Share

Bab 02

Author: Risna Putri
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Setelah sebelumnya kita udah ngecek gedung dan ngukur gaun, kali ini saya mau nunjukkin beberapa dekor yang sekiranya sesuai dengan konsep yang Mbak mau."

Sebuah katalog berisi desain-desain dekor lekas Adel keluarkan di hadapan kliennya. Gita memajukan sedikit badannya demi meneliti desain dekor yang sedang Adel perlihatkan.

"Kalau Mbak Gita masih bingung mau pilih yang mana, bisa diskusi dulu sama Mas Reynald," lanjut Adel sang asisten WO memberikan saran.

Gita otomatis menoleh ke Adel. Sudah sejak tadi gadis muda itu melamun. Ah lebih tepatnya ketika dalam perjalanan tadi. Memang saat ini Gita sedang berada di gedung 'Akad' tempat Wedding Organizernya berdiri.

Terlalu sering mereschedule meeting membuat Gita langsung tancap gas, melupakan air matanya yang telah menetes akibat ucapan menyakitkan Reynald tadi.

Pun ketika Adel menyebut nama Reynald, ingatannya kembali memutar pertemuan singkat yang menjelaskan segala sikap dingin calon suaminya itu selama ini.

Munafik kalau dia tidak merasa sakit hati, tetapi semua itu tidak lebih penting dari tanggapan calon mertuanya jika mengetahui semua ini.

Sampai di depan gedung Akad pun, Gita masih melamunkan reaksi calon ibu mertuanya bila dia sungguh menyetujui permintaan Reynald tadi.

Adel yang menyadari ada perubahan ekspresi di wajah Gita langsung mengunci rapat mulutnya. Kedua manik matanya mulai memperhatikan raut getir yang perempuan dua puluh empat tahun ini tampilkan. Sepertinya dia salah bicara tadi.

Sebelumnya Adel sudah sadar ada yang tidak beres dengan pasangan ini, tapi sebisa mungkin dia berpura-pura tidak tahu. Toh, itu bukan urusannya juga. Terlebih saat pertemuan kedua dan seterusnya kehadiran Reynald sama sekali tidak bisa dihitung oleh jari.

Ketika ditanya mengenai Reynald, Gita selalu menjawab calon suaminya sedang ada pekerjaan di luar yang tidak bisa ditinggal.

****

Waktu terus bergulir hingga faktanya sampai detik ini tidak ada yang tahu akan permintaan Reynald terhadap Gita tempo hari. Buktinya detik ini wanita setengah baya berpenampilan anggun tersebut terlihat antusias mempersiapkan kebaya untuk malam midodareni sang menantu.

"Yang maroon ini juga cantik, Ran. Nanti tinggal kita tambahin brokat aja di area dadanya atau kamu mau yang biru wardah ini? Warnanya kalem cocok buat Gita," usul Diana, temannya yang sekaligus menjadi desainer gaun pesta pada pernikahan putranya nanti.

Rania memajukan tubuhnya. Jemarinya menyentuh kebaya yang terlihat cantik dengan model yang menutupi dada.

"Aku pilih ini aja, Di. Warnanya kalem. Gak terlalu strong." Tidak butuh waktu lama bagi Rania menjatuhkan pilihannya terhadap kebaya modern tersebut.

"Pilihan yang tepat. Gak usah terlalu ngejreng, orang yang makai aja style-nya kalem gitu."

"Yaudah, berarti tiga hari lagi kebayanya udah selesai kan?" Setelah memilih, Rania pun memastikan apakah baju menantunya ini bisa langsung dijahit dan selesai dalam waktu tiga hari.

"Aman, Ran. Penjahitku khusus ngerjain punya kamu aja. Jahitan yang lain aku alihkan ke Mona dulu," balas Diana mengacungkan jempolnya. "Seingatku, sidang nikah Rey sama Gita lusa kan Ran?"

