Share

episode 4

Penulis: ellieleven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 11:21:22

Malam itu, istana terasa lebih sunyi dari biasanya.

Di lorong-lorong panjang, obor api biru masih menyala seperti biasa, tetapi cahayanya tampak lebih redup. Udara dingin berhembus pelan, menelusup ke setiap celah dinding batu obsidian.

Zhefora duduk di singgasananya, mengamati keanehan yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Bukan hanya perubahan kecil seperti obor yang meredup atau pintu yang bergeser sendiri.

Bukan hanya suara langkah samar yang terdengar di lorong-lorong kosong.

Tapi sesuatu yang lebih dari itu.

Sesuatu… yang mengawasi.

Bayangan di Balik Kegelapan

“Yang Mulia.”

Suara Erem memecah kesunyian. Ia berjalan mendekat, wajahnya tetap tenang, tetapi ada ketegangan di balik sorot matanya.

“Apa yang kau temukan?” tanya Zhefora tanpa menoleh.

Erem berhenti di beberapa langkah darinya. Ia tampak ragu sejenak.

Lalu, dengan suara pelan, ia berkata, “Kami menemukan sebuah tanda.”

Zhefora akhirnya menoleh. “Tanda?”

Erem mengangguk. “Di ukir di lantai aula timur… dengan darah.”

Sejenak, kesunyian melingkupi mereka.

Zhefora berdiri, jubah hitamnya berdesir pelan saat ia berjalan. Ia tidak bertanya lagi.

Ia hanya ingin melihatnya sendiri.

Tanda yang Tak Seharusnya Ada

Aula timur sudah disegel sejak eksekusi Armis. Tidak ada seorang pun yang seharusnya bisa masuk ke sana.

Namun saat Zhefora tiba, ia melihatnya.

Di tengah aula batu hitam, sebuah lambang aneh terukir dalam warna merah gelap.

Bukan sembarang simbol.

Bukan pula bahasa iblis.

Ini adalah sesuatu yang lebih tua.

Sesaat, udara di sekitar ruangan menjadi lebih berat. Langkah prajurit yang berjaga terdengar lebih pelan, seolah sesuatu di dalam ruangan ini menyerap suara mereka.

Zhefora berlutut, jarinya menyentuh pinggiran simbol itu.

Dan saat itu juga—

Matanya melebar.

WUSHH!

Sebuah bisikan menggema di dalam kepalanya.

"Ratu Kegelapan… Kau terlalu lambat…"

Zhefora terdiam. Bisikan itu tidak datang dari luar.

Itu datang dari dalam pikirannya sendiri.

Atau mungkin… dari dalam istana ini.

Ia menarik tangannya dari simbol itu dan berdiri perlahan. Matanya menyapu ruangan, mencari sesuatu yang tidak terlihat.

“Apa yang kau dengar?” suara Erem rendah, nyaris berbisik.

Zhefora menoleh padanya.

Ia tidak menjawab.

Karena jika Erem tidak mendengar apa pun…

Maka ini hanya untuknya.

Dan itu berarti… seseorang, atau sesuatu, sedang mencoba berbicara langsung padanya.

Malam yang Tak Terpecahkan

Malam itu, Zhefora kembali ke kamarnya.

Ia menutup pintu, membiarkan cakra pelindungnya aktif. Tidak ada makhluk yang bisa menembus pertahanannya.

Tidak ada yang bisa masuk.

Dan itulah yang membuatnya semakin yakin.

Jika ada yang ingin berbicara dengannya…

Maka mereka akan mencari cara lain.

Zhefora duduk di tengah ruangan, membiarkan kegelapan menyelimutinya.

Ia menutup matanya, mencoba merasakan apa pun yang berusaha mendekatinya.

Hening.

Tidak ada suara.

Tidak ada bayangan.

Namun, jauh di dalam pikirannya…

Ada sesuatu yang berbisik.

"Aku sudah ada di sini sejak awal…"

Zhefora membuka matanya.

Tatapannya tetap dingin.

Namun di dalam hatinya, ia tahu…

Pertarungan sebenarnya belum dimulai.

-------

Hanya bisikan, tetapi cukup untuk menimbulkan ketegangan yang samar di udara.

