Arsyila melamun menatap piring kosong di depannya. Arsyila ingat piring itu sebelumnya berisi chicken cordon blue dengan keju meleleh ketika Arsyila mencoba memotongnya. Itu sangat lezat saat dibayangkan. Tapi chicken cordon bluenya telah raib sekarang. Arsyila menatap piringnya dengan menyesal. Harusnya Arsyila memakannya pelan-pelan. Bahkan Arsyila sudah lupa bagaimana rasa makananya. Apakah tadi itu enak? Begitu Arsyila ingin merasakan makanannya, gadis itu sadar telah menelan potongan terakhir dari makanannya.
“Apa kau mau tambah?” tawar Zhou yang sedari tadi memperhatikan Arsyila meratapi piring kosongnya. Arsyila mengapresiasi kepekaan Zhou, tapi tentu saja dia dengan cepat menolaknya. Zhou pasti berpikir Arsyila adalah babi gemuk yang makan dengan porsi besar. Lebih buruk lagi, makanan itu Zhou yang membayarnya.“Tidak masalah jika kau ingin tambah.” tawar Zhou lagi sedikit membuat Arsyila tergiur. Arsyila yakin masih ada tempat kosong di perutnya.“Apa yang kau lakukan? Cepatlah! Jangan membuat tamu menunggu!” teriak Nora mendorong Arsyila ke bar, dimana tamu yang Nora maksud sedang duduk sambil minum di sana.“Saki sudah disini. Aku akan pergi sekarang!” seru Nora pada bartender sebelum pergi meninggalkan Arsyila. Arsyila sempat menahan Nora, tapi Nora menatap Arsyila jengkel dan bingung. Tentu saja, bagi mereka ini adalah pekerjaan rutin yang biasa mereka lakukan. Dan semua orang sedang sibuk sekarang. Jadi, Apa yang dilakukan Arsyila terlihat seperti sedang mangganggu pekerjaan Nora.Arsyila yang ditinggalkan sendiri, berdiri kaku sambil meremas ujung celana pendeknya. Bohong jika Arsyila bisa tenang di situasinya yang sekarang. Bartender memberi isyarat pada Arsyila untuk mendekat. “Nah, Saki, ini Mr. Ji. Setelah melihat potretmu, dia merasa tertarik padamu. Jadi, layani dia dengan baik.” Bartender itu tersenyum memperkenalkan seorang pria tua botak dengan gelambir di perut. Pria itu tersenyum
“Apa kau sudah tidak waras?! Atau kau bodoh?!”Arsyila tercengang. Dalam sekejap Yerina mengurung Arsyila di dinding. Arsyila mengedipkan kedua matanya. Kemudian bersiap dengan bentakan berikutnya.“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak kembali kan?! Jika tadi aku tidak datang, apa kau bisa bayangkan apa yang terjadi padamu?!” Nada suara Yerina lebih tinggi. Sebelumnya Arsyila merasa waspada dan takut. Tapi kini semua perasaan itu telah luntur sepenuhnya. Yerina mengkhawatirkannya. Mengetahui fakta itu membuat Arsyila merasa lega.“Maafkan aku,” ucap Arsyila lirih. “ … dan terimakasih,” lanjutnya tersenyum tipis. Melihat respon Arsyila, wajah Yerina semakin mengeras.“Apa kau tidak sadar, aku sedang memarahimu sekarang!” Yerina memasang wajah yang mengerikan. Arsyila mungkin akan ketakutan seperti sebelumnya seandainya dia tidak tahu jika Yerina sebenarnya peduli padanya. Tentu saja. Jika tidak, saat ini bukan Yerina yang akan terkunci bersamanya
Setelah dari Borya, Arsyila dan Zhou beristirahat di salah satu pondok yang dibangun di taman. Setelah menghabiskan roti dagingnya, Arsyila menyandarkan kepala di dinding pondok sambil menutup mata. Zhou berbaring di samping Arsyila. Pria itu sudah sedari tadi terlelap.“Bus terakhir menuju Belgum berangkat sebelum pukul enam sore. Itu artinya tak ada pilihan lain selain menginap di sini. Kau bisa menginap di rumah orang tuamu. Tapi, apakah kau diijinkan pulang malam? Lalu aku memiliki kerabat di sini, tapi aku tak ingin bertemu mereka apalagi menumpang di rumah mereka lagi.” Ucapan Zhou beberapa saat yang lalu terngiang di kepala Arsyila.Arsyila tidak mungkin menginap ke rumah orang tuanya. Tidak, tidak setelah statusnya kini menjadi istri orang. Terlebih perjalanannya ke Aston tak diketahui siapapun, termasuk suaminya. Itu adalah sesuatu yang tidak Zhou ketahui tentang Arsyila. Zhou masih menganggap Arsyila adalah seorang anak gadis yang masih bebas keluar masu
