Sang surya sudah tampak menunjukkan dirinya, Terisya bahkan sudah siap dengan baju rapi dan tas berwarna hitam. Hati ini adalah hari pertamanya menjadi mahasiswi, ah dia bahkan begitu bersemangat.
Rambut yang di biarkan tergerai menambah kesan feminim pada tampilannya hari ini, Terisya membuka gorden dan menatap hamparan taman bunga yang menjadi view kamarnya.
"Tuhan, aku tau semua ini kau yang mempersiapkan tapi bisa kah kau izinkan ku bahagia lebih lama seperti sekarang?" Gumam Terisya dengan menyentuh kaca jendelanya dengan tangan kanannya.
Dia tersenyum kecil dan pergi meninggalkan kamar itu dengan keadaan rapi, meskipun sudah di beritahu Margareta jika ada maid yang akan membersihkan kamar itu Terisya tetap tak enak jika orang lain yang membersihkan tempatnya.
"Selamat pagi sayang" sapa Margareta yang melihat Terisya baru saja memasuki ruang makan.
&
Hello :) Terimakasih sudah membaca RUN! Terus ikuti kisah Terisya di RUN! dan nantikan kisah selanjutnya
Mobil Deren berhenti di parkiran yang sudah cukup penuh, Deren dengan cepat pengambil tasnya dan keluar mobil lalu membuka kan pintu untuk Terisya. Terisya terdiam menatap Deren saat cowok itu membuka pintu untuknya."Ayo" ucap Deren dengan tangan yang terulur kearah Terisya.Terisya dengan ragu meraih uluran tangan Deren, tangan satunya meremas tali tasnya. Deren yang tau kekhwatiran Terisya merangkulnya dan berbisik..."Tenang lah, aku ada di sini tak mungkin ada yang berani mengganggu mu" bisik Deren.Tak sedikit mereka menarik perhatian mahasiswa lain, Deren yang tak pernah terlihat dekat dengan gadis membuat semua orang bertanya-tanya siapa gerangan gadis yang di rangkulnya itu.Bukan hanya Mahasiswa yang hanya mengenal Deren secara umum saja yang menatap mereka berdua namun juga ada William dan beberapa teman Deren yang tak berkedim melihat Deren.Sedangkan Deren yang di tatap tampak tak menghiraukan sama
Kini Terisya, Deren, dan Niana sedang berjalan ke arah kantin dengan Deren mengekor di belakang Terisya dan Niana. Dia beberapa kali memberikan tatapan maut ke arah cowok yang memperhatikan Terisya.Sesampainya di kantin Deren langsung menunjukkan tempat mereka akan duduk, Terisya hanya diam saat dilihatnya ada dua cowok yang dapat di pastikan jika mereka adalah teman Deren."Kamu duduk sini dulu aku belikan makanan" kata Deren setelah memastikan Terisya duduk dengan nyaman."Terimakasih Deren maaf merepotkan mu" ucap Terisya dengan senyum nya ke Deren.Deren mengacak rambut Terisya gemas lalu pergi meninggalkan Terisya bersama temannya sedangkan Niana sudah duluan memesan makanan.Terisya diam tanpa suara dan memainkan jari-jarinya, hawa tatapan penuh pertanyaan terasa jelas. Bahkan hanya untuk melirik kedua teman Deren saja dia tidak berani."Ekhem" suara William memecah kecanggungan antara mereka "Aku William
Setelah kembali dengan dua orang tambahan tentunya Terisya langsung beristirahat di kamarnya, Margareta sedang keluar rumah sedangkan Chale dan Devon bekerja.Suasana di kamar Deren samai dengan dirinya dan William yang sedang bermain ps sedangkan Robert yang tampaknya sedang mengerjakan tugas nya. Begitulah Robert tipe mahasiswa yang rajin tak seperti dua temannya yang selalu santai namun kelabakan saat waktu deadline hampir dekat.Untungnya kamar Deren kedap suara membuat suara Teriak mereka tak terdengar mengusik Terisya yang kini sedang memejamkan mata, dia ingin tidur sebentar.Tak sampai satu jam Terisya terbangun karena dia mendapatkan mimpi buruk, Terisya mencuci wajahnya lalu menatap pantulan nya di cermin."Sangat menakutkan" gumanya.Bibir Terisya tampak pucat, dia terlalu kaget dengan mimpi yang di alaminya."Aku ingin teh" monolog Terisya sambil membuka pintu kamarnya.Suasana mas
