Rayn memelankan laju motornya ketika dia melewati salah satu halte yang cukup ramai. Sudah cukup dia menahan emosi karena dari tadi membiarkan Brissia memeluk pinggangnya dengan seenaknya.
"Loh, kenapa kita berhenti di sini?" tanya Brissia ketika Rayn menghentikan motornya di pinggir jalan.
"Turun!"
"Hah? Kok lo nyuruh gue turun di sini? Rumah gue masih jauh, Rayn."
"Turun!" ujar Rayn tak memperdulikan tatapan protes gadis itu.
"Tapi--- "
"TURUN GUE BILANG!" Rayn meninggikan suaranya.
Brissia tersentak kaget, dia melepaskan pelukannya pada pinggang Rayn dan segera turun dari jok motor Rayn kala mendengar bentakan cowok itu.
"Denger ya! Lo ga usah ke-geeran karena gue udah mau boncengin lo. Semua yang gue lakuin tadi itu cuman buat bikin Alexa cemburu," ujar Rayn dengan tatapan menghunus tajam.
Brissia tersenyum masam, lagi dan lagi Rayn lebih memilih Alexa ketimbang dirinya.
Lo ga tau aja Rayn, gue udah suka sama lo sejak kita SMP. Jauh sebelum lo kenal sama Alexa. But, why'd you never understood?
Tanpa basa-basi, Rayn segera melajukan motornya dan tak menghiraukan Brissia yang termenung di pinggir jalan. Kenapa kata-kata yang dilontarkan oleh Rayn selalu menyakiti Brissia? Brissia tertohok. Hatinya sakit ketika dia harus mendengarkan kata-kata pedas dari mulut orang yang disukainya.
"Mungkin sekarang emang Alexa ratu di hati lo. Tapi kita liat aja nanti, gue bakal bikin Alexa mundur. Cuz, all of you are mine, Rayn." Brissia menggumam sambil tersenyum penuh arti.
🍋💡🍋💡
"How're ya fella?"
Kedatangan Rayn ke markas Lion disambut sorak sorai dari teman-temannya. Pasalnya, sudah seminggu lebih Rayn tidak menginjakkan kakinya di markas Lion.
Selain karena pertengkarannya dengan Alexa yang membuatnya uring-uringan, Rayn juga malas mengunjungi markas Lion karena tiap kali dia menginjakkan kakinya di sini dia selalu teringat salah satu mantan temannya yang berkhianat.
"Gimana bro? Lo masih pacaran sama cewek freak itu? Atau kalian udah putus?" ujar Xender, salah satu anggota Lion yang tidak menyukai Alexa dan disambut gelak tawa oleh anggota lain.
Mereka memang tidak menyukai Alexa karena menurut mereka cewek itu terlalu ikut campur urusan Rayn. Mereka juga sebal karena terkadang gara-gara cewek itu, geng mereka gagal melakukan penyerangan.
Alexa telah meracuni ketua mereka, sampai-sampai Rayn mau-mau saja menuruti perintah cewek itu. Mereka tidak terima ketika geng mereka dikatai cupu oleh geng lain karena batal melakukan penyerangan.
Sedangkan di tempatnya, Rayn mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. Dia tidak terima saat nama Alexa dibawa-bawa.
"Ga usah bawa-bawa Alexa," ujar Rayn dengan nada tajam.
"Why bruh? Bukannya gara-gara cewek itu lo nelantarin anggota geng lo selama seminggu ini? Bahkan lo ga pernah dateng ke markas buat bahas masalah si pengkhianat itu yang udah berani-beraninya mencemarkan nama baik Lion. Gue bener kan?" tukas Aldrich, salah satu anggota Lion yang cukup berani terhadap Rayn.
"Lo ga usah sok tau tentang urusan gue!"
Menyadari Rayn yang sudah mulai terpancing emosi, Gino pun memilih angkat bicara.
"Enough guys, mending sekarang kita ngomongin masalah Bastian si pengkhianat itu! Gimana pun juga dia sekarang lagi ada di RS gara-gara Rayn dan kita harus buat keluarga dia tutup mulut kalau kalian gamau kita ikutan di-drop out dari Moonlight," tukasnya.
Di antara banyaknya anggota Lion, hanya Gino lah yang tidak pernah melibatkan emosi dalam menyelesaikan masalah. Dia justru kerap kali menjadi penengah ketika diantara teman-temannya ada yang saling berselisih. Sikapnya yang kalem dan dewasa itu menjadi salah satu alasan banyak gadis yang mengejar-ngejar dirinya, namun anehnya tidak ada yang mampu menarik perhatiannya sedikitpun.
"Yang nyerang si Bastian kan Rayn, harusnya yang di-drop out juga Rayn dong. Kenapa juga anggota Lion yang lain harus ikut-ikutan kena D.O?"
Mereka menyadari jika suasana di antara Rayn dan Aldrich semakin memanas. Tidak ada yang berani angkat bicara.
