Share

RUN! [Bahasa Indonesia]
RUN! [Bahasa Indonesia]
Author: Secret King

Satu -Ajakan Rio

Author: Secret King
last update Last Updated: 2021-06-03 22:54:01

Indonesia-Jakarta

23.30

Seorang gadis berjalan dengan lunglai, hari ini cafe tempat nya berkerja kedatangan sangat banyak pelanggan apa lagi dia lembur karena menggantikan temannya yang sedang sakit.

Dia adalah Terisya Alexandra, gadis dengan paras cantik yang biasa di panggil Risya dengan orang orang sekitar nya. Rumahnya cukup jauh dari kafe tersebut, dia tidak menggunakan kendaraan umum karena harus menghemat uang bulanan nya.

Terisya menghela nafas berat saat mendapati rumah yang masih gelap, pasti mereka bertiga saat ini tidak ada di rumah. Dengan cepat Terisya membuka pintu rumah yang bisa di bilang sederhana itu. Dia masuk dan dengan cepat mengganti pakaian di dalam kamarnya.

Saat ini Terisya tinggal bersama paman dan bibinya serta satu sepupunya karena kedua orang tuanya meninggal 4 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil saat pergi ke luar kota.

Rumah mendiang ayah dan ibunya terpaksa iya jual untuk membantu melunasi hutang pamannya yang entah uangnya untuk apa. Sebenarnya dia berniat untuk kuliah namun karena masalah paman nya dia mengubur dalam-dalam keinginan tersebut.

Klek

Pintu rumah tersebut terbuka dan menampilkan sosok bibi, paman dan Chelsea yang sedang tertawa bahagia. Terisya yang mendengar itu langsung keluar dari kamar dan menyambut mereka dengan senyum tulusnya.

"Malam" sapanya lembut.

"Duh ngerusak suasana banget sih" ucap Chelsea dengan nada ketusnya, dia menatap tak suka Terisya.

Entah kenapa sejak mereka SMA Chelsea tampak tidak suka dengan Terisya bahkan di sekolah mereka tak pernah bertegur sapa.

"Aku gak bermaksud begitu Chel" Terisya menunduk menyesal, dirinya memang tak bermaksud merusak kesenangan Chelsea.

"Sana Lo pergi" Terisya hanya mengangguk dan kembali masuk kedalam kamarnya. Dia menatap sendu cermin yang ada di sampingnya. Perasaan dulu dia sangat bahagia namun kini? Dunia seakan menolaknya untuk bahagia.

Terisya berjalan kearah kasurnya, dia duduk dan meraih bingkai foto yang ada di bawah bantal. Dia menatap foto yang di dalamnya terdapat ayah, ibu dan dirinya lima tahun lalu dimana semuanya terasa sangat bahagia.

Kini di umurnya yang ke 20 tahun Terisya sudah tau bagaimana kerasnya dunia. Apa lagi tanpa kedua orang tua yang menemani langkahnya. Tanpa di sadari cairan bening keluar dari matanya membuat pipi mulus itu basah.

"Ayah ibu Risya rindu" ucapnya sembari memeluk erat foto tersebut dan membaringkan tubuhnya.

* * * *

Pagi ini Terisya sudah siap untuk ke cafe, sebelum itu dia akan mampir ke makam kedua orang tuanya untuk melepas rindu. Terisya keluar kamar, dia menuju ke ruang tamu dan mendapati Chelsea yang sedang sibuk nonton tv.

Setelah lulus sekolah Chelsea tidak mau berkerja, kedua orang tuanya pun nampak tak keberatan dengan hal itu. Namun mereka selalu mengambil uang gaji Terisya setiap bulannya, untung saja setiap hari ada saja orang yang memberi kan tip kepadanya hitung hitung untuk tabungan.

"Sana Lo pergi, ngapain masih di rumah. Kerja!" Bentak Chelsea, Terisya yang sudah terbiasa hanya mengangguk.

Dengan senyum tipis dia menyapa beberapa tetangga yang di temuinya. Jalur cafe dan makam sebenarnya tidak sejalur namun Terisya tetap ingin berkunjung untuk melepas rindunya.

Sesampainya di sana Terisya tersenyum getir, dia mengusap lembut tanah yang tampak mengering karena disana saat ini sedang musim kemarau. Tanpa terasa air mata Terisya turun, dia menangis depan gundukan tanah itu.

