Siang hari Erina mengunjungi kediaman Sarah, mobilnya terparkir di halaman kosan.
"Pak, saya mau bertemu dengan gadis yang bernama Reva. Dia ngekos di sini kan??" tanya Erina dengan wajah datarnya kepada pak Beni setelah dirinya turun dari mobil.Setiap ada tamu di kosan lelaki maupun perempuan Pak Beni lah yang mengurusi."Iya, Bu. Mau saya antar atau panggilkan Reva kemari??" tanya pak Beni."Antarkan saya ke kamarnya saja," balas Erina."Baiklah, Bu, mari saya antarkan." Pak Beni berjalan terlebih dahulu sedangkan Erina mengekornya di belakang."Semalam anaknya yang kekeh bertemu Reva, sekarang Ibunya. Ada hubungan apa Reva dengan keluarga pak Jimmy??" Batin pak Beni bertanya-tanya namun ia tak berani mengungkapkan.Tok...!!Tok....!!"Aku cuma bentar doang kok, Kak, aku cuma mau tanya tentang anak kosan Kakak yang namanya Bulan. Kakak, tahu kan kalau Aaris satu bulan lagi akan bertunangan sama Cintya?? Bulan berusaha mendekati dan merayu Aaris sehingga Aaris tergoda dan hampir membatalkan pertunangannya. Aku tadi sudah mengusirnya, aku mohon sama Kakak kalau sampai nanti malam Reva belum pergi dari sini, Kakak usir dia atau kabari aku biar aku beri dia pelajaran yang lebih keras lagi." Erina sengaja mengarang cerita."Astaghfirullah, tapi kayaknya Reva itu gadis baik-baik dan polos. Kamu kenapa tega main usir aja, dia udah bayar uang sewa buat sebulan ini loh kan kasihan," balas Sarah merasa ragu dan iba kepada Reva."Kakak ini dari dulu nggak pernah berubah ya, selalu iba dan mudah percaya dengan tampang orang. Justru yang terlihat polos itulah Monster, Kak, seperti contohnya almarhum suami Kakak tuh, wajah aja yang kelihatan alim nyatanya pemb
"Masa Reva seperti itu, dia kan kelihatan baik dan polos." Agung tak percaya."Justru gitu, Bro, yang kelihatan alim dan polos tuh sebenarnya suhu," sahut Rendi dengan tertawa."Masalahnya tuh, Nathan udah ngerasain Reva apa belum?? Kalau udah yang sudah lah biarin aja tinggal cari yang lain. Cewek kalau udah keluar rumah tuh emang begitu jadi liar," timpal Thomas."Kalau belum gimana?? Nat, gimana elo udah nyicicpi Reva apa belum??" tanya Panji menghadapkan kamera hp pada wajahnya."Belum lah, gue kan nggak mau ngerusak Reva. Gue maunya jagain dia ntar kalau udah nikah saat malam pertama bakal terasa sepesial, eehh dia malah udah ngamar duluan sama orang yang baru di kenal, gue nggak nyangka ternyata dia cewek murahan." Nathan masih saja berasumsi sendiri."Yaah sayang banget, Bro, jaman sekarang tuh susah nya
Di bawah kolong jembatan, di emperan bangunan begitu banyak orang-orang yang meringkuk kedinginan."Apa aku istirahat saja ya seperti mereka, apa kota jakarta emang begini orang-orang yang nggak punya tempat tinggal akan tidur di sembarang tempat??" gumam Reva dengan geleng-geleng kepala.Reva tak menyangka bisa melihat orang-orang gelandangan secara nyata. Sebutan gelandangan ia dengar dari nonton sinetron di televisi kini ia bahkan bisa melihat dengan nyata.Reva berhenti di emperan toko yang sudah tutup ia mengambil selimut dari dalam tasnya dan menggelarnya untuk alas tidur. Tak lupa ia juga memakai mukena untuk selimut karena ia tak tahan dengan hawa dingin. Tasnya ia gunakan untuk bantal, perut yang keroncongan ia abaikan ia sudah ingin tidur agar esok hari ia bisa mencari kosan dengan bekal uang yang di bawanya.Mood Reva benar-benar hancur, saat ia keluar dari
