Jam menunjukkan pukul setengah 3 sore. Selepas membantu Mamanya beres-beres bekas makan siang tadi, Alexa kini tengah bersantai di kamarnya. Gadis itu tengah membaca novel yang belum sempat dia selesaikan. Alexa bahkan belum sempat untuk tidur siang.
Ketika Alexa tengah fokus-fokusnya membaca, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar. Tak lama kemudian, suara Sofia pun terdengar dari luar kamar.
"Alexa? Bantuin Mama bentar sini," ujar wanita paruh baya itu. Kemudian terdengar langkah kaki Sofia yang menjauh dari kamar Alexa.
Alexa pun menutup novelnya setelah menandai halaman terakhir yang dia baca. Gadis itu beranjak dengan ogah-ogahan keluar dari kamar. Alexa pun menghampiri Sofia yang kini tengah menenteng plastik besar berisi sampah.
"Tolong taro ke depan nih. Bentar lagi tukang sampahnya lewat," titah Sofia.
Alexa pun mengambil alih plastik tersebut dari tangan Sofia.
Alexa sudah rapi dengan seragam sekolahnya, gadis itu hendak berangkat ke sekolah. Sebelum turun ke meja makan untuk sarapan, Alexa menyempatkan diri untuk membubuhkan sedikit bedak dulu ke mukanya. Rambut gadis itu juga sudah dikuncir setengah."Dah siap deh," gumam gadis itu.Alexa pun keluar dari kamarnya untuk sarapan. Tampak Sofia yang tengah menyiapkan sarapan."Mau aku bantu, Ma?" tanya Alexa pada Mamanya."Ga usah, ini cuman buat bekal makan siang Papa nanti kok," balas Sofia."Papa udah pulang dari luar kota?" Alexa bertanya dengan girang."Udah, semalem. Tapi dia udah ke kantor lagi tadi pagi-pagi banget. Ini nanti Mama mau nganterin bekalnya." Alexa pun hanya ber-oh-ria.Gadis itu pun duduk manis sambil menikmati sepiring nasi goreng buatan Sofia."Kamu berangkat bareng siapa, Lex?"Alexa pun menghentikan suapan
Alexa mengejar Rayn dengan raut wajah panik sepanjang koridor, beruntung jam pulang sekolah telah lewat sehingga dia bisa berlari dengan bebas tanpa harus menabrak murid lain."Rayn, aku cinta sama kamu. Tolong dengerin aku." Alexa berteriak tanpa peduli jika ada yang mendengarnya."Gue ngerti. Lo udah ngomongin hal itu ribuan kali, Alexa. Lo emang pacar gue, tapi bukan berarti lo bisa ngatur-ngatur hidup gue seenak lo. This is my life, so you should mind your own bussines.""Aku tau kamu ga suka dilarang Rayn, tapi aku punya alasan buat ngelarang kamu. Ini demi kebaikan kamu sendiri."Rayn tampak mengepalkan kedua tangannya. Mati-matian dia menahan emosi agar tidak membentak Alexa yang mencoba melarangnya untuk mendatangi salah satu mantan temannya yang telah mencari gara-gara."Lo ga usah ikut campur, Lexa. Lo urus urusan lo sendiri!""Tapi, Rayn--- "
Hari ini tepat seminggu sudah Alexa tidak berbicara dengan Rayn. Semenjak pertengkaran mereka hari itu, Rayn seakan menghindarinya tiap kali Alexa hendak mengajaknya bicara."Kadang aku bingung, Rayn. Kenapa kamu mau aku jadi pacar kamu sedangkan kamu aja ga bener-bener peduli sama aku," gumam Alexa lirih.Beratus-ratus pesan telah dikirimkan Alexa kepada Rayn dengan harapan Rayn mau membalasnya. Namun, bagaimana mau membalas kalau pesannya saja tidak dibaca?"Alexandra!"Alexa tersentak kaget dari lamunannya kala Bu Marrie, guru bahasa Indonesia yang tengah mengajar di kelas menegurnya."Daripada kamu melamun dan tidak mendengarkan penjelasan saya, lebih baik kamu keluar dari kelas."Alexa benar-benar tidak suka keadaan ini, di mana dia menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kelas bahkan ada yang memandangnya sambil berbisik-bisik."Maaf, Bu. Saya ga ak