Indonesia-Jakarta23.30Seorang gadis berjalan dengan lunglai, hari ini cafe tempat nya berkerja kedatangan sangat banyak pelanggan apa lagi dia lembur karena menggantikan temannya yang sedang sakit.Dia adalah Terisya Alexandra, gadis dengan paras cantik yang biasa di panggil Risya dengan orang orang sekitar nya. Rumahnya cukup jauh dari kafe tersebut, dia tidak menggunakan kendaraan umum karena harus menghemat uang bulanan nya.Terisya menghela nafas berat saat mendapati rumah yang masih gelap, pasti mereka bertiga saat ini tidak ada di rumah. Dengan cepat Terisya membuka pintu rumah yang bisa di bilang sederhana itu. Dia masuk dan dengan cepat mengganti pakaian di dalam kamarnya.Saat ini Terisya tinggal bersama paman dan bibinya serta satu sepupunya karena kedua orang tuanya meninggal
Indonesia- Jakarta15.02Terisya dengan santai keluar dari cafe, dia menatap sekitar dan tidak menemukan sosok Rio di sana. Kemana pria itu? Bukan nya dia mengajak Terisya pergi, tapi sampai saat ini pria itu tidak terlihat.Sekitar 5 menit menunggu akhirnya sebuah mobil bermerek Nissan Livina berhenti tepat di pinggir jalan. Sang pengemudi keluar dan dengan cepat menyapa Terisya."Maaf aku telat, mobil ku bannya bocor maka dari itu aku kembali ke kantor ayah dan meminjam mobil kantor" ucap Rio dengan cepat seakan memberikan penjelasan agar Terisya tidak marah."Hai? Kau ini kenapa, aku tidak masalah. Lagi pula aku baru menunggu sebentar" Terisya memberikan senyum manisnya."Ok baiklah, ayo kita berangkat sekarang" Rio menarik leng
Terisya memasuki rumah tersebut dengan langkah pasti, dia menyeringit saat mendengar suara seseorang yang tampaknya sedang berdebat. Di mengetuk pintu tersebut dan masuk. "Kau tau bos tidak akan mau membuang buang waktunya untuk mengurus sampah seperti mu" ucap pria bertubuh kekar yang menggunakan setelan formal berwarna hitam. "Ta... Tapi dia belum pulang" balas paman Terisya dengan nada tergugup. "Ada apa paman?" Terisya membuka suara, semua orang langsung menatapnya. Dia menyeringit saat melihat para pria berbadan kekar itu tampak tersenyum kemenangan. "Kalian bisa mem.... membawanya" Mata Terisya langsung membulat mendengar kata tersebut yang keluar dari mulut bibinya. Salah satu pria berbadan besar tersebut mengunci pergerakan Terisya dengan menyatukan kedua tangannya ke belakang. "A... A... Apa maksud kali
California-Los Angeles00.31Mobil BMW i8 berwarna silver tersebut melesat melewati jalan satu jalur yang tampak sepi tersebut, sang pengemudi memijat pangkal hidungnya.Dia baru saja pulang dari luar kota karena tugas sebagai dokter, wajahnya menatap gusar jalanan yang sudah sangat sepi. Tak ada satu pun lampu jalan di sana mengingat di kiri dan kanan jalan ini hanya ada bukit dan hutan.Pengemudi tersebut memicingkan matanya saat melihat seseorang tergeletak di pinggir jalan. Dia langsung mendekat dan menepikan mobil tersebut.Setelah keluar dari mobil dia menengok ke kanan dan ke kiri serta ke belakang memastikan tidak ada orang satu pun. Siapa tau ini hanyalah jebakan, mengingat tidak mungkin ada orang di tengah hutan pada jam segini.'jangan-jangan dia korban pembunuhan' pikir asal Pria tersebut.Dia mendekat dan berj
California-Los Angeles08.15BrakPintu kamar rumah sakit tersebut di buka kasar oleh seorang pemuda, dia melangkahkan kakinya cepat ke arah sang kakak yang sedang tertidur di sofa yang ada di kamar itu.Deren menatap tajam kakaknya, dia menarik kedua tangan Chale hingga pria tersebut terduduk dengan kesadaran yang masih belum sempurna."HEY?!, Berani sekali kau membangun kan kakak mu seperti ini" teriak nya murka menatap sang adik yang masih memasang wajah garangnya."Kau yang mulai duluan" balas Deren tak terima."Apa? Aku tak melakukan apa pun" bela Chale untuk dirinya sendiri. Ada apa dengan adiknya ini, selain cerewet dia juga agak tidak waras. Mungkin?"Apa kau bilang? Apa? Coba ulangi sekali lagi" Deren berkacak pinggang.Terisya yang merasa keributan langsung membuka mata,