Share

episode 5

Penulis: ellieleven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 11:56:44

Di dalam istana kegelapan yang menjulang tinggi, di balik jendela yang menghadap ke hamparan tanah tandus, Zhefora duduk dalam keheningan. Cahaya merah temaram dari kristal iblis yang menggantung di langit-langit kamarnya menerangi wajahnya yang pucat. Mata ungunya yang tajam menatap ke luar, ke arah langit kelam tanpa bintang.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada gemuruh. Tidak ada jeritan. Tidak ada bisikan-bisikan penuh kebencian yang mengganggu pikirannya. Hanya ada keheningan yang mengalir seperti air dingin di dalam dadanya.

Ia menghela napas pelan, membiarkan tubuhnya sedikit bersandar ke kursi megah berlapis beludru hitam. Jemarinya yang ramping menyentuh permukaan meja kayu eboni di hadapannya. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Seolah-olah dunia memberi jeda, sekejap saja, untuk membiarkannya bernapas.

"Kenapa tenang sekali?" batinnya.

Namun, bukannya jawaban dari luar, yang menjawab justru adalah sesuatu yang ada di dalam dirinya.

"Karena kau mulai menerima," suara itu terdengar dalam benaknya. Suara yang sudah ia kenal seumur hidupnya—cakra iblisnya sendiri.

Zhefora terdiam sejenak. Ia tidak langsung membantah, tidak seperti biasanya.

"Kau tak lagi melawan dirimu sendiri. Itu sebabnya ketenangan ini ada," lanjut suara itu.

Zhefora memejamkan mata. Selama ini, cakra iblisnya selalu memberontak, selalu mendesaknya untuk lebih kuat, lebih ganas, lebih kejam. Tapi kali ini, suaranya lebih lembut, nyaris seperti bisikan yang bersahabat.

"Apa aku harus menerimamu?" tanyanya dalam hati.

"Aku adalah bagian darimu. Kau bisa membenciku, tapi aku tak akan pergi," suara itu menjawab, tenang namun pasti.

Zhefora membuka matanya lagi. Keheningan masih ada, tetapi kali ini ia tidak merasa asing. Entah bagaimana, ia merasa... lebih ringan. Seolah-olah, untuk pertama kalinya, ia benar-benar memahami dirinya sendiri.

Zhefora mengerutkan kening, jari-jarinya mencengkeram ujung meja. Perasaan tenang ini terasa aneh—bukan karena ia tak menyukainya, tapi karena itu sesuatu yang asing. Seumur hidupnya, ketenangan adalah kemewahan yang tak pernah benar-benar ia miliki.

"Menerimamu…?" gumamnya dalam hati, menekan perasaan yang berputar-putar di dadanya.

Cakra itu berdenyut pelan di dalam tubuhnya, seperti jantung kedua yang selama ini terus berdetak tanpa henti. Namun, kali ini ritmenya berbeda—bukan lagi gemuruh liar, melainkan sebuah denyutan yang dalam, perlahan… dan kuat.

"Zhefora."

Suara itu bergetar, lebih serius.

"Jangan terlena."

Seketika, hawa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya, menggigit kulitnya meski tak ada angin yang bertiup.

"Kau merasa lebih tenang karena kau berhenti melawan… tapi dunia di luar sana belum berhenti melawanmu."

Zhefora menegakkan tubuhnya, matanya menyipit.

"Apa maksudmu?"

Tak ada jawaban langsung. Yang ada hanyalah sensasi aneh—seperti arus listrik halus yang merambat di sepanjang nadinya, membangkitkan perasaan yang sulit dijelaskan. Seolah cakranya mencoba mengingatkan sesuatu yang belum ia sadari sepenuhnya.

Kemudian, suara itu kembali berbisik, lebih dalam, lebih dingin.

"Ketenangan ini bukan milikmu. Ini hanya jeda sebelum badai yang lebih besar datang."

