Alexa mengejar Rayn dengan raut wajah panik sepanjang koridor, beruntung jam pulang sekolah telah lewat sehingga dia bisa berlari dengan bebas tanpa harus menabrak murid lain.
"Rayn, aku cinta sama kamu. Tolong dengerin aku." Alexa berteriak tanpa peduli jika ada yang mendengarnya.
"Gue ngerti. Lo udah ngomongin hal itu ribuan kali, Alexa. Lo emang pacar gue, tapi bukan berarti lo bisa ngatur-ngatur hidup gue seenak lo. This is my life, so you should mind your own bussines."
"Aku tau kamu ga suka dilarang Rayn, tapi aku punya alasan buat ngelarang kamu. Ini demi kebaikan kamu sendiri."
Rayn tampak mengepalkan kedua tangannya. Mati-matian dia menahan emosi agar tidak membentak Alexa yang mencoba melarangnya untuk mendatangi salah satu mantan temannya yang telah mencari gara-gara.
"Lo ga usah ikut campur, Lexa. Lo urus urusan lo sendiri!"
"Tapi, Rayn--- "
"Oh gue tau, lo ngelarang gue ketemu dia karena lo takut gue nyakitin dia kan? Lo coba ngelindungin dia dengan cara ngelarang gue nemuin dia!?" ujar Rayn dengan rahang menggeretak menahan emosi.
"Kamu salah, aku ngelarang kamu karena aku cinta sama kamu. Aku takut kamu kenapa-napa, kenapa kamu ga pernah ngerti?" lirih Alexa menatap Rayn sendu.
"Kalo lo cinta sama gue, lo ga usah ngelarang-larang gue lagi untuk lakuin hal yang gue suka!" Rayn beranjak pergi meninggalkan Alexa yang masih terpaku, menatapnya dengan mata menyendu.
Sebenarnya aku ini ada artinya ga sih buat kamu, Rayn? Batin Alexa bertanya-tanya.
Rayn pun meninggalkan Alexa yang masih terpaku di tempatnya. Gadis itu bingung harus melakukan apa. Alexa sudah mencoba untuk menahan Rayn agar tidak usah memperpanjang urusan cowok itu dengan mantan temannya. Tapi, cowok itu malah tidak suka jika ada yang melarang kemauannya.
Entah mengapa Alexa bisa jatuh cinta dengan cowok arrogant itu. Namun, tak ada yang pernah tau bagaimana perjuangan Alexa dalam memperjuangkan hubungan mereka. Apalagi teman-teman satu geng Rayn tidak menyukainya.
Rayn merupakan ketua dari salah satu geng motor bernama Lion. Itulah alasan mengapa cowok itu banyak digemari oleh gadis di sekolahnya. Sayangnya, banyak dari mereka yang tidak setuju dengan hubungan Rayn dan Alexa. Mereka berpikir bahwa cowok seperti Rayn tidak cocok bersanding dengan gadis seperti Alexa.
Di saat ingin menyerah seperti ini, memori Alexa langsung melayang pada suatu kejadian yang menjadi alasannya untuk bertahan.
Saat itu Alexa tengah menjenguk Liliana, almarhum Mama Rayn yang kala itu tengah sakit. Liliana harus berjuang melawan kanker payudara yang sudah lama bersarang di dirinya.
Liliana meraih tangan Alexa untuk ia genggam. Wanita cantik itu hanya terbaring lemah di brankar.
"Alexa, kalau misal Tante Lili ga bisa bertahan tolong jaga Rayn untuk Tante Lili ya, sayang. Jangan tinggalin dia sendirian, Tante Lili percaya sama Alexa. Kamu pasti bisa ngerubah sifat Rayn jadi lebih baik." Liliana berujar dengan lirih.
Alexa yang mendengar hal itu pun seketika berkaca-kaca. Liliana merupakan sosok ibu yang baik dan lemah lembut. Kalau semisal Tuhan lebih memilih untuk mengambil wanita itu pasti Rayn akan merasa sangat kehilangan.
Mulai saat itu, Alexa pun berjanji untuk selalu berada di sisi Rayn walaupun mungkin cowok itu tidak akan menganggap kehadirannya.
Alexa menghembuskan napasnya dengan kasar. Gadis itu berdoa semoga saja dia bisa kuat menghadapi segala sikap Rayn. Alexa tidak mau mengingkari janjinya pada Liliana. Dia tidak mau wanita itu kecewa padanya.
"Tuhan, tolong kuatin hati Alexa," gumam gadis itu lirih.
Menghela napas sebentar, kemudian gadis itu pun berlalu dari koridor. Alexa akan pulang dengan bus karena tidak ada yang menjemput.