Sebuah wahana yang cukup besar dengan banyak kuda poni yang berjalan berputar berlawanan arah jarum jam itu menarik perhatian Arsyila. Sepasang mata Arsyiila menatapnya cukup lama. Arsyila melihat orang-orang yang naik ke sana tertawa dengan gembira. Itu terlihat menyenangkan.“Itu komedi putar, apa kau tak pernah melihatnya?” tanya Zhou kembali merasa heran. Arsyila menggelengkan kepala.“Apa aku boleh naik itu?” tanya Arsyila polos menunjuk komedi putar.“Tentu saja.” Arsyila bersorak senang. “Tapi sebelum itu, kau harus bertanggung jawab pada semua makananmu,” lanjut Zhou melunturkan kesenangan Arsyila. Zhou kembali berjalan ke tempat yang lebih nyaman. Arsyila kembali mengikutinya dengan wajah cemberut.Suasana hati Arsyila dengan cepat membaik begitu memakan jajanan yang dibelinya. Semuanya terasa enak. Sayangnya itu tak berlangsung lama. Arsyila tak pernah berpikir semua makanan itu tak akan muat di perutnya. Saat Arsyila mengeluh karena ter
Arsyila yang terkesiap segera mengangkat kepalanya ketika suara sorak sorai para pengunjung pasar malam terdengar riuh bersamaan dengan suara kembang api yang baru diluncurkan. Zhou yang duduk di depan Arsyila tampak melihat keluar jendela. Ledakan kembang api yang berwarna warni menghiasi langit malam terlihat begitu memukau.Arsyila menatap Zhou dalam diam. Memperhatikan ekspresi wajahnya yang masih terlihat tenang. Jantung Arsyila berdebar keras saat netra hitam Zhou akhirnya balas menatapnya. Rasa gugup kembali menyerang Arsyila. Kali ini bukan karena bianglala, tapi menunggu jawaban Zhou membuatnya tegang.“Ah, karena bunyi kembang api aku jadi tidak mendengarmu tadi. Bisa kau ulangi apa yang kau katakan?” Arsyila terdiam. Perasaan getir merayapi hatinya. Rasanya Arsyila tak bisa lagi mengulangi kata-katanya. Sisa keberaniannya telah lenyap bersamaan dengan lenyapnya kilau kembang api di udara.“Aku … aku suka kembang apinya,” dusta Arsyil
“Bagaimana bisa kau berikan barang berharga seperti itu dengan mudahnya?!”Arsyila tersentak saat Yerina mengguncang bahunya dan berteriak padanya. Wajah Yerina merah padam sepenuhnya. Suara yang bergetar menyembunyikan emosi yang kental. Sepasang matanya yang memerah menatap tajam Arsyila. Dalam kemarahan, air matanya mulai beruraian. “Apa yang kau lakukan?! Tak taukah kau kakakmu bekerja mati-matian untuk mendapatkan benda di tanganmu itu?! Bagaimana kau bisa memberikannya pada orang lain dengan mudah?!”“Aku …” Arsyila tak bisa berkata-kata. Gadis itu terlalu terkejut dengan reaksi Yerina. Arsyila tidak mengerti kenapa Yerina terlihat begitu marah. “Ini ….” Arsyila terkejut saat Yerina mengambil cincin emas itu darinya. “Apa kau tau apa yang dikatakannya saat dia membeli cincin itu?” tanya Yerina. Arsyila bisa merasakan amarah Yerina yang mencair perlahan. Dari pada kemarahan, sorot mata Yerina lebih menyiratkan kepedihan.“Dia berk
