Share

Part 5

Author: Khakalara
last update Last Updated: 2025-01-07 21:52:37

Happy Reading

Rehan sedari tadi mengecek ponselnya menunggu notif dari seseorang yang sedang Ia tunggu. Tapi setelah mengirimkan pesan satu jam yang lalu Ia tidak kunjung mendapatkan balasan.

"Apakah Ia mempermainkanku?" pertanyaan itu membuat Rehan mengepalkan tangannya.

"Siapkan mobil kita akan ke rumah sakit." sesaat setelah Rehan memerintahkan pada Alex pesannya pun dibalas oleh Nara.

"Maaf, Jam 20.00 di Circolo Popolare kita bertemu. Aku masih ada pekerjaan" Rehan tidak sadar jika bibirnya membentuk bulan sabit.

Ia pun segera kembali dengan pekerjaannya, menyelesaikan beberapa berkas yang perlu ditandatangani juga memeriksa laporan keuangan. Rehan tidak bisa melepaskan begitu saja pekerjaan kepada staffnya jangan sampai kejadian tahun lalu kembali terulang.

Jika Ia bisa mendekati Nara kembali Rehan rela melepaskan para wanita-wanitanya. Bahkan saat malam tadi Ia yang sudah ada janji dengan mucikari yang biasa memberikan wanita polos itu pun tidak jadi ditemuinya.

Rehan hanya membayangkan tubuh Nara yang ada di dekatnya fantasi liarnya sedari kemarin Ia layangkan saat Nara melangkah dari lorong, kaki jenjang yang putih mulus tertutup oleh celana bahan dan juga tubuh sexy yang diselimuti oleh sneli.

"Tuan mobilnya sudah siap," ujar Alex membangunkan fantasi Rehan agar kembali ke dunia nyata.

"Malam nanti," balas Rehan dengan lemas laki-laki dingin itu langsung masuk ke dalam ruangan pribadinya.

Di tempat lain Nara baru saja pulang dari rumah sakit, keadaan Clara cukup stabil Ia hanya perlu melakukan beberapa terapi lagi. Nara pun sudah mendapatkan beberapa sampel data penelitian. Ia masuk ke hotel lalu langsung melepaskan jas putih dan berlalu ke kamar mandi.

Tanpa Ia sadari ketika melihat jam seusai mandi sudah menunjukkan pukul 19.15 waktunya tinggal empat puluh lima menit lagi untuk bersiap. Belum lagi Nara harus memilih pakaian.

"Ya Tuhan cepat sekali jam ini," keluhnya sambil mencari pakaian yang pas untuk menemui Rehan masih mengenakan jubah mandi. Nara memilih pakaian yang tidak terlalu terbuka tapi, Ia lupa bahwa pakaiannya jika tidak celana bahan untuk ke rumah sakit atau beberapa dress untuk mendatangi acara formal dan itu terlihat semua belahan dadanya.

"Ohh Tuhan semoga engkau menyelamatkan diri ini," mohon Nara sambil memakai dress satin berwarna merah maroon yang dihadiahkan kedua orang tuanya pada malam tahun baru.

Nara memakaikan sedikit powder ke wajahnya dan mencatok rambutnya agar terlihat lebih rapi. Tidak lupa Nara memakai pewarna bibir yang sesuai dengan dirinya.

"Semoga nggak malu-maluin Lu Nara," ujar Nara ketika melihat dirinya di cermin, Ia juga memakai heels yang senada dengan pakaiannya.

Nara melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan langsung buru-buru keluar.

"Dok mau dinner sama siapa?" sapa Kelly yang melihat Nara berjalan terburu-buru.

"Sama orang nggak penting Dok," balas Nara asal.

"Kalau nggak penting kok dandan cantik banget ya," ujar wanita yang sudah berkepala tiga itu kembali menutup pintu kamar.

****

"Maaf Aku terlambat," ujar Nara seraya mengambil nafas di depan seorang laki-laki yang mengenakan tuxedo warna hitam itu. Tatapan laki-laki itu tidak lepas dari wanita ini sedari Ia melangkahkan kaki menuju meja mereka.

