Share

Bab 03

Author: Risna Putri
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rania yang duduk tidak jauh dari menantunya lantas mengedarkan pandangan. Tentu dia mencari keberadaan putranya. Tak bisa dipungkiri ruangan 5 x 5 meter yang semula kosong sekarang telah penuh terisi. Hanya Gitalah yang duduk sendirian di bangkunya.

"Kemana kamu Rey. Mama kira kamu gak bakal telat buat acara sepenting ini," gerutu Rania menyesali kenapa mereka tidak berangkat berbarengan saja tadi. Ah, tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur.

Arah pandangan Rania hanya tertuju ke pintu saja. Dia sangat berharap anaknya tidak akan terlambat meski sedetik saja.

"Gak usah panik ya Git. Mama yakin Reynald bentar lagi datang," seru Rania saat mengetikan pesan singkat ke calon menantunya. Gita yang sudah tidak tahu mau berbuat apa cuma bisa pasrah di tempat duduknya.

Dia kalut bukan main mengingat ketidaksiapan Reynald membangun rumah tangga dengannya. Bagi Gita jika seorang laki-laki sudah membuat keputusan maka dia takkan menelan ludahnya sendiri.

Sebagai bentuk kegelisahan tersebut tangannya terus saja meremat di atas pangkuan. Sungguh dia kebingungan sekarang. Tatapan lekat orang-orang tak luput menyaksikan kegelisahan gadis itu.

"Harusnya aku sadar diri." Gita sampai membatin seperti itu. Sedikit banyaknya dia menyesal tidak memberitahu yang sejujurnya pada Rania.

Harusnya sang calon mertua tahu apa yang diinginkan anaknya. Kalau terus-terusan begini batinnya yang tersiksa, sementara Rania berusaha menghubungi Reynald melalui telepon.

Entah keajaiban darimana orang yang mereka tunggu-tunggu tiba bertepatan dengan kedatangan ketua sidang beserta ibu dari persatuan bhayangkari.

***

Sumringah sekali wajah Rania saat melihat sidang nikah yang anaknya jalani berjalan lancar. Matanya sedikit berkaca-kaca, mengenang masa dimana dia dan almarhum suami pernah berada di posisi tersebut. Keterlambatan Reynald pun sekarang telah dia maklumi. Rania menganggap anak sematawayangnya itu cukup sibuk sebagai polisi sehingga itulah penyebab keterlambatannya hari ini.

"Mama gak nyangka bisa ngelihat kamu di posisi ini Rey," ucap Rania bermonolog sendiri. Saat itu juga senyumnya tak mau luntur. Terlebih menatap Gita yang semula tampak gugup.

Tak lama setelah sidang diakhiri, satu per satu pasangan yang hadiri di ruangan ini keluar. Di wajah mereka tergambar suatu kelegaan setelah satu jam duduk di kursi dan ditanyai ini-itu.

Bahkan orang tua salah satu polwan yang hadir sempat berbincang dengan Rania. Dia juga merasa lega rangkaian sidang B4R putra dan menantunya berjalan tanpa ada sedikit pun hambatan.

"Ooh, anak ibu yang tinggi gagah itu toh." Orang yang Rania maksud pun bersuara. Sungguh dia takjub melihat pembawaan Reynald yang begitu berwibawa.

"Iya, Pak. Anak bapak juga cantik. Polisi muda lagi," puji Rania setelah mengetahui sedikit latar belakang anak perempuan dari pria yang duduk di sebelahnya tadi.

"Cantik sih, iya bu soalnya kan anak wedok, tapi susahnya itu lho disuruh cari bojo. Selalu ada aja alasannya," gerutu Suroso mengingat putri keduanya tersebut.

Rania sampai tergelak kecil mendengar omelan singkat bapak-bapak yang sudah nampak sepuh itu.

"Anak saya juga gitu, Pak. Kalau gak dipaksa nikah gak bakal nikah-nikah."

"Anak mudah zaman sekarang emang gitu ya, Bu. Lha dulu kita kalau belum masuk kepala tiga langsung ditanyai 'mana calonmu le?'" Lagi-lagi Rania terhibur mendengar ucapan Suroso.

Pembawaannya yang humoris membuat mantan ibu bhayangkari itu betah berlama-lama berbincang. Meski Gita dan Reynald sudah keluar dari ruangan per lima menit lalu.