Diingatkan soal tersebut, Rania menepuk jidatnya pelan. Bisa-bisanya dia lupa sidang nikah sang putra akan berlangsung dua hari lagi. Untung temannya ini membahas hal penting tersebut kalau tidak dia lupa menanyakan sudah sampai mana persiapan berkas yang nanti diajukan.

"Ya, Tuhan, Di. Aku sampai lupa soal itu. Untung kamu ingatkan kalau gak sampai besok aku lupa nanya udah sampai mana persiapan berkasnya." Rania malah menjawab demikian padahal Diana kira temannya tersebut tidak akan melupakan hal-hal penting seperti itu.

"Terlalu excited nyiapin pesta sampai lupa detail sepenting itu," omel Diana balik sembari tertawa kecil. "Nah, itu Rey-nya. Tanyain gih. Nanti kamu lupa lagi."

Kedua ibu-ibu cantik yang sedang berbincang di halaman belakang rumah itu langsung menoleh melihat kedatangan pria gagah nan tampan kesayangan mereka.

"Rey," panggil Rani setelah anaknya datang lalu menyalami teman sang mama.

"Iya, Ma."

"Gimana sama persiapan berkas sidang nikah kamu? Apa masih ada yang perlu dilengkapi?" Mendengar pertanyaan mamanya, air muka Reynald langsung berubah drastis. Bibirnya menipis dengan tatapan yang berlarian entah kemana.

"Rey, Mama nanya sama kamu," tukas Rania membuyarkan keterdiaman anaknya.

Tak ingin Ibunya menyadari sesuatu, secepat kilat Reynald bersuara. "Mama gak perlu khawatir, berkasnya udah aku siapkan semuanya."

"Syukurlah, kalau gitu. Mama tenang dengarnya. Ingat ya Rey dua hari lagi kamu sidang. Kalau lusa kamu gak terlalu sibuk, tolong jemput Gita ya."

"Iya, Maa. Kalau gitu aku pamit dulu ya, Ma, Tante masih ada kerjaan di kantor." Reynald langsung pamit tanpa mau membahas pernikahannya.

****

Lusa itu juga Rania datang ke kosan calon menantunya. Berpenampilan seperti ibu-ibu sosialita membuat wanita lima puluh lima tahun ini menjadi sorotan. Siapa lagi kalau bukan penghuni atau teman sebelah kamar menantunya.

Gita yang mendapat pesan mertuanya sudah di berada di sini langsung membukakan pintu. Gadis itu terlihat manis dalam balutan kemeja putih dengan bawahan rok hitam. Outfit yang wajib dikenakan saat menghadiri sidang nikah polri.

Berstatus sebagai anggota polri mau tak mau menyebabkan Gita mengikuti rangkaian persyaratannya.

"Udah siap, Nak?" Gita mengangguk ditanyai demikian. "Yaudah, kita langsung berangkat aja ya. Takutnya terlamat." Namun, saat Rania mengatakan hal tersebut, Gita terdiam seolah sedang mencari seseorang.

Tetapi setelah itu dia sadar sampai kapan pun Reynald tidak akan pernah menerima pernikahan konyol ini. Apalagi sekedar menjemputnya untuk sidang nikah kali ini.

"Kamu nyari Reynald ya, Git?" tanya Rani menangkap keterdiaman calon menantunya. "Gak usah khawatir. Nanti Reynald bakal nyusul kok. Dia lagi ada sedikit kerjaan di kantor," jelas Rania menghalau segala overthinking gadis di hadapannya.

Namun, apa kalian tahu sampai sidang akan dimulai tidak ada tanda-tanda kemunculan Reynald. Gita seketika panik.

Apakah Reynal betul-betul akan mundur dari pernikahan ini? Mengingat ucapan sang calon suami yang begitu ngotot tempo hari.

Memikirkan itu mengakibatkan Gita tidak tenang. Terlebih saat kesendiriannya diperhatikan oleh pasangan lain yang saat ini juga akan mengikuti prosedur sidang B4R.

