Hari sudah malam, namun Alexa masih enggan memejamkan kedua matanya. Pikirannya menerawang pada kejadian sepulang sekolah tadi.
Alexa bisa menghitung dengan jari kapan dirinya pernah dibonceng oleh Rayn. Dirinya bahkan tidak berani sampai memeluk pinggang Rayn, meskipun Rayn adalah pacarnya. Rayn kerap kali lebih memprioritaskan geng-nya ketimbang dirinya, sehingga dia lebih sering pulang menggunakan ojol
atau angkot dikarenakan tidak ada yang menjemput.Papa Alexa memang sedang berada di luar kota, dan dia hanya tinggal dengan Mamanya di rumah. Mereka tidak memiliki supir. Papanya lebih suka menyetir mobil sendiri, lagian yang punya mobil kan hanya Papanya sedangkan dirinya bisa menyetir saja tidak.
"Pokoknya besok aku harus bicara sama Rayn," gumamnya.
Tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh suara notif dari ponselnya.
@mike_hansson started following you
"Loh, ini akun i*******mnya Mike? Dia kok bisa tau akun i*******m punyaku?"
Alexa pun memilih untuk mem-follback akun i*******m Mike, dia tidak mau dikira sok ngartis.
@mike_hansson : Hai?
Alexa terkejut saat melihat direct message dari Mike. Dia kira Mike adalah cowok cuek dan dingin namun nyatanya Mike kelihatan seperti easy going. Buktinya saja Mike mengiriminya DM.
@alexandra_bellamy : Iya?
@mike_hansson : Gue ga nyangka kalo ternyata kita itu tetanggaan, btw lo bisa ke luar ke balkon sebentar?
Alexa mengerutkan dahinya bingung, untuk apa Mike menyuruhnya ke luar balkon? Lagian memang Mike adalah tetangganya? Rumah di samping kirinya adalah milik Pak Siregar orang Medan, sedangkan rumah di samping kanannya adalah milik Bu Nyoman orang Bali, dan rumah di seberang jalan yang tepat berhadapan dengan rumahnya adalah rumah kosong. Apa Mike mengada-ada?
"Mending aku ke luar aja deh."
Alexa pun memilih untuk ke luar menuju balkon kamarnya. Matanya membelalak ketika melihat Mike di seberang sana.
Jadi, rumah kosong itu udah ditempatin? Kenapa aku baru tau sekarang?
"Alexa?! Lo pasti kaget ya? Gue juga." Mike berteriak dari ujung sana.
"Kamu kapan pindah ke sana?"
Mike terkekeh pelan mendengar pertanyaan Alexa. Memang, apanya yang lucu?
"Bukannya gue udah pernah bilang kalo gue pindah ke sini seminggu yang lalu?" jawab Mike sambil terkekeh kecil menampilkan lesung dikedua pipinya. Manis.
Hell! Seminggu yang lalu dan Alexa baru tau sekarang? Lagian selama ini rumah itu juga kelihatan sepi.
"Udah malem, mending lo masuk sana tidur!" ujar Mike membuyarkan lamunan Alexa.
"Iya, kamu juga."
Alexa pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya, namun ucapan Mike menghentikannya.
"Have a sweet dream, Alexa."
DEG
KENAPA MIKE BEGITU RAMAH?!
Tanpa sadar, sebuah senyum tipis terukir di bibir Alexa.
Alexa tidak tau jika diseberang sana, seorang laki-laki tengah mengepalkan erat kedua tangannya sampai menampilkan urat-urat lengannya sambil menahan emosi.
"Berani-beraninya dia bales DM-an dari cowok lain."
PRAKK
Cowok itu membanting hape yang tadi ada di genggamannya sebagai bentuk pelampiasan.
🍋💡🍋💡
Seluruh siswa Moonlight High School dihebohkan oleh kedatangan sang ketua Lion yang datang ke sekolah memboncengi seorang gadis yang tengah memeluk pinggangnya erat. Bukan apa-apa, tapi masalahnya adalah gadis yang diboncengi Rayn bukan Alexa melainkan Brissia.
Kehebohan pun terdengar di kalangan siswa yang tengah heboh menyaksikan kejadian tersebut sambil berbisik-bisik.
Sedangkan Rayn tampak tak acuh. Dia tetap berjalan dengan santai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, beriringan dengan Brissia.
"Rayn, tunggu."
Rayn pun menghentikan langkahnya ketika telinganya menangkap suara seseorang yang memanggil namanya.
"Kenapa kamu berangkat bareng dia, Rayn?"
Rayn memalingkan wajahnya enggan menatap Alexa, dia tampak tak acuh membuat hati Alexa teriris.
"Suka-suka Rayn lah dia mau berangkat bareng siapa, lagian juga dia yang ngajakin gue berangkat bareng kok. Jadi, bukan salah gue dong kalau gue berangkat bareng dia," ujar Brissia menimpali.
