Setelah dari Borya, Arsyila dan Zhou beristirahat di salah satu pondok yang dibangun di taman. Setelah menghabiskan roti dagingnya, Arsyila menyandarkan kepala di dinding pondok sambil menutup mata. Zhou berbaring di samping Arsyila. Pria itu sudah sedari tadi terlelap.
“Bus terakhir menuju Belgum berangkat sebelum pukul enam sore. Itu artinya tak ada pilihan lain selain menginap di sini. Kau bisa menginap di rumah orang tuamu. Tapi, apakah kau diijinkan pulang malam? Lalu aku memiliki kerabat di sini, tapi aku tak ingin bertemu mereka apalagi menumpang di rumah mereka lagi.” Ucapan Zhou beberapa saat yang lalu terngiang di kepala Arsyila.Arsyila tidak mungkin menginap ke rumah orang tuanya. Tidak, tidak setelah statusnya kini menjadi istri orang. Terlebih perjalanannya ke Aston tak diketahui siapapun, termasuk suaminya. Itu adalah sesuatu yang tidak Zhou ketahui tentang Arsyila. Zhou masih menganggap Arsyila adalah seorang anak gadis yang masih bebas keluar masuSebuah wahana yang cukup besar dengan banyak kuda poni yang berjalan berputar berlawanan arah jarum jam itu menarik perhatian Arsyila. Sepasang mata Arsyiila menatapnya cukup lama. Arsyila melihat orang-orang yang naik ke sana tertawa dengan gembira. Itu terlihat menyenangkan.“Itu komedi putar, apa kau tak pernah melihatnya?” tanya Zhou kembali merasa heran. Arsyila menggelengkan kepala.“Apa aku boleh naik itu?” tanya Arsyila polos menunjuk komedi putar.“Tentu saja.” Arsyila bersorak senang. “Tapi sebelum itu, kau harus bertanggung jawab pada semua makananmu,” lanjut Zhou melunturkan kesenangan Arsyila. Zhou kembali berjalan ke tempat yang lebih nyaman. Arsyila kembali mengikutinya dengan wajah cemberut.Suasana hati Arsyila dengan cepat membaik begitu memakan jajanan yang dibelinya. Semuanya terasa enak. Sayangnya itu tak berlangsung lama. Arsyila tak pernah berpikir semua makanan itu tak akan muat di perutnya. Saat Arsyila mengeluh karena ter
Arsyila yang terkesiap segera mengangkat kepalanya ketika suara sorak sorai para pengunjung pasar malam terdengar riuh bersamaan dengan suara kembang api yang baru diluncurkan. Zhou yang duduk di depan Arsyila tampak melihat keluar jendela. Ledakan kembang api yang berwarna warni menghiasi langit malam terlihat begitu memukau.Arsyila menatap Zhou dalam diam. Memperhatikan ekspresi wajahnya yang masih terlihat tenang. Jantung Arsyila berdebar keras saat netra hitam Zhou akhirnya balas menatapnya. Rasa gugup kembali menyerang Arsyila. Kali ini bukan karena bianglala, tapi menunggu jawaban Zhou membuatnya tegang.“Ah, karena bunyi kembang api aku jadi tidak mendengarmu tadi. Bisa kau ulangi apa yang kau katakan?” Arsyila terdiam. Perasaan getir merayapi hatinya. Rasanya Arsyila tak bisa lagi mengulangi kata-katanya. Sisa keberaniannya telah lenyap bersamaan dengan lenyapnya kilau kembang api di udara.“Aku … aku suka kembang apinya,” dusta Arsyil
“Bagaimana bisa kau berikan barang berharga seperti itu dengan mudahnya?!”Arsyila tersentak saat Yerina mengguncang bahunya dan berteriak padanya. Wajah Yerina merah padam sepenuhnya. Suara yang bergetar menyembunyikan emosi yang kental. Sepasang matanya yang memerah menatap tajam Arsyila. Dalam kemarahan, air matanya mulai beruraian. “Apa yang kau lakukan?! Tak taukah kau kakakmu bekerja mati-matian untuk mendapatkan benda di tanganmu itu?! Bagaimana kau bisa memberikannya pada orang lain dengan mudah?!”“Aku …” Arsyila tak bisa berkata-kata. Gadis itu terlalu terkejut dengan reaksi Yerina. Arsyila tidak mengerti kenapa Yerina terlihat begitu marah. “Ini ….” Arsyila terkejut saat Yerina mengambil cincin emas itu darinya. “Apa kau tau apa yang dikatakannya saat dia membeli cincin itu?” tanya Yerina. Arsyila bisa merasakan amarah Yerina yang mencair perlahan. Dari pada kemarahan, sorot mata Yerina lebih menyiratkan kepedihan.“Dia berk
Malam itu Arsyila tidur bersama Yerina di kasur wanita itu. Sedang Zhou tidur di sofa ruang tamu. Arsyila bersyukur dirinya tak harus menginap ke rumah orang tuanya ataupun kedinginan di luar sana. Sejak pertemuannya dengan Yerina, Arsyila tau bahwa Yerina adalah orang yang hangat. Namun di beberapa keadaan dia bisa berubah tegas dan mengerikan saat dia marah. Kerinduan Arsyila pada Syakila sedikit terobati saat bersama Yerina. Itu mungkin karena pelukan Yerina sama hangatnya dengan pelukan sang kakak. Selain pelukan, Yerina juga dengan sabar menjawab setiap pertanyaan Arsyila.Dari Yerina Arsyila jadi mengetahui sisi lain yang dimiliki Syakila. Kesulitan-kesulitan yang Syakila alami di Borya, hingga kecerobohan Syakila yang kehabisan pil kontrasepsi hingga membuatnya hamil diluar rencana. Benar, selain Arsyila dan Reyga, Yerina juga mengetahui kehamilan Syakila. Saat itu Yerina cukup sibuk dengan masalah keluarganya hingga dia kurang memperhatikan Syakila. Itulah kenapa sa