Zhefora tidak bergerak.

Namun, cakra iblisnya merespons, menggetarkan udara dengan riak halus. Ia menajamkan indranya, mencari kejanggalan sekecil apa pun.

Dan kemudian, ia menyadarinya.

Ada sesuatu yang berbeda dengan udara di sekitarnya.

Bukan musuh.

Bukan penyusup.

Tapi keberadaan yang tak terlihat.

Ia tidak perlu bertanya.

Tidak perlu mencari.

Karena sesuatu itu ada di dalam dirinya.

Api di ruangan padam seketika.

Dan di dalam kegelapan yang mendadak jatuh…

Kilasan bayangan muncul.

Siluet seseorang berdiri di sudut ruangan, dengan sayap hitam robek, memandangnya dari kejauhan.

Sekejap.

Lalu lenyap.

Hanya menyisakan keheningan.

Zhefora tidak bereaksi.

Hanya menghela napas, lalu berbalik meninggalkan ruangan.

Pagi yang Ganjil

Matahari neraka merayapi dinding istana dengan sinar merah tua.

Zhefora berjalan menuju aula utama. Langkahnya tenang, tanpa tergesa-gesa.

Erem sudah menunggu di sana, ekspresinya lebih kaku dari biasanya.

"Yang Mulia," panggilnya, sedikit ragu.

Zhefora berhenti di hadapannya.

Erem menunduk, lalu berkata pelan, "Ada sesuatu yang terjadi tadi malam."

Zhefora tetap diam.

Erem memberi isyarat, dan prajurit membuka pintu menuju dinding batu hitam di dalam aula utama.

Zhefora melihatnya.

Goresan tajam di dinding.

Tulisan yang terukir dengan kasar, seolah dibuat dengan cakar.

"Aku akan kembali… lebih cepat dari yang kau kira."

Udara di sekitarnya terasa sedikit lebih berat.

Erem menunggu reaksinya. Namun, seperti biasa, Zhefora tidak menunjukkan apa pun.

Ia hanya membaca tulisan itu sejenak.

Lalu, dengan tenang, ia melangkah pergi.

Meninggalkan aula tanpa sepatah kata pun.

Erem menatap punggung ratunya yang menjauh.

Zhefora tahu sesuatu.

Tapi seperti biasa…

Ia tidak akan mengatakannya.

------

Episode 7: Pertanda dari Kegelapan

Erem menegang. Cahaya lavender yang berpendar di iris Zhefora bukan pertanda baik.

Berkali-kali dalam hidupnya, cahaya itu menyala.

Saat ia masih bayi—malam ketika badai petir ungu melanda istana, menciptakan celah dimensi yang hampir membelah dunia iblis.

Saat ia beranjak remaja—sehari sebelum perang besar meletus dan kerajaan iblis nyaris jatuh.

Dan yang terakhir, saat ia berdiri di samping takhta ibunya…

Sesaat sebelum sang Ratu Iblis terbunuh.

Sekarang, cahaya itu kembali menyala.

Dan Erem tahu… sesuatu akan terjadi.

"Yang Mulia…" suaranya berat, hati-hati. "Iris mata Anda…"

Zhefora tidak menjawab. Hanya diam, membiarkan cahaya itu berpendar di irisnya, seolah menerima sesuatu yang tak kasatmata.

Namun, seketika… udara berubah.

Hening.

Terlalu hening.

Aula istana yang luas seakan kehilangan suara.

Prajurit yang berjaga mundur selangkah tanpa sadar, merasa sesuatu yang tidak mereka mengerti.

Erem menggertakkan giginya, lalu menatap lurus ke arah Zhefora.

"Yang Mulia, ini bukan kebetulan. Cahaya itu…"

BRAK!

Sebuah getaran mengguncang lantai marmer hitam. Api biru di pilar-pilar berkedip liar, seolah berusaha mempertahankan eksistensinya.

Lalu, suara itu datang.

Bukan bisikan.

Bukan ilusi.

Tetapi suara dalam yang bergetar seperti gemuruh badai.

"Sudah waktunya, Zhefora."

Seketika, api neraka di aula padam.