Ketika Alexa melewati parkiran, dia bertemu dengan seorang gadis yang tengah menatapnya dengan pandangan sinis. Tak mau menanggapi, Alexa pun memilih untuk berlalu tanpa memperdulikan gadis itu.
"Kasian banget yang punya pacar tapi ga pernah dianggep," celetuknya namun Alexa memilih untuk tak mengambil sikap.
"Woy!? Budeg ya lo!?" Gadis itu berteriak kesal lantaran Alexa bersikap acuh.
Alexa pun mempercepat langkah kakinya agar dia bisa menjauhi gadis itu. Alexa tidak mau gadis itu memancing emosinya. Tenaga Alexa rasanya hampir habis hari ini. Entahlah, tapi nyatanya pertengkarannya dengan Rayn tadi sangat berdampak bagi dirinya.
Alexa sayang pada Rayn, namun apakah cowok itu juga merasakan hal yang sama pada Alexa? Kalau tidak, kenapa Rayn dulu memintanya untuk menjadi pacar cowok itu?
Alexa bergelut dengan pikirannya sampai akhirnya terdengar suara bus yang mendekat. Gadis itu pun buru-buru beranjak dari duduknya dan akhirnya berdesak-desakan dengan penumpang lain.
Sudah tidak ada tempat duduk yang tersisa mengharuskan Alexa harus berdiri. Alexa menghela napasnya dengan kasar. Hari ini sungguh melelahkan bagi gadis itu.
Hari ini tepat seminggu sudah Alexa tidak berbicara dengan Rayn. Semenjak pertengkaran mereka hari itu, Rayn seakan menghindarinya tiap kali Alexa hendak mengajaknya bicara."Kadang aku bingung, Rayn. Kenapa kamu mau aku jadi pacar kamu sedangkan kamu aja ga bener-bener peduli sama aku," gumam Alexa lirih.Beratus-ratus pesan telah dikirimkan Alexa kepada Rayn dengan harapan Rayn mau membalasnya. Namun, bagaimana mau membalas kalau pesannya saja tidak dibaca?"Alexandra!"Alexa tersentak kaget dari lamunannya kala Bu Marrie, guru bahasa Indonesia yang tengah mengajar di kelas menegurnya."Daripada kamu melamun dan tidak mendengarkan penjelasan saya, lebih baik kamu keluar dari kelas."Alexa benar-benar tidak suka keadaan ini, di mana dia menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kelas bahkan ada yang memandangnya sambil berbisik-bisik."Maaf, Bu. Saya ga ak
Rayn memelankan laju motornya ketika dia melewati salah satu halte yang cukup ramai. Sudah cukup dia menahan emosi karena dari tadi membiarkan Brissia memeluk pinggangnya dengan seenaknya."Loh, kenapa kita berhenti di sini?" tanya Brissia ketika Rayn menghentikan motornya di pinggir jalan."Turun!""Hah? Kok lo nyuruh gue turun di sini? Rumah gue masih jauh, Rayn.""Turun!" ujar Rayn tak memperdulikan tatapan protes gadis itu."Tapi--- ""TURUN GUE BILANG!" Rayn meninggikan suaranya.Brissia tersentak kaget, dia melepaskan pelukannya pada pinggang Rayn dan segera turun dari jok motor Rayn kala mendengar bentakan cowok itu."Denger ya! Lo ga usah ke-geeran karena gue udah mau boncengin lo. Semua yang gue lakuin tadi itu cuman buat bikin Alexa cemburu," ujar Rayn dengan tatapan menghunus tajam.Brissia tersenyum masam, lagi
Hari sudah malam, namun Alexa masih enggan memejamkan kedua matanya. Pikirannya menerawang pada kejadian sepulang sekolah tadi.Alexa bisa menghitung dengan jari kapan dirinya pernah dibonceng oleh Rayn. Dirinya bahkan tidak berani sampai memeluk pinggang Rayn, meskipun Rayn adalah pacarnya. Rayn kerap kali lebih memprioritaskan geng-nya ketimbang dirinya, sehingga dia lebih sering pulang menggunakan ojolatau angkot dikarenakan tidak ada yang menjemput.Papa Alexa memang sedang berada di luar kota, dan dia hanya tinggal dengan Mamanya di rumah. Mereka tidak memiliki supir. Papanya lebih suka menyetir mobil sendiri, lagian yang punya mobil kan hanya Papanya sedangkan dirinya bisa menyetir saja tidak."Pokoknya besok aku harus bicara sama Rayn," gumamnya.Tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh suara notif dari ponselnya.@mike_hansson started following you
"Hiks ... hiks ... jahat ... Rayn jahat."Saat sedang menangis, tiba-tiba Alexa dikejutkan oleh sebuah tisu yang terjulur di hadapannya."Usap air mata lo."Alexa mendongakkan kepalanya dan terkejut ketika melihat Mike ada di sini."Ka-kamu ngapain di sini?" tanya Alexa yang masih sesenggukan."Gue udah di sini dari tadi, bahkan sebelum lo dateng. Lo-nya aja yang ga sadar."Tangan Mike terjulur meraih tangan Alexa dan memberikannya sebuah tisu."Makasih."Alexa buru-buru mengelap air matanya, tidak ada yang boleh melihatnya menangis kecuali Mamanya. Bahkan, Rayn pun belum pernah melihat Alexa menangis, tapi Mike?! Kenapa harus ada cowok itu di sini?!Sementara di tempatnya, Mike terkekeh ketika melihat wajah Alexa yang menurutnya lucu. Pipi dan bibirnya memerah, sedangkan matanya tampak sembab.
