“Aku akan kesana sebagai pelanggan. Lalu akan memesan Nora. Itu jauh lebih aman. Kalian setuju dengan rencanaku?” “Y—““Tidak!” Arsyila berteriak kencang membuat semua orang menatapnya penuh keterkejutan. Bahkan beberapa perawat sampai datang untuk memeriksa keadaan mereka.“Ma-maaf, kami akan memelankan suara kami,” ucap Yerina merasa tak enak hati. Wanita itu lantas memicingkan matanya pada Arsyila yang sudah cukup sadar dengan kehebohan yang dia buat. Gadis itu menutup mulutnya. Wajahnya menunjukkan raut menyesal.“Kau tidak setuju? Kenapa? Kupikir itu rencana yang bagus.” Zhou bertanya lebih dulu. Arsyila menelan salivanya. Arsyila tau diantara mereka berempat, hanya dirinya sendiri yang tidak menyetujuinya. Arsyila melirik ke arah Reyga. Tentu saja pria itu adalah alasannya. Arsyila merasa tidak terima jika sampai Reyga disentuh oleh para wanita di Borya. Tidak, Arsyila tidak akan rela! Sayangnya tidak mungkin Arsyila akan blak-bl
“Wanita ini Nora yang Anda inginkan, Tuan:”Reyga mengedipkan matanya. Dia memang pernah mendengar jika gambar dengan wajah orang aslinya kadang sedikit berbeda. Mata kelabu itu kembali memandang wanita di depannya dari ujung kepala hingga kaki. Sungguh perbedaan itu terlalu besar.Bukan itu saja masalahnya. Nora yang ada dalam gambar itu terlihat dewasa. Tapi Nora yang ada di depannya ini, bukankah dia masih anak-anak?!“Tuan, apa Anda meragukan saya karena penampilan saya? Kalau begitu kenapa kita tidak segera masuk ke kamar saja. Saya pasti akan menunjukkan keterampilan saya.” Nora mengambil langkah maju. Mengambil kunci dari bartender dan segera menempel di lengan Reyga. Ini tangkapan besarnya. Karena jarang ada pelanggan yang mau dengannya, jadi kali ini Nora tidak akan melepaskannya. Terlebih mangsanya kali ini terlihat muda dan tampan. Satu lagi, juga kaya raya.Reyga terlihat risih saat sesuatu yang empuk menyentuh lengannya. Matanya kemba
Segalanya tidak bisa dibeli dengan uang. Tapi segalanya bisa lebih mudah tercapai dengan uang. Sekarang Arsyila tau alasan kenapa manusia harus bekerja keras mengumpulkan banyak uang selama hidupnya. Karena uang adalah salah satu bahan bakar kehidupan. Tanpa uang kehidupan tidak berjalan. Karena itulah banyak manusia-manusia yang rela melakukan apapun demi uang. Baik itu pekerjaan yang berat bahkan pekerjaan yang hina dan kotor sekalipun.Arsyila tak pernah berpikir menggunakan jalur uang sebelumnya. Atau Arsyila bisa sebut itu jalur sogokan? Suap? Yah, Arsyila cukup miskin untuk melakukannya. Karena itulah cara itu sama sekali tak terlintas dalam pikirannya. Arsyila cukup terkejut dangan jumlah nominal yang ditawarkan Reyga pada Nora. Lebih mengejutkan lagi reaksi Nora yang langsung jatuh bersujud di hadapan mereka semua.Mungkin Nora adalah pemuja uang. Pemikiran konyol Arsyila segera dipatahkan saat melihat Nora menangis sejadi-jadinya. Itu sempat membuat Arsyil
‘Plak!’Untuk seperkian detik, Arsyila kehilangan kesadarannya. Tamparan itu terjadi sangat cepat hingga Arsyila sendiri bahkan tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Begitu suara nyaring itu berakhir, rasa panas dan perih menjalari pipi kanannya. Arsyila sempat terhuyung mundur beberapa langkah. Beruntung gadis itu segera berpegangan pada kabinet dapur sehingga tidak jatuh.“Beraninya kamu memfitnah ayahmu sekeji itu!” Suara nyaring nyonya Derin menyadarkan Arsyila. Detik selanjutnya air mata telah berjatuhan dari kedua netra coklat Arsyila. Arsyila telah menyadari sepenuhnya apa yang baru saja dia terima dari ibunya.Sebuah tamparan. Untuk pertama kali dalam hidup Arsyila, Arsyila mendapatkan tamparan dari ibunya. Nyonya Derin memang kerap mengomelinya, tapi tak pernah sekalipun ibunya itu mengangkat tangan padanya. Jadi kenapa? Kenapa kali ini ibunya tega menamparnya?“Syila! Ibu, ada apa ini sebenarnya?” Reyga yang mendengar teriakan nyonya Derin segera berlari ke dapur. P