Malam itu Arsyila tidur bersama Yerina di kasur wanita itu. Sedang Zhou tidur di sofa ruang tamu. Arsyila bersyukur dirinya tak harus menginap ke rumah orang tuanya ataupun kedinginan di luar sana. Sejak pertemuannya dengan Yerina, Arsyila tau bahwa Yerina adalah orang yang hangat. Namun di beberapa keadaan dia bisa berubah tegas dan mengerikan saat dia marah. Kerinduan Arsyila pada Syakila sedikit terobati saat bersama Yerina. Itu mungkin karena pelukan Yerina sama hangatnya dengan pelukan sang kakak. Selain pelukan, Yerina juga dengan sabar menjawab setiap pertanyaan Arsyila.Dari Yerina Arsyila jadi mengetahui sisi lain yang dimiliki Syakila. Kesulitan-kesulitan yang Syakila alami di Borya, hingga kecerobohan Syakila yang kehabisan pil kontrasepsi hingga membuatnya hamil diluar rencana. Benar, selain Arsyila dan Reyga, Yerina juga mengetahui kehamilan Syakila. Saat itu Yerina cukup sibuk dengan masalah keluarganya hingga dia kurang memperhatikan Syakila. Itulah kenapa sa
Arsyila menelan ludahnya. Atmosfer di sekitarnya terasa dingin. Ini seperti salah satu adegan dalam novel dimana dua orang pria memperebutkan seorang wanita. Tidak, ini berbeda. Apa yang terjadi dalam novel itu terlihat sangat romantis, tapi kenyataan yang dihadapi Arsyila sekarang membuatnya sedikit frustasi.“Zhou … Re-Reyga …” panggil Arsyila tak dipedulikan kedua pria itu. Dua orang pria itu masih berusaha menarik tubuh Arsyila. Melakukan perdebatan melalui tatapan mata. Tak ada tanda-tanda salah satu diantara mereka mau mengalah untuk melepaskannya.“Apa yang kalian lakukan? Tidaklah kalian lihat Syila jadi kebingungan?!” teriak Olla baru membuat Reyga dan Zhou melepaskan Arsyila. Ini pertama kalinya Arsyila merasa bersyukur dengan kehadiran Olla. Olla bisa menjadi penengah diantara mereka.Zhou dan Reyga diam saat Olla mengomeli mereka berdua. Sejujurnya pemandangan ini sedikit lucu. Tapi ini bukan waktunya untuk Arsyila tertawa. Arsyila menatap Zho
Arsyila selalu merasa senang menghabiskan waktu bersama Syakila. Apalagi semenjak penculikan yang dilakukan tuan Derin terakhir kali. Arsyila jadi over protektif pada kakaknya. Arsyila terus mengekor kemanapun Syakila pergi, kecuali saat bersama Zhou tentunya. Arsyila yakin Zhou bisa menjaga kakaknya. Yah, walaupun Arsyila seringkali memprotes Zhou karena Zhou suka memonopoli Syakila. Arsyila cemburu karena waktu yang Zhou habiskan bersama Syakila lebih banyak dari dirinya. “Kakak, padahal di taman rumah kita juga memiliki bunga. Kenapa kita harus jauh-jauh datang kemari hanya untuk melihat bunga? Lagi pula bunga ini terlihat biasa saja.” Arsyila menyentuh kelopak bunga daisy dengan telunjuknya. Semalam dia sempat berdebat dengan Syakila hanya karena masalah bunga. Beberapa hari terakhir Syakila dengan keras kepala ingin pergi ke Ossy Blossom, rumah kaca terbesar di Oswald. Arsyila tentu saja menentangnya. Usia kandungan Syakila yang sudah tua membuat Arsyila merasa was-was membawa
Arsyila bangun dengan rasa pegal di seluruh tubuhnya. Rasanya seperti dia baru saja mengikuti lomba lari berpuluh-puluh kilo meter dan lomba angkat beban puluhan kilo dalam waktu bersamaan. Sebenarnya apa yang dilakukannya kemarin sampai tubuhnya sakit semua seperti ini? Terlebih, rasa tidak nyaman pada selakangannya benar-benar mengganggunya. Arsyila menggeliat dalam selimutnya. Gadis itu masih enggan untuk membuka kedua matanya yang masih berat. Arsyila berniat untuk melanjutkan tidurnya sampai sebuah suara mengejutkannya.“Kamu sudah bangun?”Seketika kedua mata Arsyila terbuka lebar. Bola mata Arsyila rasanya hampir melompat melihat sosok Reyga yang terlihat sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dengan wajah pucat, Arsyila menatap horor suaminya. Ketika Arsyila mengingat apa yang sudah terjadi semalam, gadis itu terbengong dengan wajah yang sulit dibaca.“Kamu terlihat pucat. Apa kamu merasa sakit?” Ibu jari Reyga mengusap wajah Arsyila perlahan. Pria itu terlihat cemas. Sentuhan R