Kegelapan menelan segalanya.

Dan di antara bayangan yang bergerak…

Sebuah sosok mulai terbentuk.

-------

Sosok itu muncul dari kegelapan.

Bukan berbentuk jelas, bukan entitas dengan wujud nyata—hanya bayangan yang terus berputar, membentuk siluet samar yang berubah-ubah.

Udara di dalam aula terasa semakin berat, seakan waktu itu sendiri melambat.

Erem berdiri tegak di sisi Zhefora.

Sebagai tangan kanan sang ratu, ia sudah terbiasa menghadapi berbagai ancaman, tapi kali ini…

Ada sesuatu yang berbeda.

Bukan rasa takut, bukan amarah—tapi firasat bahwa mereka sedang diberi sesuatu.

Lalu, dari bayangan itu…

Muncul suara.

Datar, tanpa emosi, namun bergema langsung di dalam kepala mereka.

"Zhefora, dengarkan."

Bayangan itu berputar lebih cepat, lalu membentuk sebuah pola di udara.

Sebuah simbol kuno—lambang peringatan.

Erem menajamkan tatapannya. Itu adalah kode penanda.

Bukan musuh, bukan ancaman. Tetapi sebuah pesan.

"Musuhmu tidak berada di luar istana."

Suara itu semakin dalam.

"Ia bersembunyi di antara orang-orang yang kau percayai."

Jantung Erem berdetak cepat. Ia melirik Zhefora, menunggu reaksinya.

Namun, Zhefora tetap tenang.

Tidak ada kemarahan. Tidak ada kegelisahan.

Hanya ketenangan mutlak.

Seolah ia sudah menduga hal ini sejak awal.

"Waktunya sudah dekat, Ratu Iblis. Mata lavendermu tidak berbohong."

Bayangan itu mulai memudar, meninggalkan sisa suara terakhir yang nyaris seperti bisikan.

"Jangan terlambat."

Lalu, dalam sekejap—segala sesuatu kembali normal.

Api biru menyala kembali di pilar-pilar, udara kembali terasa ringan.

Seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

Namun Erem tahu…

Sesuatu telah berubah.

Ia menatap Zhefora, menunggu reaksi sang ratu.

Tetapi wanita itu hanya berbalik perlahan.

Berjalan meninggalkan aula dengan langkah yang sama tenangnya seperti saat ia datang.

Erem menggertakkan gigi.

Karena ia tahu—ketenangan Zhefora bukanlah tanda bahwa semuanya baik-baik saja.

Melainkan tanda bahwa badai besar sedang menunggu di depan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Queen devil   episode 5

    Di dalam istana kegelapan yang menjulang tinggi, di balik jendela yang menghadap ke hamparan tanah tandus, Zhefora duduk dalam keheningan. Cahaya merah temaram dari kristal iblis yang menggantung di langit-langit kamarnya menerangi wajahnya yang pucat. Mata ungunya yang tajam menatap ke luar, ke arah langit kelam tanpa bintang. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada gemuruh. Tidak ada jeritan. Tidak ada bisikan-bisikan penuh kebencian yang mengganggu pikirannya. Hanya ada keheningan yang mengalir seperti air dingin di dalam dadanya. Ia menghela napas pelan, membiarkan tubuhnya sedikit bersandar ke kursi megah berlapis beludru hitam. Jemarinya yang ramping menyentuh permukaan meja kayu eboni di hadapannya. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Seolah-olah dunia memberi jeda, sekejap saja, untuk membiarkannya bernapas. "Kenapa tenang sekali?" batinnya. Namun, bukannya jawaban dari luar, yang menjawab justru adalah sesuatu yang ada di dalam dirinya. "Karena kau mul