“Apa kamu baik-baik saja?” Reyga menatap Arsyila cemas. Pria itu tahu istrinya tidak baik-baik saja. Tentu saja, siapapun yang berada di posisi Arsyila sekarang pasti juga akan kacau. Wajah Arsyila terlihat pucat. Gadis itu sama sekali tak bicara apa-apa begitu keluar dari kediaman Derin.“Aku tidak apa-apa. Kita harus pergi menyelamatkan kakak dengan cepat. Jangan khawatirkan aku.” Mata coklat Arsyila terlihat hampa. Sejujurnya Arsyila masih terguncang atas pengakuan nyonya Derin. Ini tak mudah diterima olehnya. Tapi ini juga bukan waktu yang tepat untuk terpuruk. Arsyila harus menemukan Syakila, satu-satunya keluarga kandung yang Arsyila miliki dalam hidupnya.“Syila, bagaimana jika kamu kembali ke Melva Inn dan beristirahat disana? Aku janji aku akan menyelamatkan kakakmu dan membawanya dengan selamat.” Tawar Reyga setengah membujuk Arsyila. “Tidak! Aku harus ikut. Aku sungguh tidak apa-apa. Tolong jangan larang aku ikut!” tegas Arsyila benar-benar teguh pada tekadnya. Akhirnya Re
“Kakak, kamu bisa dengar aku? Kakak?” Syakila yang terbaring lemah menggeliat. Kelopak matanya sedikit terbuka. Mata ambernya menatap linglung langit-langit ruangan. Kesadarannya sepertinya belum terkumpul sepenuhnya.Arsyila menatap sekitarnya dengan panik. Ruangan ini tampak lebih terawat dari ruangan lain. Ada dua rak dorong dimana banyak peralatan medis. Lalu ada beberapa lampu besar yang biasanya ada di ruang operasi. Apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan pada Syakila di ruangan seperti ini?“Syila?” Suara lemah Syakila membuat Arsyila seketika lega. Arsyila segera memegang tangan Syakila dan terus memanggilnya.“Kakak, kita harus pergi dari sini, apa kakak bisa bangun?” tanya Arsyila berusaha membantu Syakila duduk. Namun Syakila terlihat sangat lemah. Arsyila menatap jarum infus yang menancap di tangan Syakila. Dia harus melepas infusnya sebelum mereka keluar. Tapi, bagaimana caranya?Arsyila merasa panik dan bingung. Belum ada tanda-tanda seseorang akan datang. Tapi Arsyil
“Apa kamu terluka? Kekacauan yang kita buat mungkin sudah menyebar ke tiap sudut tempat ini. Kita harus segera keluar dari sini.” Pria itu dengan cekatan melepaskan ikatan Arsyila. Menyadari kedua pipi Arsyila yang basah, ibu jarinya terangkat dan mengusap lembut jejak air mata disana. “Maafkan aku kamu pasti ketakutan.” Air mata Arsyila lagi-lagi menetes. Mendengar suara yang lembut dan hangat justru membuatnya ingin menangis lebih banyak. Rasa lega membanjiri hati Arsyila saat mata coklatnya menemukan sepasang netra kelabu yang menatapnya cemas.“Reyga,” bisik Arsyila pelan. “Syukurlah kau masih hidup,” lanjutnya dengan suara bergetar. Reyga tidak tau apa yang terjadi, tapi pria itu tak punya banyak waktu untuk berpikir. “Apa kamu bisa berdiri?” tanya Reyga segera mendapat anggukan. Reyga membantu Arsyila berdiri lalu beralih pada Syakila yang masih berbaring lemah di atas brankar.“Syakila,” panggil Reyga membuat kedua mata amber Syakila ter
Aroma darah yang menyengat. Teriakan kesakitan tuan Derin hingga suara tembakan yang memekakan telinga. Wajah pucat Zhou yang menutup matanya rapat-rapat membuat Arsyila tersentak ketakutan. Langit-langit putih. Sorot cahaya lampu yang menyilaukan hingga wajah Reyga yang menatapnya cemas. Arsyila membuka matanya lebar-lebar sambil terengah-engah. Arsyila bisa merasakan tubuhnya yang berkeringat dan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Melihat istrinya yang akhirnya membuka mata, Reyga segera memanggil para perawat. Namun belum sempat beranjak, Arsyila menggenggam tangannya kuat-kuat.“Zhou. Zhou!” Arsyila setengah berteriak dengan histeris. Mata coklatnya yang dipenuhi kengerian tampak tidak fokus. Reyga cukup terkejut. Wajahnya berubah masam. Satu tangannya bergerak menyentuh wajah pucat Arsyila, membelainya lembut. “Akhirnya kamu bangun,” sambut Reyga menatap sendu Arsyila yang terlihat kebingungan.Arsyila menatap Reyga lama. Wajah pria itu terlihat lelah. Kantung mata hitam mengga