"Reva sangat mencintaimu, maka dari itu saya tak mau memaksakan perasaan saya. Saya lihat kamu orang yang tulus maka dari itu saya akan ikhlas melepas Reva dan tidak akan mengganggu hubungan kalian lagi." Nathan terdiam, ia mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut Aaris."Reva wanita yang baik, dia tidak gila harta meski saya sudah menawarinya sebuah ikatan pernikahan dan menjamin hidupnya. Dia lebih mencintai lelaki tulus sepertimu, pesan saya jangan pernah sia-siakan Reva. Karena wanita seperti dia sangat langka di dunia ini," ucap Aaris sebelum akhirnya ia segera membuka pintu mobilnya."Terima kasih atas bantuannya, kalau kamu mau imbalan atau butuh pekerjaan temui saja saya di restoran bakso dua putra." Aaris akhirnya benar-benar masuk ke dalam mobil dan melaju meninggalkan Nathan.Nathan sendiri merasa sangat menyesal karena telah menyebut Reva wanita murahan. Ia bimbang harus mempercayai ucapan pak Beni atau Aa
"Apa boleh mengganggu waktunya sebentar?? Sebelumnya kita berkenalan dulu ya, kami berdua pegawai di studio itu. Kami semua nggak sengaja melihat elo jalan ke arah penjual es dan kami sih benar-benar takjub melihat postur tubuh yang profesional padahal elo nggak dandan kan??" tanya seorang wanita pegawai studio itu."Iya, aku nggak dandan sama sekali. Memangnya kenapa??" tanya Reva merasa heran sembari memperhatikan kedua orang itu berbicara."Nah, nggak dandan aja cakep kek gini. Bos kami namanya kak Valen, dia sudah melihat dan tertarik buat jadiin elo talent di sini. Kalau boleh tahu elo dari asalnya dari mana?? Tebakan gue elo dari kampung ya??" tanya seorang lelaki dengan tersenyum ramah.Reva mengangguk, "Benar, Kak, aku dari kampung. Maksudnya apa ya, talent apa??""Dugaan kami tepat banget, nanti kalau elo udah di make over pasti jadi glow up parah. Y
Seto memang baik dan perhatian, meski penampilan sedikit feminim namun ia ramah kepada setiap talent. Reva melihat setiap talent dan pegawai di studio itu ramah dan baik, ia yakin pasti akan betah kerja di tempat itu."Pokoknya makasih nasehatnya, makasih supportnya ya, Kak," ujar Reva."Sama-sama, pokoknya kalau ada apa-apa elo telfon gue aja. Elo save aja nomer gue, dan elo harus belajar bahas gaul biar nyambung kalau ngomong sama talent-talent lainnya," balas Seto."Maaf, Kak, aku nggak punya hp. Tas aku tadi pagi di copet sama preman, ada uang dan hpnya," ujar Reva."Ya ampun, miris sekali nasib elo. Ya udah gue kasih hp gue satunya, tapi bekas gue dan masih bagus kok, elo beli aja kartu baru. Nanti kalau gaji elo udah cair elo bisa beli hp mata empat biar tambah terlihat keren." Seto menyodorkan sebuah miliknya untuk Reva.