***

"Makasih, Bu. Kebayanya juga cantik," balas Gita lembut di hadapan sang mertua. Mengetahui calon istri anaknya itu menyukai kebaya yang dia pilihkan makin menambah rasa senang dan puas di hati Rania.

Bukan karena kebaya itu memiliki motif yang bagus melainkan kain yang dijahitkan susah sekali untuk didapatkan. Rania sampai harus memesan dari jauh-jauh hari untuk sidang nikah putranya dengan si calon istri.

"Untuk berkas-berkasnya udah gak ada yang ketinggalan lagi kan? Jangan sampai kita harus pulang ke rumah buat ngambilnya."

Kini giliran Reynald yang ditanya. Pria yang sekarang memakai seragam dinasnya itu sedari tadi duduk dan memperhatikan kedua wanita berbeda generasi saling berbincang.

Jauh di dalam lubuk hatinya dia masih sulit menerima keputusan Rania. Wanita yang telah melahirkannya itu entah mengapa selalu terlihat sangat bahagia ketika berhadapan dengan Mahagita Arunika, perempuan dua puluh dua tahun yang bekerja di rumah sakit keluarganya.

Meski begitu enggan dia tetap menjawab pertanyaan Rania dengan anggukan. Suara terasa mahal hanya untuk digunakan untuk hal-hal tidak berguna seperti ini.

"Pak Adi mobil udah siap kan?"

"Udah, Bu. Kalau mau berangkat sekarang, ayo." Rania tersenyum dengan kecekatan supir pribadi keluarganya itu. Tanpa menunggu lebih lama dia menyetujui kata-kata Adi yang juga tampak semangat mengantar majikan dan anak-menantu majikannya.

Hanya Reynald yang terlihat muak dengan semua ini. Terlebih ketika menatap wanita pilihan ibunya itu. Sepertinya rasa takut mengecewakan ibunya Rani lebih menjadi prioritas wanita tersebut daripada kebahagiaannya sendiri.

Dan selama perjalanan pun Reynald sama sekali tak membuka mulutnya. Dia diam seribu bahasa agar Gita tahu dia sangat tidak menyukai ini.

"Gak usah tegang ya, Nak. Gak bakal ditanya yang aneh-aneh kok."

Rania mengusap bahu Gita saat mereka sudah berada di dalam ruangan. Dia tahu calon menantunya gugup sekali menghadiri sidang nikah yang memang diperuntukkan bagi anggota polri yang hendak mempersunting wanita pilihannya.

Para peserta sidang yang hadir pun saling bercengkerama dengan pasangannya masing-masing. Berbeda dengan perilaku dingin Reynal yang begitu terang-terangan pada Gita. Bahkan, menatap wajah calon istrinya pun dia tidak mau.

Gita pun merasakan atmosfer tidak bersahabat yang tengah Reynald tunjukkan. Dia mengulum bibirnya, lagi mengutuk diri sendiri yang bisa-bisanya terjebak dalam posisi serba salah ini.

Dan selama sidang pun jawaban Reynald terkesan acuh tak acuh. Semua itu bisa Rania rasakan ketika mendengar anaknya menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh atasannya. Namun, perasaan konyol ini segera dia tepis jauh-jauh. Jangan sampai pikiran berburuk sangka tersebut merusak kebahagiaan kecilnya.

Namun, semua seolah diperjelas saat Rania hendak menghampiri calonnya menantu yang sudah keluar ruangan lebih dulu. Dimana sang calon menantu tertunduk lesu setelah berbicara dengan putra sematawayangnya tersebut.