"Risya pamit ya Bu, yah" sebelum pergi dia sempat menggali tanah yang ada di makan ibunya sedikit untuk meletakkan surat yang biasa di tulisnya untuk mengeluarkan keluh kesahnya. Dia tak mungkin berlama lama di sini maka dari itu dia selalu membuat surat.

Meskipun dia tau tidak mungkin kedua orang tuanya dapat membaca itu namun setidaknya dia dapat melepaskan sedikit beban yang ada di hidupnya.

Terisya pergi meninggalkan kawasan Makam dan berjalan ke arah Cafe, dia tersenyum saat mendapati Rio satu satunya orang yang selalu ada untuk dirinya. Saat ini Rio sedang belajar menjadi seorang CEO di perusahaan keluarganya.

Terisya selalu merasa beruntung karena masih ada orang yang mau berteman dengannya, apa lagi dalam hal material mereka sangat berbeda. Rio pun selalu baik kepadanya, pria berkulit Asia itu selalu ada di saat Terisya terjatuh dan membantu nya untuk bangkit.

"Pagi" sapa Rio sembari menunjukkan senyum manisnya.

"Pagi, kenapa kesini?" Tanya Terisya, sebenarnya dia tak kaget jika menemukan Rio pagi pagi begini di depan tempat kerjanya. Namun kadang Terisya berfikir, apa kah pria ini tak ada kerjaan penting hingga harus menunggunya di sini?.

"Em aku hanya ingin mengajak mu pergi setelah kau selesai kerja, bagaimana?" Rio menatap Terisya penuh harap.

"Entah lah, tapi aku rasa bisa" Terisya membuka pintu Cafe tersebut dan masuk di ikuti Rio.

"Tunggu di sini aku mau ganti baju" Terisya pergi meninggalkan Rio sendiri di meja nomor 3. Rio hanya mengangguk mengerti.

10 menit kemudian Terisya datang dengan baju khas pelayan cafe, dia mengikat rambutnya menjadi satu. Rio yang melihat kedatangan Terisya dengan cepat berdiri.

"Aku pamit dulu Ris, ayah nyuruh aku ke kantor" pamit Rio dan di angguki Terisya.

Setelah kepergian Rio, Bella datang dengan wajah letihnya. Mari kita tebak, pasti gadis berambut sebahu berwarna coklat tua ini kelelahan karena mengejar bis.

"Kau kenapa?" Tanya Terisya, meskipun dia tau apa penyebab wajah itu tapi tetap saja dia selalu bertanya.

"Kau tau, lagi lagi lagi dan lagi aku ketinggalan bis, sial sekali. Tolong ambilkan aku minum dong baby, aku sangat ke hausan" Bella memandang Terisya memohon. Terisya yang mengerti pun dengan cepat ke dapur dan mengambilkan air putih untuk Bella.

"Sepertinya besok kau harus lebih pagi lagi bangunnya" Terisya terkekeh, dia tidak tahan dengan wajah cemberut Bella.

"Aku tidak bisa, aku akan mati jika begini terus" Bella memasuki ruang ganti.

Terisya bingung dengan Bella, jika di lihat Bella adalah orang yang mampu bahkan sangat mampu. Ayahnya memiliki usaha hotel di Bali, sedangkan ibunya memiliki restoran tak jauh dari hotel milik ayahnya.

Namun lihatlah Bella, dia tetap saja ingin berkerja. Bahkan dia tinggal di kos-kosan yang letaknya cukup jauh dari Cafe ini. Sering kali Terisya bertanya mengapa Bella tetap ingin bekerja, dan jawaban yang sama selalu di dapatkan nya.

'aku ingin mandiri' itu lah jawaban nya.

"Terisya? Ngapain di sana, ngelamunin apa sih?" Tanya Bella yang sudah rapi dengan bajunya.

