Home / Fantasi / Queen devil / Episode 2 Lanjutan

Share

Episode 2 Lanjutan

Author: ellieleven
last update Huling Na-update: 2025-02-07 00:16:49

Ratu Iblis Zhefora, yang kini tak lagi hanya seorang putri, berdiri di atas panggung batu besar, matahari yang terbenam memancarkan sinar merah ke seluruh kerajaan. Gaun hitam pekat yang dikenakannya berkilau di bawah cahaya senja, menambahkan kesan mistis pada dirinya. Di sekelilingnya, para prajurit manusia berdiri tegak, menyaksikan dengan penuh perhatian. Tidak ada iblis yang hadir di sana. Ini adalah hari milik manusia dan rakyat yang selama ini telah mengikuti perjalanan panjangnya.

Setelah pelantikan yang penuh perayaan dengan darah iblis, Zhefora beralih pada peran barunya sebagai pemimpin bukan hanya untuk iblis, tetapi untuk seluruh rakyat manusia yang memilih untuk mengikutinya.

Kerajaan yang besar ini, yang kini berada di bawah takhtanya, menantikan untuk melihat apakah ia bisa mengubah sejarah. Tidak ada lagi yang harus disembunyikan—bahwa seorang Ratu Iblis akan memimpin mereka.

Di depan rakyat manusia, wajah Zhefora tampak lebih keras, lebih tegas dari sebelumnya, meski sedikit lebih tenang. Ia menatap mereka semua, mengamati ekspresi mereka. Ada keraguan di beberapa wajah, ada juga yang tampak penuh harapan, bahkan rasa takut. Ia tahu, ini adalah momen yang akan menentukan nasibnya, dan nasib rakyat yang ada di hadapannya.

Dengan tangan terangkat, ia memberi isyarat agar kerumunan diam. Keheningan yang dalam menyelimuti udara, hanya suara angin yang menggetarkan daun-daun pohon.

Zhefora membuka mulutnya, suaranya terdengar rendah, namun penuh wibawa. "Aku berdiri di hadapanmu, bukan hanya sebagai Ratu Iblis, tetapi sebagai pemimpin yang akan membawa perubahan. Kerajaan ini bukan lagi milik iblis semata, tapi milik kita semua—manusia dan iblis yang saling bersatu."

Ada sedikit getaran dalam suaranya saat ia menyebut "bersatu". Meskipun ia berusaha untuk terlihat tegas, ia tahu bahwa ini adalah tugas yang tidak mudah. Semua mata memandangnya, dan ia bisa merasakan beban tanggung jawab yang besar pada pundaknya.

Seorang prajurit yang berdiri di barisan paling depan melangkah maju. Wajahnya menunjukkan kesan kebingungan, dan di tangannya, ia memegang sebuah pedang besar yang terbuat dari logam yang bersinar terang. Ia menghentikan langkahnya, berdiri tegak, dan memandang Zhefora dengan penuh perhatian.

"Ratu Zhefora," katanya dengan suara berat. "Apakah kamu yakin kita bisa hidup berdampingan, tanpa rasa takut atau kebencian antara kita? Dulu, iblis selalu menjadi ancaman bagi manusia. Apa yang membuatmu berbeda?"

Zhefora menatap prajurit itu, matanya tajam dan penuh keyakinan. “Manusia dan iblis telah lama terpisah oleh kebencian dan rasa takut. Tapi bukan kebencian yang akan menyelamatkan kita. Bukan ketakutan yang akan membawa kita menuju kedamaian.” Ia menatap kerumunan rakyat yang kini semakin banyak. “Aku di sini untuk memberi kesempatan, untuk menunjukkan bahwa kita bisa hidup bersama—tanpa perbedaan, tanpa perpecahan. Aku tahu ini sulit, dan aku tidak akan memaksakan perubahan secepat itu. Tapi kita harus mulai dari sini.”

Hening sejenak, sebelum prajurit itu menunduk, menggenggam pedangnya erat, lalu menjatuhkan ujung pedangnya di tanah, sebuah simbol pengakuan.

"Jika kamu memimpin dengan hati, Ratu, kami akan mengikuti."

Zhefora menatapnya dengan penuh rasa hormat. Ada sesuatu dalam dirinya yang terasa lebih ringan. Rakyat ini, meskipun belum sepenuhnya percaya, mulai membuka hati mereka untuk menerima perubahan.