***

Related chapters

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 03

    Rania yang duduk tidak jauh dari menantunya lantas mengedarkan pandangan. Tentu dia mencari keberadaan putranya. Tak bisa dipungkiri ruangan 5 x 5 meter yang semula kosong sekarang telah penuh terisi. Hanya Gitalah yang duduk sendirian di bangkunya. "Kemana kamu Rey. Mama kira kamu gak bakal telat buat acara sepenting ini," gerutu Rania menyesali kenapa mereka tidak berangkat berbarengan saja tadi. Ah, tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur. Arah pandangan Rania hanya tertuju ke pintu saja. Dia sangat berharap anaknya tidak akan terlambat meski sedetik saja. "Gak usah panik ya Git. Mama yakin Reynald bentar lagi datang," seru Rania saat mengetikan pesan singkat ke calon menantunya. Gita yang sudah tidak tahu mau berbuat apa cuma bisa pasrah di tempat duduknya. Dia kalut bukan main mengingat ketidaksiapan Reynald membangun rumah tangga dengannya. Bagi Gita jika seorang laki-laki sudah membuat keputusan maka dia takkan menelan ludahnya sendiri.Sebagai bentuk kegelisahan terse

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 04

    "Dinas keluar kota?" tanya Rani mengulang laporan supirnya barusan. Mendapat kabar seperti itu jelas dia terkejut padahal kemarin sang putra menyanggupi permintaannya untuk menemani Gita nyekar ke makam almarhum orangtuanya. Pun Rani mengirim Adi ke kosan calon menantunya demi mengantarkan ponsel anaknya yang tertinggal di rumah. Dia pikir mungkin Gita serta Reynald masih belum berangkat. Ternyata kabar yang dia dapatkan jauh lebih mengejutkan. "Apa Gitanya juga gak ada di kosan, Pak?" Makin beranak-pinaklah pertanyaan sang nyonya. Adi sampai menggaruk tengkuknya bingung harus menjawab seperti apa. "Pas saya ke sana tetangga Non Gita bilang Non Gitanya udah berangkat dari tadi pagi naik kereta." Jawaban Adi spontan membuat Rania berpikir keras. Sungguh dia tidak habis pikir. Naik kereta? Kemana anaknya itu sekarang? Kenapa sang putra tidak bisa mempertanggungjawabkan ucapannya? "Ini hape Mas Reynald, Bu."Rania mengambil telepon genggam pribadi yang seringkali Reynald gunakan. Li

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 05

    Tidak ada yang bisa menebak seperti apa takdir akan berjalan. Pernikahan yang semula digadang-gadang akan dilaksanakan dua bulan lagi kini berada selangkah di depan mata. Bahkan, sang calon mempelai pria pun tak menyangka bahwa ibunya akan mengambil keputusan seperti ini. Begitu pula Gita yang cukup terkejut ketika dikabari oleh mertuanya tentang tanggal pernikahannya yang dimajukan lebih awal. Dia pikir calon suaminya itu akan bersikeras meminta pada Ibunya untuk membatalkan pernikahan sebelah pihak ini. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Tepat di hadapan rumah berlantai dua ini rombongan calon pengantin pria telah berdiri, siap memasuki kediaman calon mempelai wanita dengan membawa banyak seserahan di tangan. "Mbak Gita kalau mau lihat calon suaminya bisa lewat jendela dulu aja ya. Untuk sekarang masih belum bisa. Masih dipingit," goda salah satu perias yang mendandani Gita pada malam midodareni kali ini. Wajah perias itu bersemu memandangi Gita yang sejak tadi tampak gugup

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 06

    Gita membuang napas panjang. Sudah dia duga akan jadi seperti ini. Bukannya berada di dalam kamar pengantinnya, pria bernama belakang Braga tersebut malah meninggalkan sang istri sendirian dan sekarang dia terlelap dengan nyenyaknya di atas ranjang penuh kelopak mawar yang ditata sedemikian rupa."Harusnya gak perlu kaget kan?" Monolog Gita menertawakan kebodohannya sendiri. Kepalanya yang kini menegak terus memperhatikan laju napas sang suami yang berderu sangat tenang. Berbanding terbalik dengan hatinya yang entah kenapa merasa terluka. Langit yang masih gelap gulita di luar sana meski jam sudah menunjukkan pukul empat pagi kontan memperjelas rasa benci pria ini terhadap dirinya. Bukannya Gita tidak tahu kepulangan Reynald yang seperti pencuri, mengendap-ngendap masuk dari jendela kamar yang terhubung ke balkon. Semua itu Gita saksikan dalam tidur pura-puranya. Menyedihkan sekali bukan? Hatinya cukup rapuh menerima fakta menyakitkan itu. Di tengah lamunannya terdengar suara azan