"Bener, Pak. Orangtua zaman dulu gak bakal bisa tenang sebelum anaknya naik pelaminan."

"Makanya itu, Bu saya heran sama anak sekarang kok ya tenang banget padahal orangtuanya di rumah ngebet pengen nimang cucu."

Saat di ruang hanya tersisa beberapa orang barulah Rania sadar harus menghentikan obrolan singkat ini. Jangan sampai Reynald dan Gita menunggunya terlalu lama di luar sana.

Dengan gestur mengedarkan pandangan ke arah lain Rania berucap, "Kayaknya udah kelamaan kita ngobrolnya, Pak. Takutnya anak-anak udah pada nungguin di luar."

Suroso pun menyadari hal tersebut lalu dia menepuk jidatnya pelan sebab terlalu asyik berbincang dengan Rania. "Lho iya, Bu. Kayaknya anak sama calon menantu saya udah nunggu juga. Pasti ngomong kemanalah bapakku ini," tutur Suroso tak hentinya berkelakar.

"Yaudah, kalau gitu saya pamit dulu ya, Pak. Semoga pernikahan anak-anak kita berjalan lancar sampai hari H."

"Aamin."

Rania akhirnya pamit lalu berjalan meninggalkan Suroso yang masih berdiri menunggu putrinya yang katanya segera menyusul.

Wanita setengah baya yang mengenakan blouse semata kaki tersebut berjalan cukup anggun. Kakinya sudah tahu harus melangkah kemana sebab dari jarak sedekat ini siluet tinggi tegap Reynald tertangkap di manik matanya.

Namun, yang justru dia lihat, sang calon menantu tertunduk lesu saat Reynald dengan tubuh tinggi gagahnya berdiri di hadapan Gita. Entah apa yang mereka bicarakan.

****

H-5 Sebelum Hari Pernikahan .....

Rania memasuki kediamannya dan yang terlihat hanyalah kesibukan para asisten rumah tangganya dalam mengemas beberapa bingkisan untuk dijadikan seserahan nanti. Wanita anggun itu tampak terburu-buru sebab ada tamu yang menunggunya di dalam.

"Untuk seserahan yang mau dibawa pas malam midodareni didahulukan dulu ya, Mbak," titah nyonya rumah megah ini kepada pembantunya.

Ria yang sedang menata bad cover mengangkat jempolnya. "Aman, Bu. Ada Pak Marno yang selalu siap membantu."

Rania tersenyum mendengarnya. Terlebih menyaksikan kecekatan Marno, sang tukang kebun dalam membingkis perabotan rumah tangga ke dalam keranjang bambu.

"Mbak Adel sama Mas Arganya udah di dalam ya Mbak?" tanya Rania sambil celingak-celingukan mencari tamunya.

"Iya, Bu ada di ruang tamu. Tadi udah Ria jamu sama makanan," jawab Ria singkat, padat dan jelas. Rania langsung bergegas menuju ruang tamu demi menemui pihak Wedding Organizer yang mengatur pernikahan putranya.

Tentu kedatangan tim Akad untuk membahas persiapan pernikahan Reynald serta Gita yang nyaris tujuh puluh persen telah selesai. Meski terakhir kali dia melihat interaksi tidak biasa

"Maaf ya Mbak Adel, Mas Arga udah buat kalian nunggu lama." Kalimat itulah yang pertama kali Rania ucapkan ketika menghampiri tim Akad, Wedding Organizer yang tengah dia gunakan jasanya.

Adel serta Arga langsung berdiri menyambut si pemilik rumah. Senyum merekah dua anak manusia itu perlihatkan ke klien potensialnya.

"Gak papa kok, Bu. Kami juga baru datang," sahut Adel mewakili Arga. Setelah Rania duduk barulah keduanya menyamankan diri di sofa. "Begini bu untuk pencatatan tamu kami berencana makai sistem digital jadi lebih efisien dan tamu undangan bisa terdata dengan baik apalagi banyak tamu VIP yang akan hadir nanti."

Rania kontan menyambut tablet yang Adel sodorkan. Dia begitu tertarik dengan terobosan baru ini. Matanya pun berbinar terang ketika membaca detail informasi yang tersaji di benda persegi tersebut.