Ratu Iblis itu memutar tubuhnya, menghadap lebih banyak rakyat yang berdiri di belakangnya. “Jangan biarkan kebencian masa lalu menghalangi masa depan kita. Kerajaan ini milik kita semua. Kita akan bangun dari abu perpecahan dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.”

Rakyat manusia mulai bertepuk tangan, pelan pada awalnya, lalu semakin kuat. Beberapa dari mereka bahkan berseru, tergerak oleh kata-katanya. Di kejauhan, Aroo, panglima yang setia, mengawasi dengan senyuman kecil di wajahnya. Ia tahu, Zhefora adalah pemimpin yang mereka butuhkan.

Namun, meskipun perubahan itu mulai terasa, Zhefora tidak bisa menutup matanya pada kenyataan. Ia tahu, banyak yang masih menganggapnya sebagai ancaman, bahwa tak semua orang siap menerima kenyataan bahwa seorang Ratu Iblis bisa membawa kedamaian bagi manusia.

Tetapi untuk saat ini, ia hanya bisa fokus pada apa yang ada di depannya. Dan di depan matanya, ia melihat rakyat manusia yang mulai mempercayainya. Mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar.

Di bawah langit yang semakin gelap, Zhefora berdiri dengan tegak, tangan terangkat tinggi, sebuah simbol dari tekad dan keyakinan yang ia bawa untuk masa depan yang lebih baik.

"Untuk masa depan yang lebih terang," ucapnya, suaranya penuh keyakinan.

Dan rakyat itu, perlahan namun pasti, mulai meyakini bahwa mungkin, hanya mungkin, perubahan yang diimpikan benar-benar akan terjadi.

------

Zhefora menatap kerumunan yang kini semakin ramai, suara tepuk tangan yang terus menggema di udara terasa seperti sebuah angin yang mengangkat beban berat dari pundaknya. Namun, di balik senyum tipis di bibirnya, ada kepenatan yang mengintai, seakan-akan setiap langkahnya menyisakan jejak yang lebih dalam dari yang ia perkirakan.

Saat pandangannya menyapu barisan prajurit dan rakyat, ia merasakan sebuah tatapan tajam yang menembusnya. Dari barisan belakang, seorang lelaki bertubuh besar, dengan jubah hitam yang khas, melangkah maju. Wajahnya keras, matanya dipenuhi keraguan, namun ada sesuatu yang berbeda kali ini. Sesuatu yang menunjukkan bahwa ia tidak hanya datang untuk mendengarkan, tapi untuk menguji.

“Aku datang bukan untuk merayakan, Ratu Zhefora,” katanya, suaranya menggema dengan kebanggaan dan sedikit ancaman. “Aku datang untuk melihat, apakah kamu benar-benar pantas memimpin kami—manusia yang telah hidup ratusan tahun tanpa ancaman dari iblis. Apa yang menjaminmu lebih dari sekadar ancaman besar?”

Zhefora tidak terkejut. Ia telah menduga bahwa akan ada orang-orang seperti ini. Ia mengangkat kepalanya lebih tinggi, dan walaupun hatinya berdebar, ia tetap berdiri dengan tegak. “Aku datang bukan sebagai ancaman, tapi sebagai jalan menuju perdamaian yang lebih baik. Apakah kalian tidak lelah hidup dalam ketakutan? Apakah kalian tidak lelah dikejar-kejar oleh bayangan kebencian yang tidak pernah habis?”

Lelaki itu maju selangkah, tatapannya semakin tajam, penuh tantangan. “Kami bukan seperti mereka, Ratu. Kami tidak membutuhkan iblis untuk mengajarkan kami kedamaian!”

Kerumunan terdiam. Zhefora bisa merasakan ketegangan yang menebal di udara, seperti listrik yang mengalir di antara mereka. Di sana, di tengah kerumunan manusia, Aroo berdiri, matanya tajam menilai setiap gerak, siap untuk bertindak jika hal-hal berjalan tidak sesuai rencana.

Namun, Zhefora hanya tersenyum tipis. “Kedamaian, bukan berarti tanpa perbedaan. Tapi kita harus belajar untuk menerima bahwa kita bisa bersama meskipun berasal dari dua dunia yang berbeda.”

