Arsyila menelan ludahnya. Atmosfer di sekitarnya terasa dingin. Ini seperti salah satu adegan dalam novel dimana dua orang pria memperebutkan seorang wanita. Tidak, ini berbeda. Apa yang terjadi dalam novel itu terlihat sangat romantis, tapi kenyataan yang dihadapi Arsyila sekarang membuatnya sedikit frustasi.
“Zhou … Re-Reyga …” panggil Arsyila tak dipedulikan kedua pria itu. Dua orang pria itu masih berusaha menarik tubuh Arsyila. Melakukan perdebatan melalui tatapan mata. Tak ada tanda-tanda salah satu diantara mereka mau mengalah untuk melepaskannya.“Apa yang kalian lakukan? Tidaklah kalian lihat Syila jadi kebingungan?!” teriak Olla baru membuat Reyga dan Zhou melepaskan Arsyila. Ini pertama kalinya Arsyila merasa bersyukur dengan kehadiran Olla. Olla bisa menjadi penengah diantara mereka.Zhou dan Reyga diam saat Olla mengomeli mereka berdua. Sejujurnya pemandangan ini sedikit lucu. Tapi ini bukan waktunya untuk Arsyila tertawa. Arsyila menatap ZhoTanpa disadari Arsyila, air mata sudah berjatuhan dari kedua netra coklatnya. Dihadapannya sosok nyonya Sisilia menatapnya lama. Nyonya Sisilia memiliki mata amber yang sangat cantik seperti Syakila. Entah karena sangat merindukan kakaknya atau karena melihat nyonya Sisilia yang setelah sekian lama akhirnya membuka mata, Arsyila merasakan perasaan bahagia luar biasa. “Syila?” Arsyila tersentak, cepat-cepat mengusap air matanya begitu sadar. Reyga menatapnya cemas. Arsyila berusaha tersenyum dan menata hatinya. Ini pertama kalinya nyonya Sisilia melihatnya, jadi Arsyila harus memberikan kesan sebaik mungkin.“Maaf, Anda pasti terkejut. Nyonya Sisilia, perkenalkan, nama saya Arsyila. Saya datang ke rumah ini tiga bulan yang lalu sebagai istri Reyga. Saya adalah menantu Anda. Jadi, saya harap Anda tidak keberatan jika saya memanggil Anda Ibu.” Arsyila dengan lembut menyentuh punggung tangan nyonya Sisilia yang tidak ditempeli infus. Gadis itu menunjukkan se
Mata coklat Arsyila berkaca-kaca. Arsyila merasa senang. Sangat-sangat senang saat bibi Esti mengatakan nyonya Sisilia akan pulih dengan cepat. Beberapa hari yang lalu Arsyila dikejutkan dengan gerakan tangan nyonya Sisilia. Meski Arsyila bilang itu tangan, sebenarnya hanya beberapa jari nyonya Sisilia saja yang bergerak. Itu pun hanya gerakan kecil yang patah-patah. Tapi jari-jari itu bisa bergerak lebih banyak sekarang. “Ibu, Ibu pasti akan segera sembuh. Pasti!” ucap Sisilia dengan yakin berjongkok di depan nyonya Sisilia. Sejak dua hari lalu, setelah sarapan dan melemaskan badan, nyonya Sisilia mulai dibawa keluar dengan kursi roda. Sinar matahari yang hangat dan suasana yang berbeda akan membuat membuat perasaan pasien nyaman. Itu juga bisa mengurangi stress pasien. Itulah yang dikatakan Bibi Esti. Jadi setiap pagi, Arsyila rajin membawa nyonya Sisilia keluar. Hari ini Arsyila membawa nyonya Sisilia ke taman belakang. Ada beberapa bunga yang sengaja ditanam
Arsyila bangun pagi-pagi buta. Gadis itu berdandan lebih lama dari biasanya. Itu karena hari ini Arsyila harus menjadi sosok Saki yang lebih sempurna. Arsyila memakai softlen warna amber dan memasang wig hitam. Arsyila bahkan mengambil sepatu yang memiliki hak paling tinggi untuk menutupi kekurangannya. Benar, hal yang paling terlihat jelas adalah perbedaan tinggi Arsyila dengan sang kakak dan sosok Saki.Arsyila mematut dirinya di depan cermin. Apakah dirinya sudah mirip setidaknya separuh dari Saki? Entahlah, Arsyila tidak yakin. Tapi, yang jelas dia harus terlihat sempurna untuk kesuksesan rencana ini.Zhou datang lebih awal menjemput Arsyila di asramanya. Mereka makan roti daging dalam perjalanan dan menghabiskan perjalanan mereka tanpa banyak bicara. Tak hanya Arsyila yang terlihat tegang. Zhou juga tampak banyak pikiran. Sering kali Zhou menatap Arsyila, bibirnya bererak-gerak seperti ingin bicara. Tapi pada akhirnya tak ada apapun yang dikatakannya.