"Dan untuk pencatatan tamu kali ini kita punya tiga opsi, Bu. Satu scan wajah, dua scan barcode yang memang sudah tertera di kartu undangan dan yang ketiga menggunakan fingger print," jelas menyambung kalimat Adel.

"Wah, menarik sekali mas. Apa biaya pencatatan tamu ini udah include sama budget awal?"

"Sudah termasuk, Bu. Ini jasa yang kami tawarkan untuk setiap klien yang memilih paket eksklusif."

"Wah, kalau gitu pakai yang ini aja, Mas. Biar tim yang bertugas nanti gak perlu ribet dan semua bisa tercover dengan baik." Rania langsung mengambil keputusan saat itu juga.

Meskipun jasa yang mereka tawarkan belum termasuk ke dalam budget, Rania akan mengambilnya demi kelancaran pesta pernikahan sang putra.

Namun, kedatangan Adi, supir keluarganya menjeda obrolan ketiga orang itu. Dengan wajah ramahnya, Adi menyapa tamu Rani sebelum melaporkan sesuatu.

"Maaf, Bu. Mas Reynald-nya sama sekali gak ke rumah Non Gita. Dan saya dapat kabar dari kantornya kalau Mas Reynald sedang dinas di luar kota."

***

Related chapters

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 04

    "Dinas keluar kota?" tanya Rani mengulang laporan supirnya barusan. Mendapat kabar seperti itu jelas dia terkejut padahal kemarin sang putra menyanggupi permintaannya untuk menemani Gita nyekar ke makam almarhum orangtuanya. Pun Rani mengirim Adi ke kosan calon menantunya demi mengantarkan ponsel anaknya yang tertinggal di rumah. Dia pikir mungkin Gita serta Reynald masih belum berangkat. Ternyata kabar yang dia dapatkan jauh lebih mengejutkan. "Apa Gitanya juga gak ada di kosan, Pak?" Makin beranak-pinaklah pertanyaan sang nyonya. Adi sampai menggaruk tengkuknya bingung harus menjawab seperti apa. "Pas saya ke sana tetangga Non Gita bilang Non Gitanya udah berangkat dari tadi pagi naik kereta." Jawaban Adi spontan membuat Rania berpikir keras. Sungguh dia tidak habis pikir. Naik kereta? Kemana anaknya itu sekarang? Kenapa sang putra tidak bisa mempertanggungjawabkan ucapannya? "Ini hape Mas Reynald, Bu."Rania mengambil telepon genggam pribadi yang seringkali Reynald gunakan. Li

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 05

    Tidak ada yang bisa menebak seperti apa takdir akan berjalan. Pernikahan yang semula digadang-gadang akan dilaksanakan dua bulan lagi kini berada selangkah di depan mata. Bahkan, sang calon mempelai pria pun tak menyangka bahwa ibunya akan mengambil keputusan seperti ini. Begitu pula Gita yang cukup terkejut ketika dikabari oleh mertuanya tentang tanggal pernikahannya yang dimajukan lebih awal. Dia pikir calon suaminya itu akan bersikeras meminta pada Ibunya untuk membatalkan pernikahan sebelah pihak ini. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Tepat di hadapan rumah berlantai dua ini rombongan calon pengantin pria telah berdiri, siap memasuki kediaman calon mempelai wanita dengan membawa banyak seserahan di tangan. "Mbak Gita kalau mau lihat calon suaminya bisa lewat jendela dulu aja ya. Untuk sekarang masih belum bisa. Masih dipingit," goda salah satu perias yang mendandani Gita pada malam midodareni kali ini. Wajah perias itu bersemu memandangi Gita yang sejak tadi tampak gugup

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 06

    Gita membuang napas panjang. Sudah dia duga akan jadi seperti ini. Bukannya berada di dalam kamar pengantinnya, pria bernama belakang Braga tersebut malah meninggalkan sang istri sendirian dan sekarang dia terlelap dengan nyenyaknya di atas ranjang penuh kelopak mawar yang ditata sedemikian rupa."Harusnya gak perlu kaget kan?" Monolog Gita menertawakan kebodohannya sendiri. Kepalanya yang kini menegak terus memperhatikan laju napas sang suami yang berderu sangat tenang. Berbanding terbalik dengan hatinya yang entah kenapa merasa terluka. Langit yang masih gelap gulita di luar sana meski jam sudah menunjukkan pukul empat pagi kontan memperjelas rasa benci pria ini terhadap dirinya. Bukannya Gita tidak tahu kepulangan Reynald yang seperti pencuri, mengendap-ngendap masuk dari jendela kamar yang terhubung ke balkon. Semua itu Gita saksikan dalam tidur pura-puranya. Menyedihkan sekali bukan? Hatinya cukup rapuh menerima fakta menyakitkan itu. Di tengah lamunannya terdengar suara azan