Lelaki itu berhenti sejenak, mencerna kata-kata Zhefora. Tapi sebelum ia bisa berkata lebih lanjut, seorang wanita muda di dekat barisan depan berteriak, suaranya bergetar. “Kita sudah cukup diperalat! Cukup sudah dengan janji-janji kosong! Iblis seperti dia tak akan pernah bisa menuntun kita ke jalan yang benar!”

Kerumunan mulai terpecah. Beberapa orang mengangkat suara mereka, menyuarakan ketidakpercayaan mereka, sementara yang lain tampak lebih tenang, bahkan memberikan dukungan pada Zhefora. Ketegangan semakin meningkat, dan Zhefora bisa merasakan panasnya, seperti ada api yang membakar antara dua kutub yang berlawanan.

Ia tahu ini bukan hanya tentang dirinya, ini adalah tentang apa yang ia wakili—perubahan yang begitu besar hingga memaksa mereka untuk menatap kenyataan baru. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian melangkah maju, mendekat pada lelaki yang masih berdiri di depan.

“Aku tidak memaksamu untuk mempercayai aku sekarang,” katanya dengan suara yang cukup keras untuk menjangkau seluruh kerumunan, “Tapi ingatlah satu hal, aku tidak datang untuk memerintah kalian, aku datang untuk memberi kesempatan. Dan jika kalian memilih untuk menutup hati, maka biarlah itu menjadi pilihan kalian.”

Lelaki itu memandangnya dalam diam. Setelah beberapa detik yang terasa seperti keabadian, ia mengangguk pelan, menurunkan pandangannya ke tanah. “Aku akan mengawasi setiap langkahmu, Ratu,” katanya lirih, “Dan jika memang kamu bisa membuktikan kata-katamu, aku akan bersedia mengikuti.”

Zhefora mengangguk ringan. Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, ia membalikkan badan dan melangkah menjauh, tangan terangkat untuk memberi tanda agar kerumunan tenang. “Ini adalah perjalanan panjang,” ucapnya pelan. “Kita berjalan bersama—meskipun langkah kita berbeda, namun tujuannya tetap sama.”

Aroo melangkah maju dan berdiri di sampingnya, tatapannya tajam seperti biasanya. “Mereka hanya perlu waktu, Zhefora. Mereka akan mengerti.”

Zhefora menoleh padanya, senyuman tipis terukir di wajahnya. “Aku tahu, Aroo. Tapi aku tidak akan memberi mereka banyak waktu. Perubahan harus segera dimulai.”

Dengan itu, ia mengangkat tangannya sekali lagi, sebuah tanda bagi seluruh kerumunan untuk kembali kepada kesunyian. Rasa takut dan keraguan perlahan mulai menguap, digantikan dengan harapan yang tumbuh perlahan. Beberapa di antara mereka mulai merasakan ada kekuatan dalam kata-kata Zhefora.

Malam semakin pekat, dan meskipun begitu banyak yang belum yakin, ada satu hal yang Zhefora yakin: Ia tidak akan mundur. Dalam pertempuran ini, bukan hanya darah yang akan tumpah, tetapi jiwa yang akan diuji—dan dia bersumpah untuk melewati semuanya, demi kerajaan ini, demi rakyatnya, demi masa depan yang lebih baik.

Dengan langkah tegas, Ratu Iblis Zhefora meninggalkan panggung batu itu, dibarengi dengan tatapan penuh harap dari manusia-manusia yang kini mulai mengingatkan diri mereka sendiri: mungkin, hanya mungkin, perdamaian itu tak lagi sekadar impian.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Queen devil   Episode 3 Pengkhianatan

    Di dalam istana yang megah namun kelam, Zhefora berdiri di hadapan cermin besar yang terbuat dari obsidian. Kilau merah dari matanya memantul di permukaan gelap itu, menampilkan sosoknya yang dingin dan tak tergoyahkan. Gaun hitam dengan corak ungu gelap membalut tubuhnya, sementara mahkota bertatahkan batu iblis berkilauan di kepalanya. Ia adalah penguasa mutlak, Ratu dari kegelapan, namun di dalam keheningan ini, ada sesuatu yang terasa hampa. Ia memejamkan mata sejenak, mengingat kembali hari-hari di mana ia harus merangkak dalam bayang-bayang, dijauhi bahkan oleh bangsanya sendiri. Cakra iblis yang mengalir dalam dirinya bukan anugerah, melainkan kutukan yang membuatnya dianggap berbeda. Dulu ia merindukan kehangatan, menginginkan penerimaan, tetapi kini? Itu semua sudah terkubur bersama masa lalunya. Ia bukan lagi gadis yang rapuh—ia adalah penguasa, dan tidak ada tempat bagi kelemahan. Langkah-langkah sepatu berhaknya menggema di sepanjang lorong istana. Pilar-pilar raksas