Rayn memelankan laju motornya ketika dia melewati salah satu halte yang cukup ramai. Sudah cukup dia menahan emosi karena dari tadi membiarkan Brissia memeluk pinggangnya dengan seenaknya."Loh, kenapa kita berhenti di sini?" tanya Brissia ketika Rayn menghentikan motornya di pinggir jalan."Turun!""Hah? Kok lo nyuruh gue turun di sini? Rumah gue masih jauh, Rayn.""Turun!" ujar Rayn tak memperdulikan tatapan protes gadis itu."Tapi--- ""TURUN GUE BILANG!" Rayn meninggikan suaranya.Brissia tersentak kaget, dia melepaskan pelukannya pada pinggang Rayn dan segera turun dari jok motor Rayn kala mendengar bentakan cowok itu."Denger ya! Lo ga usah ke-geeran karena gue udah mau boncengin lo. Semua yang gue lakuin tadi itu cuman buat bikin Alexa cemburu," ujar Rayn dengan tatapan menghunus tajam.Brissia tersenyum masam, lagi
Hari sudah malam, namun Alexa masih enggan memejamkan kedua matanya. Pikirannya menerawang pada kejadian sepulang sekolah tadi.Alexa bisa menghitung dengan jari kapan dirinya pernah dibonceng oleh Rayn. Dirinya bahkan tidak berani sampai memeluk pinggang Rayn, meskipun Rayn adalah pacarnya. Rayn kerap kali lebih memprioritaskan geng-nya ketimbang dirinya, sehingga dia lebih sering pulang menggunakan ojolatau angkot dikarenakan tidak ada yang menjemput.Papa Alexa memang sedang berada di luar kota, dan dia hanya tinggal dengan Mamanya di rumah. Mereka tidak memiliki supir. Papanya lebih suka menyetir mobil sendiri, lagian yang punya mobil kan hanya Papanya sedangkan dirinya bisa menyetir saja tidak."Pokoknya besok aku harus bicara sama Rayn," gumamnya.Tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh suara notif dari ponselnya.@mike_hansson started following you
"Hiks ... hiks ... jahat ... Rayn jahat."Saat sedang menangis, tiba-tiba Alexa dikejutkan oleh sebuah tisu yang terjulur di hadapannya."Usap air mata lo."Alexa mendongakkan kepalanya dan terkejut ketika melihat Mike ada di sini."Ka-kamu ngapain di sini?" tanya Alexa yang masih sesenggukan."Gue udah di sini dari tadi, bahkan sebelum lo dateng. Lo-nya aja yang ga sadar."Tangan Mike terjulur meraih tangan Alexa dan memberikannya sebuah tisu."Makasih."Alexa buru-buru mengelap air matanya, tidak ada yang boleh melihatnya menangis kecuali Mamanya. Bahkan, Rayn pun belum pernah melihat Alexa menangis, tapi Mike?! Kenapa harus ada cowok itu di sini?!Sementara di tempatnya, Mike terkekeh ketika melihat wajah Alexa yang menurutnya lucu. Pipi dan bibirnya memerah, sedangkan matanya tampak sembab.
"Ga kangen sama siapa-siapa."Alexa mengerucutkan bibirnya merasa kesal. Kenapa sih Rayn suka sekali gengsi!? Membuatnya kesal saja.Rayn terkekeh geli melihat raut wajah gadis itu. Alexa terlihat sangat lucu."Gue kangen sama lo, Alexa," ujar Rayn tepat di telinga Alexa membuat bulu kuduk gadis itu meremang."Kamu beneran?""Lo maunya beneran apa bohongan?" Tanya Rayn balik."Aku maunya beneran.""Ya udah berarti beneran," ujar Rayn membuat senyum Alexa merekah.Alexa bahagia saat ini, entah kenapa Rayn malam ini begitu manis padanya."E-emangnya kamu ga mau minta maaf?" cicit Alexa ragu-ragu."Emang gue salah apa?"EMANG GUE SALAH APA?! Dia ga merasa bersalah sama sekali gitu?! Bener-bener cowok ga punya hati!"Ga usah ngumpatin gue da
"Rayn!""Oh my god, gue potek."Beberapa saat kemudian, Rayn pun melepaskan pelukan Alexa. Bukannya apa-apa, dia hanya tidak mau mereka terkena masalah gara-gara pelukan di sekolah. Kalau sampai ada guru konseling yang memergoki mereka bisa berabe urusannya."Kita ke kelas ya," ujar Rayn dengan suara lembut membuat siapa saja yang mendengarnya meleleh.Alexa pun mengangguk dengan semangat membuat Rayn terkekeh merasa gemas. Gadis itu menatap kedua mata tajam Rayn dengan mata bulatnya yang berbinar."I love you, Rayn.""I love you more, Alexa."Sementara di ujung sana, Brissia melihat semua kejadian itu sambil menahan tangisnya, kedua tangannya mengepal menahan emosi."Lo liat aja, Alexa. Gue bakal bikin perhitungan sama lo!" &nbs