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 07

    Reynald begitu tenang mengunci mulutnya tatkala melihat bayangan sang ibu. Keterdiaman Gita semula jelas membuat dia bingung sekaligus heran sebab dari gestur perempuan itu yang hendak mendebat tiba-tiba terdiam. Beruntung dia tidak melanjutkan kalimatnya tadi. Tapi, jika itu terjadi bukankah lebih baik? Biarlah ibunya kecewa di awal yang penting pernikahan ini bisa segera berakhir. Reynald betul-betul tidak menaruh perasaan apa pun terhadap wanita yang sekarang menjadi istrinya. Pun rasa tidak sukanya bertambah saat menyadari ada yang gadis ini inginkan dari keluarganya.Sementara Rania justru menatap anak serta menantunya bergantian. Apa yang terjadi dengan dua anak manusia ini? Kenapa mereka saling menatap seperti itu. Namun, bukan itu yang jadi masalahnya sekarang. "Rey kamu nampak kunci Sedan Mama?" Pertanyaan Rania menyebabkan Rey menaikan alisnya. "Mobil yang biasa Mama pakai ternyata masih di bengkel. Adi bilang baru bisa diambil besok."Bukannya Reynald yang merasa lega men

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 08

    "Dimana jam tangannya padahal semalam ada di sini." Decakan kecil Reynald terdengar pagi ini padahal sebelum-sebelumnya dia tidak pernah merasa kesusahan seperti ini. Netra tajamnya langsung mengarah ke satu titik. Siapa lagi kalau bukan Mahagita Arunika yang sedang dia tatap sedemikian rupa. Wanita yang menggunakan kaos oblong panjang tersebut nampak fokus menata meja yang terletak di sudut ruangan.Entah apa yang wanita itu lakukan, melihatnya saja sudah membuat Rey jengkel setengah mati. Dia sudah sangat paham siapa yang mengubah tatanan barang di kamar ini. Namun, bukannya bertanya, Reynald memilih membuka lemari. Mengambil arloji berwarna silver yang dia beli dua tahun lalu. Jam mahal keluaran brand ternama. Meski tak bersuara raut sinis tetap tak mampu dia hilangkan. Sungguh dia muak dengan perempuan muda tidak tahu diri itu. Kekesalan Reynald dapat Gita sadari. Pergerakan sang suami yang tiba-tiba membuka lemari kayu jelas membuat kepala Gita otomatis mendongak lalu menghent

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 09

    Dengan langkah pelan, Reynald menggeret kakinya menuju dapur. Suasana hening malam mengisi selasar lantai dua tempat dia berpijak sekarang. Dapur bersih yang seringkali ditujukan untuk menghidangkan makanan yang sudah selesai dimasak sekarang menjadi destinasi tujuannya. Tempat yang kadang dimanfaatkan Rania untuk menyantap cemilan dan berbagai hidangan lainnya. Belum sempat menginjakan kaki di kamar, cacing-cacing di perutnya lebih dulu berbunyi minta diisi.Terlebih cuaca dingin malam hari yang membuatnya sangat lapar. Mau membangunkan Ria pun dia tidak tahu apakah sang asisten rumah tangga masih terjaga di tengah malam begini. "Apa minta tolong Pak Abdi aja buat beliin makanan di luar?" Reynald berbicara pada dirinya sendiri. Sungguh perutnya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sementara di kamar, Gita masih sibuk dengan ponselnya. Jari-jarinya lancar mengetikan huruf demi huruf, membalas pesan Tia, teman kerjanya yang saat ini mendapat jatah sift malam. Selesai membalas