Zhefora terdiam. Dadanya naik turun dalam diam.

Ketika ia berpikir ketenangan ini adalah awal dari sesuatu yang baru, ternyata ini hanyalah peringatan. Sebuah sinyal bahwa sesuatu akan datang—sesuatu yang lebih besar, lebih berbahaya, dan mungkin… lebih menghancurkan.

-------

Denyut cakra di dalam tubuhnya masih terasa, berdenyut perlahan seperti detak waktu yang tak bisa dihentikan. Kata-kata yang baru saja ia dengar menggema dalam benaknya. "Jeda sebelum badai yang lebih besar datang."

Zhefora menghela napas dalam, lalu berdiri. Langkahnya pelan, namun mantap, menuju balkon kamarnya. Pintu kaca besar itu terbuka begitu ia mendekat, seolah mengenali kehadirannya. Angin malam yang dingin menyapu rambut panjangnya, menghempaskannya ke belakang.

Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat betapa megah dan luasnya wilayah istana ini. Tanah tandus membentang sejauh mata memandang, diselimuti kabut tipis yang berkilauan di bawah cahaya merah dari kristal-kristal iblis yang tersebar di beberapa sudut. Namun, yang paling menonjol adalah lapisan perlindungan cakra yang mengelilingi istananya—sebuah kubah energi berwarna gelap dengan semburat merah yang terus berdenyut, berfungsi sebagai pelindung dari serangan luar.

Namun…

Zhefora menyipitkan mata. Ada sesuatu yang mengganggu pola itu.

Di kejauhan, di luar perlindungan cakranya, ia bisa melihat bayangan samar—seperti sosok yang berdiri di tengah kabut. Itu bukan pasukannya. Bukan juga makhluk-makhluk dari kerajaannya.

"Siapa itu?" batinnya.

Sosok itu berdiri diam, seperti sedang menatap ke arahnya. Seketika, cakra iblisnya bereaksi—denyutnya berubah, lebih cepat, lebih gelisah.

"Hati-hati," suara cakranya berbisik di benaknya, kali ini lebih tegas.

Zhefora tak berkedip. Hatinya berdebar, bukan karena takut, tapi karena sesuatu yang lain. Sebuah firasat yang sulit dijelaskan

--------

Angin bertiup kencang di balkon istana kegelapan. Jubah hitam Zhefora berkibar liar, helaian rambut panjangnya menari di udara dingin yang menusuk. Matanya yang tajam menatap hamparan tanah kerajaan iblis di bawah sana—suram, gelap, dan sunyi.

Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat pasukan iblis yang berpatroli, obor api hitam mereka berkobar dalam kegelapan. Namun, pikirannya tak terfokus pada pemandangan itu. Ada kegelisahan yang tak biasa mengusik batinnya.

"Kau belum beristirahat, Ratu?"

Suara berat itu datang dari belakang.

Zhefora tak menoleh. Ia tahu siapa pemilik suara itu—Erem, tangan kanannya yang paling setia.

"Angin malam ini terasa berbeda," ucapnya pelan, suaranya tetap dingin.

Erem melangkah mendekat, berdiri di sampingnya. Matanya yang merah menyala menatap ke kejauhan, mengikuti arah pandangan sang ratu. "Kau memikirkan sesuatu?"

Zhefora menghela napas. “Semua yang kita bangun… apakah ini akan berakhir suatu hari nanti?”

Erem menoleh, ekspresinya tetap tenang. "Semua yang memiliki awal pasti memiliki akhir."

Zhefora menyipitkan mata, menatap langit gelap tanpa bintang. “Aku tidak menginginkan akhir yang lemah.”

Erem menyunggingkan senyum samar. "Dan kau tidak akan mendapatkannya."

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Namun, tiba-tiba suara langkah cepat terdengar mendekat. Seorang prajurit iblis berlutut di belakang mereka, napasnya terengah.

"Ratu, ada laporan darurat!"

