“Wanita ini Nora yang Anda inginkan, Tuan:”
Reyga mengedipkan matanya. Dia memang pernah mendengar jika gambar dengan wajah orang aslinya kadang sedikit berbeda. Mata kelabu itu kembali memandang wanita di depannya dari ujung kepala hingga kaki. Sungguh perbedaan itu terlalu besar.Bukan itu saja masalahnya. Nora yang ada dalam gambar itu terlihat dewasa. Tapi Nora yang ada di depannya ini, bukankah dia masih anak-anak?!“Tuan, apa Anda meragukan saya karena penampilan saya? Kalau begitu kenapa kita tidak segera masuk ke kamar saja. Saya pasti akan menunjukkan keterampilan saya.” Nora mengambil langkah maju. Mengambil kunci dari bartender dan segera menempel di lengan Reyga. Ini tangkapan besarnya. Karena jarang ada pelanggan yang mau dengannya, jadi kali ini Nora tidak akan melepaskannya. Terlebih mangsanya kali ini terlihat muda dan tampan. Satu lagi, juga kaya raya.Reyga terlihat risih saat sesuatu yang empuk menyentuh lengannya. Matanya kembaSegalanya tidak bisa dibeli dengan uang. Tapi segalanya bisa lebih mudah tercapai dengan uang. Sekarang Arsyila tau alasan kenapa manusia harus bekerja keras mengumpulkan banyak uang selama hidupnya. Karena uang adalah salah satu bahan bakar kehidupan. Tanpa uang kehidupan tidak berjalan. Karena itulah banyak manusia-manusia yang rela melakukan apapun demi uang. Baik itu pekerjaan yang berat bahkan pekerjaan yang hina dan kotor sekalipun.Arsyila tak pernah berpikir menggunakan jalur uang sebelumnya. Atau Arsyila bisa sebut itu jalur sogokan? Suap? Yah, Arsyila cukup miskin untuk melakukannya. Karena itulah cara itu sama sekali tak terlintas dalam pikirannya. Arsyila cukup terkejut dangan jumlah nominal yang ditawarkan Reyga pada Nora. Lebih mengejutkan lagi reaksi Nora yang langsung jatuh bersujud di hadapan mereka semua.Mungkin Nora adalah pemuja uang. Pemikiran konyol Arsyila segera dipatahkan saat melihat Nora menangis sejadi-jadinya. Itu sempat membuat Arsyil
‘Plak!’Untuk seperkian detik, Arsyila kehilangan kesadarannya. Tamparan itu terjadi sangat cepat hingga Arsyila sendiri bahkan tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Begitu suara nyaring itu berakhir, rasa panas dan perih menjalari pipi kanannya. Arsyila sempat terhuyung mundur beberapa langkah. Beruntung gadis itu segera berpegangan pada kabinet dapur sehingga tidak jatuh.“Beraninya kamu memfitnah ayahmu sekeji itu!” Suara nyaring nyonya Derin menyadarkan Arsyila. Detik selanjutnya air mata telah berjatuhan dari kedua netra coklat Arsyila. Arsyila telah menyadari sepenuhnya apa yang baru saja dia terima dari ibunya.Sebuah tamparan. Untuk pertama kali dalam hidup Arsyila, Arsyila mendapatkan tamparan dari ibunya. Nyonya Derin memang kerap mengomelinya, tapi tak pernah sekalipun ibunya itu mengangkat tangan padanya. Jadi kenapa? Kenapa kali ini ibunya tega menamparnya?“Syila! Ibu, ada apa ini sebenarnya?” Reyga yang mendengar teriakan nyonya Derin segera berlari ke dapur. P
“Apa kamu baik-baik saja?” Reyga menatap Arsyila cemas. Pria itu tahu istrinya tidak baik-baik saja. Tentu saja, siapapun yang berada di posisi Arsyila sekarang pasti juga akan kacau. Wajah Arsyila terlihat pucat. Gadis itu sama sekali tak bicara apa-apa begitu keluar dari kediaman Derin.“Aku tidak apa-apa. Kita harus pergi menyelamatkan kakak dengan cepat. Jangan khawatirkan aku.” Mata coklat Arsyila terlihat hampa. Sejujurnya Arsyila masih terguncang atas pengakuan nyonya Derin. Ini tak mudah diterima olehnya. Tapi ini juga bukan waktu yang tepat untuk terpuruk. Arsyila harus menemukan Syakila, satu-satunya keluarga kandung yang Arsyila miliki dalam hidupnya.“Syila, bagaimana jika kamu kembali ke Melva Inn dan beristirahat disana? Aku janji aku akan menyelamatkan kakakmu dan membawanya dengan selamat.” Tawar Reyga setengah membujuk Arsyila. “Tidak! Aku harus ikut. Aku sungguh tidak apa-apa. Tolong jangan larang aku ikut!” tegas Arsyila benar-benar teguh pada tekadnya. Akhirnya Re