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 10

    Suasana di UGD mendadak chaos sesaat setelah lima belas pasien kecelakaan lalu lintas tiba di rumah sakit Delta Medikal. Beberapa koas dan dokter yang berjaga di UGD langsung bergegas memberi pertolongan pertama kepada para korban. Kondisi pasien yang sudah berdarah-darah menjadi tontonan semua orang. Beberapa pasien rawat jalan yang sedang melintas di lobi kelihatan bergidik ngeri melihat keadaan korban luka parah akibat kecelakaan beruntun tersebut. "Tolong minggir." Begitulah suara yang terdengar di antara rintihan kesakitan para korban. Salah satu dari korban-korban kecelakaan itu ada yang sudah tidak sadarkan diri. Mungkin dialah si korban utama dalam kecelakaan ini. Petugas ambulans yang membawa korban-korban itu terlihat terburu-buru seolah tengah dikejar setan. Tidak ada ketakutan tersirat di mata mereka kala sedekat itu menyaksikan kondisi mengenaskan si korban.Sesampainya di UGD ketujuh korban luka-luka tersebut langsung ditempatkan di bilik-bilik yang memang sedang koso

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 11

    Gita terus mengaduk sotonya dengan pandangan tidak minat. Aroma harum dari makanan berkuah itu entah mengapa urung menggugah seleranya. Ibaratkan, orangnya di sini pikirannya berlarian kemana-mana. Raut masam juga terbit dari bibir mungilnya. Setidaknya, itulah yang tengah Tiara perhatikan sekarang. Dia tidak tahu kenapa rekan sejawatnya ini tidak berselera padahal sudah berjam-jam mereka tertahan di UGD. Pun es jeruk yang es-nya telah mencair sedikit demi sedikit tak mampu menarik atensi Gita. "Git, dimakan sotonya. Masa cuma diaduk-aduk aja. Ini kan bukan bubur," celetuk Tiara sesudah menyeruput soto nan kaya akan rempah itu. Kepalanya sampai menoleh ke Gita selama beberapa menit. "Iyaa, Ti." Hanya itu yang Gita ucapkan sebelum dia menyantap soto miliknya. Namun, sama saja, raut tak berselera masih mewakili ekspresinya. Tiara yang tidak puas menilik ekspresi menyebalkan Gita lantas memutar otak. Dia mencari beberapa alasan yang tepat kenapa temannya bersikap seperti ini. Apa ja

Latest chapter

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 12

    Usai sudah pekerjaan Gita kali ini. Jadwal visit ke kamar-kamar pasien telah dia lakukan lima belas menit lalu. Bahkan, pekerjaannya cukup lancar sebab para penghuni kamar-kamar VIP itu tidak banyak tingkah. Mereka cenderung menyukai pelayanan yang Gita berikan. Pantas bila setiap akhir tahun penilaian kerjanya selalu memuaskan. Keramahan gadis itulah yang menjadi kunci. Berprofesi sebagai perawat sudah seharusnya kan Gita mengabdikan diri."Udah selesai sift kamu, Git?" Tiara bertanya tatkala melihat Gita keluar dari deretan kamar VIP tersebut. Kini mereka sedang berpapasan di lorong lantai lima dengan bawaan alat tempur masing-masing. "Udah, Ti. Minggu depan aku baru kebagian jaga malam," jelas Gita sangat mengingat jadwal tugasnya. "Kamu udah selesai juga?" Sekarang gantian Gita yang bertanya. Pasalnya, sang rekan terlihat hendak naik ke lantai enam belas. "Aku kebagian lembur kali ini, hehe. Gantiin cutiku yang bulan lalu." Gita mengangguk saja. Sepertinya dia harus buru-buru

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 11

    Gita terus mengaduk sotonya dengan pandangan tidak minat. Aroma harum dari makanan berkuah itu entah mengapa urung menggugah seleranya. Ibaratkan, orangnya di sini pikirannya berlarian kemana-mana. Raut masam juga terbit dari bibir mungilnya. Setidaknya, itulah yang tengah Tiara perhatikan sekarang. Dia tidak tahu kenapa rekan sejawatnya ini tidak berselera padahal sudah berjam-jam mereka tertahan di UGD. Pun es jeruk yang es-nya telah mencair sedikit demi sedikit tak mampu menarik atensi Gita. "Git, dimakan sotonya. Masa cuma diaduk-aduk aja. Ini kan bukan bubur," celetuk Tiara sesudah menyeruput soto nan kaya akan rempah itu. Kepalanya sampai menoleh ke Gita selama beberapa menit. "Iyaa, Ti." Hanya itu yang Gita ucapkan sebelum dia menyantap soto miliknya. Namun, sama saja, raut tak berselera masih mewakili ekspresinya. Tiara yang tidak puas menilik ekspresi menyebalkan Gita lantas memutar otak. Dia mencari beberapa alasan yang tepat kenapa temannya bersikap seperti ini. Apa ja

