suara itu sangat menggelegar memenuhi ruangan kerja Zahra. rupanya si Bos berdiri di ambang pintu dengan tatapan nyalang. "kerja!" suara itu kembali menggelegar, rupanya si Bos perusahaan sedang berdiri di depan pintu dengan tatapannya langsung. semua karyawan terlihat panik, kembali ke meja masing-masing. semua yang ada di ruangan itu terdiam, mereka menundukkan kepalanya. tidak ada yang berani bicara bahkan mengangkat kepala. "kalau kalian memang masih betah bekerja di sini, tolong jangan berbicara yang tidak perlu. kalau kalian masih bersikap seperti tadi. silakan hubungi HRD, Saya tidak mau mempekerjakan orang yang banyak bicara," tegas si bos perusahaan. Zahra terlihat tenang-tenang saja, karena memang Zahra dari tadi juga diam. apalagi hatinya sekarang sedang merasa bahagia, ternyata Nazar tidak pernah mengkhianati cintanya. wanita yang selama ini disangka kekasih Nazar, ternyata adiknya sendiri, yang tinggal di rumah lain. semua karyawan di ruangan itu kembali bekerja
"Zahra sih terserah Ayah saja, kalau memang itu yang terbaik buat menolong Zia, Zahra sih setuju saja," ucap Zahra.bagi Zahra yang tidak mau ribet orangnya, Zahra selalu mendukung keputusan yang diambil ayahnya. karena menurut Zahra, ayah dan ibunya selalu mengambil keputusan yang baik. "baiklah kalau begitu, tapi Zia dia belum datang ya?" tanya Ahmad sambil melihat ke arah luar. "ke mana lagi tuh anak, padahal kami sudah menunggu dari tadi," imbuh Hanum.Tak lama kemudian, terdengar suara mobil memasuki halaman rumah, rupanya Dilan dan istrinya datang.saat masuk ke dalam rumah, mata Zia langsung menatap kakaknya. Zia langsung meraih lengan Dilan dengan mesra, karena melihat Zahra yang duduk di samping Nazar." kebetulan kamu sudah datang Zia, kami sudah menunggu kamu dari tadi," ucap Ahmad. "maaf, tadi di perjalanan sedikit macet," Dilan malah yang menjawab, sedangkan mata Zia terus saja menatap ke arah Zahra."Dilan, Zia kami sudah sepakat menolong kamu. dan mulai sekarang, AT
Zahra menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Zia. " ada apa?" tanya Zahra dingin. "Aku boleh ikut ke salon?" tanya Zia tidak tahu malu. Zahra menatap ke arah Nazar, suaminya langsung menganggukkan kepala. "baiklah," jawab nya Zahra sambil berjalan di samping suaminya, "ayo Mas kita ikut mobil Kak Zahra," ajak Zia sama suaminya. kedua orang tua Zahra, Pakde Seno dan Rina hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Zia. padahal tadi sikapnya judes bukan main sama kakaknya sendiri. tapi ketika suami Zahra mengajak ke salon, Zia langsung ingin ikut dengan mereka. Zia benar-benar merasakan, duduk nyaman di mobil mewah yang dikemudikan sama Nazar. "kak, ini mobil milik Mas Nazar ya?" tanya Zia mulai membuka obrolan. "bukan milik majikannya," jawab Zahra. "kok milik majikannya sebebas ini pakai mobil, memang majikan Mas Nazar orang kaya raya ya?" tanya Zia. "iya, mereka sekarang tinggal di luar negeri. Mas Nazar yang dipercaya untuk mengelola perusahaan
"Ayah tidak percaya kan?" tanya Zia, saat melihat wajah kedua orang tuanya terkejut, ketika Zia menceritakan. kalau Zahra dan Nazar mendatangi sebuah salon yang cukup mahal. "coba saja Ayah pikirkan, Masa sih seorang pemulung bisa melakukan perawatan sama hal itu. belum lagi makanan yang mereka beli, harganya hampir 3 juta lebih, bayangkan saja Ayah,"cerocos Zia. "sudahlah Zia, kamu jangan banyak bicara, Ayah tidak suka itu," tegur Ahmad sedikit kesal. Dilan dan Zia, langsung masuk ke dalam kamar. dan seperti biasa Zia selalu membuat story di aplikasi hijaunya."Terima kasih suamiku tercinta, membawa aku ke salon termahal, belikan makanan di restoran termahal pula," itulah isi caption yang ditulis Zia di aplikasinya. aplikasi orange, aplikasi biru Zia mengunggah story itu.dan seperti biasa, komentar-komentar dari netizen mulai bermunculan. "eh, pandai sekali berbohong kamu. Aku lihat tadi kamu datang ke salon itu sama kakakmu, bukannya kamu tidak kerja, kerja itu kan kakak ka