“Kakak, kamu bisa dengar aku? Kakak?” Syakila yang terbaring lemah menggeliat. Kelopak matanya sedikit terbuka. Mata ambernya menatap linglung langit-langit ruangan. Kesadarannya sepertinya belum terkumpul sepenuhnya.Arsyila menatap sekitarnya dengan panik. Ruangan ini tampak lebih terawat dari ruangan lain. Ada dua rak dorong dimana banyak peralatan medis. Lalu ada beberapa lampu besar yang biasanya ada di ruang operasi. Apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan pada Syakila di ruangan seperti ini?“Syila?” Suara lemah Syakila membuat Arsyila seketika lega. Arsyila segera memegang tangan Syakila dan terus memanggilnya.“Kakak, kita harus pergi dari sini, apa kakak bisa bangun?” tanya Arsyila berusaha membantu Syakila duduk. Namun Syakila terlihat sangat lemah. Arsyila menatap jarum infus yang menancap di tangan Syakila. Dia harus melepas infusnya sebelum mereka keluar. Tapi, bagaimana caranya?Arsyila merasa panik dan bingung. Belum ada tanda-tanda seseorang akan datang. Tapi Arsyil
“Apa kamu terluka? Kekacauan yang kita buat mungkin sudah menyebar ke tiap sudut tempat ini. Kita harus segera keluar dari sini.” Pria itu dengan cekatan melepaskan ikatan Arsyila. Menyadari kedua pipi Arsyila yang basah, ibu jarinya terangkat dan mengusap lembut jejak air mata disana. “Maafkan aku kamu pasti ketakutan.” Air mata Arsyila lagi-lagi menetes. Mendengar suara yang lembut dan hangat justru membuatnya ingin menangis lebih banyak. Rasa lega membanjiri hati Arsyila saat mata coklatnya menemukan sepasang netra kelabu yang menatapnya cemas.“Reyga,” bisik Arsyila pelan. “Syukurlah kau masih hidup,” lanjutnya dengan suara bergetar. Reyga tidak tau apa yang terjadi, tapi pria itu tak punya banyak waktu untuk berpikir. “Apa kamu bisa berdiri?” tanya Reyga segera mendapat anggukan. Reyga membantu Arsyila berdiri lalu beralih pada Syakila yang masih berbaring lemah di atas brankar.“Syakila,” panggil Reyga membuat kedua mata amber Syakila ter
Aroma darah yang menyengat. Teriakan kesakitan tuan Derin hingga suara tembakan yang memekakan telinga. Wajah pucat Zhou yang menutup matanya rapat-rapat membuat Arsyila tersentak ketakutan. Langit-langit putih. Sorot cahaya lampu yang menyilaukan hingga wajah Reyga yang menatapnya cemas. Arsyila membuka matanya lebar-lebar sambil terengah-engah. Arsyila bisa merasakan tubuhnya yang berkeringat dan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Melihat istrinya yang akhirnya membuka mata, Reyga segera memanggil para perawat. Namun belum sempat beranjak, Arsyila menggenggam tangannya kuat-kuat.“Zhou. Zhou!” Arsyila setengah berteriak dengan histeris. Mata coklatnya yang dipenuhi kengerian tampak tidak fokus. Reyga cukup terkejut. Wajahnya berubah masam. Satu tangannya bergerak menyentuh wajah pucat Arsyila, membelainya lembut. “Akhirnya kamu bangun,” sambut Reyga menatap sendu Arsyila yang terlihat kebingungan.Arsyila menatap Reyga lama. Wajah pria itu terlihat lelah. Kantung mata hitam mengga