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 10

    Suasana di UGD mendadak chaos sesaat setelah lima belas pasien kecelakaan lalu lintas tiba di rumah sakit Delta Medikal. Beberapa koas dan dokter yang berjaga di UGD langsung bergegas memberi pertolongan pertama kepada para korban. Kondisi pasien yang sudah berdarah-darah menjadi tontonan semua orang. Beberapa pasien rawat jalan yang sedang melintas di lobi kelihatan bergidik ngeri melihat keadaan korban luka parah akibat kecelakaan beruntun tersebut. "Tolong minggir." Begitulah suara yang terdengar di antara rintihan kesakitan para korban. Salah satu dari korban-korban kecelakaan itu ada yang sudah tidak sadarkan diri. Mungkin dialah si korban utama dalam kecelakaan ini. Petugas ambulans yang membawa korban-korban itu terlihat terburu-buru seolah tengah dikejar setan. Tidak ada ketakutan tersirat di mata mereka kala sedekat itu menyaksikan kondisi mengenaskan si korban.Sesampainya di UGD ketujuh korban luka-luka tersebut langsung ditempatkan di bilik-bilik yang memang sedang koso

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 09

    Dengan langkah pelan, Reynald menggeret kakinya menuju dapur. Suasana hening malam mengisi selasar lantai dua tempat dia berpijak sekarang. Dapur bersih yang seringkali ditujukan untuk menghidangkan makanan yang sudah selesai dimasak sekarang menjadi destinasi tujuannya. Tempat yang kadang dimanfaatkan Rania untuk menyantap cemilan dan berbagai hidangan lainnya. Belum sempat menginjakan kaki di kamar, cacing-cacing di perutnya lebih dulu berbunyi minta diisi.Terlebih cuaca dingin malam hari yang membuatnya sangat lapar. Mau membangunkan Ria pun dia tidak tahu apakah sang asisten rumah tangga masih terjaga di tengah malam begini. "Apa minta tolong Pak Abdi aja buat beliin makanan di luar?" Reynald berbicara pada dirinya sendiri. Sungguh perutnya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sementara di kamar, Gita masih sibuk dengan ponselnya. Jari-jarinya lancar mengetikan huruf demi huruf, membalas pesan Tia, teman kerjanya yang saat ini mendapat jatah sift malam. Selesai membalas

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 08

    "Dimana jam tangannya padahal semalam ada di sini." Decakan kecil Reynald terdengar pagi ini padahal sebelum-sebelumnya dia tidak pernah merasa kesusahan seperti ini. Netra tajamnya langsung mengarah ke satu titik. Siapa lagi kalau bukan Mahagita Arunika yang sedang dia tatap sedemikian rupa. Wanita yang menggunakan kaos oblong panjang tersebut nampak fokus menata meja yang terletak di sudut ruangan.Entah apa yang wanita itu lakukan, melihatnya saja sudah membuat Rey jengkel setengah mati. Dia sudah sangat paham siapa yang mengubah tatanan barang di kamar ini. Namun, bukannya bertanya, Reynald memilih membuka lemari. Mengambil arloji berwarna silver yang dia beli dua tahun lalu. Jam mahal keluaran brand ternama. Meski tak bersuara raut sinis tetap tak mampu dia hilangkan. Sungguh dia muak dengan perempuan muda tidak tahu diri itu. Kekesalan Reynald dapat Gita sadari. Pergerakan sang suami yang tiba-tiba membuka lemari kayu jelas membuat kepala Gita otomatis mendongak lalu menghent