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 07

    Reynald begitu tenang mengunci mulutnya tatkala melihat bayangan sang ibu. Keterdiaman Gita semula jelas membuat dia bingung sekaligus heran sebab dari gestur perempuan itu yang hendak mendebat tiba-tiba terdiam. Beruntung dia tidak melanjutkan kalimatnya tadi. Tapi, jika itu terjadi bukankah lebih baik? Biarlah ibunya kecewa di awal yang penting pernikahan ini bisa segera berakhir. Reynald betul-betul tidak menaruh perasaan apa pun terhadap wanita yang sekarang menjadi istrinya. Pun rasa tidak sukanya bertambah saat menyadari ada yang gadis ini inginkan dari keluarganya.Sementara Rania justru menatap anak serta menantunya bergantian. Apa yang terjadi dengan dua anak manusia ini? Kenapa mereka saling menatap seperti itu. Namun, bukan itu yang jadi masalahnya sekarang. "Rey kamu nampak kunci Sedan Mama?" Pertanyaan Rania menyebabkan Rey menaikan alisnya. "Mobil yang biasa Mama pakai ternyata masih di bengkel. Adi bilang baru bisa diambil besok."Bukannya Reynald yang merasa lega men

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 08

    "Dimana jam tangannya padahal semalam ada di sini." Decakan kecil Reynald terdengar pagi ini padahal sebelum-sebelumnya dia tidak pernah merasa kesusahan seperti ini. Netra tajamnya langsung mengarah ke satu titik. Siapa lagi kalau bukan Mahagita Arunika yang sedang dia tatap sedemikian rupa. Wanita yang menggunakan kaos oblong panjang tersebut nampak fokus menata meja yang terletak di sudut ruangan.Entah apa yang wanita itu lakukan, melihatnya saja sudah membuat Rey jengkel setengah mati. Dia sudah sangat paham siapa yang mengubah tatanan barang di kamar ini. Namun, bukannya bertanya, Reynald memilih membuka lemari. Mengambil arloji berwarna silver yang dia beli dua tahun lalu. Jam mahal keluaran brand ternama. Meski tak bersuara raut sinis tetap tak mampu dia hilangkan. Sungguh dia muak dengan perempuan muda tidak tahu diri itu. Kekesalan Reynald dapat Gita sadari. Pergerakan sang suami yang tiba-tiba membuka lemari kayu jelas membuat kepala Gita otomatis mendongak lalu menghent

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 09

    Dengan langkah pelan, Reynald menggeret kakinya menuju dapur. Suasana hening malam mengisi selasar lantai dua tempat dia berpijak sekarang. Dapur bersih yang seringkali ditujukan untuk menghidangkan makanan yang sudah selesai dimasak sekarang menjadi destinasi tujuannya. Tempat yang kadang dimanfaatkan Rania untuk menyantap cemilan dan berbagai hidangan lainnya. Belum sempat menginjakan kaki di kamar, cacing-cacing di perutnya lebih dulu berbunyi minta diisi.Terlebih cuaca dingin malam hari yang membuatnya sangat lapar. Mau membangunkan Ria pun dia tidak tahu apakah sang asisten rumah tangga masih terjaga di tengah malam begini. "Apa minta tolong Pak Abdi aja buat beliin makanan di luar?" Reynald berbicara pada dirinya sendiri. Sungguh perutnya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sementara di kamar, Gita masih sibuk dengan ponselnya. Jari-jarinya lancar mengetikan huruf demi huruf, membalas pesan Tia, teman kerjanya yang saat ini mendapat jatah sift malam. Selesai membalas