"Ah gak" Terisya tersadar dan dengan cepat membersihkan meja meja di cafe itu sedangkan Bella membereskan kasir. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Dua-Kepergian Rio

    Indonesia- Jakarta15.02Terisya dengan santai keluar dari cafe, dia menatap sekitar dan tidak menemukan sosok Rio di sana. Kemana pria itu? Bukan nya dia mengajak Terisya pergi, tapi sampai saat ini pria itu tidak terlihat.Sekitar 5 menit menunggu akhirnya sebuah mobil bermerek Nissan Livina berhenti tepat di pinggir jalan. Sang pengemudi keluar dan dengan cepat menyapa Terisya."Maaf aku telat, mobil ku bannya bocor maka dari itu aku kembali ke kantor ayah dan meminjam mobil kantor" ucap Rio dengan cepat seakan memberikan penjelasan agar Terisya tidak marah."Hai? Kau ini kenapa, aku tidak masalah. Lagi pula aku baru menunggu sebentar" Terisya memberikan senyum manisnya."Ok baiklah, ayo kita berangkat sekarang" Rio menarik leng

    Last Updated : 2021-06-03
  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Tiga-Awal dari Kekecewaan

    Terisya memasuki rumah tersebut dengan langkah pasti, dia menyeringit saat mendengar suara seseorang yang tampaknya sedang berdebat. Di mengetuk pintu tersebut dan masuk. "Kau tau bos tidak akan mau membuang buang waktunya untuk mengurus sampah seperti mu" ucap pria bertubuh kekar yang menggunakan setelan formal berwarna hitam. "Ta... Tapi dia belum pulang" balas paman Terisya dengan nada tergugup. "Ada apa paman?" Terisya membuka suara, semua orang langsung menatapnya. Dia menyeringit saat melihat para pria berbadan kekar itu tampak tersenyum kemenangan. "Kalian bisa mem.... membawanya" Mata Terisya langsung membulat mendengar kata tersebut yang keluar dari mulut bibinya. Salah satu pria berbadan besar tersebut mengunci pergerakan Terisya dengan menyatukan kedua tangannya ke belakang. "A... A... Apa maksud kali

    Last Updated : 2021-06-03
  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Empat-Chale

    California-Los Angeles00.31Mobil BMW i8 berwarna silver tersebut melesat melewati jalan satu jalur yang tampak sepi tersebut, sang pengemudi memijat pangkal hidungnya.Dia baru saja pulang dari luar kota karena tugas sebagai dokter, wajahnya menatap gusar jalanan yang sudah sangat sepi. Tak ada satu pun lampu jalan di sana mengingat di kiri dan kanan jalan ini hanya ada bukit dan hutan.Pengemudi tersebut memicingkan matanya saat melihat seseorang tergeletak di pinggir jalan. Dia langsung mendekat dan menepikan mobil tersebut.Setelah keluar dari mobil dia menengok ke kanan dan ke kiri serta ke belakang memastikan tidak ada orang satu pun. Siapa tau ini hanyalah jebakan, mengingat tidak mungkin ada orang di tengah hutan pada jam segini.'jangan-jangan dia korban pembunuhan' pikir asal Pria tersebut.Dia mendekat dan berj

    Last Updated : 2021-06-03
  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Lima-Deren

    California-Los Angeles08.15BrakPintu kamar rumah sakit tersebut di buka kasar oleh seorang pemuda, dia melangkahkan kakinya cepat ke arah sang kakak yang sedang tertidur di sofa yang ada di kamar itu.Deren menatap tajam kakaknya, dia menarik kedua tangan Chale hingga pria tersebut terduduk dengan kesadaran yang masih belum sempurna."HEY?!, Berani sekali kau membangun kan kakak mu seperti ini" teriak nya murka menatap sang adik yang masih memasang wajah garangnya."Kau yang mulai duluan" balas Deren tak terima."Apa? Aku tak melakukan apa pun" bela Chale untuk dirinya sendiri. Ada apa dengan adiknya ini, selain cerewet dia juga agak tidak waras. Mungkin?"Apa kau bilang? Apa? Coba ulangi sekali lagi" Deren berkacak pinggang.Terisya yang merasa keributan langsung membuka mata,

    Last Updated : 2021-06-03
  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Enam-keluarga baru

    Kini Chale dan kedua orang tua nya sudah berada di rumah sakit, Chale sudah menghubungi Deren tadi saat di mobil. Mereka ke sini menggunakan mobil Devon dan menggunakan sopir pribadi.Pintu ruangan Terisya terbuka menampilkan Deren yang tampak diam memandang wajah Terisya. Chale menyipitkan matanya melihat wajah Deren yang masih tampak tak sadar akan kehadiran mereka."Ekhm" suara dari Chale menyadarkan Deren membuat pria itu langsung berdiri."Bagaimana keadaan nya?" Tanya Chale pada Deren."Hemm baik" ucap Deren agak ragu.Dia tidak tau bagaimana keadaan gadis di depannya ini, yang jelas dokter bilang Terisya cukup stabil. Margaret mendekat lalu menatap lekat wajah Terisya, tangannya terangkat mengusap wajah Terisya."Bagaimana jika kita mengambil nya?" Tanya Margaret pada Suaminya.Devon sedari tadi

