidur agar esok hari ia bisa mencari kosan dengan bekal uang yang di bawanya.Mood Reva benar-benar hancur, saat ia keluar dari
"Masa Reva seperti itu, dia kan kelihatan baik dan polos." Agung tak percaya."Justru gitu, Bro, yang kelihatan alim dan polos tuh sebenarnya suhu," sahut Rendi dengan tertawa."Masalahnya tuh, Nathan udah ngerasain Reva apa belum?? Kalau udah yang sudah lah biarin aja tinggal cari yang lain. Cewek kalau udah keluar rumah tuh emang begitu jadi liar," timpal Thomas."Kalau belum gimana?? Nat, gimana elo udah nyicicpi Reva apa belum??" tanya Panji menghadapkan kamera hp pada wajahnya."Belum lah, gue kan nggak mau ngerusak Reva. Gue maunya jagain dia ntar kalau udah nikah saat malam pertama bakal terasa sepesial, eehh dia malah udah ngamar duluan sama orang yang baru di kenal, gue nggak nyangka ternyata dia cewek murahan." Nathan masih saja berasumsi sendiri."Yaah sayang banget, Bro, jaman sekarang tuh susah nya
"Aku cuma bentar doang kok, Kak, aku cuma mau tanya tentang anak kosan Kakak yang namanya Bulan. Kakak, tahu kan kalau Aaris satu bulan lagi akan bertunangan sama Cintya?? Bulan berusaha mendekati dan merayu Aaris sehingga Aaris tergoda dan hampir membatalkan pertunangannya. Aku tadi sudah mengusirnya, aku mohon sama Kakak kalau sampai nanti malam Reva belum pergi dari sini, Kakak usir dia atau kabari aku biar aku beri dia pelajaran yang lebih keras lagi." Erina sengaja mengarang cerita."Astaghfirullah, tapi kayaknya Reva itu gadis baik-baik dan polos. Kamu kenapa tega main usir aja, dia udah bayar uang sewa buat sebulan ini loh kan kasihan," balas Sarah merasa ragu dan iba kepada Reva."Kakak ini dari dulu nggak pernah berubah ya, selalu iba dan mudah percaya dengan tampang orang. Justru yang terlihat polos itulah Monster, Kak, seperti contohnya almarhum suami Kakak tuh, wajah aja yang kelihatan alim nyatanya pemb
Siang hari Erina mengunjungi kediaman Sarah, mobilnya terparkir di halaman kosan."Pak, saya mau bertemu dengan gadis yang bernama Reva. Dia ngekos di sini kan??" tanya Erina dengan wajah datarnya kepada pak Beni setelah dirinya turun dari mobil.Setiap ada tamu di kosan lelaki maupun perempuan Pak Beni lah yang mengurusi."Iya, Bu. Mau saya antar atau panggilkan Reva kemari??" tanya pak Beni."Antarkan saya ke kamarnya saja," balas Erina."Baiklah, Bu, mari saya antarkan." Pak Beni berjalan terlebih dahulu sedangkan Erina mengekornya di belakang."Semalam anaknya yang kekeh bertemu Reva, sekarang Ibunya. Ada hubungan apa Reva dengan keluarga pak Jimmy??" Batin pak Beni bertanya-tanya namun ia tak berani mengungkapkan.Tok...!!Tok....!!
Erina kesal setengah mati dengan kelakuan putra bungsunya, ia segera menelfon bodyguard nya."Hallo, Bejo, kamu ikuti kemana pun perginya Aaris. Laporkan apa saja yang dia lakukan dan cari tahu siapa saja yang di temui, dia baru keluar rumah. Cepat segera ikuti dia sebelum kehilangan jejak," perintah Erina.Setelah mendapat balasan dari bodyguardnya Erina mematikan sambungan telvonnya dan menghampiri dimana sang suami berada.****Aaris pergi ke kosan Reva, ia berharap malam ini Reva sudah kembali dan dia akan meminta maaf.Aaris meminta pak Beni untuk memanggilkan Reva dan menemuinya di samping rumah Bu Sarah. Aaris duduk di sebuah gazebo sembari menunggu gadis yang selama beberapa pekan ini menghantui pikirannya."Maaf, Den, Reva nggak mau turun." Pak Beni merasa tak enak karena t
"Kamu masih mau mengelak, mau saya beberkan kelakuan kamu. Iya!!" Aaris berucap dengan tegas membuat Nita terdiam."Kamu pikir perbuatanmu bakal aman seperti sebelum-sebelumnya, enak saja. Saya justru tertipu olehmu, orang yang tak bersalah dan bekerja dengan sungguh-sungguh malah saya pecat tetapi saya malah memelihara manusia sepertimu!!""Ini kamu lihat sendiri kelakuan kamu!!" imbuh Aaris memperlihatkan rekaman cctv di handphonenya dimana Nita sedang bereaksi.Wajah Nita merah padam saat dirinya terciduk, kini ia tidak bisa mengelak lagi."Sial, sejak kapan di ruangan-ruangan itu ada cctv-nya," batin Nita."Sekarang, kamu pergi dari sini. Mulai hari ini saya pecat kamu!! Apa perlu kamu di seret oleh mereka agar kamu cepat keluar!!" Aaris merasa muak melihat sandiwara Nita wanita kepercayaan papanya itu. Ia juga tak mau memberi uang pesangon apapun karena kesalahan Nita menurutnya sangat fatal, selain mencuri s
Namun Nathan sama sekali tak mau melihat wajah Reva yang begitu sembab dan matanya yang bengkak. Ia yang di penuhi dengan emosi hanya mau meluapkan segala emosinya tanpa mau mendengar penjelasan Reva."Mas, aku di jebak. Aku tidak melakukannya dengan Pak Aaris, sungguh aku tidak memberikan kehormatanku sama pak Aaris," ucap Reva berusaha menjelaskan."Oohh jadi cowok itu mantan bosmu!! Kalau kamu tidak melakukannya kenapa seluruh tubuhmu bau dengan parfumnya!!" Nathan berlalu menuju sepeda motornya tanpa mau mendengar penjelasan kekasihnya."Mas, dia memang memaksaku tetapi demi Allah dia tak jadi mengambil kehormatanku. Aku berani bersumpah, mas Nathan, aku mohon percayalah sama aku." "Mas Nathan!!!" teriak Reva saat Nathan benar-benar meninggalkannya."Mas Nathan kenapa kamu nggak percaya sama aku, vidio itu pasti cuma diambil adegan yang penting saja. Yang lainnya pasti sudah di edit-edit dan di potong. T
Tak susah bagi Meysa untuk mendapatkan nomer Nathan, ia segera mengirim vidio Reva setelah mengeditnya.Tring...!!!Nathan yang baru saja masuk kamarnya setelah mengobrol dengan teman sesama penghuni kos lainnya bergegas mengambil hp yang ada di sakunya saat mendengar notif pesan masuk."Nomer baru siapa sih pasti orang iseng," gumam Nathan.Nathan tetap membuka vidio itu karena penasaran. Betapa terkejutnya dia saat pertama kali vidio itu di putar nampaklah Reva sedang di peluk Aaris dari belakang. Aaris nampak begitu bergairah mencumbu Reva. Di dalam vidio itu sama sekali tak terlihat bila Reva memberontak tetapi terlihat mereka saling menikmati.Hingga akhirnya Reva dan Aaris terlihat masuk kamar, dan vidio itu sudah berakhir."Brengsek!!!" Maki Nathan. Ia segera menelfon nomer Reva.