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • Queen devil   episode 4

    Malam itu, istana terasa lebih sunyi dari biasanya.Di lorong-lorong panjang, obor api biru masih menyala seperti biasa, tetapi cahayanya tampak lebih redup. Udara dingin berhembus pelan, menelusup ke setiap celah dinding batu obsidian.Zhefora duduk di singgasananya, mengamati keanehan yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir.Bukan hanya perubahan kecil seperti obor yang meredup atau pintu yang bergeser sendiri.Bukan hanya suara langkah samar yang terdengar di lorong-lorong kosong.Tapi sesuatu yang lebih dari itu.Sesuatu… yang mengawasi.Bayangan di Balik Kegelapan“Yang Mulia.”Suara Erem memecah kesunyian. Ia berjalan mendekat, wajahnya tetap tenang, tetapi ada ketegangan di balik sorot matanya.“Apa yang kau temukan?” tanya Zhefora tanpa menoleh.Erem berhenti di beberapa langkah darinya. Ia tampak ragu sejenak.Lalu, dengan suara pelan, ia berkata, “Kami menemukan sebuah tanda.”Zhefora akhirnya menoleh. “Tanda?”Erem mengangguk. “Di ukir di lantai aula timur… dengan d

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • Queen devil   episode 5

    Di dalam istana kegelapan yang menjulang tinggi, di balik jendela yang menghadap ke hamparan tanah tandus, Zhefora duduk dalam keheningan. Cahaya merah temaram dari kristal iblis yang menggantung di langit-langit kamarnya menerangi wajahnya yang pucat. Mata ungunya yang tajam menatap ke luar, ke arah langit kelam tanpa bintang. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada gemuruh. Tidak ada jeritan. Tidak ada bisikan-bisikan penuh kebencian yang mengganggu pikirannya. Hanya ada keheningan yang mengalir seperti air dingin di dalam dadanya. Ia menghela napas pelan, membiarkan tubuhnya sedikit bersandar ke kursi megah berlapis beludru hitam. Jemarinya yang ramping menyentuh permukaan meja kayu eboni di hadapannya. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Seolah-olah dunia memberi jeda, sekejap saja, untuk membiarkannya bernapas. "Kenapa tenang sekali?" batinnya. Namun, bukannya jawaban dari luar, yang menjawab justru adalah sesuatu yang ada di dalam dirinya. "Karena kau mul

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • Queen devil   Episode 6

    Erem berdiri tegap di gerbang utama istana, matanya tajam mengawasi keadaan sekitar. Sebagai tangan kanan Ratu Zhefora, ia memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan keamanan kerajaan iblis. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, sesuatu yang jarang terjadi di wilayah yang dipenuhi energi iblis yang panas dan mengancam. Beberapa prajurit menghampirinya, memberi laporan tentang situasi di sekitar istana. "Perbatasan aman, Tuan Erem," ujar salah satu prajurit. Erem mengangguk, tetapi firasatnya mengatakan sebaliknya. Ada sesuatu yang tidak beres. Hawa di sekitarnya terasa berbeda—terlalu sunyi, seolah alam semesta menahan napas. Ia melangkah ke menara pengawas dan menatap ke arah hutan kegelapan yang mengelilingi kerajaan. Dalam kegelapan itu, ia menangkap sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Siluet-siluet bergerak di antara pepohonan, mata mereka merah menyala, tapi aura mereka… berbeda dari para iblis. Mereka bukan prajurit kerajaan iblis, juga bukan