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 10

    Suasana di UGD mendadak chaos sesaat setelah lima belas pasien kecelakaan lalu lintas tiba di rumah sakit Delta Medikal. Beberapa koas dan dokter yang berjaga di UGD langsung bergegas memberi pertolongan pertama kepada para korban. Kondisi pasien yang sudah berdarah-darah menjadi tontonan semua orang. Beberapa pasien rawat jalan yang sedang melintas di lobi kelihatan bergidik ngeri melihat keadaan korban luka parah akibat kecelakaan beruntun tersebut. "Tolong minggir." Begitulah suara yang terdengar di antara rintihan kesakitan para korban. Salah satu dari korban-korban kecelakaan itu ada yang sudah tidak sadarkan diri. Mungkin dialah si korban utama dalam kecelakaan ini. Petugas ambulans yang membawa korban-korban itu terlihat terburu-buru seolah tengah dikejar setan. Tidak ada ketakutan tersirat di mata mereka kala sedekat itu menyaksikan kondisi mengenaskan si korban.Sesampainya di UGD ketujuh korban luka-luka tersebut langsung ditempatkan di bilik-bilik yang memang sedang koso

Latest chapter

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 12

    Usai sudah pekerjaan Gita kali ini. Jadwal visit ke kamar-kamar pasien telah dia lakukan lima belas menit lalu. Bahkan, pekerjaannya cukup lancar sebab para penghuni kamar-kamar VIP itu tidak banyak tingkah. Mereka cenderung menyukai pelayanan yang Gita berikan. Pantas bila setiap akhir tahun penilaian kerjanya selalu memuaskan. Keramahan gadis itulah yang menjadi kunci. Berprofesi sebagai perawat sudah seharusnya kan Gita mengabdikan diri."Udah selesai sift kamu, Git?" Tiara bertanya tatkala melihat Gita keluar dari deretan kamar VIP tersebut. Kini mereka sedang berpapasan di lorong lantai lima dengan bawaan alat tempur masing-masing. "Udah, Ti. Minggu depan aku baru kebagian jaga malam," jelas Gita sangat mengingat jadwal tugasnya. "Kamu udah selesai juga?" Sekarang gantian Gita yang bertanya. Pasalnya, sang rekan terlihat hendak naik ke lantai enam belas. "Aku kebagian lembur kali ini, hehe. Gantiin cutiku yang bulan lalu." Gita mengangguk saja. Sepertinya dia harus buru-buru

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 11

    Gita terus mengaduk sotonya dengan pandangan tidak minat. Aroma harum dari makanan berkuah itu entah mengapa urung menggugah seleranya. Ibaratkan, orangnya di sini pikirannya berlarian kemana-mana. Raut masam juga terbit dari bibir mungilnya. Setidaknya, itulah yang tengah Tiara perhatikan sekarang. Dia tidak tahu kenapa rekan sejawatnya ini tidak berselera padahal sudah berjam-jam mereka tertahan di UGD. Pun es jeruk yang es-nya telah mencair sedikit demi sedikit tak mampu menarik atensi Gita. "Git, dimakan sotonya. Masa cuma diaduk-aduk aja. Ini kan bukan bubur," celetuk Tiara sesudah menyeruput soto nan kaya akan rempah itu. Kepalanya sampai menoleh ke Gita selama beberapa menit. "Iyaa, Ti." Hanya itu yang Gita ucapkan sebelum dia menyantap soto miliknya. Namun, sama saja, raut tak berselera masih mewakili ekspresinya. Tiara yang tidak puas menilik ekspresi menyebalkan Gita lantas memutar otak. Dia mencari beberapa alasan yang tepat kenapa temannya bersikap seperti ini. Apa ja