"Tidak masalah hanya lima menit." biasanya Rehan sangat enggan untuk menunggu seseorang bahkan jika itu hanya satu menit namun, berbeda dengan Nara.

"Terima kasih," ujar Nara pada Alex yang menarikan kursi untuk mempersilahkan Ia duduk. Alex pun hanya mengangguk kemudian memanggil waiters.

"Tidak mau di ruang VIP saja?" tawar Rehan pada Nara dengan cepat gadis itu menggeleng. Ia mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lebih baik bergabung dengan keramaian.

Mereka lalu memesan makanan yang sama dengan minuman anggur yang tentu saja Rehan yang memilihnya. Ia yang paling paham mengenai minuman. Nara hanya menurut lagian mereka juga bukan berkencan melainkan membahas sebuah penawaran.

"Tidak ada yang boleh mengetahui hubungan ini," jelas Nara sebelum panjang pembahasan yang akan mereka perbincangkan.

"Tidak ada yang boleh tau penyebabnya!" itu artinya semua orang tidak akan tau alasan mereka berhubungan.

"Tidak ada living together." Nara antisipasi untuk hal yang tidak diinginkan.

"Setiap bertemu harus kiss."

"What?" ujar Nara tidak percaya dengan apa yang barusan laki-laki ini katakan sambil mengerutkan alisnya.

"Hahaha Saya hanya bercanda," tawa Rehan mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang dalam obrolan serius.

"Tidak ada kata bercanda," ujar Nara dingin kemudian sebelum melanjutkan perbincangan Ia menegak minumannya terlebih dahulu rasanya tenggorokan Nara serak.

"Kamu akan dibayar setiap bulan berapapun dan boleh meminta apapun yang Kamu mau," jelas Rehan Ia tidak akan membiarkan Nara menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengumpulkan rupiah yang paling besar digaji dua puluh juta.

"Kalau aku mau mobil Rolex?" tanya Nara menantang Ia sangat berharap Rehan akan keberatan dan membatalkan negosiasi ini.

"Akan Saya berikan," balas Rehan dengan santai sial, sepertinya tidak ada yang bisa mengalahkan negosiasi ini.

"Kita akan LDR loh memang Kamu sanggup?"

"Ayolah please tidak Rehan katakan tidak." batin Nara namun, jawaban Rehan membuatnya bingung.

"Itu biarkan Saya memikirkannya." Nara kembali mengambil gelas yang ntah sudah berapa kali diisi ulang oleh waiters.

Pelanggan restoran sudah bergantian di sini tapi, mereka belum juga selesai. Masing-masing dari mereka juga mengisi sebuah kertas yang diisi secara bergiliran sesuai dengan persetujuan yang dibuat.

"Tidak ada perselingkuhan, salah satu ketahuan denda dua triliun dan kesepakatan dibatalkan beserta dengan penyebabnya di hapuskan," tutur Nara Ia antisipasi untuk tidak terkena penyakit apapun baik psikis maupun fisik.

"Setuju, yang terakhir." Rehan menulis perjanjian yang terakhir.

"Saya boleh menyentuh Kamu kapanpun Saya mau," jelas Rehan membuat kedua bola mata Nara membulat. Saat Nara sedang terkejut dan ingin memukul Rehan, laki-laki itu lebih dulu memegang paha Nara dari bawah membuatnya tidak percaya dengan semua ini.

Nara salah dengan penawaran ini sama saja seperti Ia menjatuhkan dirinya ke dalam sarang harimau.