    Last Updated : 2021-07-01
  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Tujuh-Rahasiakan

    Terisya membuang nafas berat, sudah 4 hari dia dirawat di sini dan hari ini adalah hari kepulangan nya. Identitas barunya pun sudah di urus oleh Devon tanpa ada masalah. "Kenapa? Bukan nya seharusnya kau senang bisa keluar dari tempat berbau obat ini" Tanya Deren pada Terisya yang tadi membuang nafas berat. "Ah tidak aku hanya masih tak percaya jika kalian mau menampung ku" Terisya menundukkan kepalanya dalam membuat Deren yang berada di sofa dekat pintu mendekat ke arahnya. "Settt jangan katakan itu, kau tau jika kau menganggap kami hanya menampung mu itu membuat kami sedih. Hey! Aku di sini untuk menjadi keluarga" jelas Deren dengan menggebu. Deren memeluk lembut Terisya, asal kalian ingat mereka hanya berbeda satu tahun saja. "Terimakasih Deren" Terisya tersenyum dan balik memeluk Deren.

    Last Updated : 2021-07-03
  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Delapan

    Terisya dan Margareta telah sampai di salah satu pusat perbelanjaan di LA, setelah mengantar keduanya Chale langsung berpamitan untuk kemali ke apartemennya. Margareta hanya mengangguk saja, lagi pula dari awal dia memang berencana hanya berdua saja dengan Terisya.Lagi pula dia malas mendengar keluhan Chale karena lama menunggu atau lelah berjalan, sudah cukup dengan tiga bodyguard yang di tugaskan Devon untuk dirinya dan Terisya."Apa yang kau perlukan?" Tanya Margareta. Tidak itu bukan sebuah pertanyaan untuk Terisya namun untuk Margareta sendiri.Terbukti kini Margareta sudah menarik lengan Terisya ke salah satu toko pakaian branded yang sangat di kenal akan kualitas yang bagus dan harga yang fantastis."Model seperti apa yang kau suka" Margareta menoleh ke Terisya yang masih bengong di tempat."Mom" Terisya berbisik membuat Margaret dengan penas

    Last Updated : 2021-07-16
  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Sembilan

    Sang surya sudah tampak menunjukkan dirinya, Terisya bahkan sudah siap dengan baju rapi dan tas berwarna hitam. Hati ini adalah hari pertamanya menjadi mahasiswi, ah dia bahkan begitu bersemangat. Rambut yang di biarkan tergerai menambah kesan feminim pada tampilannya hari ini, Terisya membuka gorden dan menatap hamparan taman bunga yang menjadi view kamarnya. "Tuhan, aku tau semua ini kau yang mempersiapkan tapi bisa kah kau izinkan ku bahagia lebih lama seperti sekarang?" Gumam Terisya dengan menyentuh kaca jendelanya dengan tangan kanannya. Dia tersenyum kecil dan pergi meninggalkan kamar itu dengan keadaan rapi, meskipun sudah di beritahu Margareta jika ada maid yang akan membersihkan kamar itu Terisya tetap tak enak jika orang lain yang membersihkan tempatnya. "Selamat pagi sayang" sapa Margareta yang melihat Terisya baru saja memasuki ruang makan. &

    Last Updated : 2021-08-02

Latest chapter

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Duabelas

    Setelah kembali dengan dua orang tambahan tentunya Terisya langsung beristirahat di kamarnya, Margareta sedang keluar rumah sedangkan Chale dan Devon bekerja.Suasana di kamar Deren samai dengan dirinya dan William yang sedang bermain ps sedangkan Robert yang tampaknya sedang mengerjakan tugas nya. Begitulah Robert tipe mahasiswa yang rajin tak seperti dua temannya yang selalu santai namun kelabakan saat waktu deadline hampir dekat.Untungnya kamar Deren kedap suara membuat suara Teriak mereka tak terdengar mengusik Terisya yang kini sedang memejamkan mata, dia ingin tidur sebentar.Tak sampai satu jam Terisya terbangun karena dia mendapatkan mimpi buruk, Terisya mencuci wajahnya lalu menatap pantulan nya di cermin."Sangat menakutkan" gumanya.Bibir Terisya tampak pucat, dia terlalu kaget dengan mimpi yang di alaminya."Aku ingin teh" monolog Terisya sambil membuka pintu kamarnya.Suasana mas