“Kamu harus makan.”Arsyila menghela napas. Sedari tadi dia hanya mengaduk makanannya dan menatapnya tak berselera. Begitu Reyga mengantarnya ke kamar, pria itu terus membujuk Arsyila untuk makan. “Berikan padaku, aku akan menyuapimu.” Arsyila pasrah saat Reyga merampas sendoknya. Melihat Reyga yang bersikap biasa membuat Arsyila merasa penasaran dengan perasaan pria itu. Apakah dia tidak sedih? Apa dia tidak merasa kesal dan marah? Lalu, apa yang membuat jantungnya berdebar sekencang itu? Arsyila merasa penasaran, tapi tak bisa bertanya begitu saja.“Kenapa menatapku seperti itu?” Arsyila tersentak. Mata coklatnya berlarian menghindari tatapan suaminya.“Ti-tidak.” Diam-diam Arsyila meremas selimutnya. Sejak mereka kembali, suasana terasa canggung bagi Arsyila. Arsyila membuka mulutnya saat Reyga menyodorkan sendoknya. Arsyila memakan makananya dengan pikiran yang kembali mengembara.“Ayah, uh … maksudku orang itu, apa yang terjadi padanya?” tanya Arsyila setelah selesai memakan mak
“Dia sedang tidur. Lebih baik menemuinya nanti.”Arsyila cemberut mendengar perkataan Syakila. Lagi-lagi Arsyila menghela napasnya. Kecewa ketika dia lagi-lagi tak bisa menemui Zhou. Bahkan ketika Arsyila menawarkan diri untuk bergantian menjaganya, Reyga dan Syakila langsung menolaknya. Pada akhirnya Reygalah yang mengambil tugas berjaga. Sedang Syakila mengajaknya untuk beristirahat.“Syila aku minta maaf.”Mereka sudah berada di kamar Syakila ketika tiba-tiba Syakila meminta maaf. Arsyila mengangkat kedua alisnya. Terkejut sekaligus bingung. “Kupikir aku benar-benar egois. Aku tidak bisa lagi berpura-pura tidak tau jika kamu juga menyukainya.”“Huh?” Arsyila hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar pengakuan Syakila. Tubuhnya berubah kaku, wajah Arsyila berubah tegang. “A-apa, a-pa maksud kakak?!” Panik. Jantung Arsyila melompat-lompat tak karuan. “Zhou, kamu menyukainya.”Bagai disambar petir di hari yang terik.
Arsyila selalu merasa senang menghabiskan waktu bersama Syakila. Apalagi semenjak penculikan yang dilakukan tuan Derin terakhir kali. Arsyila jadi over protektif pada kakaknya. Arsyila terus mengekor kemanapun Syakila pergi, kecuali saat bersama Zhou tentunya. Arsyila yakin Zhou bisa menjaga kakaknya. Yah, walaupun Arsyila seringkali memprotes Zhou karena Zhou suka memonopoli Syakila. Arsyila cemburu karena waktu yang Zhou habiskan bersama Syakila lebih banyak dari dirinya. “Kakak, padahal di taman rumah kita juga memiliki bunga. Kenapa kita harus jauh-jauh datang kemari hanya untuk melihat bunga? Lagi pula bunga ini terlihat biasa saja.” Arsyila menyentuh kelopak bunga daisy dengan telunjuknya. Semalam dia sempat berdebat dengan Syakila hanya karena masalah bunga. Beberapa hari terakhir Syakila dengan keras kepala ingin pergi ke Ossy Blossom, rumah kaca terbesar di Oswald. Arsyila tentu saja menentangnya. Usia kandungan Syakila yang sudah tua membuat Arsyila merasa was-was membawa
Arsyila bangun dengan rasa pegal di seluruh tubuhnya. Rasanya seperti dia baru saja mengikuti lomba lari berpuluh-puluh kilo meter dan lomba angkat beban puluhan kilo dalam waktu bersamaan. Sebenarnya apa yang dilakukannya kemarin sampai tubuhnya sakit semua seperti ini? Terlebih, rasa tidak nyaman pada selakangannya benar-benar mengganggunya. Arsyila menggeliat dalam selimutnya. Gadis itu masih enggan untuk membuka kedua matanya yang masih berat. Arsyila berniat untuk melanjutkan tidurnya sampai sebuah suara mengejutkannya.“Kamu sudah bangun?”Seketika kedua mata Arsyila terbuka lebar. Bola mata Arsyila rasanya hampir melompat melihat sosok Reyga yang terlihat sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dengan wajah pucat, Arsyila menatap horor suaminya. Ketika Arsyila mengingat apa yang sudah terjadi semalam, gadis itu terbengong dengan wajah yang sulit dibaca.“Kamu terlihat pucat. Apa kamu merasa sakit?” Ibu jari Reyga mengusap wajah Arsyila perlahan. Pria itu terlihat cemas. Sentuhan R