****

Thanks guys

TBC

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 6

    Happy Reading"Argh...," teriak Nara sontak semua orang pun melihat ke arah mereka membuat Rehan langsung membekap mulut Nara. Gadis itu tidak mampu menahan keterkejutannya saat tangan Rehan mulai bergerak di atas pahanya dan semakin naik. Jujur Nara sungguh khawatir sampai-sampai jantungnya memompa lebih cepat. Mendengar teriakan itu Alex langsung menyelesaikan bill dan menghampiri keduanya. Selain karena terkejut Nara juga sepertinya dibawah pengaruh alkohol, semua yang melihat tadi pun kembali ke aktivitas masing-masing ketika Rehan dengan cepat membawa Nara keluar. "Aku nggak setuju dengan perjanjian yang terakhir," pekik Nara setelah masuk ke dalam mobil Rehan. "Ehh kenapa Aku masuk ke mobil Kamu, Aku mau pulang sendiri." Nara memekik sambil memukul-mukul tangan Rehan yang menahan tubuhnya agar tetap duduk di mobil ini. "Kamu nggak liat diri Kamu itu mabuk," cerca Rehan yang dikesalkan oleh Nara Ia pun hanya bisa pasrah. Rehan memeluk pinggang Nara dari samping gadis yang su

    Last Updated : 2025-01-07
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 7

    Happy ReadingNara terdiam sejenak, otaknya masih memproses ucapan Rehan barusan. Pria itu akan tetap tinggal di Indonesia? Kenapa? Untuk apa? Apa ada hubungannya dengannya? Atau hanya permainan lain yang direncanakannya?"Kenapa tiba-tiba bilang begitu?" suara Nara akhirnya keluar, meski sedikit bergetar.Rehan menatapnya dalam, sudut bibirnya terangkat membentuk seringai khasnya. "Karena aku menemukan alasan untuk tetap tinggal."Nara menelan ludah, matanya menatap keluar jendela mencoba menghindari tatapan tajam laki-laki itu. Jantungnya berdegup kencang, entah karena kesal atau... sesuatu yang lebih dari itu."Kalau itu cuma alasan untuk main-main, lebih baik kau pergi," Nara mencoba terdengar tegas meski suaranya sedikit bergetar.Rehan tertawa pelan, mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Nara, memaksanya untuk kembali menatapnya. "Aku tidak pernah main-main, sayang. Kalau aku mau sesuatu, aku akan mendapatkannya. Dan sekarang, aku mau kamu."Pernyataan itu membuat Nara sema

    Last Updated : 2025-03-14
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 8

    Nara menatap Rehan dengan tatapan penuh keraguan. Pria itu selalu seperti ini—datang dan pergi sesuka hati, seolah dunia berputar di sekelilingnya. Dan sekarang, dia mengajaknya makan malam seakan kejadian di rumah sakit tadi tak pernah terjadi."Aku nggak lapar," Nara mencoba menolak dengan suara setenang mungkin, meskipun dadanya masih berdebar akibat kedekatan Rehan.Rehan mengangkat alisnya, lalu terkekeh pelan. "Bohong. Aku tahu kamu belum makan sejak siang. Aku juga tahu kamu nggak akan tidur dengan perut kosong. Jadi, lebih baik ikut denganku sekarang daripada nanti tengah malam kamu kelaparan dan memesan makanan instan."Nara mendengus kesal. Bagaimana bisa dia tahu kebiasaannya? Apa Rehan benar-benar memperhatikannya selama ini?"Aku bisa makan sendiri," balasnya cepat.Rehan tersenyum miring, lalu dengan santai membuka pintu mobilnya. "Ayo, Nara. Aku janji nggak akan melakukan sesuatu yang nggak kamu suka. Kita hanya makan, berbicara, dan setelah itu aku akan mengantarmu pul

    Last Updated : 2025-03-15
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 9

    Happy Reading Beberapa hari setelah makan malam itu, Nara masih terus memikirkan ucapan Rehan. Pria itu memang tidak melakukan gerakan agresif setelahnya, tapi keberadaannya terasa semakin nyata dalam hidupnya. Dari pesan singkat menanyakan kabarnya, mengantarkannya ke rumah sakit, hingga tanpa sadar selalu ada dalam pikirannya. Hingga suatu malam, saat Nara baru pulang dari shift malam di rumah sakit, apartemennya terasa terlalu sunyi. Ia merebahkan diri di sofa, mencoba mengabaikan rasa lelah yang mendera. Namun, ponselnya kembali berbunyi. Rehan. Nara menatap layar ponselnya ragu sebelum akhirnya mengangkatnya. "Ada apa?" "Buka pintu," suara Rehan terdengar jelas di seberang sana. Nara mengerutkan kening. "Apa? Kamu di mana?" "Di depan pintumu." Mata Nara membelalak. Dengan cepat, ia bangkit dan berjalan ke pintu. Benar saja, begitu ia membukanya, Rehan sudah berdiri di sana dengan sebuah kantong plastik di tangannya. "Kamu—kenapa ada di sini?" tanyanya heran. R