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Queen devil   Episode 6

    Erem berdiri tegap di gerbang utama istana, matanya tajam mengawasi keadaan sekitar. Sebagai tangan kanan Ratu Zhefora, ia memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan keamanan kerajaan iblis. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, sesuatu yang jarang terjadi di wilayah yang dipenuhi energi iblis yang panas dan mengancam. Beberapa prajurit menghampirinya, memberi laporan tentang situasi di sekitar istana. "Perbatasan aman, Tuan Erem," ujar salah satu prajurit. Erem mengangguk, tetapi firasatnya mengatakan sebaliknya. Ada sesuatu yang tidak beres. Hawa di sekitarnya terasa berbeda—terlalu sunyi, seolah alam semesta menahan napas. Ia melangkah ke menara pengawas dan menatap ke arah hutan kegelapan yang mengelilingi kerajaan. Dalam kegelapan itu, ia menangkap sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Siluet-siluet bergerak di antara pepohonan, mata mereka merah menyala, tapi aura mereka… berbeda dari para iblis. Mereka bukan prajurit kerajaan iblis, juga bukan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Queen devil   Episode 7

    Dunia ini lebih dari sekadar perang antara iblis dan manusia. Ada mereka yang hidup dalam senyap, bergerak dalam bayangan, menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Di antara lembah curam yang tertutup kabut, Vordesh berdiri tanpa hukum, hanya dikuasai oleh mereka yang cukup kuat untuk bertahan. Kota ini adalah tempat di mana kepercayaan bisa dibeli, dan pengkhianatan adalah mata uang yang lebih berharga dari emas. Di salah satu sudut pasar yang remang-remang, seorang wanita bertudung gelap berusaha menyelinap di antara kerumunan. Nafasnya terengah, keringat dingin membasahi tengkuknya. Ia sedang diburu. Tangan kanannya erat menggenggam gulungan perkamen tua—bukan sembarang dokumen, melainkan sesuatu yang bisa mengubah keseimbangan dunia. Tiba-tiba, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya. Wanita itu menegang. Di hadapannya berdiri seorang pria tinggi berbaju hitam, mata merahnya berkilauan seperti bara api. Senyumnya tipis, dingin. "Kau membawa sesuatu yang berbaha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Queen devil   Prolog

    Takdir Sang Ratu IblisGadis kecil itu berdiri di tengah aula megah yang dingin, sendirian. Cahaya redup dari obor yang tergantung di dinding membuat bayangannya memanjang di lantai marmer hitam. Matanya yang merah menyala menatap lurus ke depan, penuh keteguhan yang terlalu besar untuk anak seusianya.Di sekelilingnya, para bangsawan iblis berbisik satu sama lain, bisikan yang cukup lirih untuk terdengar namun cukup menusuk untuk melukai."Anak itu bukan seperti kita.""Apa kau bisa merasakannya? Energinya begitu jahat, bahkan untuk kita sendiri.""Bagaimana bisa darah kerajaan mengalir dalam tubuhnya? Ini adalah aib."Zhefora tahu. Ia selalu tahu.Sejak ia mengerti dunia, ia tahu bahwa ia tidak diinginkan. Sejak ia bisa berbicara, ia tahu bahwa kata-katanya tidak pernah diinginkan. Sejak ia bisa berjalan, ia tahu bahwa keberadaannya lebih mirip kutukan daripada anugerah.Cakra iblis yang mengalir dalam tubuhnya terlalu kuat, terlalu mengerikan, bahkan bagi kaum iblis yang terbiasa d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Queen devil   Episode 1: Kenaikan Tahta Ratu Iblis Zhefora

    Langit Merah dan Takdir yang Terukir Di atas langit kerajaan iblis, cahaya merah menyala seperti bara api yang berkobar. Angin kencang berdesir, membawa aroma belerang dan debu magis yang berkilauan di udara. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini adalah hari di mana seorang ratu baru akan bangkit, menggantikan penguasa sebelumnya. Di tengah altar batu hitam yang menjulang di pusat istana, seorang gadis berdiri dengan jubah panjang berwarna merah darah yang berkibar tertiup angin. Dia adalah Zhefora, sang pewaris tahta kerajaan iblis. Mata hitam legamnya menatap tajam ke depan, menyiratkan keteguhan hati yang tak tergoyahkan. Usianya baru 16 tahun, tetapi beban takdir yang ia emban jauh lebih berat dari usianya. Hari ini, ia akan meninggalkan masa kecilnya dan menerima gelar sebagai Ratu Iblis. Di sekelilingnya, ribuan iblis dari berbagai klan berkumpul. Mereka berdiri berjejer, memenuhi tanah luas di bawah altar. Beberapa memiliki sayap raksasa yang mengepak, menggetarkan udara. Yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Queen devil   Episode 2 Lanjutan