Jantung Arsyila serasa jatuh ke tanah. Wajahnya segera memucat. Bola mata Arsyila sempat bergetar. Rasanya sangat sulit bagi Arsyila mengangkat wajahnya. Tidak. Apa orang di depannya baru saja mengatakan jika Arsyila bukanlah Saki? Apa itu artinya Arsyila ketahuan? Apa penyamaran Arsyila terungkap?Situasi ini sebenarnya sudah disiapkan Arsyila sebelumnya. Meski begitu, ini tetap saja mengguncangnya. Baru saja Arsyila masuk dan orang itu langsung mengenalinya. Bukankah orang itu sangat pintar? Bahkan orang-orang di Borya tak ada yang mengenali Arsyila, kecuali Yerina.Tidak, tunggu … mungkin saja ini jebakan?Memberanikan diri Arsyila mengangkat wajahnya. Arsyila berusaha mengendalikan dirinya dengan cepat. Tenang. Harus tenang. Otak Arsyila selalu berhenti bekerja kala dirinya panik dan itu tidak akan membantunya sama sekali. Arsyila sudah menyiapkan ini jauh-jauh hari. Gadis itu juga sudah menyiapkan dirinya seandainya hal ini terjadi.“Kenapa Anda bilang seperti itu? Padahal saya s
Arsyila menjatuhkan wajahnya. Gadis itu menatap kosong ubin yang ada di bawah telapak tangannya. “Mustahil …. Kakak … kakak,” racau Arsyila dengan bibir yang bergetar. Tatapannya begitu hampa, namun air matanya terus berjatuhan dari sepasang matanya.“Ke-kenapa?” Arsyila kembali mendongak. Keputusasaan tergambar jelas dalam bola matanya. Tuan Derin berjongkok, menyamankan tingginya dengan Arsyila.“Menurutmu bagaimana selama ini kau bisa makan enak dan hidup berkecukupan? Semuanya ada harganya, Syila. Kila melakukannya demi keluarga. Dia melakukan ini untuk melindungi adik tercintanya,” ucap tuan Derin lebih lembut dan membelai kepala Arsyila. Namun kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti belati yang menikam hati Arsyila.“Apa maksudnya?” Air mata terus meleleh dari sepasang matanya. Arsyila tidak tau dengan siapa saat ini dirinya berbicara. Apa benar orang yang ada di depan matanya saat ini adalah ayahnya? atau dia adalah iblis yang meminjam wajah san
“Kau tau dimana Saki?” Yerina bertanya dengan panik pada bartender. Setelah melayani tamunya, Yerina segera berlari mencari Arsyila.“Aku melihat managernya membawanya,” jawab bartender itu tampak acuh tak acuh.“Kemana?!”“Mana aku tau.” Bartender itu terlihat tak ingin repot-repot menanggapi Yerina. Yerina berdecak kesal. Merasa sangat cemas dan gelisah. Yerina yakin sebelumnya Arsyila pasti berada di ruangan manager. Jadi Yerina pergi kesana dengan tergesa. Begitu sampai di depan pintu, Yerina terlihat ragu. Itu adalah ruangan khusus yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Hanya para manager dan atasan yang bisa keluar masuk dengan bebas. Pekerja biasa sepertinya hanya bisa masuk setelah mendapatkan ijin atasan. Yerina bisa mendapat masalah jika ada orang yang melihatnya masuk secara diam-diam. Tapi ijin … Yerina tak punya banyak waktu untuk memintanya. Sudah tak ada waktu lagi. Yerina dengan nekat membuka pintu ruangan. Wanita itu mengintip terlebih dahulu sebelum benar-b
Kedua mata Arsyila terasa panas. Arsyila menggigit bibir bawahnya kuat. Berusaha untuk tidak kembali menangis layaknya gadis bodoh seperti sebelumnya. Ternyata fakta itu benar, bahwa ayahnyalah yang merubah Syakila menjadi kupu-kupu malam. Kini ayahnya melakukan hal yang sama pada Arsyila.Rasanya Arsyila masih tidak ingin mempercayainya. Fakta ini terlalu menyakitkan untuk diterima Arsyila. Kecewa, marah, juga sedih. Arsyila tak bisa memilah perasaan mana yang sedang berkecamuk dalam dirinya. Seolah semuanya bercampur menjadi satu dan memporak porandakan hati Arsyila.“Ayo keluar!” Arsyila menyimpan benda pemberian tuan Derin dalam sakunya. Jemarinya masih bergetar. Tatapan Arsyila berubah hampa. Gadis itu memilih pasrah saat tuan Derin menariknya keluar. Tuan Derin tak sedetik pun melepaskan tangannya dari lengan Arsyila. Cengkramannya cukup kuat. Itu mungkin akan berbekas nanti. Meski lengannya terasa sakit Arsyila tak bersuara. Bagi Arsyila rasanya ta
“Tapi, kau harus melayaniku lebih dulu.” Mr. Ji menyeringai. Mengantarkan ketakutan yang lebih mencekam untuk Arsyila. Sekujur tubuh Arsyila merinding dibuatnya. Tanpa disadari Arsyila, air mata terus menetes dari sepasang matanya. Takut. Arsyila benar-benar takut.“Bi-biarkan sa-saya pergi. Sa-saya mohon.” Tubuh Arsyila bergetar hebat. Kulit wajahnya sudah sepucat mayat. Arsyila salah sempat berpikir Mr. Ji akan melepaskannya begitu saja. Tak ada sisi kemanusiaan dari pria itu yang tersisa. Tidak, mungkin orang itu juga tak layak disebut manusia. Perilakunya itu lebih mirip dengan binatang.“Menangislah. Wajah ketakutanmu ini membuatku semakin bergairah.” Jari-jari kasar Mr. Ji menelusuri wajah Arsyila yang basah oleh air mata. Arsyila memalingkan wajahnya. Merasa jijik dan terhina. Arsyila berusaha mungkin menghentikan tangisannya. Tidak boleh, tidak boleh menangis. Ini bukan waktunya Arsyila menangis dan merasa ketakutan seperti ini!“Aku bena