Arsyila menelan ludahnya. Atmosfer di sekitarnya terasa dingin. Ini seperti salah satu adegan dalam novel dimana dua orang pria memperebutkan seorang wanita. Tidak, ini berbeda. Apa yang terjadi dalam novel itu terlihat sangat romantis, tapi kenyataan yang dihadapi Arsyila sekarang membuatnya sedikit frustasi.“Zhou … Re-Reyga …” panggil Arsyila tak dipedulikan kedua pria itu. Dua orang pria itu masih berusaha menarik tubuh Arsyila. Melakukan perdebatan melalui tatapan mata. Tak ada tanda-tanda salah satu diantara mereka mau mengalah untuk melepaskannya.“Apa yang kalian lakukan? Tidaklah kalian lihat Syila jadi kebingungan?!” teriak Olla baru membuat Reyga dan Zhou melepaskan Arsyila. Ini pertama kalinya Arsyila merasa bersyukur dengan kehadiran Olla. Olla bisa menjadi penengah diantara mereka.Zhou dan Reyga diam saat Olla mengomeli mereka berdua. Sejujurnya pemandangan ini sedikit lucu. Tapi ini bukan waktunya untuk Arsyila tertawa. Arsyila menatap Zho
Tanpa disadari Arsyila, air mata sudah berjatuhan dari kedua netra coklatnya. Dihadapannya sosok nyonya Sisilia menatapnya lama. Nyonya Sisilia memiliki mata amber yang sangat cantik seperti Syakila. Entah karena sangat merindukan kakaknya atau karena melihat nyonya Sisilia yang setelah sekian lama akhirnya membuka mata, Arsyila merasakan perasaan bahagia luar biasa. “Syila?” Arsyila tersentak, cepat-cepat mengusap air matanya begitu sadar. Reyga menatapnya cemas. Arsyila berusaha tersenyum dan menata hatinya. Ini pertama kalinya nyonya Sisilia melihatnya, jadi Arsyila harus memberikan kesan sebaik mungkin.“Maaf, Anda pasti terkejut. Nyonya Sisilia, perkenalkan, nama saya Arsyila. Saya datang ke rumah ini tiga bulan yang lalu sebagai istri Reyga. Saya adalah menantu Anda. Jadi, saya harap Anda tidak keberatan jika saya memanggil Anda Ibu.” Arsyila dengan lembut menyentuh punggung tangan nyonya Sisilia yang tidak ditempeli infus. Gadis itu menunjukkan se
Mata coklat Arsyila berkaca-kaca. Arsyila merasa senang. Sangat-sangat senang saat bibi Esti mengatakan nyonya Sisilia akan pulih dengan cepat. Beberapa hari yang lalu Arsyila dikejutkan dengan gerakan tangan nyonya Sisilia. Meski Arsyila bilang itu tangan, sebenarnya hanya beberapa jari nyonya Sisilia saja yang bergerak. Itu pun hanya gerakan kecil yang patah-patah. Tapi jari-jari itu bisa bergerak lebih banyak sekarang. “Ibu, Ibu pasti akan segera sembuh. Pasti!” ucap Sisilia dengan yakin berjongkok di depan nyonya Sisilia. Sejak dua hari lalu, setelah sarapan dan melemaskan badan, nyonya Sisilia mulai dibawa keluar dengan kursi roda. Sinar matahari yang hangat dan suasana yang berbeda akan membuat membuat perasaan pasien nyaman. Itu juga bisa mengurangi stress pasien. Itulah yang dikatakan Bibi Esti. Jadi setiap pagi, Arsyila rajin membawa nyonya Sisilia keluar. Hari ini Arsyila membawa nyonya Sisilia ke taman belakang. Ada beberapa bunga yang sengaja ditanam
Arsyila bangun pagi-pagi buta. Gadis itu berdandan lebih lama dari biasanya. Itu karena hari ini Arsyila harus menjadi sosok Saki yang lebih sempurna. Arsyila memakai softlen warna amber dan memasang wig hitam. Arsyila bahkan mengambil sepatu yang memiliki hak paling tinggi untuk menutupi kekurangannya. Benar, hal yang paling terlihat jelas adalah perbedaan tinggi Arsyila dengan sang kakak dan sosok Saki.Arsyila mematut dirinya di depan cermin. Apakah dirinya sudah mirip setidaknya separuh dari Saki? Entahlah, Arsyila tidak yakin. Tapi, yang jelas dia harus terlihat sempurna untuk kesuksesan rencana ini.Zhou datang lebih awal menjemput Arsyila di asramanya. Mereka makan roti daging dalam perjalanan dan menghabiskan perjalanan mereka tanpa banyak bicara. Tak hanya Arsyila yang terlihat tegang. Zhou juga tampak banyak pikiran. Sering kali Zhou menatap Arsyila, bibirnya bererak-gerak seperti ingin bicara. Tapi pada akhirnya tak ada apapun yang dikatakannya.