"Lo kalo ga suka sama gue ngomong! Ga usah jadi banci yang beraninya nyindir orang!" tukas Rayn dengan rahang menggertak.
Dari awal dia memang sudah menyadari jika Aldrich tidak suka kepadanya semenjak dirinya berpacaran dengan Alexa.
"Lo mending diem Al, di dalem Lion itu kita menjunjung tinggi rasa setia kawan. Jadi, kalo lo ga punya rasa setia kawan mending lo out dari Lion! Lagian Rayn itu ketua kita, lo harus hormati dia," ujar Gino yang dibenarkan oleh Xender.
"Iya, lagian lo mikir dong kalo Rayn itu ketua Lion, pasti anggota lain juga bakal ikut dibawa-bawa. Lagian apa yang Rayn lakuin bener kok. Pengkhianat kaya Bastian emang pantes dikasih pelajaran."
Anggota Lion yang lain menyetujui ucapan Xender. Sebuah Geng itu ibaratkan anggota tubuh manusia, jika salah satu organ sakit pasti yang lain juga bakal kena imbasnya.
"Okay, i'm sorry. My mistake."
Rayn tak menghiraukan perkataan Aldrich, dirinya memilih memasuki ruang favoritnya yang ada di markas Lion. Dia butuh menenangkan pikirannya yang kacau karena beberapa kejadian yang barusan dilaluinya, termasuk masalah Alexa.
Sorry udah buat lo cemburu tadi, gue juga cemburu waktu lo ngelarang gue buat nemuin si cupu Bastian. Sikap lo seolah menunjukkan kalo lo ngelindungin dia supaya ga gua hajar.
Hari sudah malam, namun Alexa masih enggan memejamkan kedua matanya. Pikirannya menerawang pada kejadian sepulang sekolah tadi.Alexa bisa menghitung dengan jari kapan dirinya pernah dibonceng oleh Rayn. Dirinya bahkan tidak berani sampai memeluk pinggang Rayn, meskipun Rayn adalah pacarnya. Rayn kerap kali lebih memprioritaskan geng-nya ketimbang dirinya, sehingga dia lebih sering pulang menggunakan ojolatau angkot dikarenakan tidak ada yang menjemput.Papa Alexa memang sedang berada di luar kota, dan dia hanya tinggal dengan Mamanya di rumah. Mereka tidak memiliki supir. Papanya lebih suka menyetir mobil sendiri, lagian yang punya mobil kan hanya Papanya sedangkan dirinya bisa menyetir saja tidak."Pokoknya besok aku harus bicara sama Rayn," gumamnya.Tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh suara notif dari ponselnya.@mike_hansson started following you
"Hiks ... hiks ... jahat ... Rayn jahat."Saat sedang menangis, tiba-tiba Alexa dikejutkan oleh sebuah tisu yang terjulur di hadapannya."Usap air mata lo."Alexa mendongakkan kepalanya dan terkejut ketika melihat Mike ada di sini."Ka-kamu ngapain di sini?" tanya Alexa yang masih sesenggukan."Gue udah di sini dari tadi, bahkan sebelum lo dateng. Lo-nya aja yang ga sadar."Tangan Mike terjulur meraih tangan Alexa dan memberikannya sebuah tisu."Makasih."Alexa buru-buru mengelap air matanya, tidak ada yang boleh melihatnya menangis kecuali Mamanya. Bahkan, Rayn pun belum pernah melihat Alexa menangis, tapi Mike?! Kenapa harus ada cowok itu di sini?!Sementara di tempatnya, Mike terkekeh ketika melihat wajah Alexa yang menurutnya lucu. Pipi dan bibirnya memerah, sedangkan matanya tampak sembab.