"Baiklah kalau begitu, oh ya maaf kalau boleh tahu dengan Kakak siapa ya??" tanya karyawan itu."Saya Paijo," balas Nathan.Seketika wajah karyawan itu pun berubah. "Paijo??" Ulangnya."Iya, kenapa?? Itu nama pemberian orang tuaku looh," ujar Nathan menahan senyum."Heee... Nggak apa-apa, Kak, kakak kan keren saya kira namanya siapa gitu," balas wanita itu mengangguk dan tersenyum."Ya sudah kalau gitu silakan duduk di sana ya," imbuh wanita itu memerintahkan Nathan untuk duduk di loby."Baiklah terima kasih," balas Nathan.Sembari menunggu Nathan melihat-lihat foto Reva yang ada di katalog di atas meja. Ia tak pernah menyangka kalau Reva bisa sebagus itu saat berpose dalam foto sudah seperti model yang jam terbangnya tinggi.Nathan benar-benar sudah tak sabar menunggu Reva.Satu jam kemudian samar-samar Nathan mendengar orang yang sedang mengobrol.
Di tengah perjalanan Nathan sengaja menarik pedal remnya mendadak membuat Reva maju memeluknya. Kini ia bisa merasakan tubuh hangat Reva di punggungnya, tangan Reva yang ada di pinggangnya ia lingkarkan di perutnya sekarang ia bisa merasakan pelukan Reva lagi.Tanpa rencana Nathan membelokkan sepeda motornya memasuki halaman cafe. "Kita ngobrol sambil ngopi ya," ujar Nathan menarik tangan Reva yang sudah ia genggam.Nathan memesan dua kopi capuccino latte dan kentang goreng sebagai cemilannya, tak berapa lama pesanan itu akhirnya datang."Dek, selama tujuh bulan aku mencarimu. Maafkan aku karena tak percaya dengan ucapanmu. Aku memang bodoh mendahulukan emosiku dari pada akal sehat, kamu mau kan kita memperbaiki hubungan kita lagi??" Tanya Nathan."Apa kamu mau menungguku, Mas, maksudnya kamu nggak akan buru-buru merecoki aku untuk nikah m
Semalam, Ali sulit memejamkan mata. Pikirannya terus berkecamuk, membayangkan bagaimana kehidupan di pesantren yang akan segera dijalaninya. Pagi ini, ia harus berangkat, meski hatinya penuh dengan pertanyaan. Mengapa Papa dan Mama begitu memaksanya untuk pergi ke pesantren?"Mama sama Papa enggak nganterin aku?" tanya Ali saat melihat kedua orang tuanya juga bersiap tetapi dengan mobil yang berbeda."Tidak, Sayang, Mama dan Papa ada urusan yang tidak bisa di tinggalkan. Kamu berangkat sama pak Anwar ya," balas sang Reva.Brak!Ali membanting tasnya ke tanah dengan penuh emosi. Kekecewaannya terhadap orang tua yang dianggapnya tidak pernah memahami perasaannya meledak."Ali, kamu mau ke mana? Ali, kembali!" pekik Nathan dari teras rumah, suaranya menggema, penuh kekhawatiran.Ali berhenti sejenak, lalu berbalik dengan mata yang berkaca-kaca, emosinya tak bisa lagi dibendung."Ali enggak mau ke pesantren! Mama sama Papa enggak pernah peduli sama Ali. Kalau kalian enggak peduli, biarkan
RPCT Season 2 Judul: Gus Itu Ternyata Preman Tokoh: Aliyansyah Haidar Asykar, Reva Mazaya Al Khalifi, Nathan Alfa , Nisa, Aisyah, Zahra, Kiyai Zubair, Mauty dan masih banyak lagi. Genre: Campuran Sinopsis: Ali seorang preman dipaksa masuk pesantren oleh kedua orang tuanya tanpa diberi tahu alasan dan tujuannya. Sehingga mereka terkesan menyembunyikan sesuatu. Di pesantren Ali pun diberi amanah untuk meneruskan memimpin pesantren sehingga menimbulkan perpecahan dan perselisihan. Bagaimana sikap