    Ratu Iblis Zhefora, yang kini tak lagi hanya seorang putri, berdiri di atas panggung batu besar, matahari yang terbenam memancarkan sinar merah ke seluruh kerajaan. Gaun hitam pekat yang dikenakannya berkilau di bawah cahaya senja, menambahkan kesan mistis pada dirinya. Di sekelilingnya, para prajurit manusia berdiri tegak, menyaksikan dengan penuh perhatian. Tidak ada iblis yang hadir di sana. Ini adalah hari milik manusia dan rakyat yang selama ini telah mengikuti perjalanan panjangnya. Setelah pelantikan yang penuh perayaan dengan darah iblis, Zhefora beralih pada peran barunya sebagai pemimpin bukan hanya untuk iblis, tetapi untuk seluruh rakyat manusia yang memilih untuk mengikutinya. Kerajaan yang besar ini, yang kini berada di bawah takhtanya, menantikan untuk melihat apakah ia bisa mengubah sejarah. Tidak ada lagi yang harus disembunyikan—bahwa seorang Ratu Iblis akan memimpin mereka. Di depan rakyat manusia, wajah Zhefora tampak lebih keras, lebih tegas dari sebelumnya, m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Queen devil   Episode 3 Pengkhianatan

    Di dalam istana yang megah namun kelam, Zhefora berdiri di hadapan cermin besar yang terbuat dari obsidian. Kilau merah dari matanya memantul di permukaan gelap itu, menampilkan sosoknya yang dingin dan tak tergoyahkan. Gaun hitam dengan corak ungu gelap membalut tubuhnya, sementara mahkota bertatahkan batu iblis berkilauan di kepalanya. Ia adalah penguasa mutlak, Ratu dari kegelapan, namun di dalam keheningan ini, ada sesuatu yang terasa hampa. Ia memejamkan mata sejenak, mengingat kembali hari-hari di mana ia harus merangkak dalam bayang-bayang, dijauhi bahkan oleh bangsanya sendiri. Cakra iblis yang mengalir dalam dirinya bukan anugerah, melainkan kutukan yang membuatnya dianggap berbeda. Dulu ia merindukan kehangatan, menginginkan penerimaan, tetapi kini? Itu semua sudah terkubur bersama masa lalunya. Ia bukan lagi gadis yang rapuh—ia adalah penguasa, dan tidak ada tempat bagi kelemahan. Langkah-langkah sepatu berhaknya menggema di sepanjang lorong istana. Pilar-pilar raksas

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • Queen devil   Episode 7

    Dunia ini lebih dari sekadar perang antara iblis dan manusia. Ada mereka yang hidup dalam senyap, bergerak dalam bayangan, menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Di antara lembah curam yang tertutup kabut, Vordesh berdiri tanpa hukum, hanya dikuasai oleh mereka yang cukup kuat untuk bertahan. Kota ini adalah tempat di mana kepercayaan bisa dibeli, dan pengkhianatan adalah mata uang yang lebih berharga dari emas. Di salah satu sudut pasar yang remang-remang, seorang wanita bertudung gelap berusaha menyelinap di antara kerumunan. Nafasnya terengah, keringat dingin membasahi tengkuknya. Ia sedang diburu. Tangan kanannya erat menggenggam gulungan perkamen tua—bukan sembarang dokumen, melainkan sesuatu yang bisa mengubah keseimbangan dunia. Tiba-tiba, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya. Wanita itu menegang. Di hadapannya berdiri seorang pria tinggi berbaju hitam, mata merahnya berkilauan seperti bara api. Senyumnya tipis, dingin. "Kau membawa sesuatu yang berbaha