“Ka-karena kita suami istri, kita harus tidur satu ranjang!”Arsyila ingat bagaimana dirinya dengan percaya diri mengatakan itu pada Reyga. Tapi kemana perginya rasa percaya dirinya itu sekarang?! Arsyila yakin Reyga pasti memandangnya sebagai gadis yang agresif. Dan juga … tak tau malu. Kenyataannya Arsyila benar-benar serakah. Tak cukup dengan meminta Reyga berjanji tak akan meninggalkannya. Selanjutnya Arsyila meminta Reyga berbagi ranjang dengannya. Setelah berbagi ranjang, mungkin selanjutnya Arsyila akan meminta ruang di hati Reyga? Entahlah, Arsyila sendiri tak bisa menahan gejolak yang ada di hatinya. Gadis itu sungguh-sungguh tergila-gila pada suaminya.Rasa ingin memiliki, rasa ingin dicintai, rasa ingin menguasai. Perasaan semacam itu terus berkembang hingga tak terbendung. Mereka mengendap di dasar kemudian tiba-tiba muncul di permukaan dengan membabi buta. Seperti tanaman eceng gondok yang dengan cepat menyelimuti seluruh permukaan sungai. Se
“Kakak, kakak cantik sekali!” puji Arsyila kesekian kalinya. Di depannya, Syakila tengah mematut dirinya di depan cermin. Dalam balutan kain warna putih, Syakila terlihat sangat anggun dengan gaun pengantin.Lima bulan telah berlalu sejak persidangan tuan dan nyonya Derin. Syakila telah melahirkan bayinya sebulan kemudian. Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan Syakila telah lahir ke dunia. Namanya Aluna, itu adalah nama yang telah diberikan Zhou untuk putri Syakila.Arsyila sendiri sudah memulai kembali kehidupan kampusnya. Arsyila keluar dari universitas Teroa, lalu berpindah ke universitas Aegyo di Oswald yang tidak begitu jauh dari rumah. Berbeda dengan saat di Teroa, di Aegyo Arsyila lebih rajin dan benar-benar fokus pada cita-citanya menjadi designer profesional.“Aluna sayang, lihat mamamu terlihat gugup sekali.” Aluna terlihat tertawa di dalam gendongan Arsyila. Bayi tiga bulan itu seolah mengerti apa yang dikatakan Arsyila.“Lihatlah, bahkan putrimu mentertawakan mamany
“Mari kita bahas perceraian kita.”Tubuh Arsyila menegang. Mata coklatnya melebar penuh keterkejutan. Persidangan tuan Derin sudah selesai, dan tak ada alasan lagi untuk mereka menunda perceraian. Arsyila bahkan sudah mempersiapkan hatinya jauh-jauh hari. Namun hatinya tetap terguncang saat kata perceraian keluar dari mulut Reyga sendiri.“Be-benar.” Sulit untuk mengendalikan perasaannya. Rasanya Arsyila ingin menangis. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Berusaha untuk menahan air mata agar tidak jatuh dari kedua matanya. Tidak, Arsyila merasa sangat tidak siap sekarang!“Syila, aku—“Suara perut Arsyila yang nyaring menginterupsi pembicaraan mereka. Arsyila menundukkan kepalanya. Wajahnya seketika memerah. Air mata lolos dari mata coklatnya. “Uhh, a-aku sangat lapar!”Ini memalukan! “Lapar! Waaa!” Karena terlanjur malu, lebih baik totalitas saja. Jika itu bisa menghentikan perceraianannya, Arsyila pasti rela melakukannya. Arsyila menangis keras seperti anak-anak. Berti