Ali? Apakah ia mampu mengemban tanggung jawab yang berat dan mempersatukan keutuhan pesantren? Lalu sebenarnya apa alasan dibalik orang tuanya menginginkan Ali masuk di pesantren? $$$$$$$$ Judul Bab : Gadis Taruhan "Ayo ikut gue," ucap pemuda itu singkat, masih dengan helm full-face dan jaket bergambar kepala singa yang menjadi identitas kelompoknya. Mata tajamnya menatap gadis berambut panjang yang berdiri gugup di sampingnya. Tanpa berkata sepatah pun, gadis itu melangkah pelan da
"Mau gue banting hpnya sekalian elo atau nurut!!" Karena Kinez terus memberontak, Eko meminta tetangganya untuk memegangi Kinez agar Nathan bisa mengambil sidik jari Kinez.Dengan kekuatan maksimal Kinez tetap memberontak, karena yang memegang dirinya orang banyak akhirnya Nathan bisa mendapatkan sidik jari Kinez dan hp itu bisa terbuka.Nathan menjelajahi galeri dan ternyata foto-foto menjijikkan itu ia temukan di folder tersembunyi."Lepasin, jangan buka hp-ku sembarangan. Itu privasi!!" Teriak Kinez. Ia tidak bisa melawan orang-orang yang memeganginya."Ckk. Elo mau menipu banyak orang!! Jelas-jelas ini vidio editan. Dan foto aslinya masih ada!!" Nathan yang pernah bekerja di alat elektronik tentu saja paham dengan hp dan semacamnya."Kalian lihat ini, ini foto aslinya. Dia sama lelaki lain dan in
Agung, Thomas, Rendi, dan Panji kini bekerja sebagai karyawan Nathan. Dan mereka di minta Nathan untuk mengelola restoran selama dirinya pulang kampung.Perjalanan selama enam jam di tempuh menggunakan travel. Reva dan Nathan sengaja menyewa trevel untuk mengantarkan mereka pulang, mereka juga membawa banyak barang untuk oleh-oleh di kampung.Travel sudah berhenti di depan rumah Reva, siang ini kebetulan Prabu dan Rindi sedang ada di rumah mereka merasa heran saat ada mobil travel berhenti di depan rumahnya.Orang-orang yang sedang mengghibah di rumah Ibunya Eko yang tak jauh dari rumah Reva juga ikut melihat.Reva dan Nathan sengaja turun bersamaan, membuat orang berlari menghampiri mereka.Orang desa mangga tak ada yang mengenali Reva namun mereka masih bisa mengenali Nathan."Wooy... Nathan pulang.
Empat tahun telah berlalu, di kampung, tepatnya di desa mangga.Kinez yang baru saja pulang dari perantauan mendatangi rumah Jeki dengan keadaan perut yang sudah membuncit."Assalamu'alaikum, Budhe, Pakdhe," sapa Kinez berdiri di ambang pintu rumah Jeki yang terbuka.Jeki dan Siti yang sedang menonton tv menatap Kinez melotot, sorot mata mereka tertuju pada perut Kinez yang membuncit."Hiks, hiks, mas Nathan jahat, Budhe. Di kota aku bertemu mas Nathan dia janji mau menikahiku dan merayu aku untuk melayaninya sebagai bukti kalau aku benar-benar mencintainya. Hasil hubungan kami membuahkan janin di perutku, tetapi mas Nathan nggak mau bertanggung jawab dia nggak mau menikahiku. Mas Nathan mencari target wanita baru di kota," ujar Kinez bersimpuh di kaki Siti dengan menangis."Apa?!!!" Siti berteriak kaget."Bantu aku, Budhe, untuk ngomong sama Mas Nathan agar mau mengakui kala