    Last Updated : 2025-03-15
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 10

    Happy Reading Malam itu, Nara tak bisa tidur. Matanya tetap terbuka, menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk. Kemarahan, kekecewaan, dan luka lama kembali menyeruak. Ia merasa marah pada dirinya sendiri—bagaimana bisa ia hampir percaya lagi pada Rehan? Tanpa berpikir panjang, ia meraih jaket dan kunci mobilnya. Ada sesuatu yang harus ia lakukan. Ia tiba di klub yang ada dalam video itu. Musik berdentum keras, lampu warna-warni berkedip liar, dan aroma alkohol bercampur parfum mahal memenuhi udara. Nara melangkah masuk, matanya segera menyapu ruangan, mencari sosok yang membuat dadanya begitu sesak. Dan di sana, di sudut ruangan dengan sofa empuk berwarna hitam, Rehan masih duduk dengan wanita yang sama. Tawa pria itu terdengar jelas, tangannya masih melingkar erat di pinggang si wanita. Mereka terlihat akrab, terlalu akrab. Darah Nara mendidih. Tanpa ragu, ia berjalan mendekat, menembus kerumunan orang-orang yang sedang berdansa. Langkahnya tegas, penu

    Last Updated : 2025-03-16
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 11

    Happy ReadingRehan berjalan keluar dari gudang dengan langkah berat. Angin malam yang menusuk kulit tak mampu mendinginkan gejolak di dalam dadanya. Pengkhianatan Arman masih berputar di kepalanya, seperti duri yang terus menusuk tanpa henti. Ia merogoh sakunya, menyalakan sebatang rokok, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskan asapnya ke udara.Bayu mendekatinya, menunggu perintah. "Apa yang harus kita lakukan selanjutnya, Pak?"Rehan diam sejenak, matanya menatap kosong ke kejauhan. "Pastikan dia tidak bisa berbicara dengan siapa pun. Setidaknya sampai aku memutuskan apa yang harus kulakukan dengannya."Bayu mengangguk. "Kami akan mengurusnya."Rehan tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan sebelum berjalan menuju mobilnya. Pikirannya masih berkecamuk. Bagaimana mungkin Arman, yang selama ini ia percaya, tega mengkhianatinya?Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Nara.Aku ingin bertemu.Rehan menatap pesan itu lama, lalu mengetik balasan. Di tempat biasa, seten

    Last Updated : 2025-03-17
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 12

    Happy ReadingHampir satu minggu Nara mendiamkan Rehan. Bahkan ketika laki-laki itu menemuinya di rumah sakit, Nara menghindar, tak ingin menemui Rehan.Rehan tidak pernah merasa sesakit ini sebelumnya. Ia sudah kehilangan seorang sahabat, dan sekarang, Nara juga menjauh darinya. Tapi ia tidak akan menyerah. Jika pengkhianatan Arman telah menghancurkan segalanya, maka ia akan memperbaiki semuanya, meskipun itu berarti melewati neraka.Malam itu, Rehan berdiri di luar rumah sakit, menatap ke arah jendela kamar Nara yang terletak di lantai dua. Hujan turun, membasahi tubuhnya, tapi ia tidak peduli. Yang ada di pikirannya hanya satu: bagaimana ia bisa mendapatkan kembali kepercayaan Nara.****Pagi harinya, Nara keluar dari kamar rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa. Sudah cukup, pikirnya. Ia tidak bisa terus berada di tempat yang sama dengan seseorang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun, begitu ia mencapai pintu keluar, seseorang berdiri menghadangnya.Rehan.Nara langsung berba

    Last Updated : 2025-03-18
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 13