Zhefora akhirnya menoleh, tatapannya tajam. “Bicara.”

“Pasukan yang kau kirim ke perbatasan… mereka tidak kembali.”

Udara terasa semakin dingin.

Zhefora mencengkram pagar balkon, jemarinya mengepal erat. Matanya yang berwarna ungu pekat berkilat di bawah cahaya redup.

"Apa maksudmu?"

Prajurit itu menundukkan kepala. "Mereka menghilang… tanpa jejak. Tak ada satu pun yang bisa kami temukan."

Erem melirik Zhefora, ekspresi wajahnya mulai serius. "Ini tidak wajar."

Zhefora menarik napas dalam, firasat buruk menjalar di dadanya.

"Tingkatkan penjagaan di seluruh wilayah," perintahnya tegas. "Siapkan para penasihat. Aku ingin laporan rinci tentang ini dalam satu jam."

Prajurit itu segera bangkit dan pergi.

Zhefora masih berdiri di tempatnya, angin kembali menerpa wajahnya. Ia tahu… ini bukan sekadar insiden biasa. Ada sesuatu yang mengintai dalam kegelapan. Sesuatu yang bahkan ia sendiri belum bisa pahami.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Queen devil   Episode 6

    Erem berdiri tegap di gerbang utama istana, matanya tajam mengawasi keadaan sekitar. Sebagai tangan kanan Ratu Zhefora, ia memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan keamanan kerajaan iblis. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, sesuatu yang jarang terjadi di wilayah yang dipenuhi energi iblis yang panas dan mengancam. Beberapa prajurit menghampirinya, memberi laporan tentang situasi di sekitar istana. "Perbatasan aman, Tuan Erem," ujar salah satu prajurit. Erem mengangguk, tetapi firasatnya mengatakan sebaliknya. Ada sesuatu yang tidak beres. Hawa di sekitarnya terasa berbeda—terlalu sunyi, seolah alam semesta menahan napas. Ia melangkah ke menara pengawas dan menatap ke arah hutan kegelapan yang mengelilingi kerajaan. Dalam kegelapan itu, ia menangkap sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Siluet-siluet bergerak di antara pepohonan, mata mereka merah menyala, tapi aura mereka… berbeda dari para iblis. Mereka bukan prajurit kerajaan iblis, juga bukan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Queen devil   Episode 7

    Dunia ini lebih dari sekadar perang antara iblis dan manusia. Ada mereka yang hidup dalam senyap, bergerak dalam bayangan, menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Di antara lembah curam yang tertutup kabut, Vordesh berdiri tanpa hukum, hanya dikuasai oleh mereka yang cukup kuat untuk bertahan. Kota ini adalah tempat di mana kepercayaan bisa dibeli, dan pengkhianatan adalah mata uang yang lebih berharga dari emas. Di salah satu sudut pasar yang remang-remang, seorang wanita bertudung gelap berusaha menyelinap di antara kerumunan. Nafasnya terengah, keringat dingin membasahi tengkuknya. Ia sedang diburu. Tangan kanannya erat menggenggam gulungan perkamen tua—bukan sembarang dokumen, melainkan sesuatu yang bisa mengubah keseimbangan dunia. Tiba-tiba, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya. Wanita itu menegang. Di hadapannya berdiri seorang pria tinggi berbaju hitam, mata merahnya berkilauan seperti bara api. Senyumnya tipis, dingin. "Kau membawa sesuatu yang berbaha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Queen devil   Prolog