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 10

    Suasana di UGD mendadak chaos sesaat setelah lima belas pasien kecelakaan lalu lintas tiba di rumah sakit Delta Medikal. Beberapa koas dan dokter yang berjaga di UGD langsung bergegas memberi pertolongan pertama kepada para korban. Kondisi pasien yang sudah berdarah-darah menjadi tontonan semua orang. Beberapa pasien rawat jalan yang sedang melintas di lobi kelihatan bergidik ngeri melihat keadaan korban luka parah akibat kecelakaan beruntun tersebut. "Tolong minggir." Begitulah suara yang terdengar di antara rintihan kesakitan para korban. Salah satu dari korban-korban kecelakaan itu ada yang sudah tidak sadarkan diri. Mungkin dialah si korban utama dalam kecelakaan ini. Petugas ambulans yang membawa korban-korban itu terlihat terburu-buru seolah tengah dikejar setan. Tidak ada ketakutan tersirat di mata mereka kala sedekat itu menyaksikan kondisi mengenaskan si korban.Sesampainya di UGD ketujuh korban luka-luka tersebut langsung ditempatkan di bilik-bilik yang memang sedang koso

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 09

    Dengan langkah pelan, Reynald menggeret kakinya menuju dapur. Suasana hening malam mengisi selasar lantai dua tempat dia berpijak sekarang. Dapur bersih yang seringkali ditujukan untuk menghidangkan makanan yang sudah selesai dimasak sekarang menjadi destinasi tujuannya. Tempat yang kadang dimanfaatkan Rania untuk menyantap cemilan dan berbagai hidangan lainnya. Belum sempat menginjakan kaki di kamar, cacing-cacing di perutnya lebih dulu berbunyi minta diisi.Terlebih cuaca dingin malam hari yang membuatnya sangat lapar. Mau membangunkan Ria pun dia tidak tahu apakah sang asisten rumah tangga masih terjaga di tengah malam begini. "Apa minta tolong Pak Abdi aja buat beliin makanan di luar?" Reynald berbicara pada dirinya sendiri. Sungguh perutnya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sementara di kamar, Gita masih sibuk dengan ponselnya. Jari-jarinya lancar mengetikan huruf demi huruf, membalas pesan Tia, teman kerjanya yang saat ini mendapat jatah sift malam. Selesai membalas

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 08

    "Dimana jam tangannya padahal semalam ada di sini." Decakan kecil Reynald terdengar pagi ini padahal sebelum-sebelumnya dia tidak pernah merasa kesusahan seperti ini. Netra tajamnya langsung mengarah ke satu titik. Siapa lagi kalau bukan Mahagita Arunika yang sedang dia tatap sedemikian rupa. Wanita yang menggunakan kaos oblong panjang tersebut nampak fokus menata meja yang terletak di sudut ruangan.Entah apa yang wanita itu lakukan, melihatnya saja sudah membuat Rey jengkel setengah mati. Dia sudah sangat paham siapa yang mengubah tatanan barang di kamar ini. Namun, bukannya bertanya, Reynald memilih membuka lemari. Mengambil arloji berwarna silver yang dia beli dua tahun lalu. Jam mahal keluaran brand ternama. Meski tak bersuara raut sinis tetap tak mampu dia hilangkan. Sungguh dia muak dengan perempuan muda tidak tahu diri itu. Kekesalan Reynald dapat Gita sadari. Pergerakan sang suami yang tiba-tiba membuka lemari kayu jelas membuat kepala Gita otomatis mendongak lalu menghent

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 07

    Reynald begitu tenang mengunci mulutnya tatkala melihat bayangan sang ibu. Keterdiaman Gita semula jelas membuat dia bingung sekaligus heran sebab dari gestur perempuan itu yang hendak mendebat tiba-tiba terdiam. Beruntung dia tidak melanjutkan kalimatnya tadi. Tapi, jika itu terjadi bukankah lebih baik? Biarlah ibunya kecewa di awal yang penting pernikahan ini bisa segera berakhir. Reynald betul-betul tidak menaruh perasaan apa pun terhadap wanita yang sekarang menjadi istrinya. Pun rasa tidak sukanya bertambah saat menyadari ada yang gadis ini inginkan dari keluarganya.Sementara Rania justru menatap anak serta menantunya bergantian. Apa yang terjadi dengan dua anak manusia ini? Kenapa mereka saling menatap seperti itu. Namun, bukan itu yang jadi masalahnya sekarang. "Rey kamu nampak kunci Sedan Mama?" Pertanyaan Rania menyebabkan Rey menaikan alisnya. "Mobil yang biasa Mama pakai ternyata masih di bengkel. Adi bilang baru bisa diambil besok."Bukannya Reynald yang merasa lega men