"Tapi seenggaknya kamu bisa nolak ajakan dia, Bri. Asal kamu tau, Rayn masih jadi cowok aku."
Brissia tampak terkekeh pelan mendengar perkataan Alexa.
"Emangnya lo masih dianggep sama Rayn?"
Perkataan Brissia benar-benar menyulut emosi Alexa. Dia hendak menimpali, namun semua itu dihentikan oleh tindakan Rayn yang di luar dugaan.
"Ga usah ladenin dia, mending kita pergi."
Rayn pergi menggandeng tangan Brissia, meninggalkan Alexa yang terpaku di tempatnya sambil menahan rasa sakit di hatinya.
Bisik-bisik pun mulai terdengar.
"Kasian ya si Alexa, udah ga dianggep."
"Rasain tuh!"
Sudah cukup, Alexa tidak kuat lagi. Mereka tidak mengerti perasaan Alexa. Tidak ada yang pernah mengerti. Alexa membalikkan badannya dan berlari menuju rooftop sekolah, tempat yang paling aman untuk menumpahkan air matanya.
"Kamu jahat, Rayn. Bener-bener jahat!" lirih Alexa.
Kalau bukan karena wasiat dari almarhumah Tante Liliana supaya aku terus temenin kamu, aku udah milih buat mundur dari dulu Rayn.
"Hiks ... hiks ... jahat ... Rayn jahat."Saat sedang menangis, tiba-tiba Alexa dikejutkan oleh sebuah tisu yang terjulur di hadapannya."Usap air mata lo."Alexa mendongakkan kepalanya dan terkejut ketika melihat Mike ada di sini."Ka-kamu ngapain di sini?" tanya Alexa yang masih sesenggukan."Gue udah di sini dari tadi, bahkan sebelum lo dateng. Lo-nya aja yang ga sadar."Tangan Mike terjulur meraih tangan Alexa dan memberikannya sebuah tisu."Makasih."Alexa buru-buru mengelap air matanya, tidak ada yang boleh melihatnya menangis kecuali Mamanya. Bahkan, Rayn pun belum pernah melihat Alexa menangis, tapi Mike?! Kenapa harus ada cowok itu di sini?!Sementara di tempatnya, Mike terkekeh ketika melihat wajah Alexa yang menurutnya lucu. Pipi dan bibirnya memerah, sedangkan matanya tampak sembab.
"Ga kangen sama siapa-siapa."Alexa mengerucutkan bibirnya merasa kesal. Kenapa sih Rayn suka sekali gengsi!? Membuatnya kesal saja.Rayn terkekeh geli melihat raut wajah gadis itu. Alexa terlihat sangat lucu."Gue kangen sama lo, Alexa," ujar Rayn tepat di telinga Alexa membuat bulu kuduk gadis itu meremang."Kamu beneran?""Lo maunya beneran apa bohongan?" Tanya Rayn balik."Aku maunya beneran.""Ya udah berarti beneran," ujar Rayn membuat senyum Alexa merekah.Alexa bahagia saat ini, entah kenapa Rayn malam ini begitu manis padanya."E-emangnya kamu ga mau minta maaf?" cicit Alexa ragu-ragu."Emang gue salah apa?"EMANG GUE SALAH APA?! Dia ga merasa bersalah sama sekali gitu?! Bener-bener cowok ga punya hati!"Ga usah ngumpatin gue da
"Rayn!""Oh my god, gue potek."Beberapa saat kemudian, Rayn pun melepaskan pelukan Alexa. Bukannya apa-apa, dia hanya tidak mau mereka terkena masalah gara-gara pelukan di sekolah. Kalau sampai ada guru konseling yang memergoki mereka bisa berabe urusannya."Kita ke kelas ya," ujar Rayn dengan suara lembut membuat siapa saja yang mendengarnya meleleh.Alexa pun mengangguk dengan semangat membuat Rayn terkekeh merasa gemas. Gadis itu menatap kedua mata tajam Rayn dengan mata bulatnya yang berbinar."I love you, Rayn.""I love you more, Alexa."Sementara di ujung sana, Brissia melihat semua kejadian itu sambil menahan tangisnya, kedua tangannya mengepal menahan emosi."Lo liat aja, Alexa. Gue bakal bikin perhitungan sama lo!" &nbs
Rayn menyodorkan boneka Hello Kitty yang dari tadi dibawanya ke hadapan Alexa. "Buat lo.""Ini beneran buat aku?""Gak, gue nitip buat Brissia," canda Rayn membuat Alexa mengerucutkan bibirnya sedih."Kamu kasih sendiri aja ke dia. Aku mau ke kelas aja deh."Rayn mencekal lengan Alexa ketika gadis itu beranjak dari duduknya. Raut wajah gadis itu tampak sedih membuat Rayn mati-matian menahan senyumnya."Gue bercanda, itu buat lo," ujarnya."Beneran buat aku kan? Bukan buat Brissia?" Alexa bertanya sambil memandang kedua mata tajam milik cowok itu.Rayn sempat terpaku dengan kedua mata bulat milik Alexa yang tampak bersinar. Gadis itu benar-benar manis."Iya, Alexa. Itu bonekanya buat lo," ujar Rayn."Yeay! Makasih Rayn."Alexa pun refleks memeluk Rayn yang duduk di sampingnya karena dia merasa sang