“Ka-karena kita suami istri, kita harus tidur satu ranjang!”Arsyila ingat bagaimana dirinya dengan percaya diri mengatakan itu pada Reyga. Tapi kemana perginya rasa percaya dirinya itu sekarang?! Arsyila yakin Reyga pasti memandangnya sebagai gadis yang agresif. Dan juga … tak tau malu. Kenyataannya Arsyila benar-benar serakah. Tak cukup dengan meminta Reyga berjanji tak akan meninggalkannya. Selanjutnya Arsyila meminta Reyga berbagi ranjang dengannya. Setelah berbagi ranjang, mungkin selanjutnya Arsyila akan meminta ruang di hati Reyga? Entahlah, Arsyila sendiri tak bisa menahan gejolak yang ada di hatinya. Gadis itu sungguh-sungguh tergila-gila pada suaminya.Rasa ingin memiliki, rasa ingin dicintai, rasa ingin menguasai. Perasaan semacam itu terus berkembang hingga tak terbendung. Mereka mengendap di dasar kemudian tiba-tiba muncul di permukaan dengan membabi buta. Seperti tanaman eceng gondok yang dengan cepat menyelimuti seluruh permukaan sungai. Se
“Kakak, kakak cantik sekali!” puji Arsyila kesekian kalinya. Di depannya, Syakila tengah mematut dirinya di depan cermin. Dalam balutan kain warna putih, Syakila terlihat sangat anggun dengan gaun pengantin.Lima bulan telah berlalu sejak persidangan tuan dan nyonya Derin. Syakila telah melahirkan bayinya sebulan kemudian. Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan Syakila telah lahir ke dunia. Namanya Aluna, itu adalah nama yang telah diberikan Zhou untuk putri Syakila.Arsyila sendiri sudah memulai kembali kehidupan kampusnya. Arsyila keluar dari universitas Teroa, lalu berpindah ke universitas Aegyo di Oswald yang tidak begitu jauh dari rumah. Berbeda dengan saat di Teroa, di Aegyo Arsyila lebih rajin dan benar-benar fokus pada cita-citanya menjadi designer profesional.“Aluna sayang, lihat mamamu terlihat gugup sekali.” Aluna terlihat tertawa di dalam gendongan Arsyila. Bayi tiga bulan itu seolah mengerti apa yang dikatakan Arsyila.“Lihatlah, bahkan putrimu mentertawakan mamany
“Mari kita bahas perceraian kita.”Tubuh Arsyila menegang. Mata coklatnya melebar penuh keterkejutan. Persidangan tuan Derin sudah selesai, dan tak ada alasan lagi untuk mereka menunda perceraian. Arsyila bahkan sudah mempersiapkan hatinya jauh-jauh hari. Namun hatinya tetap terguncang saat kata perceraian keluar dari mulut Reyga sendiri.“Be-benar.” Sulit untuk mengendalikan perasaannya. Rasanya Arsyila ingin menangis. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Berusaha untuk menahan air mata agar tidak jatuh dari kedua matanya. Tidak, Arsyila merasa sangat tidak siap sekarang!“Syila, aku—“Suara perut Arsyila yang nyaring menginterupsi pembicaraan mereka. Arsyila menundukkan kepalanya. Wajahnya seketika memerah. Air mata lolos dari mata coklatnya. “Uhh, a-aku sangat lapar!”Ini memalukan! “Lapar! Waaa!” Karena terlanjur malu, lebih baik totalitas saja. Jika itu bisa menghentikan perceraianannya, Arsyila pasti rela melakukannya. Arsyila menangis keras seperti anak-anak. Berti