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 06

    Gita membuang napas panjang. Sudah dia duga akan jadi seperti ini. Bukannya berada di dalam kamar pengantinnya, pria bernama belakang Braga tersebut malah meninggalkan sang istri sendirian dan sekarang dia terlelap dengan nyenyaknya di atas ranjang penuh kelopak mawar yang ditata sedemikian rupa."Harusnya gak perlu kaget kan?" Monolog Gita menertawakan kebodohannya sendiri. Kepalanya yang kini menegak terus memperhatikan laju napas sang suami yang berderu sangat tenang. Berbanding terbalik dengan hatinya yang entah kenapa merasa terluka. Langit yang masih gelap gulita di luar sana meski jam sudah menunjukkan pukul empat pagi kontan memperjelas rasa benci pria ini terhadap dirinya. Bukannya Gita tidak tahu kepulangan Reynald yang seperti pencuri, mengendap-ngendap masuk dari jendela kamar yang terhubung ke balkon. Semua itu Gita saksikan dalam tidur pura-puranya. Menyedihkan sekali bukan? Hatinya cukup rapuh menerima fakta menyakitkan itu. Di tengah lamunannya terdengar suara azan

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 05

    Tidak ada yang bisa menebak seperti apa takdir akan berjalan. Pernikahan yang semula digadang-gadang akan dilaksanakan dua bulan lagi kini berada selangkah di depan mata. Bahkan, sang calon mempelai pria pun tak menyangka bahwa ibunya akan mengambil keputusan seperti ini. Begitu pula Gita yang cukup terkejut ketika dikabari oleh mertuanya tentang tanggal pernikahannya yang dimajukan lebih awal. Dia pikir calon suaminya itu akan bersikeras meminta pada Ibunya untuk membatalkan pernikahan sebelah pihak ini. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Tepat di hadapan rumah berlantai dua ini rombongan calon pengantin pria telah berdiri, siap memasuki kediaman calon mempelai wanita dengan membawa banyak seserahan di tangan. "Mbak Gita kalau mau lihat calon suaminya bisa lewat jendela dulu aja ya. Untuk sekarang masih belum bisa. Masih dipingit," goda salah satu perias yang mendandani Gita pada malam midodareni kali ini. Wajah perias itu bersemu memandangi Gita yang sejak tadi tampak gugup

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 04

    "Dinas keluar kota?" tanya Rani mengulang laporan supirnya barusan. Mendapat kabar seperti itu jelas dia terkejut padahal kemarin sang putra menyanggupi permintaannya untuk menemani Gita nyekar ke makam almarhum orangtuanya. Pun Rani mengirim Adi ke kosan calon menantunya demi mengantarkan ponsel anaknya yang tertinggal di rumah. Dia pikir mungkin Gita serta Reynald masih belum berangkat. Ternyata kabar yang dia dapatkan jauh lebih mengejutkan. "Apa Gitanya juga gak ada di kosan, Pak?" Makin beranak-pinaklah pertanyaan sang nyonya. Adi sampai menggaruk tengkuknya bingung harus menjawab seperti apa. "Pas saya ke sana tetangga Non Gita bilang Non Gitanya udah berangkat dari tadi pagi naik kereta." Jawaban Adi spontan membuat Rania berpikir keras. Sungguh dia tidak habis pikir. Naik kereta? Kemana anaknya itu sekarang? Kenapa sang putra tidak bisa mempertanggungjawabkan ucapannya? "Ini hape Mas Reynald, Bu."Rania mengambil telepon genggam pribadi yang seringkali Reynald gunakan. Li

DMCA.com Protection Status