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Sebelas

    Kini Terisya, Deren, dan Niana sedang berjalan ke arah kantin dengan Deren mengekor di belakang Terisya dan Niana. Dia beberapa kali memberikan tatapan maut ke arah cowok yang memperhatikan Terisya.Sesampainya di kantin Deren langsung menunjukkan tempat mereka akan duduk, Terisya hanya diam saat dilihatnya ada dua cowok yang dapat di pastikan jika mereka adalah teman Deren."Kamu duduk sini dulu aku belikan makanan" kata Deren setelah memastikan Terisya duduk dengan nyaman."Terimakasih Deren maaf merepotkan mu" ucap Terisya dengan senyum nya ke Deren.Deren mengacak rambut Terisya gemas lalu pergi meninggalkan Terisya bersama temannya sedangkan Niana sudah duluan memesan makanan.Terisya diam tanpa suara dan memainkan jari-jarinya, hawa tatapan penuh pertanyaan terasa jelas. Bahkan hanya untuk melirik kedua teman Deren saja dia tidak berani."Ekhem" suara William memecah kecanggungan antara mereka "Aku William

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Sepuluh -Dia Siapa?

    Mobil Deren berhenti di parkiran yang sudah cukup penuh, Deren dengan cepat pengambil tasnya dan keluar mobil lalu membuka kan pintu untuk Terisya. Terisya terdiam menatap Deren saat cowok itu membuka pintu untuknya."Ayo" ucap Deren dengan tangan yang terulur kearah Terisya.Terisya dengan ragu meraih uluran tangan Deren, tangan satunya meremas tali tasnya. Deren yang tau kekhwatiran Terisya merangkulnya dan berbisik..."Tenang lah, aku ada di sini tak mungkin ada yang berani mengganggu mu" bisik Deren.Tak sedikit mereka menarik perhatian mahasiswa lain, Deren yang tak pernah terlihat dekat dengan gadis membuat semua orang bertanya-tanya siapa gerangan gadis yang di rangkulnya itu.Bukan hanya Mahasiswa yang hanya mengenal Deren secara umum saja yang menatap mereka berdua namun juga ada William dan beberapa teman Deren yang tak berkedim melihat Deren.Sedangkan Deren yang di tatap tampak tak menghiraukan sama

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Sembilan

    Sang surya sudah tampak menunjukkan dirinya, Terisya bahkan sudah siap dengan baju rapi dan tas berwarna hitam. Hati ini adalah hari pertamanya menjadi mahasiswi, ah dia bahkan begitu bersemangat. Rambut yang di biarkan tergerai menambah kesan feminim pada tampilannya hari ini, Terisya membuka gorden dan menatap hamparan taman bunga yang menjadi view kamarnya. "Tuhan, aku tau semua ini kau yang mempersiapkan tapi bisa kah kau izinkan ku bahagia lebih lama seperti sekarang?" Gumam Terisya dengan menyentuh kaca jendelanya dengan tangan kanannya. Dia tersenyum kecil dan pergi meninggalkan kamar itu dengan keadaan rapi, meskipun sudah di beritahu Margareta jika ada maid yang akan membersihkan kamar itu Terisya tetap tak enak jika orang lain yang membersihkan tempatnya. "Selamat pagi sayang" sapa Margareta yang melihat Terisya baru saja memasuki ruang makan. &

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Delapan

    Terisya dan Margareta telah sampai di salah satu pusat perbelanjaan di LA, setelah mengantar keduanya Chale langsung berpamitan untuk kemali ke apartemennya. Margareta hanya mengangguk saja, lagi pula dari awal dia memang berencana hanya berdua saja dengan Terisya.Lagi pula dia malas mendengar keluhan Chale karena lama menunggu atau lelah berjalan, sudah cukup dengan tiga bodyguard yang di tugaskan Devon untuk dirinya dan Terisya."Apa yang kau perlukan?" Tanya Margareta. Tidak itu bukan sebuah pertanyaan untuk Terisya namun untuk Margareta sendiri.Terbukti kini Margareta sudah menarik lengan Terisya ke salah satu toko pakaian branded yang sangat di kenal akan kualitas yang bagus dan harga yang fantastis."Model seperti apa yang kau suka" Margareta menoleh ke Terisya yang masih bengong di tempat."Mom" Terisya berbisik membuat Margaret dengan penas

