Beranda / Romansa / RANTAI CINTA MAFIA KEJAM / Kembali pada kesadaran

Share

Kembali pada kesadaran

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Revandro kembali memasuki ruangan, dan atmosfer yang sebelumnya dipenuhi ketegangan oleh Vier kini terasa lebih dingin dengan kehadiran pria itu. Vier, yang sebelumnya tampak menguasai situasi, sekarang mundur ke belakang, meninggalkan Revandro yang kembali mengambil alih kendali.

Jia memandang Revandro dengan campuran rasa lega dan waspada. Wajah Revandro menunjukkan ekspresi yang berbeda dibandingkan Vier, seolah dia lebih bisa mengendalikan situasi daripada sekedar meneror.

Revandro mengangkat alis, matanya menilai Jia. "Sepertinya kau dan Vier sudah berbicara cukup banyak."

Jia tidak segera menjawab. Dia masih mengatur napasnya, berusaha menenangkan diri setelah pertemuan menegangkan dengan Vier. "Ya, bisa dibilang begitu."

Revandro mendekat dengan langkah tenang. "Aku harap kau tidak terlalu tertekan dengan cara kami memperlakukannya."

"Tertekan? Mungkin lebih tepatnya bingung," Jia menjawab, tetap menjaga jarak emosional. "Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku, Revandro?"

Reva
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kemenangan datang dari memahami

    Jia mengikuti Revandro ke ruangan lain, kali ini lebih kecil dan lebih intim. Cahaya lembut dari lampu gantung di atas mereka memberikan suasana yang sedikit lebih santai, meskipun ketegangan di antara mereka tetap terasa.Revandro duduk di kursi dengan santai, menunjukkan bahwa dia siap untuk mendengar. Jia berdiri sebentar, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Dia akhirnya duduk di seberang Revandro, menatap pria itu dengan ekspresi waspada, tapi kali ini ada percikan tekad dalam matanya.Revandro menatapnya, menunggu dengan sabar. "Jadi, apa yang kau inginkan, Jia? Apa yang sebenarnya membuatmu begitu terjebak dalam situasi ini?"Jia menghela napas dalam-dalam, menyandarkan tubuhnya di kursi, dan berbicara pelan. "Aku tidak pernah ingin terlibat dalam semua ini, Revandro. Aku hanya ingin hidupku kembali normal. Tapi tampaknya setiap langkah yang aku ambil, kalian—baik itu kau atau Vier—terus menarikku lebih dalam ke dalam permainan ini."Revandro tersenyum tipis, menyilangkan tang

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Karena kau berbeda

    Jia terus menatap Revandro, mencoba memahami maksud di balik kata-katanya. Ada kebenaran yang terasa pahit di sana, namun tetap ada sesuatu yang tidak bisa ia terima.“Kau berbicara seolah ini permainan yang bisa kumenangkan,” Jia akhirnya berkata, suaranya rendah namun tajam. “Padahal aku tak pernah mendaftar untuk ikut dalam permainan ini. Kalian yang menyeretku ke dalamnya.”Revandro duduk lebih tegak, ekspresinya masih tenang. “Dan sekarang kau ada di dalamnya. Kau bisa terus mengeluh, atau kau bisa mulai berpikir bagaimana cara keluar sebagai pemenang.”Jia mengerutkan kening, matanya penuh ketidakpercayaan. “Kenapa aku harus percaya padamu? Apa jaminannya bahwa aku tidak akan hancur jika terus memainkan permainan ini?”Sebuah senyuman samar muncul di wajah Revandro. “Tidak ada jaminan dalam hidup, Jia. Tapi satu hal yang pasti—jika kau terus melawan tanpa arah, tanpa rencana, itu hanya soal waktu sebelum segalanya menghancurkanmu.”“Dan kau mengira aku akan percaya bahwa bekerja

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Tamu tak diundang

    Ketegangan yang telah mereda sesaat, tiba-tiba pecah dengan suara ledakan keras dari luar ruangan. Jia tersentak, matanya melebar mendengar kekacauan yang terjadi. Suara tembakan dan teriakan menggema di seluruh markas Revandro.“Apa yang terjadi?” Jia bertanya dengan napas tersengal, tubuhnya membeku.Revandro segera berdiri tegak, wajahnya berubah menjadi lebih gelap. “Sepertinya kita kedatangan tamu tak diundang.”Sebelum Jia sempat bertanya lebih lanjut, pintu ruangan terbuka dengan kasar. Seorang pria tinggi dan berwibawa masuk ke dalam ruangan, diikuti beberapa pria bersenjata yang jelas bukan anak buah Revandro.“Ayah?” Jia terperangah, melihat sosok yang berdiri di hadapannya. Ayahnya, pria yang selama ini menjadi bayang-bayang dalam hidupnya, kini hadir di depan mata.Tatapan ayahnya tajam, penuh kemarahan. “Jia, aku sudah mencari ke mana-mana untukmu. Aku tahu kau ada di sini.”Revandro berdiri tenang di samping Jia, matanya menilai pria yang baru saja datang itu. “Ternyata