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • Queen devil   Episode 7

    Dunia ini lebih dari sekadar perang antara iblis dan manusia. Ada mereka yang hidup dalam senyap, bergerak dalam bayangan, menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Di antara lembah curam yang tertutup kabut, Vordesh berdiri tanpa hukum, hanya dikuasai oleh mereka yang cukup kuat untuk bertahan. Kota ini adalah tempat di mana kepercayaan bisa dibeli, dan pengkhianatan adalah mata uang yang lebih berharga dari emas. Di salah satu sudut pasar yang remang-remang, seorang wanita bertudung gelap berusaha menyelinap di antara kerumunan. Nafasnya terengah, keringat dingin membasahi tengkuknya. Ia sedang diburu. Tangan kanannya erat menggenggam gulungan perkamen tua—bukan sembarang dokumen, melainkan sesuatu yang bisa mengubah keseimbangan dunia. Tiba-tiba, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya. Wanita itu menegang. Di hadapannya berdiri seorang pria tinggi berbaju hitam, mata merahnya berkilauan seperti bara api. Senyumnya tipis, dingin. "Kau membawa sesuatu yang berbaha

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • Queen devil   Prolog

    Takdir Sang Ratu IblisGadis kecil itu berdiri di tengah aula megah yang dingin, sendirian. Cahaya redup dari obor yang tergantung di dinding membuat bayangannya memanjang di lantai marmer hitam. Matanya yang merah menyala menatap lurus ke depan, penuh keteguhan yang terlalu besar untuk anak seusianya.Di sekelilingnya, para bangsawan iblis berbisik satu sama lain, bisikan yang cukup lirih untuk terdengar namun cukup menusuk untuk melukai."Anak itu bukan seperti kita.""Apa kau bisa merasakannya? Energinya begitu jahat, bahkan untuk kita sendiri.""Bagaimana bisa darah kerajaan mengalir dalam tubuhnya? Ini adalah aib."Zhefora tahu. Ia selalu tahu.Sejak ia mengerti dunia, ia tahu bahwa ia tidak diinginkan. Sejak ia bisa berbicara, ia tahu bahwa kata-katanya tidak pernah diinginkan. Sejak ia bisa berjalan, ia tahu bahwa keberadaannya lebih mirip kutukan daripada anugerah.Cakra iblis yang mengalir dalam tubuhnya terlalu kuat, terlalu mengerikan, bahkan bagi kaum iblis yang terbiasa d

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • Queen devil   Episode 1: Kenaikan Tahta Ratu Iblis Zhefora

    Langit Merah dan Takdir yang Terukir Di atas langit kerajaan iblis, cahaya merah menyala seperti bara api yang berkobar. Angin kencang berdesir, membawa aroma belerang dan debu magis yang berkilauan di udara. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini adalah hari di mana seorang ratu baru akan bangkit, menggantikan penguasa sebelumnya. Di tengah altar batu hitam yang menjulang di pusat istana, seorang gadis berdiri dengan jubah panjang berwarna merah darah yang berkibar tertiup angin. Dia adalah Zhefora, sang pewaris tahta kerajaan iblis. Mata hitam legamnya menatap tajam ke depan, menyiratkan keteguhan hati yang tak tergoyahkan. Usianya baru 16 tahun, tetapi beban takdir yang ia emban jauh lebih berat dari usianya. Hari ini, ia akan meninggalkan masa kecilnya dan menerima gelar sebagai Ratu Iblis. Di sekelilingnya, ribuan iblis dari berbagai klan berkumpul. Mereka berdiri berjejer, memenuhi tanah luas di bawah altar. Beberapa memiliki sayap raksasa yang mengepak, menggetarkan udara. Yan

    Huling Na-update : 2025-02-05

Pinakabagong kabanata

  • Queen devil   Episode 7

    Dunia ini lebih dari sekadar perang antara iblis dan manusia. Ada mereka yang hidup dalam senyap, bergerak dalam bayangan, menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Di antara lembah curam yang tertutup kabut, Vordesh berdiri tanpa hukum, hanya dikuasai oleh mereka yang cukup kuat untuk bertahan. Kota ini adalah tempat di mana kepercayaan bisa dibeli, dan pengkhianatan adalah mata uang yang lebih berharga dari emas. Di salah satu sudut pasar yang remang-remang, seorang wanita bertudung gelap berusaha menyelinap di antara kerumunan. Nafasnya terengah, keringat dingin membasahi tengkuknya. Ia sedang diburu. Tangan kanannya erat menggenggam gulungan perkamen tua—bukan sembarang dokumen, melainkan sesuatu yang bisa mengubah keseimbangan dunia. Tiba-tiba, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya. Wanita itu menegang. Di hadapannya berdiri seorang pria tinggi berbaju hitam, mata merahnya berkilauan seperti bara api. Senyumnya tipis, dingin. "Kau membawa sesuatu yang berbaha