"Ga kangen sama siapa-siapa."Alexa mengerucutkan bibirnya merasa kesal. Kenapa sih Rayn suka sekali gengsi!? Membuatnya kesal saja.Rayn terkekeh geli melihat raut wajah gadis itu. Alexa terlihat sangat lucu."Gue kangen sama lo, Alexa," ujar Rayn tepat di telinga Alexa membuat bulu kuduk gadis itu meremang."Kamu beneran?""Lo maunya beneran apa bohongan?" Tanya Rayn balik."Aku maunya beneran.""Ya udah berarti beneran," ujar Rayn membuat senyum Alexa merekah.Alexa bahagia saat ini, entah kenapa Rayn malam ini begitu manis padanya."E-emangnya kamu ga mau minta maaf?" cicit Alexa ragu-ragu."Emang gue salah apa?"EMANG GUE SALAH APA?! Dia ga merasa bersalah sama sekali gitu?! Bener-bener cowok ga punya hati!"Ga usah ngumpatin gue da
"Rayn!""Oh my god, gue potek."Beberapa saat kemudian, Rayn pun melepaskan pelukan Alexa. Bukannya apa-apa, dia hanya tidak mau mereka terkena masalah gara-gara pelukan di sekolah. Kalau sampai ada guru konseling yang memergoki mereka bisa berabe urusannya."Kita ke kelas ya," ujar Rayn dengan suara lembut membuat siapa saja yang mendengarnya meleleh.Alexa pun mengangguk dengan semangat membuat Rayn terkekeh merasa gemas. Gadis itu menatap kedua mata tajam Rayn dengan mata bulatnya yang berbinar."I love you, Rayn.""I love you more, Alexa."Sementara di ujung sana, Brissia melihat semua kejadian itu sambil menahan tangisnya, kedua tangannya mengepal menahan emosi."Lo liat aja, Alexa. Gue bakal bikin perhitungan sama lo!" &nbs
Rayn menyodorkan boneka Hello Kitty yang dari tadi dibawanya ke hadapan Alexa. "Buat lo.""Ini beneran buat aku?""Gak, gue nitip buat Brissia," canda Rayn membuat Alexa mengerucutkan bibirnya sedih."Kamu kasih sendiri aja ke dia. Aku mau ke kelas aja deh."Rayn mencekal lengan Alexa ketika gadis itu beranjak dari duduknya. Raut wajah gadis itu tampak sedih membuat Rayn mati-matian menahan senyumnya."Gue bercanda, itu buat lo," ujarnya."Beneran buat aku kan? Bukan buat Brissia?" Alexa bertanya sambil memandang kedua mata tajam milik cowok itu.Rayn sempat terpaku dengan kedua mata bulat milik Alexa yang tampak bersinar. Gadis itu benar-benar manis."Iya, Alexa. Itu bonekanya buat lo," ujar Rayn."Yeay! Makasih Rayn."Alexa pun refleks memeluk Rayn yang duduk di sampingnya karena dia merasa sang
Alexa memasuki ruang musik dengan langkah ragu-ragu. Seluruh siswa Moonlight High School telah meninggalkan area sekolah. Karena memang bel pulang telah berbunyi dari tadi.Jika kalian berpikir bahwa Alexa mengikuti ekskul musik, maka kalian salah besar. Alexa tidak mengikuti ekskul musik di sekolahnya, gadis itu malah mengikuti ekskul PMR. Padahal sebenarnya Alexa kurang minat dengan PMR. Gadis itu ingin memasuki ekskul musik, namun Alexa kurang yakin.Alexa selalu tidak percaya diri jika harus tampil di hadapan orang banyak. Padahal sebenarnya suara Alexa cukup bagus. Dia bahkan mahir memainkan piano. Dulu sewaktu gadis itu kecil, Papanya mendaftarkan gadis itu ke dalam sebuah les piano.Jemari lentik Alexa pun mulai memainkan tuts piano. Suara dentingan piano yang dimainkan Alexa memenuhi seisi ruangan musik yang hening.Tell me ...Have you seen a s
Alexa bisa melihat Mamanya yang tengah sibuk berkutat di dapur, harum aroma masakan memenuhi rongga penciumannya. Alexa pun memeluk tubuh Mamanya dari belakang membuat wanita itu terkejut."Alexa! Kamu bikin Mama kaget tau ga!?" ujar Sofia sembari menyentil pelan kening putrinya itu."Aww, sakit Mah," keluh Alexa sambil mengusap keningnya."Kamu ini dari mana aja? Rayn dari tadi nungguin kamu tuh di kamar!!"Alexa membulatkan matanya terkejut. Pasalnya, tadi sepulang sekolah Rayn bilang kepadanya jika dirinya punya urusan dengan geng Lion sehingga dia tidak bisa mengantar Alexa pulang."Ya udah Mah, Alexa ke kamar dulu," ujar Alexa kemudian melangkahkan kakinya menuju ke kamar dengan buru-buru."Jangan ditutup loh pintu kamarnya!"Sesampainya di kamar, Alexa melihat Rayn yang tengah berdiri di balkon kamarnya.Jangan-jangan tadi Rayn n
Jam menunjukkan pukul setengah 3 sore. Selepas membantu Mamanya beres-beres bekas makan siang tadi, Alexa kini tengah bersantai di kamarnya. Gadis itu tengah membaca novel yang belum sempat dia selesaikan. Alexa bahkan belum sempat untuk tidur siang.Ketika Alexa tengah fokus-fokusnya membaca, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar. Tak lama kemudian, suara Sofia pun terdengar dari luar kamar."Alexa? Bantuin Mama bentar sini," ujar wanita paruh baya itu. Kemudian terdengar langkah kaki Sofia yang menjauh dari kamar Alexa.Alexa pun menutup novelnya setelah menandai halaman terakhir yang dia baca. Gadis itu beranjak dengan ogah-ogahan keluar dari kamar. Alexa pun menghampiri Sofia yang kini tengah menenteng plastik besar berisi sampah."Tolong taro ke depan nih. Bentar lagi tukang sampahnya lewat," titah Sofia.Alexa pun mengambil alih plastik tersebut dari tangan Sofia.