“Kak Reyga, kakak jadi lebih tampan!”“Aku rindu kak Reyga!”“Kak Reyga, mana permen yang kakak janjikan bulan lalu?!”“Kak Reyga, ayo menikah denganku!”Reyga hanya tertawa menanggapi anak-anak yang mengerubunginya. Suasana hati pria itu terlihat bagus. Ekspresi senangnya berbanding terbalik dengan wajah yang ditunjukan Arsyila sekarang. Gadis itu terlihat masam dan semakin masam. Tanpa disadari Arsyila, bibirnya telah cemberut melihat para anak perempuan centil yang menggoda suaminya.Mereka hanya anak-anak. Benar, mereka hanya anak-anak!Arsyila berusaha menenangkan hatinya. Sedikit konyol memikirkan dirinya yang merasa cemburu hanya karena anak kecil. Tapi begitu melihat salah satu anak perempuan yang berusia sekitar tujuh tahun mencium pipi suaminya, Arsyila tak bisa lagi mempertahankan ketenangannya. Tidak, dia tak bisa diam saja! Arsyila tak bisa membiarkan ini lebih lama!Anak-anak itu bukan sekedar anak-anak kec
Hakim telah menjatuhkan hukuman untuk Tuan dan Nyonya Derin atas kasus penculikan anak. Dua belas tahun penjara untuk Nyonya Derin. Sedang tuan Derin mendapatkan hukuman dua kali lipat dari istrinya karena kejahatan berlapis yang dilakukannya. Semua orang hadir, termasuk Nora dan Yerina yang datang sebagai saksi.Borya telah ditutup. Reyga memberikan tempat kerja yang layak untuk para mantan pekerja Borya. Beberapa orang mengikutinya, sedang beberapa seperti Yerina menolak tawaran pekerjaan yang telah diberikan Reyga. Yerina lebih suka memilih sendiri jalannya.Arsyila menatap tuan dan nyonya Derin. Mereka berdua tampak lebih kurus dari yang terakhir Arsyila lihat. Arsyila tak akan bisa melupakan kejahatan yang telah diperbuat tuan Derin terhadap kakaknya dan dirinya. Jadi sampai kapan pun Arsyila tak akan bisa memaafkan pria paruh baya itu. Bahkan setelah semua ini tak ada sedikit pun raut bersalah di wajah tuan Derin.Berbeda dari tuan Derin, Arsyila bis
Malam itu Arsyila dan Syakila tidur di kamar nyonya Sisilia. Berkumpul dalam selimut yang sama merayakan kembalinya keluarga mereka. Syakila dan nyonya Sisilia terlihat sudah jauh berlayar dalam alam mimpinya, berbeda dengan Arsyila yang masih terjaga. Sekeras apapun Arsyila berusaha menutup matanya, gadis itu sama sekali tak bisa terlelap. Hatinya terasa tidak tenang. Kantuk sama sekali tak menghampirinya. Ini sudah lewat tengah malam. Tapi kedua matanya justru semakin segar. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagianya karena akhirnya dia bisa berkumpul bersama kakak dan ibu kandungnya. Tapi ternyata Arsyila tidak sepenuhnya merasa demikian. Arsyila merasa senang, tentu saja. Tapi disaat yang sama Arsyila juga merasa gelisah. Ini tentang hubungannya dengan Reyga. Setelah hari ini, Arsyila tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan dari hubungan mereka.Mendesah dengan frustasi. Arsyila pikir dirinya tidak bisa berdiam diri seperti ini. Arsyila akhirny
“A-apa ini?” Arsyila menatap amplop coklat di tangannya dengan wajah kebingungan. Begitu dirinya dan Syakila datang dan ikut berkumpul, Reyga sama sekali tak menjelaskan apa-apa. Pria itu justru memanggil Roby yang membawa beberapa tumpukan dokumen. Amplop coklat yang ada di tangan Arsyila saat ini adalah salah satunya.Arsyila mengedarkan tatapannya pada semua orang yang ada di ruangan itu. Arsyila bisa menangkap raut tegang dari semua wajah itu. Tak terkecuali Reyga, bahkan nyonya Sisilia juga. Mata amber nyonya Sisilia terlihat berkaca-kaca. Wanita paruh baya itu terlihat menahan berbagai emosi dalam dirinya. Ketika Arsyila melihat kakaknya, dia cukup heran dengan sikap tenang sang kakak. Tidakkah Syakila juga merasa bingung dengan situasi yang mereka hadapi sekarang? Bagaimana kakaknya bisa setenang itu? Arsyila bertanya-tanya dalam hatinya.“Aku tau kamu pasti merasa bingung. Jadi bukalah itu, itu adalah kebenaran yang harus kamu ketahui.”“Kebenaran?