“Kak Reyga, kakak jadi lebih tampan!”“Aku rindu kak Reyga!”“Kak Reyga, mana permen yang kakak janjikan bulan lalu?!”“Kak Reyga, ayo menikah denganku!”Reyga hanya tertawa menanggapi anak-anak yang mengerubunginya. Suasana hati pria itu terlihat bagus. Ekspresi senangnya berbanding terbalik dengan wajah yang ditunjukan Arsyila sekarang. Gadis itu terlihat masam dan semakin masam. Tanpa disadari Arsyila, bibirnya telah cemberut melihat para anak perempuan centil yang menggoda suaminya.Mereka hanya anak-anak. Benar, mereka hanya anak-anak!Arsyila berusaha menenangkan hatinya. Sedikit konyol memikirkan dirinya yang merasa cemburu hanya karena anak kecil. Tapi begitu melihat salah satu anak perempuan yang berusia sekitar tujuh tahun mencium pipi suaminya, Arsyila tak bisa lagi mempertahankan ketenangannya. Tidak, dia tak bisa diam saja! Arsyila tak bisa membiarkan ini lebih lama!Anak-anak itu bukan sekedar anak-anak kec
Hakim telah menjatuhkan hukuman untuk Tuan dan Nyonya Derin atas kasus penculikan anak. Dua belas tahun penjara untuk Nyonya Derin. Sedang tuan Derin mendapatkan hukuman dua kali lipat dari istrinya karena kejahatan berlapis yang dilakukannya. Semua orang hadir, termasuk Nora dan Yerina yang datang sebagai saksi.Borya telah ditutup. Reyga memberikan tempat kerja yang layak untuk para mantan pekerja Borya. Beberapa orang mengikutinya, sedang beberapa seperti Yerina menolak tawaran pekerjaan yang telah diberikan Reyga. Yerina lebih suka memilih sendiri jalannya.Arsyila menatap tuan dan nyonya Derin. Mereka berdua tampak lebih kurus dari yang terakhir Arsyila lihat. Arsyila tak akan bisa melupakan kejahatan yang telah diperbuat tuan Derin terhadap kakaknya dan dirinya. Jadi sampai kapan pun Arsyila tak akan bisa memaafkan pria paruh baya itu. Bahkan setelah semua ini tak ada sedikit pun raut bersalah di wajah tuan Derin.Berbeda dari tuan Derin, Arsyila bis
Malam itu Arsyila dan Syakila tidur di kamar nyonya Sisilia. Berkumpul dalam selimut yang sama merayakan kembalinya keluarga mereka. Syakila dan nyonya Sisilia terlihat sudah jauh berlayar dalam alam mimpinya, berbeda dengan Arsyila yang masih terjaga. Sekeras apapun Arsyila berusaha menutup matanya, gadis itu sama sekali tak bisa terlelap. Hatinya terasa tidak tenang. Kantuk sama sekali tak menghampirinya. Ini sudah lewat tengah malam. Tapi kedua matanya justru semakin segar. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagianya karena akhirnya dia bisa berkumpul bersama kakak dan ibu kandungnya. Tapi ternyata Arsyila tidak sepenuhnya merasa demikian. Arsyila merasa senang, tentu saja. Tapi disaat yang sama Arsyila juga merasa gelisah. Ini tentang hubungannya dengan Reyga. Setelah hari ini, Arsyila tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan dari hubungan mereka.Mendesah dengan frustasi. Arsyila pikir dirinya tidak bisa berdiam diri seperti ini. Arsyila akhirny
“A-apa ini?” Arsyila menatap amplop coklat di tangannya dengan wajah kebingungan. Begitu dirinya dan Syakila datang dan ikut berkumpul, Reyga sama sekali tak menjelaskan apa-apa. Pria itu justru memanggil Roby yang membawa beberapa tumpukan dokumen. Amplop coklat yang ada di tangan Arsyila saat ini adalah salah satunya.Arsyila mengedarkan tatapannya pada semua orang yang ada di ruangan itu. Arsyila bisa menangkap raut tegang dari semua wajah itu. Tak terkecuali Reyga, bahkan nyonya Sisilia juga. Mata amber nyonya Sisilia terlihat berkaca-kaca. Wanita paruh baya itu terlihat menahan berbagai emosi dalam dirinya. Ketika Arsyila melihat kakaknya, dia cukup heran dengan sikap tenang sang kakak. Tidakkah Syakila juga merasa bingung dengan situasi yang mereka hadapi sekarang? Bagaimana kakaknya bisa setenang itu? Arsyila bertanya-tanya dalam hatinya.“Aku tau kamu pasti merasa bingung. Jadi bukalah itu, itu adalah kebenaran yang harus kamu ketahui.”“Kebenaran?