    Happy ReadingRehan merasakan tubuh Nara yang gemetar dalam pelukannya. Ia mengeratkan dekapannya, membiarkan gadis itu merasakan kehangatan dan perlindungan yang ia tawarkan. Hujan gerimis yang mulai turun menambah nuansa dramatis malam itu."Aku di sini, Nara. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi," bisiknya sekali lagi.Nara masih terisak, tapi perlahan ia mencoba mengendalikan dirinya. Ia mendorong dada Rehan pelan, melepaskan diri dari pelukannya. Tatapannya masih dipenuhi luka dan kebingungan."Kenapa kau selalu muncul di saat-saat seperti ini?" suaranya serak, nyaris tak terdengar.Rehan menatapnya dalam-dalam. "Karena aku peduli padamu. Karena aku tidak akan membiarkanmu sendirian, apalagi dalam bahaya."Nara menunduk, pikirannya berantakan. "Aku tidak tahu harus percaya atau tidak. Aku... Aku terlalu takut, Rehan."Rehan mengusap lembut lengan Nara. "Aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku akan membuktikan bahwa aku selalu ada untukmu."Malam itu, Reha

    Last Updated : 2025-03-19

Latest chapter

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 33

    Happy ReadingRehan menatap Nara dengan pandangan yang tak biasa. Kali ini, tak ada senyum sarkastik, tak ada lelucon sinis yang biasa ia lontarkan saat suasana terlalu tegang. Ia hanya diam, sejenak, sebelum menjawab dengan suara rendah.“Kakakku.”Nara terdiam. Tak hanya karena keterkejutan dari pengakuan itu, tapi karena nada suara Rehan—datar, tapi mengandung luka yang belum sembuh. Ini bukan sekadar tentang operasi rahasia atau kode militer lagi. Ini mulai menyentuh hal personal.“Namanya Damar,” lanjut Rehan. “Dulu dia bagian dari unit pengamanan internal fasilitas riset militer swasta. Tapi dia keluar… atau lebih tepatnya menghilang. Katanya dia tahu sesuatu yang membuatnya jadi target.”Nara menautkan alis. “Kamu yakin dia masih hidup?”Rehan menarik napas panjang. “Kalau dia mati, aku yakin mereka bakal ngumumin. Tapi nggak ada berita, nggak ada jejak. Seolah dia lenyap. Tapi Damar nggak bodoh. Kalau dia masih hidup, dia pasti sembunyi dengan baik.”Nara mengangguk pelan. “Ka

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 32

    Happy ReadingVan medis itu menjauh dari kawasan pabrik dengan kecepatan stabil. Nara duduk bersandar di jok belakang, menatap Fira yang kini terbaring dengan selimut tipis. Wajah gadis itu terlihat jauh lebih tenang, meskipun tubuhnya masih lemah.Rehan duduk di samping sopir, sibuk berbicara lewat saluran komunikasi dengan timnya. Sesekali, ia menoleh ke arah Nara, memastikan semuanya masih terkendali. Setelah satu jam perjalanan dan mereka mencapai lokasi aman, van berhenti di sebuah rumah persembunyian milik salah satu kontak Rehan di pinggiran kota—tempat yang dulu digunakan sebagai tempat aman bagi saksi investigasi.Setelah memastikan Fira aman di kamar belakang, dijaga perawat khusus, Rehan kembali menemui Nara yang berdiri di teras belakang rumah, menatap langit yang mulai berpendar fajar.“Aku tahu kamu belum makan sejak siang,” kata Rehan, mendekat pelan. “Kita butuh tenaga buat lanjut besok. Aku pesen makanan.”Nara menoleh dan mengangkat alis. “Di tengah kekacauan ini kam