  • Queen devil   Episode 6

    Erem berdiri tegap di gerbang utama istana, matanya tajam mengawasi keadaan sekitar. Sebagai tangan kanan Ratu Zhefora, ia memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan keamanan kerajaan iblis. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, sesuatu yang jarang terjadi di wilayah yang dipenuhi energi iblis yang panas dan mengancam. Beberapa prajurit menghampirinya, memberi laporan tentang situasi di sekitar istana. "Perbatasan aman, Tuan Erem," ujar salah satu prajurit. Erem mengangguk, tetapi firasatnya mengatakan sebaliknya. Ada sesuatu yang tidak beres. Hawa di sekitarnya terasa berbeda—terlalu sunyi, seolah alam semesta menahan napas. Ia melangkah ke menara pengawas dan menatap ke arah hutan kegelapan yang mengelilingi kerajaan. Dalam kegelapan itu, ia menangkap sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Siluet-siluet bergerak di antara pepohonan, mata mereka merah menyala, tapi aura mereka… berbeda dari para iblis. Mereka bukan prajurit kerajaan iblis, juga bukan

  • Queen devil   episode 5

    Di dalam istana kegelapan yang menjulang tinggi, di balik jendela yang menghadap ke hamparan tanah tandus, Zhefora duduk dalam keheningan. Cahaya merah temaram dari kristal iblis yang menggantung di langit-langit kamarnya menerangi wajahnya yang pucat. Mata ungunya yang tajam menatap ke luar, ke arah langit kelam tanpa bintang. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada gemuruh. Tidak ada jeritan. Tidak ada bisikan-bisikan penuh kebencian yang mengganggu pikirannya. Hanya ada keheningan yang mengalir seperti air dingin di dalam dadanya. Ia menghela napas pelan, membiarkan tubuhnya sedikit bersandar ke kursi megah berlapis beludru hitam. Jemarinya yang ramping menyentuh permukaan meja kayu eboni di hadapannya. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Seolah-olah dunia memberi jeda, sekejap saja, untuk membiarkannya bernapas. "Kenapa tenang sekali?" batinnya. Namun, bukannya jawaban dari luar, yang menjawab justru adalah sesuatu yang ada di dalam dirinya. "Karena kau mul

  • Queen devil   episode 4

    Malam itu, istana terasa lebih sunyi dari biasanya.Di lorong-lorong panjang, obor api biru masih menyala seperti biasa, tetapi cahayanya tampak lebih redup. Udara dingin berhembus pelan, menelusup ke setiap celah dinding batu obsidian.Zhefora duduk di singgasananya, mengamati keanehan yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir.Bukan hanya perubahan kecil seperti obor yang meredup atau pintu yang bergeser sendiri.Bukan hanya suara langkah samar yang terdengar di lorong-lorong kosong.Tapi sesuatu yang lebih dari itu.Sesuatu… yang mengawasi.Bayangan di Balik Kegelapan“Yang Mulia.”Suara Erem memecah kesunyian. Ia berjalan mendekat, wajahnya tetap tenang, tetapi ada ketegangan di balik sorot matanya.“Apa yang kau temukan?” tanya Zhefora tanpa menoleh.Erem berhenti di beberapa langkah darinya. Ia tampak ragu sejenak.Lalu, dengan suara pelan, ia berkata, “Kami menemukan sebuah tanda.”Zhefora akhirnya menoleh. “Tanda?”Erem mengangguk. “Di ukir di lantai aula timur… dengan d

  • Queen devil   Episode 3 Pengkhianatan

    Di dalam istana yang megah namun kelam, Zhefora berdiri di hadapan cermin besar yang terbuat dari obsidian. Kilau merah dari matanya memantul di permukaan gelap itu, menampilkan sosoknya yang dingin dan tak tergoyahkan. Gaun hitam dengan corak ungu gelap membalut tubuhnya, sementara mahkota bertatahkan batu iblis berkilauan di kepalanya. Ia adalah penguasa mutlak, Ratu dari kegelapan, namun di dalam keheningan ini, ada sesuatu yang terasa hampa. Ia memejamkan mata sejenak, mengingat kembali hari-hari di mana ia harus merangkak dalam bayang-bayang, dijauhi bahkan oleh bangsanya sendiri. Cakra iblis yang mengalir dalam dirinya bukan anugerah, melainkan kutukan yang membuatnya dianggap berbeda. Dulu ia merindukan kehangatan, menginginkan penerimaan, tetapi kini? Itu semua sudah terkubur bersama masa lalunya. Ia bukan lagi gadis yang rapuh—ia adalah penguasa, dan tidak ada tempat bagi kelemahan. Langkah-langkah sepatu berhaknya menggema di sepanjang lorong istana. Pilar-pilar raksas