Di tengah perjalanan Nathan sengaja menarik pedal remnya mendadak membuat Reva maju memeluknya. Kini ia bisa merasakan tubuh hangat Reva di punggungnya, tangan Reva yang ada di pinggangnya ia lingkarkan di perutnya sekarang ia bisa merasakan pelukan Reva lagi.Tanpa rencana Nathan membelokkan sepeda motornya memasuki halaman cafe. "Kita ngobrol sambil ngopi ya," ujar Nathan menarik tangan Reva yang sudah ia genggam.Nathan memesan dua kopi capuccino latte dan kentang goreng sebagai cemilannya, tak berapa lama pesanan itu akhirnya datang."Dek, selama tujuh bulan aku mencarimu. Maafkan aku karena tak percaya dengan ucapanmu. Aku memang bodoh mendahulukan emosiku dari pada akal sehat, kamu mau kan kita memperbaiki hubungan kita lagi??" Tanya Nathan."Apa kamu mau menungguku, Mas, maksudnya kamu nggak akan buru-buru merecoki aku untuk nikah m
"Baiklah kalau begitu, oh ya maaf kalau boleh tahu dengan Kakak siapa ya??" tanya karyawan itu."Saya Paijo," balas Nathan.Seketika wajah karyawan itu pun berubah. "Paijo??" Ulangnya."Iya, kenapa?? Itu nama pemberian orang tuaku looh," ujar Nathan menahan senyum."Heee... Nggak apa-apa, Kak, kakak kan keren saya kira namanya siapa gitu," balas wanita itu mengangguk dan tersenyum."Ya sudah kalau gitu silakan duduk di sana ya," imbuh wanita itu memerintahkan Nathan untuk duduk di loby."Baiklah terima kasih," balas Nathan.Sembari menunggu Nathan melihat-lihat foto Reva yang ada di katalog di atas meja. Ia tak pernah menyangka kalau Reva bisa sebagus itu saat berpose dalam foto sudah seperti model yang jam terbangnya tinggi.Nathan benar-benar sudah tak sabar menunggu Reva.Satu jam kemudian samar-samar Nathan mendengar orang yang sedang mengobrol.
Seto memang baik dan perhatian, meski penampilan sedikit feminim namun ia ramah kepada setiap talent. Reva melihat setiap talent dan pegawai di studio itu ramah dan baik, ia yakin pasti akan betah kerja di tempat itu."Pokoknya makasih nasehatnya, makasih supportnya ya, Kak," ujar Reva."Sama-sama, pokoknya kalau ada apa-apa elo telfon gue aja. Elo save aja nomer gue, dan elo harus belajar bahas gaul biar nyambung kalau ngomong sama talent-talent lainnya," balas Seto."Maaf, Kak, aku nggak punya hp. Tas aku tadi pagi di copet sama preman, ada uang dan hpnya," ujar Reva."Ya ampun, miris sekali nasib elo. Ya udah gue kasih hp gue satunya, tapi bekas gue dan masih bagus kok, elo beli aja kartu baru. Nanti kalau gaji elo udah cair elo bisa beli hp mata empat biar tambah terlihat keren." Seto menyodorkan sebuah miliknya untuk Reva.
"Apa boleh mengganggu waktunya sebentar?? Sebelumnya kita berkenalan dulu ya, kami berdua pegawai di studio itu. Kami semua nggak sengaja melihat elo jalan ke arah penjual es dan kami sih benar-benar takjub melihat postur tubuh yang profesional padahal elo nggak dandan kan??" tanya seorang wanita pegawai studio itu."Iya, aku nggak dandan sama sekali. Memangnya kenapa??" tanya Reva merasa heran sembari memperhatikan kedua orang itu berbicara."Nah, nggak dandan aja cakep kek gini. Bos kami namanya kak Valen, dia sudah melihat dan tertarik buat jadiin elo talent di sini. Kalau boleh tahu elo dari asalnya dari mana?? Tebakan gue elo dari kampung ya??" tanya seorang lelaki dengan tersenyum ramah.Reva mengangguk, "Benar, Kak, aku dari kampung. Maksudnya apa ya, talent apa??""Dugaan kami tepat banget, nanti kalau elo udah di make over pasti jadi glow up parah. Y