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 31

    Happy ReadingNara berdiri mematung di depan layar. Kata-kata pada subjek email itu seperti petir yang menyambar tenang sore mereka: "C-02. Masih hidup. Lokasi: Eks-Pabrik Farmasi Ananta.”Rehan berdiri di belakangnya, membaca bersama. “C-02… itu pasien yang disebut ‘mati’ tiga minggu lalu, kan?” Nara mengangguk pelan, bibirnya menegang. “Yang disebut overdosis. Tapi aku curiga ada yang janggal dari awal.” “Kalau ini benar… artinya mereka memalsukan kematian pasien,” ujar Rehan, nadanya pelan tapi tegas. “Dan kalau satu pasien bisa dipalsukan, bisa jadi yang lain juga…” Nara memutar kursi, menghadap Rehan. “Kita harus ke sana malam ini. Sebelum jejaknya dihapus lagi.” Rehan ragu sejenak. “Kita nggak tahu siapa yang kirim email ini. Bisa jadi jebakan.” “Aku tahu,” sahut Nara cepat. “Tapi kita juga tahu, kalau kita tunggu—semuanya bisa terlambat.”Rehan menghela napas, lalu mengangguk. “Oke. Tapi kita nggak pergi tanpa persiapan.” ***Malam menjelang cepat. Langit gelap ta

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 30

    Happy Reading Minggu itu berjalan terlalu cepat bagi Nara, dan terlalu lambat bagi Rehan. Nara tenggelam dalam jadwal terapi yang padat, investigasi diam-diam tentang “C” patients, dan percakapan rahasia dengan sumber-sumber lama. Ia tidur tak lebih dari empat jam setiap malam, hidupnya digerakkan oleh urgensi—dan oleh bayang-bayang Citra yang terus menghantui pikirannya. Sementara Rehan mulai kehilangan arah di tengah dua dunia: satu dunia yang penuh angka dan target, dan satu lagi—yang lebih gelap—di mana manusia bisa hilang hanya karena dianggap "terlalu ribut." Ia butuh Nara. Tapi Nara… seakan selalu terlalu jauh. *** “Kamu lihat data CCTV yang aku kirim semalam?” Rehan mengirim pesan suara, nada suaranya terdengar resah. “Di menit 04:17, ada petugas yang masuk ke kamar Citra dan…” Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, pesan itu hanya centang satu. Nara belum membukanya. Sudah dua hari terakhir ia hanya membalas pesan seperlunya—kadang singkat, kadang hanya

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 29

    Happy ReadingSudah hampir dua minggu sejak dunia dihebohkan oleh bocornya dokumen “R.R”. Tapi kehidupan tak benar-benar berubah dalam sekejap. Dunia terlalu sibuk menakar kebenaran dengan keraguan, dan manusia… terlalu cepat melupakan.Nara kembali ke ruang kerjanya, sebuah klinik kecil di pinggiran kota. Ruangan itu hangat dan lembut, dengan bau lavender samar dan lukisan-lukisan tenang di dinding. Tapi pagi ini, suasananya lain.Ia duduk di hadapan seorang gadis remaja berusia tujuh belas tahun. Mata gadis itu sembab, tangannya gemetar, dan suara hatinya penuh luka yang belum sempat dijahit.Namanya **Lara**—nama yang dalam seminggu terakhir viral di media sosial. Ia korban pemerkosaan oleh anak pejabat, yang sayangnya, kasusnya lebih banyak dijadikan konten dibanding diselesaikan.“Aku nggak mau tidur, Kak…” suara Lara nyaris tak terdengar. “Setiap aku tutup mata, aku dengar dia lagi. Lihat dia. Bau itu… baju itu…”Nara menahan napas. Ia sudah biasa menghadapi trauma berat, tapi s

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 28

    Happy ReadingAnda bilang:Happy Reading Hujan mulai turun gerimis saat Nara dan Rehan masih berdiri di teras, menatap foto itu seolah bisa mengorek informasi lebih dari selembar kertas. Nara mengerutkan kening, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat. “Ini diambil dari atas bukit sana,” gumam Rehan, menunjuk arah lereng berbatu di kejauhan. “Jaraknya sekitar lima ratus meter… artinya mereka memantau sejak pagi.” “Kita harus pindah,” ucap Nara. Suaranya tenang, tapi tatapannya tajam. “Malam ini juga.” Rehan mengangguk, lalu menatap jam tangannya. “Kalau kita berangkat sekarang, kita bisa sampai ke tempat Bima menyembunyikan laptop pemecah enkripsi itu sebelum tengah malam.” “Tempat yang aman?” “Sebagus mungkin. Tapi kalau pesan ini benar, berarti jejak kita bocor. Entah dari siapa.” Mereka berkemas dalam diam. Tak banyak barang yang dibawa, hanya kebutuhan pokok, peta, dan tentu—flashdisk merah yang kini digantung di leher Rehan dalam tabung baja kecil. Sebelum meningg