  • Queen devil   Episode 6

    Erem berdiri tegap di gerbang utama istana, matanya tajam mengawasi keadaan sekitar. Sebagai tangan kanan Ratu Zhefora, ia memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan keamanan kerajaan iblis. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, sesuatu yang jarang terjadi di wilayah yang dipenuhi energi iblis yang panas dan mengancam. Beberapa prajurit menghampirinya, memberi laporan tentang situasi di sekitar istana. "Perbatasan aman, Tuan Erem," ujar salah satu prajurit. Erem mengangguk, tetapi firasatnya mengatakan sebaliknya. Ada sesuatu yang tidak beres. Hawa di sekitarnya terasa berbeda—terlalu sunyi, seolah alam semesta menahan napas. Ia melangkah ke menara pengawas dan menatap ke arah hutan kegelapan yang mengelilingi kerajaan. Dalam kegelapan itu, ia menangkap sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Siluet-siluet bergerak di antara pepohonan, mata mereka merah menyala, tapi aura mereka… berbeda dari para iblis. Mereka bukan prajurit kerajaan iblis, juga bukan

  • Queen devil   episode 5

    Di dalam istana kegelapan yang menjulang tinggi, di balik jendela yang menghadap ke hamparan tanah tandus, Zhefora duduk dalam keheningan. Cahaya merah temaram dari kristal iblis yang menggantung di langit-langit kamarnya menerangi wajahnya yang pucat. Mata ungunya yang tajam menatap ke luar, ke arah langit kelam tanpa bintang. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada gemuruh. Tidak ada jeritan. Tidak ada bisikan-bisikan penuh kebencian yang mengganggu pikirannya. Hanya ada keheningan yang mengalir seperti air dingin di dalam dadanya. Ia menghela napas pelan, membiarkan tubuhnya sedikit bersandar ke kursi megah berlapis beludru hitam. Jemarinya yang ramping menyentuh permukaan meja kayu eboni di hadapannya. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Seolah-olah dunia memberi jeda, sekejap saja, untuk membiarkannya bernapas. "Kenapa tenang sekali?" batinnya. Namun, bukannya jawaban dari luar, yang menjawab justru adalah sesuatu yang ada di dalam dirinya. "Karena kau mul

  • Queen devil   episode 4

    Malam itu, istana terasa lebih sunyi dari biasanya.Di lorong-lorong panjang, obor api biru masih menyala seperti biasa, tetapi cahayanya tampak lebih redup. Udara dingin berhembus pelan, menelusup ke setiap celah dinding batu obsidian.Zhefora duduk di singgasananya, mengamati keanehan yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir.Bukan hanya perubahan kecil seperti obor yang meredup atau pintu yang bergeser sendiri.Bukan hanya suara langkah samar yang terdengar di lorong-lorong kosong.Tapi sesuatu yang lebih dari itu.Sesuatu… yang mengawasi.Bayangan di Balik Kegelapan“Yang Mulia.”Suara Erem memecah kesunyian. Ia berjalan mendekat, wajahnya tetap tenang, tetapi ada ketegangan di balik sorot matanya.“Apa yang kau temukan?” tanya Zhefora tanpa menoleh.Erem berhenti di beberapa langkah darinya. Ia tampak ragu sejenak.Lalu, dengan suara pelan, ia berkata, “Kami menemukan sebuah tanda.”Zhefora akhirnya menoleh. “Tanda?”Erem mengangguk. “Di ukir di lantai aula timur… dengan d

  • Queen devil   Episode 3 Pengkhianatan

    Di dalam istana yang megah namun kelam, Zhefora berdiri di hadapan cermin besar yang terbuat dari obsidian. Kilau merah dari matanya memantul di permukaan gelap itu, menampilkan sosoknya yang dingin dan tak tergoyahkan. Gaun hitam dengan corak ungu gelap membalut tubuhnya, sementara mahkota bertatahkan batu iblis berkilauan di kepalanya. Ia adalah penguasa mutlak, Ratu dari kegelapan, namun di dalam keheningan ini, ada sesuatu yang terasa hampa. Ia memejamkan mata sejenak, mengingat kembali hari-hari di mana ia harus merangkak dalam bayang-bayang, dijauhi bahkan oleh bangsanya sendiri. Cakra iblis yang mengalir dalam dirinya bukan anugerah, melainkan kutukan yang membuatnya dianggap berbeda. Dulu ia merindukan kehangatan, menginginkan penerimaan, tetapi kini? Itu semua sudah terkubur bersama masa lalunya. Ia bukan lagi gadis yang rapuh—ia adalah penguasa, dan tidak ada tempat bagi kelemahan. Langkah-langkah sepatu berhaknya menggema di sepanjang lorong istana. Pilar-pilar raksas