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Keputusan berat

    Jia menatap pintu yang baru saja ditinggalkan oleh ayahnya. Hatinya terasa berat, tapi ada juga rasa lega yang perlahan muncul. Keputusan untuk melawan ayahnya adalah langkah besar yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sekarang, takdirnya berada di tangannya, dan bukan lagi di bawah kendali ayahnya.Revandro mendekat, menatap Jia dengan penuh perhatian. "Kau baik-baik saja?"Jia menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Aku... baik-baik saja. Hanya butuh waktu untuk mencerna semuanya."Revandro mengangguk, seolah memahami perasaan Jia. "Keputusanmu tadi sangat besar. Tapi kau berhasil menegakkan kepala dan membuat pilihan. Itu bukan hal yang mudah."Jia memandangnya dengan mata penuh pertanyaan. "Kenapa kau membantuku? Kau tahu apa yang ayahku bisa lakukan, dan tetap saja kau menempatkan dirimu di tengah kekacauan ini."Revandro mengangkat bahu dengan santai, tapi ada ketegasan dalam suaranya. "Aku tidak suka dipaksa melakukan sesuatu, sama seperti dirimu. Lagipula, kit

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Selalu siap

    Jia merasa detak jantungnya mulai kembali normal, namun otaknya masih dipenuhi berbagai skenario yang mungkin terjadi. Kini dia telah memilih jalannya—jalan yang akan menuntunnya ke arah yang jauh dari kendali ayahnya. Jalan ini bersama Revandro, yang walau tampak dingin dan penuh misteri, memberikan secercah harapan bahwa hidupnya tidak hanya sekadar alat politik keluarga.Revandro meliriknya, matanya penuh evaluasi seperti biasa, namun kali ini ada sedikit penghargaan dalam tatapannya. "Kau tahu, dengan keputusan yang kau buat tadi, kau menutup pintu pada kehidupan lamamu.""Aku sadar," jawab Jia dengan nada tenang. "Tapi aku sudah terlalu lama terjebak dalam kendali ayahku. Aku tidak bisa terus hidup di bawah bayangannya. Aku butuh kebebasan untuk memilih, bahkan jika itu berarti melawan seluruh dunia."Senyum tipis terlukis di wajah Revandro, dia menyandarkan tubuhnya pada meja, lengan terlipat di dadanya. "Aku menghargai keberanianmu. Ayahmu tidak akan berhenti begitu saja. Dia a

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Merasa bebas untuk pertama kalinya

    Suara tembakan dan dentuman ledakan mengisi udara, sementara Jia berlari mengikuti Revandro yang bergerak dengan cekatan melalui lorong-lorong sempit markasnya. Ketegangan makin terasa di setiap langkah, tetapi tekad Jia tetap kuat. Dia tidak akan kembali, tidak lagi terjebak di bawah bayang-bayang ayahnya.Saat mereka mencapai sudut ruangan yang lebih aman, Revandro memberi isyarat untuk berhenti. Mereka berlindung di balik dinding, sementara suara pertempuran semakin mendekat."Baiklah, sekarang kita perlu bertindak cepat," kata Revandro dengan nada serius, tapi tetap tenang. "Kita akan memecah perhatian mereka, dan aku punya tim di luar yang sudah siap memberikan dukungan."Jia mengangguk. "Dan aku? Apa yang harus kulakukan?"Revandro menatapnya tajam. "Kau tetap di sisiku. Jangan keluar dari perlindungan ini. Jika sesuatu terjadi, aku tidak mau kehilanganmu di sini."Namun, sebelum Jia bisa merespons, suara langkah kaki berat terdengar mendekat. Dari balik sudut, sosok yang sudah