    Takdir Sang Ratu IblisGadis kecil itu berdiri di tengah aula megah yang dingin, sendirian. Cahaya redup dari obor yang tergantung di dinding membuat bayangannya memanjang di lantai marmer hitam. Matanya yang merah menyala menatap lurus ke depan, penuh keteguhan yang terlalu besar untuk anak seusianya.Di sekelilingnya, para bangsawan iblis berbisik satu sama lain, bisikan yang cukup lirih untuk terdengar namun cukup menusuk untuk melukai."Anak itu bukan seperti kita.""Apa kau bisa merasakannya? Energinya begitu jahat, bahkan untuk kita sendiri.""Bagaimana bisa darah kerajaan mengalir dalam tubuhnya? Ini adalah aib."Zhefora tahu. Ia selalu tahu.Sejak ia mengerti dunia, ia tahu bahwa ia tidak diinginkan. Sejak ia bisa berbicara, ia tahu bahwa kata-katanya tidak pernah diinginkan. Sejak ia bisa berjalan, ia tahu bahwa keberadaannya lebih mirip kutukan daripada anugerah.Cakra iblis yang mengalir dalam tubuhnya terlalu kuat, terlalu mengerikan, bahkan bagi kaum iblis yang terbiasa d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Queen devil   Episode 1: Kenaikan Tahta Ratu Iblis Zhefora

    Langit Merah dan Takdir yang Terukir Di atas langit kerajaan iblis, cahaya merah menyala seperti bara api yang berkobar. Angin kencang berdesir, membawa aroma belerang dan debu magis yang berkilauan di udara. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini adalah hari di mana seorang ratu baru akan bangkit, menggantikan penguasa sebelumnya. Di tengah altar batu hitam yang menjulang di pusat istana, seorang gadis berdiri dengan jubah panjang berwarna merah darah yang berkibar tertiup angin. Dia adalah Zhefora, sang pewaris tahta kerajaan iblis. Mata hitam legamnya menatap tajam ke depan, menyiratkan keteguhan hati yang tak tergoyahkan. Usianya baru 16 tahun, tetapi beban takdir yang ia emban jauh lebih berat dari usianya. Hari ini, ia akan meninggalkan masa kecilnya dan menerima gelar sebagai Ratu Iblis. Di sekelilingnya, ribuan iblis dari berbagai klan berkumpul. Mereka berdiri berjejer, memenuhi tanah luas di bawah altar. Beberapa memiliki sayap raksasa yang mengepak, menggetarkan udara. Yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Queen devil   Episode 2 Lanjutan

    Ratu Iblis Zhefora, yang kini tak lagi hanya seorang putri, berdiri di atas panggung batu besar, matahari yang terbenam memancarkan sinar merah ke seluruh kerajaan. Gaun hitam pekat yang dikenakannya berkilau di bawah cahaya senja, menambahkan kesan mistis pada dirinya. Di sekelilingnya, para prajurit manusia berdiri tegak, menyaksikan dengan penuh perhatian. Tidak ada iblis yang hadir di sana. Ini adalah hari milik manusia dan rakyat yang selama ini telah mengikuti perjalanan panjangnya. Setelah pelantikan yang penuh perayaan dengan darah iblis, Zhefora beralih pada peran barunya sebagai pemimpin bukan hanya untuk iblis, tetapi untuk seluruh rakyat manusia yang memilih untuk mengikutinya. Kerajaan yang besar ini, yang kini berada di bawah takhtanya, menantikan untuk melihat apakah ia bisa mengubah sejarah. Tidak ada lagi yang harus disembunyikan—bahwa seorang Ratu Iblis akan memimpin mereka. Di depan rakyat manusia, wajah Zhefora tampak lebih keras, lebih tegas dari sebelumnya, m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Queen devil   Episode 3 Pengkhianatan