ternyata Budi, yang menyapa Zahra dari belakang. Zahra terkejut bukan main, lalu menoleh ke arah Budi. "sedang apa kamu di belakang saya?" tanya Zahra dengan tatapan curiga. "eh, tidak nyonya," jawab Budi gugup."kenapa kamu tidak bersama suami saya?" tanya Zahra sambil bersedekap tangan di dada. "saya masih ada pekerjaan lain nyonya," jawab Budi.Zahra langsung membalikkan badannya, dan kembali menaiki tangga, sedangkan Budi pergi entah ke mana. jam 06.00 sore, Nazar pulang ke rumah, dengan wajah yang kelihatan letih."Mas, mau disiapkan air panas?" tanya Zahra."boleh," jawab Nazar sambil menyandarkan tubuhnya di kursi sofa. "tapi.... nanti dulu deh Yang, ini aku kangen sama kamu," ucap Nazar sambil menepuk kursi. Zahra langsung duduk di samping suaminya, Nazar sangat erat memeluk tubuh Zahra."Mas benar-benar bahagia mempunyai istri seperti kamu," ucap Nazar dengan suara mesra. Zahra memejamkan matanya, meresapi ucapan suaminya sendiri. "kamu yang bisa membangkitkan semanga
"Kok, mobil Mas Nazar berhenti di gedung itu ya?" tanya Zahra, lalu menyuruh berhenti sama si sopir taksi. Mata Zahra seketika terbelalak, saat melihat suaminya turun dari mobil, disambut beberapa orang pria yang baru keluar dari dalam gedung itu. Zahra bergidik ngeri, saat mereka semua berpelukan. mata Zahra melebar saat melihat Budi, orang yang selalu datang ke rumahnya. Zahra bahkan melihat Budi sampai menciumi pipi kanan dan kiri Nazar. "ah, apakah suami......."cara tidak mampu lagi melanjutkan kata-katanya, pikirannya benar-benar kotor, kan sampai mengira Nazar itu penyuka sesama jenis."astaga, pikiran aku terlalu berlebihan, aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana."keinginan Zahra untuk masuk ke dalam gedung itu begitu kuat, dirinya memang sempat ragu dengan perkataan Nazar waktu itu. Zahra masih di dalam mobil, kepalanya menengok ke arah kanan dan kiri, suasana sekitar gedung terlihat sepi. "Bu," panggil sopir taksi sambil menengok ke belakang.
Zahra menendang pintu itu dengan keras, entah punya kekuatan super dari mana. hingga Zahra berhasil mendobrak pintu yang tinggi besar itu. sontak semua yang ada di ruangan menoleh ke arah pintu, tidak terkecuali Nazar. suasana yang tadinya ceria berubah tegang, Dengan hadirnya sosok seorang wanita yang tak lain istri dari bos mereka. Zahra berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang, matanya menatap nyalang ke arah Nazar. para pria yang ada di ruangan itu benar-benar tidak menyangka, kalau yang mendobrak pintu adalah seorang perempuan. wajah Nazar benar-benar terkejut, melihat istrinya berdiri di depan pintu. semua para lelaki yang berada di ruangan itu diam membeku, tidak ada yang berani berbicara sedikitpun. tapi Nazar buru-buru menguasai keadaan.emosi Zahra makin tidak terkendali, apalagi saat melihat Budi berada di tengah-tengah mereka, padahal Budi Itu anaknya mbok Minah."ada keperluan apa sih Budi itu datang ke sini? dia kan anaknya Mbok Minah. tidak tahu diri banget
Nazar langsung menoleh ke arah Zahra yang memanggil dirinya. "Iya, kenapa Yang," jawab belajar dengan lemah lembut. "Maafkan Aku," ucap Zahra sambil menundukkan kepalanya. cup...... sebuah ciuman mesra mendarat di kening Zahra, pas kebetulan Budi melihat ke arah mereka. "ternyata si Bos bisa juga romantis ya, bikin iri gue saja," celoteh Budi sang asisten. Budi yang sudah tidak tahan melihat pemandangan di depannya, berniat ingin meninggalkan ruangan itu. " aku sudah bilang, kamu tetap di sini dan jangan kemana-mana," ucap Nazar dengan suara tegas. "aduh, Bos ini tidak mengerti rupanya. dia bisa berbuat romantis sama istrinya, sedangkan aku? hanya jadi penonton drama Korea. ah, si Bos ini ada-ada saja," gerutu Budi.Budi langsung duduk berseberangan dengan Nazar dan Zahra."Budi sengaja saya menyuruh kamu untuk diam di sini dulu, Saya ingin menjelaskan semuanya sama Zahra istri saya. siapa saya sebenarnya," ucap Nazar mulai membuka pembicaraannya. "Yang, bagaimana rasanya diti