RAHASIA TIGA HATI- ViralLivia kembali mendekati Agatha setelah mengambil pesanan. "Ingat ya, Mbak Agatha. Jangan cari gara-gara denganku apalagi memfitnahku. Ambil Mas Bre, buat dia jatuh hati padamu. Jangan sampai ada aku sedikit pun di hatinya. Jangan lagi mengusikku. Karena tidak susah bagiku untuk membuatmu duduk di kursi roda. Aku nggak pernah takut apapun selagi aku benar. Cam kan ini baik-baik," ancam Livia di telinga Agatha. Membuat gadis itu merinding dibuatnya.Agatha salah menilai Livia selama ini. Perempuan yang selalu diam itu ternyata tidak selemah dugaannya.Bahkan teman-teman Agatha dibuat bengong oleh ucapan Livia dan memandangi wanita yang melangkah pergi menuju eskalator.Suasana mall sangat ramai di akhir pekan. Livia keluar karena tidak ada lagi yang ingin dibeli. Dia melangkah ke halte bus untuk memesan taksi.Ketika tengah menunggu taksi, ponselnya berdering. Alan menelpon."Halo, Mas.""Kamu di mana? Kata Om kamu belum pulang. Di telepon nggak kamu angkat."
Kolom komentar dipenuhi segala kata-kata yang membuat dada Agatha panas jika gadis itu sampai tahu dan membacanya. Bisa jadi video itu akan sampai juga pada keluarga mereka.Dalam kolom komentar ada juga yang tahu siapa Agatha. Karena gadis itu pernah menjadi finalis Cak dan Ning Surabaya. _Eh, dia kan yang pernah jadi finalis Ning Surabaya?__Nggak nyangka gue, kalau beneran ini Agatha yang anaknya crazy rich itu.__Loh ini kan putri pengusaha Bhakti Persada.__Masa sih dia seperti itu? Kurang apa coba. Dia bisa cari bujangan loh. Kenapa harus suami orang.__Cinta emang buta, guys.__Milik orang emang gurih-gurih sedap.__Bujangan itu sudah biasa. Suami orang baru luar biasa. Kayaknya dia memang suka berkompetisi. Nggak hanya ingin menyabet prestasi akademik, tapi ingin berprestasi menggaet suami orang, hahaha ....__Mana sih, istri sahnya? Penasaran, deh._Jika para netizen itu melakukan pencarian pada sosok Agatha pasti ketemu, tapi mereka tidak akan pernah menemukan Livia di medi
RAHASIA TIGA HATI- Ikut Denganku, LiviaBre keluar dari mobil dan membuat Livia terkejut. Livia tidak mengira kalau kendaraan yang berhenti di depannya ini milik mantan suaminya."Apa kabar, Livia?" tanya Bre menghampiri."Kabar baik," jawab Livia singkat. Sebenarnya dia sangat berharap tidak pernah bertemu Bre lagi. Kenangan bersama lelaki itu terlalu suram dan berusaha untuk dilupakan. Dia ingin tenang dan enjoy menjalani kehidupannya yang sekarang. Livia belum pernah merasakan kerja senyaman ini."Maaf, Mas. Aku pergi dulu." Livia hendak menyeberang tapi Bre menahan tangannya. Livia menarik paksa. "Ada apa?""Aku ingin membawamu pergi dari kota ini," ucap Bre serius sambil menatap lekat wajah Livia. Tawa menyembur dari bibir wanita itu. "Lelucon apa ini, Mas. Ketika ada kesempatan kamu membawaku pergi dan membelaku, nggak pernah kamu manfaatkan. Setelah kita nggak memiliki hubungan apa-apa lagi, malah ingin mengajakku kabur. Ternyata yang nggak waras itu kamu, Mas. Bukan ayahku.