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 27

    Happy ReadingHujan mulai turun gerimis saat Nara dan Rehan masih berdiri di teras, menatap foto itu seolah bisa mengorek informasi lebih dari selembar kertas. Nara mengerutkan kening, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat.“Ini diambil dari atas bukit sana,” gumam Rehan, menunjuk arah lereng berbatu di kejauhan. “Jaraknya sekitar lima ratus meter… artinya mereka memantau sejak pagi.”“Kita harus pindah,” ucap Nara. Suaranya tenang, tapi tatapannya tajam. “Malam ini juga.”Rehan mengangguk, lalu menatap jam tangannya. “Kalau kita berangkat sekarang, kita bisa sampai ke tempat Bima menyembunyikan laptop pemecah enkripsi itu sebelum tengah malam.”“Tempat yang aman?”“Sebagus mungkin. Tapi kalau pesan ini benar, berarti jejak kita bocor. Entah dari siapa.”Mereka berkemas dalam diam. Tak banyak barang yang dibawa, hanya kebutuhan pokok, peta, dan tentu—flashdisk merah yang kini digantung di leher Rehan dalam tabung baja kecil. Sebelum meninggalkan kabin, Nara menulis s

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 26

    Happy ReadingPagi itu langit kelabu, kabut turun tebal menutupi lereng bukit. Nara terbangun lebih awal dari biasanya, merasakan hawa tak biasa mengendap di udara. Biasanya, Rehan sudah di dapur membuat kopi atau sekadar menyusun kayu bakar. Tapi pagi ini, kabin sunyi.“Rehan?” panggilnya lirih.Tak ada jawaban.Nara menyisir setiap ruangan. Tak ada tanda-tanda Rehan. Jaketnya tak tergantung di gantungan. Sepatunya pun tak ada di rak dekat pintu. Tapi dompet dan ponselnya tertinggal di meja. Aneh.Perasaan cemas mulai naik ke tenggorokan. Ia membuka pintu belakang kabin dan melihat jejak kaki di tanah basah—menuju arah hutan.Ia cepat-cepat mengenakan mantel dan menyusul arah jejak itu. Kabut semakin tebal, pepohonan seakan menciutkan suara langkahnya sendiri. Tapi kemudian, samar, ia mendengar suara… dentingan logam?Ia mempercepat langkah, menuruni celah tanah sempit, dan akhirnya melihat Rehan di kejauhan. Ia sedang membongkar sesuatu di balik pohon pinus besar—sebuah kotak besi t

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 25

    Happy ReadingMalam itu kembali sunyi ketika Nara menatap dokumen-dokumen yang tersebar di pangkuannya. Meski tubuhnya masih lemah, matanya tak bisa berpaling dari foto-foto dan catatan yang seakan membisikkan bahaya. Salah satu foto memperlihatkan Rehan sedang menyerahkan sebuah koper pada pria berjubah hitam. Wajah pria itu tak terlihat jelas, tapi suasana dalam gambar itu begitu... mencurigakan. Di pojok foto, tertulis tanggal—hanya dua hari sebelum pertemuan Nara dan Damar di kafe.“Kenapa ada namaku di catatan ini?” bisiknya.Damar duduk di kursi sebelah tempat tidur, menatapnya dengan sorot waspada. “Kita belum tahu pasti. Tapi sepertinya kau bagian dari sesuatu yang lebih besar, Nara. Rehan mungkin melindungimu… atau justru memanfaatkannya.”Nara menggeleng lemah. “Tapi dia bilang dia tak ingin menyakitiku. Dia… dia bahkan menyesal.”“Menyesal bukan berarti tak bersalah,” jawab Damar, nada suaranya dingin namun jujur.Sebelum Nara bisa merespons, pintu kamar rumah sakit terbuka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status