    Di dalam istana yang megah namun kelam, Zhefora berdiri di hadapan cermin besar yang terbuat dari obsidian. Kilau merah dari matanya memantul di permukaan gelap itu, menampilkan sosoknya yang dingin dan tak tergoyahkan. Gaun hitam dengan corak ungu gelap membalut tubuhnya, sementara mahkota bertatahkan batu iblis berkilauan di kepalanya. Ia adalah penguasa mutlak, Ratu dari kegelapan, namun di dalam keheningan ini, ada sesuatu yang terasa hampa. Ia memejamkan mata sejenak, mengingat kembali hari-hari di mana ia harus merangkak dalam bayang-bayang, dijauhi bahkan oleh bangsanya sendiri. Cakra iblis yang mengalir dalam dirinya bukan anugerah, melainkan kutukan yang membuatnya dianggap berbeda. Dulu ia merindukan kehangatan, menginginkan penerimaan, tetapi kini? Itu semua sudah terkubur bersama masa lalunya. Ia bukan lagi gadis yang rapuh—ia adalah penguasa, dan tidak ada tempat bagi kelemahan. Langkah-langkah sepatu berhaknya menggema di sepanjang lorong istana. Pilar-pilar raksas

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Queen devil   episode 4

    Malam itu, istana terasa lebih sunyi dari biasanya.Di lorong-lorong panjang, obor api biru masih menyala seperti biasa, tetapi cahayanya tampak lebih redup. Udara dingin berhembus pelan, menelusup ke setiap celah dinding batu obsidian.Zhefora duduk di singgasananya, mengamati keanehan yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir.Bukan hanya perubahan kecil seperti obor yang meredup atau pintu yang bergeser sendiri.Bukan hanya suara langkah samar yang terdengar di lorong-lorong kosong.Tapi sesuatu yang lebih dari itu.Sesuatu… yang mengawasi.Bayangan di Balik Kegelapan“Yang Mulia.”Suara Erem memecah kesunyian. Ia berjalan mendekat, wajahnya tetap tenang, tetapi ada ketegangan di balik sorot matanya.“Apa yang kau temukan?” tanya Zhefora tanpa menoleh.Erem berhenti di beberapa langkah darinya. Ia tampak ragu sejenak.Lalu, dengan suara pelan, ia berkata, “Kami menemukan sebuah tanda.”Zhefora akhirnya menoleh. “Tanda?”Erem mengangguk. “Di ukir di lantai aula timur… dengan d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • Queen devil   Episode 7

    Dunia ini lebih dari sekadar perang antara iblis dan manusia. Ada mereka yang hidup dalam senyap, bergerak dalam bayangan, menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Di antara lembah curam yang tertutup kabut, Vordesh berdiri tanpa hukum, hanya dikuasai oleh mereka yang cukup kuat untuk bertahan. Kota ini adalah tempat di mana kepercayaan bisa dibeli, dan pengkhianatan adalah mata uang yang lebih berharga dari emas. Di salah satu sudut pasar yang remang-remang, seorang wanita bertudung gelap berusaha menyelinap di antara kerumunan. Nafasnya terengah, keringat dingin membasahi tengkuknya. Ia sedang diburu. Tangan kanannya erat menggenggam gulungan perkamen tua—bukan sembarang dokumen, melainkan sesuatu yang bisa mengubah keseimbangan dunia. Tiba-tiba, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya. Wanita itu menegang. Di hadapannya berdiri seorang pria tinggi berbaju hitam, mata merahnya berkilauan seperti bara api. Senyumnya tipis, dingin. "Kau membawa sesuatu yang berbaha

  • Queen devil   Episode 6

    Erem berdiri tegap di gerbang utama istana, matanya tajam mengawasi keadaan sekitar. Sebagai tangan kanan Ratu Zhefora, ia memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan keamanan kerajaan iblis. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, sesuatu yang jarang terjadi di wilayah yang dipenuhi energi iblis yang panas dan mengancam. Beberapa prajurit menghampirinya, memberi laporan tentang situasi di sekitar istana. "Perbatasan aman, Tuan Erem," ujar salah satu prajurit. Erem mengangguk, tetapi firasatnya mengatakan sebaliknya. Ada sesuatu yang tidak beres. Hawa di sekitarnya terasa berbeda—terlalu sunyi, seolah alam semesta menahan napas. Ia melangkah ke menara pengawas dan menatap ke arah hutan kegelapan yang mengelilingi kerajaan. Dalam kegelapan itu, ia menangkap sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Siluet-siluet bergerak di antara pepohonan, mata mereka merah menyala, tapi aura mereka… berbeda dari para iblis. Mereka bukan prajurit kerajaan iblis, juga bukan