ALAN FUTURE BRAND CREATIF (AFBC). Sering disebut sebagai AFBC, lebih singkat. Klien mereka sudah merambah ke perusahaan-perusahaan ternama, bahkan di luar provinsi. Tahu bagaimana cara promosi, menguasai pasar dengan baik, maka dengan mudah nama perusahaan mereka dikenal dan mendapatkan partner bisnis."Selamat pagi." Konsentrasi mereka dikejutkan oleh suara seorang perempuan yang muncul dari pintu kaca. Senyum wanita berpakaian modis itu sangat ramah."Selamat pagi," jawab karyawan serempak."Hai, Livia.""Hai juga, Mbak Ella."Perempuan bernama Ella menghampiri Adi. "Pak Alan, sudah datang?""Sudah, Mbak Ella." Adi segera bangkit dari duduknya sambil membawa map dan mengantarkan wanita itu ke ruangan Alan. Dan mereka meeting bertiga di dalam.Rasty segera bangkit dari duduknya untuk mengambilkan minum. Sebelum masuk, gadis itu mampir di meja Livia. "Bu Ella itu kalau ke sini betah banget. Udah selesai urusan pun nggak segera pulang. Sepertinya dia cari perhatian sama Pak Alan, Mbak,
RAHASIA TIGA HATI- Pernikahan "Bre, bangun. Ini sudah jam berapa?" Bu Rika menepuk bahu putranya yang tertidur memeluk guling. Wanita yang sudah berpakaian rapi dan selesai di rias oleh salon langganan yang datang ke rumah, tambah geram saat Bre hanya menggeliat sejenak kemudian diam. Memejam lagi.Bu Rika menarik napas dalam-dalam. Meredam emosi yang hendak tumpah keluar. Ia duduk di tepi pembaringan dan kembali menyentuh lengan putranya. "Bre, sebentar lagi kita berangkat. Ayo, bangun. Semua kerabat sudah siap nunggu di bawah." Ucapan Bu Rika sangat lembut. Jika dikasari, khawatir Bre tambah tidak peduli.Tadi malam pun Bre pulang jam satu. Entah pergi ke mana. Membuat seisi rumah panik dan tidak bisa tidur karena ponselnya pun di matikan. Sampai beberapa orang suruhan Ferry mencari ke tempat biasa Bre pergi."Bre, jangan permalukan kami, Nak." Bu Rika menahan diri supaya jangan sampai marah.Bre yang sebenarnya sudah terbangun masih diam memejam. Jangan permalukan kata sang mama
Mereka orang-orang yang sangat menghargai tamunya. Para kerabat justru berpikir, Alan pulang membawa calon istri. "Sama Neng Livia saja to, Lan. Dia juga cantik loh. Mirip almarhumah," ujar salah seorang budhenya tadi."Bulek pikir, kamu mau ngenalin calon istri pada mamamu dan kami," kata adik Bu Ana.Semua ucapan mereka ditanggapi senyuman oleh Alan. Setelah Selvia meninggal, tiap kali pulang, selalu saja ditanya kapan nikah, sudah punya pacar lagi atau belum, kenapa nggak pernah bawa cewek kalau pulang. Dan masih banyak pertanyaan dari mereka.Sekarang ia mengajak Livia pulang ke rumah, para kerabat juga heboh. Disangka mereka, Livia itu kekasihnya."Livia ke mana, Lan?" tanya Bu Ana sambil meletakkan sepiring pisang goreng di atas meja ruang tengah."Ada di belakang, Ma.""Kalian jadi kembali ke Surabaya malam ini?""Iya.""Nggak nginep saja?""Nggak, Ma. Aku nggak enak ngajak Livi nginap di sini. Aku sudah bilang pada Om Syam kalau mengajak Livi pulang malam ini juga." "Kamu ng
RAHASIA TIGA HATI- Penuh Perhatian Sarangan.Livia merasakan tubuhnya meriang dan menggigil. Ditambah lagi cuaca malam yang sangat dingin. Keningnya panas. Persis seperti yang dikatakan dokter tadi, lukanya pasti akan menyebabkan demam.Bu Ana yang tidur di sebelahnya terbangun dan menyentuh kening Livia yang tidur meringkuk. "Tubuhmu panas, Liv."Wanita itu menyibakkan selimut yang dipakainya dan turun dari pembaringan lantas keluar kamar. "Alan," digoyangkannya lengan sang putra.Alan yang baru setengah jam tertidur kaget dan langsung duduk. "Gimana, Ma?""Livia demam. Ambilkan termometer biar mama ambil air untuk ngompres." Bu Ana bergegas ke belakang, sedangkan Alan membuka kotak P3K untuk mengambil termogun di sana."Panasnya berapa, Lan?" tanya Bu Ana setelah Alan selesai mengecek suhu tubuh Livia."37,8,Ma. Kita bawa ke klinik saja." Alan terlihat sangat khawatir dan bingung. Ia hendak melangkah keluar untuk mempersiapkan mobil."Nggak usah, Mas. Tadi kan dokter sudah bilang
Surabaya.Jam delapan pagi disaat Agatha telah mandi dan berpakaian rapi, Bre masih tengkurap di atas tempat tidur. Wanita itu duduk di sofa pojok ruangan dan memperhatikan dengan perasaan dongkol dan ingin rasanya menangis. Padahal dua jam lagi mereka harus terbang ke Bali. Harusnya Bre sudah bangun dan bersiap. Karena perjalanan ke bandara pasti macet kalau hari Minggu begini.Tadi malam Agatha menunggui Bre masuk kamar hingga jam satu malam. Namun suaminya tidak kunjung kembali sampai Agatha tertidur. Saat terjaga jam empat, ia melihat Bre sudah tidur di sebelahnya. Entah jam berapa masuk kamar.Tidak ada ciuman romantis layaknya pasangan yang sudah menikah. Padahal tadi malam, menjadi malam pengantin mereka. Sebagai lelaki yang sudah pernah menikah, harusnya Bre menginginkannya. Apalagi ia memakai baju yang transparan dan sangat se*si. Sengaja tidak berselimut supaya Bre tergoda. Membiarkan tubuhnya kedinginan. Tapi kenyataannya malam yang semestinya indah, berlalu begitu saja.O