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 07

    Reynald begitu tenang mengunci mulutnya tatkala melihat bayangan sang ibu. Keterdiaman Gita semula jelas membuat dia bingung sekaligus heran sebab dari gestur perempuan itu yang hendak mendebat tiba-tiba terdiam. Beruntung dia tidak melanjutkan kalimatnya tadi. Tapi, jika itu terjadi bukankah lebih baik? Biarlah ibunya kecewa di awal yang penting pernikahan ini bisa segera berakhir. Reynald betul-betul tidak menaruh perasaan apa pun terhadap wanita yang sekarang menjadi istrinya. Pun rasa tidak sukanya bertambah saat menyadari ada yang gadis ini inginkan dari keluarganya.Sementara Rania justru menatap anak serta menantunya bergantian. Apa yang terjadi dengan dua anak manusia ini? Kenapa mereka saling menatap seperti itu. Namun, bukan itu yang jadi masalahnya sekarang. "Rey kamu nampak kunci Sedan Mama?" Pertanyaan Rania menyebabkan Rey menaikan alisnya. "Mobil yang biasa Mama pakai ternyata masih di bengkel. Adi bilang baru bisa diambil besok."Bukannya Reynald yang merasa lega men

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 06

    Gita membuang napas panjang. Sudah dia duga akan jadi seperti ini. Bukannya berada di dalam kamar pengantinnya, pria bernama belakang Braga tersebut malah meninggalkan sang istri sendirian dan sekarang dia terlelap dengan nyenyaknya di atas ranjang penuh kelopak mawar yang ditata sedemikian rupa."Harusnya gak perlu kaget kan?" Monolog Gita menertawakan kebodohannya sendiri. Kepalanya yang kini menegak terus memperhatikan laju napas sang suami yang berderu sangat tenang. Berbanding terbalik dengan hatinya yang entah kenapa merasa terluka. Langit yang masih gelap gulita di luar sana meski jam sudah menunjukkan pukul empat pagi kontan memperjelas rasa benci pria ini terhadap dirinya. Bukannya Gita tidak tahu kepulangan Reynald yang seperti pencuri, mengendap-ngendap masuk dari jendela kamar yang terhubung ke balkon. Semua itu Gita saksikan dalam tidur pura-puranya. Menyedihkan sekali bukan? Hatinya cukup rapuh menerima fakta menyakitkan itu. Di tengah lamunannya terdengar suara azan

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 05

    Tidak ada yang bisa menebak seperti apa takdir akan berjalan. Pernikahan yang semula digadang-gadang akan dilaksanakan dua bulan lagi kini berada selangkah di depan mata. Bahkan, sang calon mempelai pria pun tak menyangka bahwa ibunya akan mengambil keputusan seperti ini. Begitu pula Gita yang cukup terkejut ketika dikabari oleh mertuanya tentang tanggal pernikahannya yang dimajukan lebih awal. Dia pikir calon suaminya itu akan bersikeras meminta pada Ibunya untuk membatalkan pernikahan sebelah pihak ini. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Tepat di hadapan rumah berlantai dua ini rombongan calon pengantin pria telah berdiri, siap memasuki kediaman calon mempelai wanita dengan membawa banyak seserahan di tangan. "Mbak Gita kalau mau lihat calon suaminya bisa lewat jendela dulu aja ya. Untuk sekarang masih belum bisa. Masih dipingit," goda salah satu perias yang mendandani Gita pada malam midodareni kali ini. Wajah perias itu bersemu memandangi Gita yang sejak tadi tampak gugup

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 04

    "Dinas keluar kota?" tanya Rani mengulang laporan supirnya barusan. Mendapat kabar seperti itu jelas dia terkejut padahal kemarin sang putra menyanggupi permintaannya untuk menemani Gita nyekar ke makam almarhum orangtuanya. Pun Rani mengirim Adi ke kosan calon menantunya demi mengantarkan ponsel anaknya yang tertinggal di rumah. Dia pikir mungkin Gita serta Reynald masih belum berangkat. Ternyata kabar yang dia dapatkan jauh lebih mengejutkan. "Apa Gitanya juga gak ada di kosan, Pak?" Makin beranak-pinaklah pertanyaan sang nyonya. Adi sampai menggaruk tengkuknya bingung harus menjawab seperti apa. "Pas saya ke sana tetangga Non Gita bilang Non Gitanya udah berangkat dari tadi pagi naik kereta." Jawaban Adi spontan membuat Rania berpikir keras. Sungguh dia tidak habis pikir. Naik kereta? Kemana anaknya itu sekarang? Kenapa sang putra tidak bisa mempertanggungjawabkan ucapannya? "Ini hape Mas Reynald, Bu."Rania mengambil telepon genggam pribadi yang seringkali Reynald gunakan. Li

DMCA.com Protection Status