  • Queen devil   episode 5

    Di dalam istana kegelapan yang menjulang tinggi, di balik jendela yang menghadap ke hamparan tanah tandus, Zhefora duduk dalam keheningan. Cahaya merah temaram dari kristal iblis yang menggantung di langit-langit kamarnya menerangi wajahnya yang pucat. Mata ungunya yang tajam menatap ke luar, ke arah langit kelam tanpa bintang. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada gemuruh. Tidak ada jeritan. Tidak ada bisikan-bisikan penuh kebencian yang mengganggu pikirannya. Hanya ada keheningan yang mengalir seperti air dingin di dalam dadanya. Ia menghela napas pelan, membiarkan tubuhnya sedikit bersandar ke kursi megah berlapis beludru hitam. Jemarinya yang ramping menyentuh permukaan meja kayu eboni di hadapannya. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Seolah-olah dunia memberi jeda, sekejap saja, untuk membiarkannya bernapas. "Kenapa tenang sekali?" batinnya. Namun, bukannya jawaban dari luar, yang menjawab justru adalah sesuatu yang ada di dalam dirinya. "Karena kau mul

  • Queen devil   episode 4

    Malam itu, istana terasa lebih sunyi dari biasanya.Di lorong-lorong panjang, obor api biru masih menyala seperti biasa, tetapi cahayanya tampak lebih redup. Udara dingin berhembus pelan, menelusup ke setiap celah dinding batu obsidian.Zhefora duduk di singgasananya, mengamati keanehan yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir.Bukan hanya perubahan kecil seperti obor yang meredup atau pintu yang bergeser sendiri.Bukan hanya suara langkah samar yang terdengar di lorong-lorong kosong.Tapi sesuatu yang lebih dari itu.Sesuatu… yang mengawasi.Bayangan di Balik Kegelapan“Yang Mulia.”Suara Erem memecah kesunyian. Ia berjalan mendekat, wajahnya tetap tenang, tetapi ada ketegangan di balik sorot matanya.“Apa yang kau temukan?” tanya Zhefora tanpa menoleh.Erem berhenti di beberapa langkah darinya. Ia tampak ragu sejenak.Lalu, dengan suara pelan, ia berkata, “Kami menemukan sebuah tanda.”Zhefora akhirnya menoleh. “Tanda?”Erem mengangguk. “Di ukir di lantai aula timur… dengan d

  • Queen devil   Episode 3 Pengkhianatan

    Di dalam istana yang megah namun kelam, Zhefora berdiri di hadapan cermin besar yang terbuat dari obsidian. Kilau merah dari matanya memantul di permukaan gelap itu, menampilkan sosoknya yang dingin dan tak tergoyahkan. Gaun hitam dengan corak ungu gelap membalut tubuhnya, sementara mahkota bertatahkan batu iblis berkilauan di kepalanya. Ia adalah penguasa mutlak, Ratu dari kegelapan, namun di dalam keheningan ini, ada sesuatu yang terasa hampa. Ia memejamkan mata sejenak, mengingat kembali hari-hari di mana ia harus merangkak dalam bayang-bayang, dijauhi bahkan oleh bangsanya sendiri. Cakra iblis yang mengalir dalam dirinya bukan anugerah, melainkan kutukan yang membuatnya dianggap berbeda. Dulu ia merindukan kehangatan, menginginkan penerimaan, tetapi kini? Itu semua sudah terkubur bersama masa lalunya. Ia bukan lagi gadis yang rapuh—ia adalah penguasa, dan tidak ada tempat bagi kelemahan. Langkah-langkah sepatu berhaknya menggema di sepanjang lorong istana. Pilar-pilar raksas