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Bersama menghadapi bahaya

    Namun, sepertinya sang ayah enggan untuk melepaskannya. Sehingga Jia dan Revandro terjebak.Setelah Jia dan Revandro berhasil keluar dari ruang pertempuran, mereka melanjutkan perjalanan mereka melalui koridor markas yang kini tampak lebih tenang, meski suasana di sekitar masih penuh dengan ketegangan. Jia berusaha mengatur napasnya setelah pertemuan emosional dengan ayahnya dan konflik yang baru saja terjadi.Mereka tiba di ruang yang lebih tenang. Revandro menatap Jia dengan penuh perhatian. "Bagaimana keadaanmu?" Jia berusaha menenangkan diri. "Aku... aku bingung. Semua ini terlalu banyak untuk dihadapi."Revandro memperhatikan sekeliling dengan cermat. "Kami masih dalam bahaya. Tidak ada waktu untuk berlama-lama."Tiba-tiba, terdengar suara ledakan kecil dari luar ruangan, diikuti oleh suara jeritan dan tembakan yang semakin mendekat. Revandro langsung mengambil posisi, siap menghadapi kemungkinan bahaya. Jia merasa ketegangan kembali menyelimuti dirinya."Kenapa ada ledakan lagi

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Masalah baru

    Revandro, Lydia, dan Jia terus melintasi koridor markas yang kacau. Suara tembakan dan ledakan menjadi latar belakang yang konstan, mengintensifkan ketegangan yang sudah membara. Mereka berhati-hati, melangkah cepat untuk menghindari bahaya yang semakin mendekat.Lydia memimpin di depan, mengarahkan mereka melalui koridor yang tampak semakin berantakan. Revandro, dengan tatapan tegas, memantau situasi di sekitar mereka. Jia mengikuti di belakang, matanya terus-menerus memindai lingkungan sekitar, siap untuk merespons ancaman yang muncul.Saat mereka memasuki sebuah ruangan yang tampaknya lebih aman, Lydia memeriksa beberapa laporan yang tertinggal di meja. "Ada laporan bahwa beberapa area kunci dalam markas mungkin sudah diambil alih oleh pengkhianat," katanya, nada suaranya penuh kekhawatiran.Revandro langsung menanggapi, "Kita perlu memprioritaskan area yang paling kritis. Jika pengkhianat sudah mengambil alih tempat-tempat itu, kita mungkin menghadapi ancaman yang lebih besar."Ji

Bab terbaru

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Penghianat

    Jia terdiam, mencoba mencerna kata-kata Revandro. Matanya mencari-cari tanda ketulusan di wajahnya, tetapi hanya menemukan ketegangan yang tidak biasa. Dia tahu Revandro serius, tetapi pertanyaannya adalah—seberapa jauh dia akan pergi demi melindunginya?"Bagaimanapun caranya?" Jia mengulangi, suaranya terdengar dingin. "Apa itu berarti membunuh lebih banyak orang lagi, Revandro?"Pria itu memutar kepalanya untuk menatapnya langsung. Matanya gelap, penuh dengan sesuatu yang sulit diuraikan. "Jika itu yang diperlukan, ya," jawabnya tanpa ragu.Jia menarik napas dalam, lalu memalingkan wajahnya ke jendela, melihat bayangan kota yang berlalu cepat. Dia tahu Revandro bukan orang biasa. Dia tahu pria itu hidup di dunia yang keras dan penuh darah, tetapi mendengarnya mengatakan hal itu dengan begitu tenang membuat dadanya sesak.“Bagaimana aku bisa percaya padamu?” Jia akhirnya bertanya, nadanya penuh dengan kebimbangan. “Setiap langkah yang kau ambil selalu menciptakan lebih banyak musuh.

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Bagaimanapun caranya

    Jia duduk diam di tempatnya, menatap cangkir di tangannya yang mulai mendingin. Kata-kata Revandro tadi terus terngiang di kepalanya, seperti sebuah melodi yang enggan berhenti. "Kau adalah seseorang yang kubutuhkan." Kalimat itu, meskipun terkesan sederhana, membawa makna yang lebih besar daripada yang ia ingin akui.Namun, pikirannya terusik oleh nama Sila. Wanita itu selalu menjadi teka-teki baginya—terlalu licik, terlalu pintar bermain peran, dan terlalu sering berada di orbit Revandro. Jia tahu bahwa Sila tidak hanya bekerja untuk Revandro, tapi ada sesuatu yang lebih rumit di antara mereka, sesuatu yang sulit diabaikan.Ketukan lembut di pintu membuyarkan lamunannya. Seorang pelayan masuk dengan ragu.“Nona Jia, Tuan Revandro meminta Anda untuk bersiap. Dia ingin Anda menemaninya malam ini.”Jia menatap pelayan itu dengan kening berkerut. “Malam ini? Ke mana?”“Maaf, saya tidak diberi tahu lebih banyak. Tapi dia meminta Anda mengenakan sesuatu yang formal.”Mata Jia menyipit. Fo