  • Queen devil   Episode 2 Lanjutan

    Ratu Iblis Zhefora, yang kini tak lagi hanya seorang putri, berdiri di atas panggung batu besar, matahari yang terbenam memancarkan sinar merah ke seluruh kerajaan. Gaun hitam pekat yang dikenakannya berkilau di bawah cahaya senja, menambahkan kesan mistis pada dirinya. Di sekelilingnya, para prajurit manusia berdiri tegak, menyaksikan dengan penuh perhatian. Tidak ada iblis yang hadir di sana. Ini adalah hari milik manusia dan rakyat yang selama ini telah mengikuti perjalanan panjangnya. Setelah pelantikan yang penuh perayaan dengan darah iblis, Zhefora beralih pada peran barunya sebagai pemimpin bukan hanya untuk iblis, tetapi untuk seluruh rakyat manusia yang memilih untuk mengikutinya. Kerajaan yang besar ini, yang kini berada di bawah takhtanya, menantikan untuk melihat apakah ia bisa mengubah sejarah. Tidak ada lagi yang harus disembunyikan—bahwa seorang Ratu Iblis akan memimpin mereka. Di depan rakyat manusia, wajah Zhefora tampak lebih keras, lebih tegas dari sebelumnya, m

  • Queen devil   Episode 1: Kenaikan Tahta Ratu Iblis Zhefora

    Langit Merah dan Takdir yang Terukir Di atas langit kerajaan iblis, cahaya merah menyala seperti bara api yang berkobar. Angin kencang berdesir, membawa aroma belerang dan debu magis yang berkilauan di udara. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini adalah hari di mana seorang ratu baru akan bangkit, menggantikan penguasa sebelumnya. Di tengah altar batu hitam yang menjulang di pusat istana, seorang gadis berdiri dengan jubah panjang berwarna merah darah yang berkibar tertiup angin. Dia adalah Zhefora, sang pewaris tahta kerajaan iblis. Mata hitam legamnya menatap tajam ke depan, menyiratkan keteguhan hati yang tak tergoyahkan. Usianya baru 16 tahun, tetapi beban takdir yang ia emban jauh lebih berat dari usianya. Hari ini, ia akan meninggalkan masa kecilnya dan menerima gelar sebagai Ratu Iblis. Di sekelilingnya, ribuan iblis dari berbagai klan berkumpul. Mereka berdiri berjejer, memenuhi tanah luas di bawah altar. Beberapa memiliki sayap raksasa yang mengepak, menggetarkan udara. Yan

  • Queen devil   Prolog

    Takdir Sang Ratu IblisGadis kecil itu berdiri di tengah aula megah yang dingin, sendirian. Cahaya redup dari obor yang tergantung di dinding membuat bayangannya memanjang di lantai marmer hitam. Matanya yang merah menyala menatap lurus ke depan, penuh keteguhan yang terlalu besar untuk anak seusianya.Di sekelilingnya, para bangsawan iblis berbisik satu sama lain, bisikan yang cukup lirih untuk terdengar namun cukup menusuk untuk melukai."Anak itu bukan seperti kita.""Apa kau bisa merasakannya? Energinya begitu jahat, bahkan untuk kita sendiri.""Bagaimana bisa darah kerajaan mengalir dalam tubuhnya? Ini adalah aib."Zhefora tahu. Ia selalu tahu.Sejak ia mengerti dunia, ia tahu bahwa ia tidak diinginkan. Sejak ia bisa berbicara, ia tahu bahwa kata-katanya tidak pernah diinginkan. Sejak ia bisa berjalan, ia tahu bahwa keberadaannya lebih mirip kutukan daripada anugerah.Cakra iblis yang mengalir dalam tubuhnya terlalu kuat, terlalu mengerikan, bahkan bagi kaum iblis yang terbiasa d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status