  • Queen devil   Episode 2 Lanjutan

    Ratu Iblis Zhefora, yang kini tak lagi hanya seorang putri, berdiri di atas panggung batu besar, matahari yang terbenam memancarkan sinar merah ke seluruh kerajaan. Gaun hitam pekat yang dikenakannya berkilau di bawah cahaya senja, menambahkan kesan mistis pada dirinya. Di sekelilingnya, para prajurit manusia berdiri tegak, menyaksikan dengan penuh perhatian. Tidak ada iblis yang hadir di sana. Ini adalah hari milik manusia dan rakyat yang selama ini telah mengikuti perjalanan panjangnya. Setelah pelantikan yang penuh perayaan dengan darah iblis, Zhefora beralih pada peran barunya sebagai pemimpin bukan hanya untuk iblis, tetapi untuk seluruh rakyat manusia yang memilih untuk mengikutinya. Kerajaan yang besar ini, yang kini berada di bawah takhtanya, menantikan untuk melihat apakah ia bisa mengubah sejarah. Tidak ada lagi yang harus disembunyikan—bahwa seorang Ratu Iblis akan memimpin mereka. Di depan rakyat manusia, wajah Zhefora tampak lebih keras, lebih tegas dari sebelumnya, m

  • Queen devil   Episode 1: Kenaikan Tahta Ratu Iblis Zhefora

    Langit Merah dan Takdir yang Terukir Di atas langit kerajaan iblis, cahaya merah menyala seperti bara api yang berkobar. Angin kencang berdesir, membawa aroma belerang dan debu magis yang berkilauan di udara. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini adalah hari di mana seorang ratu baru akan bangkit, menggantikan penguasa sebelumnya. Di tengah altar batu hitam yang menjulang di pusat istana, seorang gadis berdiri dengan jubah panjang berwarna merah darah yang berkibar tertiup angin. Dia adalah Zhefora, sang pewaris tahta kerajaan iblis. Mata hitam legamnya menatap tajam ke depan, menyiratkan keteguhan hati yang tak tergoyahkan. Usianya baru 16 tahun, tetapi beban takdir yang ia emban jauh lebih berat dari usianya. Hari ini, ia akan meninggalkan masa kecilnya dan menerima gelar sebagai Ratu Iblis. Di sekelilingnya, ribuan iblis dari berbagai klan berkumpul. Mereka berdiri berjejer, memenuhi tanah luas di bawah altar. Beberapa memiliki sayap raksasa yang mengepak, menggetarkan udara. Yan

  • Queen devil   Prolog

    Takdir Sang Ratu IblisGadis kecil itu berdiri di tengah aula megah yang dingin, sendirian. Cahaya redup dari obor yang tergantung di dinding membuat bayangannya memanjang di lantai marmer hitam. Matanya yang merah menyala menatap lurus ke depan, penuh keteguhan yang terlalu besar untuk anak seusianya.Di sekelilingnya, para bangsawan iblis berbisik satu sama lain, bisikan yang cukup lirih untuk terdengar namun cukup menusuk untuk melukai."Anak itu bukan seperti kita.""Apa kau bisa merasakannya? Energinya begitu jahat, bahkan untuk kita sendiri.""Bagaimana bisa darah kerajaan mengalir dalam tubuhnya? Ini adalah aib."Zhefora tahu. Ia selalu tahu.Sejak ia mengerti dunia, ia tahu bahwa ia tidak diinginkan. Sejak ia bisa berbicara, ia tahu bahwa kata-katanya tidak pernah diinginkan. Sejak ia bisa berjalan, ia tahu bahwa keberadaannya lebih mirip kutukan daripada anugerah.Cakra iblis yang mengalir dalam tubuhnya terlalu kuat, terlalu mengerikan, bahkan bagi kaum iblis yang terbiasa d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status