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Pesan mendesak

    Setelah pria misterius itu pergi, suasana di ruangan tetap tegang. Sila memilih keluar lebih dulu, memberikan waktu bagi Jia dan Revandro untuk berdiskusi. Namun, bukannya langsung membahas pesan Alexander, Revandro melangkah mendekati Jia, senyum yang tadinya dingin perlahan melembut.“Jia,” katanya pelan, memecah kesunyian.Jia menoleh, ekspresinya masih mengeras oleh ketegangan yang baru saja terjadi. “Apa lagi?” jawabnya tanpa banyak basa-basi.Namun, alih-alih menjawab, Revandro mengulurkan tangannya, menyentuh lembut wajah Jia, ibu jarinya menyapu pelan di pipinya yang merona samar karena emosi. Jia mematung, hatinya berdebar meski ia mencoba mengabaikannya.“Kau baik-baik saja?” tanya Revandro, suaranya lebih lembut dari yang biasanya.Jia menepis tangannya dengan lembut, tapi tidak benar-benar menghindar. “Aku bukan anak kecil, Rev. Aku bisa mengurus diriku sendiri.”Revandro tertawa kecil, rendah, penuh rasa sayang yang sulit ia sembunyikan. “Aku tahu kau bisa. Tapi, tetap sa

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Memastikan menghakhirinya

    Jia menatap pintu yang masih berayun perlahan, seolah bisa menelusuri bayangan pria itu di balik kegelapan. Dia mengepalkan tangannya dengan kuat, tubuhnya menegang, seakan marah pada dirinya sendiri karena membiarkan pria itu pergi begitu saja.Revandro, yang berdiri tidak jauh darinya, memiringkan kepalanya dan mengamati raut wajah Jia. “Ada apa?” tanyanya tenang, tapi matanya memancarkan keingintahuan yang tajam.Jia menoleh, tatapan dinginnya kini mengarah langsung pada Revandro. “Kau membiarkannya pergi. Itu kesalahan besar.”Revandro hanya mengangkat bahunya, seraya berjalan ke arah meja kecil di sudut ruangan dan mengambil segelas minuman. “Mungkin. Tapi apa gunanya menahannya kalau kita tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dimainkan?”“Tapi kita kehilangan kesempatan untuk menginterogasinya!” Jia mendekat, nada suaranya meninggi, penuh frustrasi. “Dia tahu sesuatu. Dan simbol itu… Aku tahu dari mana asalnya.”Revandro meneguk minumannya perlahan, tidak sedikit pun terpengaruh

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Bukan orang sembarangan

    Pria itu melangkah maju, mengesampingkan semua orang yang berada di ruangan. Suara langkah kakinya yang berat membuat setiap orang terdiam, seakan mengikuti irama yang ditentukannya. Jia tetap berdiri tegak, matanya tidak pernah lepas dari pria tersebut. Ada sesuatu dalam diri pria ini yang membuatnya merasa waspada, meskipun ia telah menghadapi banyak bahaya sebelumnya.Revandro yang sejak tadi diam, kini menatap pria itu dengan penuh perhatian. Wajahnya tetap tenang, tetapi ada kilatan tertentu di matanya—sesuatu yang tidak bisa disembunyikan. "Jadi, kamu adalah orang yang memimpin permainan ini," kata Revandro dengan suara yang dalam, penuh tantangan.Pria itu berhenti beberapa langkah di depan Jia dan Revandro, tatapannya tajam dan seolah menilai mereka dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ia mengenakan jas hitam yang rapi, dengan dasi yang diikat sempurna, namun ada aura gelap yang mengelilinginya, membuat setiap orang di ruangan merasa terintimidasi."Begitu mudah untuk mengena

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Tidak menyukai permainan kata-kata