Alexa memasuki ruang musik dengan langkah ragu-ragu. Seluruh siswa Moonlight High School telah meninggalkan area sekolah. Karena memang bel pulang telah berbunyi dari tadi.Jika kalian berpikir bahwa Alexa mengikuti ekskul musik, maka kalian salah besar. Alexa tidak mengikuti ekskul musik di sekolahnya, gadis itu malah mengikuti ekskul PMR. Padahal sebenarnya Alexa kurang minat dengan PMR. Gadis itu ingin memasuki ekskul musik, namun Alexa kurang yakin.Alexa selalu tidak percaya diri jika harus tampil di hadapan orang banyak. Padahal sebenarnya suara Alexa cukup bagus. Dia bahkan mahir memainkan piano. Dulu sewaktu gadis itu kecil, Papanya mendaftarkan gadis itu ke dalam sebuah les piano.Jemari lentik Alexa pun mulai memainkan tuts piano. Suara dentingan piano yang dimainkan Alexa memenuhi seisi ruangan musik yang hening.Tell me ...Have you seen a s
Alexa bisa melihat Mamanya yang tengah sibuk berkutat di dapur, harum aroma masakan memenuhi rongga penciumannya. Alexa pun memeluk tubuh Mamanya dari belakang membuat wanita itu terkejut."Alexa! Kamu bikin Mama kaget tau ga!?" ujar Sofia sembari menyentil pelan kening putrinya itu."Aww, sakit Mah," keluh Alexa sambil mengusap keningnya."Kamu ini dari mana aja? Rayn dari tadi nungguin kamu tuh di kamar!!"Alexa membulatkan matanya terkejut. Pasalnya, tadi sepulang sekolah Rayn bilang kepadanya jika dirinya punya urusan dengan geng Lion sehingga dia tidak bisa mengantar Alexa pulang."Ya udah Mah, Alexa ke kamar dulu," ujar Alexa kemudian melangkahkan kakinya menuju ke kamar dengan buru-buru."Jangan ditutup loh pintu kamarnya!"Sesampainya di kamar, Alexa melihat Rayn yang tengah berdiri di balkon kamarnya.Jangan-jangan tadi Rayn n
Jam menunjukkan pukul setengah 3 sore. Selepas membantu Mamanya beres-beres bekas makan siang tadi, Alexa kini tengah bersantai di kamarnya. Gadis itu tengah membaca novel yang belum sempat dia selesaikan. Alexa bahkan belum sempat untuk tidur siang.Ketika Alexa tengah fokus-fokusnya membaca, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar. Tak lama kemudian, suara Sofia pun terdengar dari luar kamar."Alexa? Bantuin Mama bentar sini," ujar wanita paruh baya itu. Kemudian terdengar langkah kaki Sofia yang menjauh dari kamar Alexa.Alexa pun menutup novelnya setelah menandai halaman terakhir yang dia baca. Gadis itu beranjak dengan ogah-ogahan keluar dari kamar. Alexa pun menghampiri Sofia yang kini tengah menenteng plastik besar berisi sampah."Tolong taro ke depan nih. Bentar lagi tukang sampahnya lewat," titah Sofia.Alexa pun mengambil alih plastik tersebut dari tangan Sofia.
Alexa sudah rapi dengan seragam sekolahnya, gadis itu hendak berangkat ke sekolah. Sebelum turun ke meja makan untuk sarapan, Alexa menyempatkan diri untuk membubuhkan sedikit bedak dulu ke mukanya. Rambut gadis itu juga sudah dikuncir setengah."Dah siap deh," gumam gadis itu.Alexa pun keluar dari kamarnya untuk sarapan. Tampak Sofia yang tengah menyiapkan sarapan."Mau aku bantu, Ma?" tanya Alexa pada Mamanya."Ga usah, ini cuman buat bekal makan siang Papa nanti kok," balas Sofia."Papa udah pulang dari luar kota?" Alexa bertanya dengan girang."Udah, semalem. Tapi dia udah ke kantor lagi tadi pagi-pagi banget. Ini nanti Mama mau nganterin bekalnya." Alexa pun hanya ber-oh-ria.Gadis itu pun duduk manis sambil menikmati sepiring nasi goreng buatan Sofia."Kamu berangkat bareng siapa, Lex?"Alexa pun menghentikan suapan