"Ga kangen sama siapa-siapa."Alexa mengerucutkan bibirnya merasa kesal. Kenapa sih Rayn suka sekali gengsi!? Membuatnya kesal saja.Rayn terkekeh geli melihat raut wajah gadis itu. Alexa terlihat sangat lucu."Gue kangen sama lo, Alexa," ujar Rayn tepat di telinga Alexa membuat bulu kuduk gadis itu meremang."Kamu beneran?""Lo maunya beneran apa bohongan?" Tanya Rayn balik."Aku maunya beneran.""Ya udah berarti beneran," ujar Rayn membuat senyum Alexa merekah.Alexa bahagia saat ini, entah kenapa Rayn malam ini begitu manis padanya."E-emangnya kamu ga mau minta maaf?" cicit Alexa ragu-ragu."Emang gue salah apa?"EMANG GUE SALAH APA?! Dia ga merasa bersalah sama sekali gitu?! Bener-bener cowok ga punya hati!"Ga usah ngumpatin gue da
"Rayn!""Oh my god, gue potek."Beberapa saat kemudian, Rayn pun melepaskan pelukan Alexa. Bukannya apa-apa, dia hanya tidak mau mereka terkena masalah gara-gara pelukan di sekolah. Kalau sampai ada guru konseling yang memergoki mereka bisa berabe urusannya."Kita ke kelas ya," ujar Rayn dengan suara lembut membuat siapa saja yang mendengarnya meleleh.Alexa pun mengangguk dengan semangat membuat Rayn terkekeh merasa gemas. Gadis itu menatap kedua mata tajam Rayn dengan mata bulatnya yang berbinar."I love you, Rayn.""I love you more, Alexa."Sementara di ujung sana, Brissia melihat semua kejadian itu sambil menahan tangisnya, kedua tangannya mengepal menahan emosi."Lo liat aja, Alexa. Gue bakal bikin perhitungan sama lo!" &nbs
Rayn menyodorkan boneka Hello Kitty yang dari tadi dibawanya ke hadapan Alexa. "Buat lo.""Ini beneran buat aku?""Gak, gue nitip buat Brissia," canda Rayn membuat Alexa mengerucutkan bibirnya sedih."Kamu kasih sendiri aja ke dia. Aku mau ke kelas aja deh."Rayn mencekal lengan Alexa ketika gadis itu beranjak dari duduknya. Raut wajah gadis itu tampak sedih membuat Rayn mati-matian menahan senyumnya."Gue bercanda, itu buat lo," ujarnya."Beneran buat aku kan? Bukan buat Brissia?" Alexa bertanya sambil memandang kedua mata tajam milik cowok itu.Rayn sempat terpaku dengan kedua mata bulat milik Alexa yang tampak bersinar. Gadis itu benar-benar manis."Iya, Alexa. Itu bonekanya buat lo," ujar Rayn."Yeay! Makasih Rayn."Alexa pun refleks memeluk Rayn yang duduk di sampingnya karena dia merasa sang
Alexa memasuki ruang musik dengan langkah ragu-ragu. Seluruh siswa Moonlight High School telah meninggalkan area sekolah. Karena memang bel pulang telah berbunyi dari tadi.Jika kalian berpikir bahwa Alexa mengikuti ekskul musik, maka kalian salah besar. Alexa tidak mengikuti ekskul musik di sekolahnya, gadis itu malah mengikuti ekskul PMR. Padahal sebenarnya Alexa kurang minat dengan PMR. Gadis itu ingin memasuki ekskul musik, namun Alexa kurang yakin.Alexa selalu tidak percaya diri jika harus tampil di hadapan orang banyak. Padahal sebenarnya suara Alexa cukup bagus. Dia bahkan mahir memainkan piano. Dulu sewaktu gadis itu kecil, Papanya mendaftarkan gadis itu ke dalam sebuah les piano.Jemari lentik Alexa pun mulai memainkan tuts piano. Suara dentingan piano yang dimainkan Alexa memenuhi seisi ruangan musik yang hening.Tell me ...Have you seen a s