    Malam semakin larut saat mereka tiba di lokasi yang telah mereka tentukan. Tempat itu terletak di pinggir kota, di sebuah kawasan yang jarang dilalui. Bangunan besar yang terbengkalai berdiri di sana, seolah menyembunyikan banyak rahasia di balik dinding-dindingnya yang kusam. Dari luar, tampak sunyi dan gelap, namun Jia tahu persis apa yang sedang menunggu di dalam.Jia memandang gedung itu, otaknya bekerja cepat, memikirkan setiap kemungkinan yang dapat terjadi. Ada banyak hal yang bisa salah malam ini. Tetapi, dia sudah tidak punya pilihan lagi. Tidak ada ruang untuk keraguan.Revandro yang berdiri di sebelahnya, menatap gedung yang sama dengan ekspresi yang sulit ditebak. Matanya, yang biasanya penuh dengan kecerdasan tajam dan sikap yang penuh perhitungan, kini tampak lebih dalam, seolah menyembunyikan pemikiran yang tak terungkap. Dia tahu ini bukan hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang memperjuangkan sesuatu yang lebih besar dari itu.“Jia,” suara Revandro memecah kehen

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Tidak ada jalan mundur

    Jia merasakan atmosfer di ruangan itu semakin tebal dengan ketegangan yang tak terucapkan. Setiap detik terasa semakin mendesak, dan meskipun mereka sedang duduk di sekitar meja yang sama, dia bisa merasakan jarak yang semakin besar antara dirinya, Revandro, dan Agatha. Setiap gerakan mereka seakan berirama dengan sebuah permainan catur yang rumit—di mana setiap langkah harus dipikirkan dengan hati-hati, dan setiap pengkhianatan bisa datang dari tempat yang paling tidak terduga.Agatha, yang sedari tadi berdiri diam, akhirnya memecah keheningan itu. "Aku tahu apa yang kalian pikirkan. Kalian menganggap aku terlalu ambisius atau mungkin tidak cukup dapat dipercaya. Tapi ini bukan tentang kalian, atau aku. Ini tentang bertahan hidup. Ini tentang memastikan kita tidak menjadi sasaran berikutnya."Jia menatap Agatha dengan tajam, tetapi tidak berkata-kata. Ia sudah cukup mendengar kata-kata manis yang keluar dari bibir wanita itu. Namun, ada sesuatu dalam nada Agatha yang membuatnya berhe

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Siapa yang berkuasa di sini?

    Di luar, malam semakin larut, namun ketegangan di dalam ruangan masih terasa pekat. Jia dan Revandro bergerak cepat, seolah ada sesuatu yang melesat di antara mereka, sesuatu yang lebih besar daripada sekadar pertemuan ini. Rencana mereka sudah diatur dengan rapi, namun masih ada satu hal yang menggantung di udara: bagaimana menghadapinya jika musuh benar-benar menyerang."Jia," suara Revandro terdengar di belakangnya saat mereka berjalan menuju pintu utama mansion, "Kita akan menghadapi mereka dengan cara kita sendiri. Kita tak akan bermain aman."Jia berhenti sejenak, menatap Revandro dengan ekspresi serius, namun ada kekuatan dalam tatapannya. "Aku tahu, dan aku siap. Tapi ingat, kita harus memastikan kita tetap di depan mereka. Tak ada ruang untuk kesalahan."Revandro tersenyum, namun ada sesuatu yang lebih dalam pada senyumnya itu. "Kamu selalu membuatku terkesan, Jia."Namun, sebelum mereka dapat melangkah lebih jauh, sebuah suara datang dari pintu belakang, membuat mereka berh

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Mencari celah

    Jia dan Revandro berdiri dalam keheningan, atmosfer di ruangan itu tegang dengan ancaman yang baru saja dilontarkan. Semua yang terjadi dalam beberapa detik terakhir seolah menciptakan lonjakan adrenalin, namun ada ketenangan yang muncul setelahnya. Jia merasa perasaan asing menghantamnya—perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Tidak hanya amarah terhadap ancaman pria itu, tetapi juga keteguhan hati yang baru tumbuh dalam dirinya.Revandro memandangnya, tatapannya penuh perhitungan. "Kau tahu, Jia... aku tidak ingin melibatkanmu dalam hal ini. Tapi kita tidak bisa mundur. Ini sudah lebih dari sekadar permainan."Jia mengangkat wajahnya, menatapnya dengan mata yang penuh kebanggaan dan tekad. "Aku tidak mundur, Revandro. Aku sudah cukup jauh terlibat. Jika mereka ingin menyerangmu, mereka harus melawan kita. Aku tidak akan biarkan mereka merusak apa yang kita bangun."Revandro tersenyum tipis, sesuatu yang lebih lembut kali ini, meski di balik senyuman itu ada keseriusan yang

DMCA.com Protection Status