  • Queen devil   Episode 2 Lanjutan

    Ratu Iblis Zhefora, yang kini tak lagi hanya seorang putri, berdiri di atas panggung batu besar, matahari yang terbenam memancarkan sinar merah ke seluruh kerajaan. Gaun hitam pekat yang dikenakannya berkilau di bawah cahaya senja, menambahkan kesan mistis pada dirinya. Di sekelilingnya, para prajurit manusia berdiri tegak, menyaksikan dengan penuh perhatian. Tidak ada iblis yang hadir di sana. Ini adalah hari milik manusia dan rakyat yang selama ini telah mengikuti perjalanan panjangnya. Setelah pelantikan yang penuh perayaan dengan darah iblis, Zhefora beralih pada peran barunya sebagai pemimpin bukan hanya untuk iblis, tetapi untuk seluruh rakyat manusia yang memilih untuk mengikutinya. Kerajaan yang besar ini, yang kini berada di bawah takhtanya, menantikan untuk melihat apakah ia bisa mengubah sejarah. Tidak ada lagi yang harus disembunyikan—bahwa seorang Ratu Iblis akan memimpin mereka. Di depan rakyat manusia, wajah Zhefora tampak lebih keras, lebih tegas dari sebelumnya, m

  • Queen devil   Episode 1: Kenaikan Tahta Ratu Iblis Zhefora

    Langit Merah dan Takdir yang Terukir Di atas langit kerajaan iblis, cahaya merah menyala seperti bara api yang berkobar. Angin kencang berdesir, membawa aroma belerang dan debu magis yang berkilauan di udara. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini adalah hari di mana seorang ratu baru akan bangkit, menggantikan penguasa sebelumnya. Di tengah altar batu hitam yang menjulang di pusat istana, seorang gadis berdiri dengan jubah panjang berwarna merah darah yang berkibar tertiup angin. Dia adalah Zhefora, sang pewaris tahta kerajaan iblis. Mata hitam legamnya menatap tajam ke depan, menyiratkan keteguhan hati yang tak tergoyahkan. Usianya baru 16 tahun, tetapi beban takdir yang ia emban jauh lebih berat dari usianya. Hari ini, ia akan meninggalkan masa kecilnya dan menerima gelar sebagai Ratu Iblis. Di sekelilingnya, ribuan iblis dari berbagai klan berkumpul. Mereka berdiri berjejer, memenuhi tanah luas di bawah altar. Beberapa memiliki sayap raksasa yang mengepak, menggetarkan udara. Yan

  • Queen devil   Prolog

    Takdir Sang Ratu IblisGadis kecil itu berdiri di tengah aula megah yang dingin, sendirian. Cahaya redup dari obor yang tergantung di dinding membuat bayangannya memanjang di lantai marmer hitam. Matanya yang merah menyala menatap lurus ke depan, penuh keteguhan yang terlalu besar untuk anak seusianya.Di sekelilingnya, para bangsawan iblis berbisik satu sama lain, bisikan yang cukup lirih untuk terdengar namun cukup menusuk untuk melukai."Anak itu bukan seperti kita.""Apa kau bisa merasakannya? Energinya begitu jahat, bahkan untuk kita sendiri.""Bagaimana bisa darah kerajaan mengalir dalam tubuhnya? Ini adalah aib."Zhefora tahu. Ia selalu tahu.Sejak ia mengerti dunia, ia tahu bahwa ia tidak diinginkan. Sejak ia bisa berbicara, ia tahu bahwa kata-katanya tidak pernah diinginkan. Sejak ia bisa berjalan, ia tahu bahwa keberadaannya lebih mirip kutukan daripada anugerah.Cakra iblis yang mengalir dalam tubuhnya terlalu kuat, terlalu mengerikan, bahkan bagi kaum iblis yang terbiasa d

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status