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Tujuh-Rahasiakan

    Terisya membuang nafas berat, sudah 4 hari dia dirawat di sini dan hari ini adalah hari kepulangan nya. Identitas barunya pun sudah di urus oleh Devon tanpa ada masalah. "Kenapa? Bukan nya seharusnya kau senang bisa keluar dari tempat berbau obat ini" Tanya Deren pada Terisya yang tadi membuang nafas berat. "Ah tidak aku hanya masih tak percaya jika kalian mau menampung ku" Terisya menundukkan kepalanya dalam membuat Deren yang berada di sofa dekat pintu mendekat ke arahnya. "Settt jangan katakan itu, kau tau jika kau menganggap kami hanya menampung mu itu membuat kami sedih. Hey! Aku di sini untuk menjadi keluarga" jelas Deren dengan menggebu. Deren memeluk lembut Terisya, asal kalian ingat mereka hanya berbeda satu tahun saja. "Terimakasih Deren" Terisya tersenyum dan balik memeluk Deren.

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Enam-keluarga baru

    Kini Chale dan kedua orang tua nya sudah berada di rumah sakit, Chale sudah menghubungi Deren tadi saat di mobil. Mereka ke sini menggunakan mobil Devon dan menggunakan sopir pribadi.Pintu ruangan Terisya terbuka menampilkan Deren yang tampak diam memandang wajah Terisya. Chale menyipitkan matanya melihat wajah Deren yang masih tampak tak sadar akan kehadiran mereka."Ekhm" suara dari Chale menyadarkan Deren membuat pria itu langsung berdiri."Bagaimana keadaan nya?" Tanya Chale pada Deren."Hemm baik" ucap Deren agak ragu.Dia tidak tau bagaimana keadaan gadis di depannya ini, yang jelas dokter bilang Terisya cukup stabil. Margaret mendekat lalu menatap lekat wajah Terisya, tangannya terangkat mengusap wajah Terisya."Bagaimana jika kita mengambil nya?" Tanya Margaret pada Suaminya.Devon sedari tadi

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Lima-Deren

    California-Los Angeles08.15BrakPintu kamar rumah sakit tersebut di buka kasar oleh seorang pemuda, dia melangkahkan kakinya cepat ke arah sang kakak yang sedang tertidur di sofa yang ada di kamar itu.Deren menatap tajam kakaknya, dia menarik kedua tangan Chale hingga pria tersebut terduduk dengan kesadaran yang masih belum sempurna."HEY?!, Berani sekali kau membangun kan kakak mu seperti ini" teriak nya murka menatap sang adik yang masih memasang wajah garangnya."Kau yang mulai duluan" balas Deren tak terima."Apa? Aku tak melakukan apa pun" bela Chale untuk dirinya sendiri. Ada apa dengan adiknya ini, selain cerewet dia juga agak tidak waras. Mungkin?"Apa kau bilang? Apa? Coba ulangi sekali lagi" Deren berkacak pinggang.Terisya yang merasa keributan langsung membuka mata,

  • RUN! [Bahasa Indonesia]   Empat-Chale

    California-Los Angeles00.31Mobil BMW i8 berwarna silver tersebut melesat melewati jalan satu jalur yang tampak sepi tersebut, sang pengemudi memijat pangkal hidungnya.Dia baru saja pulang dari luar kota karena tugas sebagai dokter, wajahnya menatap gusar jalanan yang sudah sangat sepi. Tak ada satu pun lampu jalan di sana mengingat di kiri dan kanan jalan ini hanya ada bukit dan hutan.Pengemudi tersebut memicingkan matanya saat melihat seseorang tergeletak di pinggir jalan. Dia langsung mendekat dan menepikan mobil tersebut.Setelah keluar dari mobil dia menengok ke kanan dan ke kiri serta ke belakang memastikan tidak ada orang satu pun. Siapa tau ini hanyalah jebakan, mengingat tidak mungkin ada orang di tengah hutan pada jam segini.'jangan-jangan dia korban pembunuhan' pikir asal Pria tersebut.Dia mendekat dan berj

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status