Share

Part 17

Penulis: Khakalara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 23:01:55

Happy Reading

Nara berjalan melewati koridor kantornya dengan langkah cepat. Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya. Setiap detik terasa lambat, dan pikirannya terus menerawang ke sosok yang sudah berminggu-minggu tidak ia lihat.

Ia melirik ponselnya. Tidak ada pesan dari Rehan. Tidak ada panggilan tak terjawab. Sama seperti beberapa hari terakhir.

Sesampainya di apartemen, ia melempar tasnya ke sofa dan berjalan ke balkon. Angin malam menyentuh wajahnya, membawa aroma hujan yang baru saja reda. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan perasaan yang tak menentu.

Tiba-tiba, suara ketukan di pintu menginterupsi pikirannya. Dengan sedikit enggan, Nara berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ia membeku di tempat.

Di hadapannya, berdiri Rehan dengan senyum khasnya. Namun bukan hanya kehadirannya yang membuat Nara terdiam. Di belakang Rehan, seorang pria membawa sebuah bucket mawar raksasa—seribu tangkai, mungkin lebih. Warna merahnya begitu mencolok, hampir seperti lautan kel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 18

    Happy ReadingNara menatap Rehan dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia ingin percaya, ingin meyakinkan dirinya bahwa kali ini berbeda. Namun, setiap kata yang keluar dari mulut Rehan terasa seperti gema dari masa lalu yang terus menghantuinya."Tidak lama, hanya beberapa minggu," kata Rehan, seolah ingin meyakinkannya.Tapi Nara sudah sering mendengar janji-janji itu.Malam itu, mereka tetap tinggal di villa. Namun, tidak ada lagi tawa riang seperti sebelumnya. Nara mencoba menahan emosinya, tapi ia tidak bisa mengusir bayangan bahwa mungkin kali ini Rehan tidak akan kembali.Keesokan harinya, Rehan berangkat ke London. Nara tidak mengantarnya ke bandara, memilih untuk tetap tinggal di villa sendirian. Ia ingin menikmati sisa waktu di tempat yang seharusnya menjadi kenangan indah bagi mereka berdua.Namun, hanya beberapa hari setelah kepergian Rehan, sebuah kejadian aneh terjadi.Malam itu, Nara terbangun oleh suara ketukan di pintu villa. Ia melirik jam dinding—pukul dua dini hari.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 19

    Happy ReadingMalam itu, Nara duduk di ruang tamu dengan cahaya lampu yang temaram. Surat misterius itu masih tergenggam di tangannya. Pikirannya kalut, dadanya sesak oleh berbagai pertanyaan yang belum terjawab. Siapa yang mengirimkan surat itu? Mengapa Rehan tidak menjawab teleponnya? Dan yang paling menakutkan—apakah Rehan benar-benar akan pergi dan tak kembali?Ponselnya bergetar di atas meja. Dengan cepat, Nara meraihnya dan melihat nama Rehan di layar. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab.“Rehan, di mana saja kau? Aku sudah mencoba menghubungimu berkali-kali!” suara Nara terdengar putus asa.Rehan menghela napas dari seberang telepon. “Aku sibuk, Nara. Banyak urusan yang harus kuselesaikan.”“Kau bilang hanya pergi beberapa minggu, tapi sejak kepergianmu, aku merasa ada yang tidak beres. Dan sekarang—” Nara menggenggam surat hitam itu erat-erat, “—aku menerima surat ini.”Rehan terdiam sesaat. “Surat? Surat apa?”Nara membaca isi surat itu dengan suara gemetar. “Kau sehar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 20

    Happy ReadingNara menggenggam surat itu erat-erat, matanya terpaku pada kalimat yang tertulis dengan tinta hitam tebal. "Jangan menyesal ketika semuanya terungkap. Kau tidak akan bisa kembali." Jantungnya berdebar kencang, sementara pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan buruk. Siapa pria tadi? Mengapa ia terus menerima surat misterius ini? Dan yang paling penting, apa yang sebenarnya terjadi dengan Rehan?Dengan tangan gemetar, Nara meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Rehan lagi, tetapi panggilannya langsung dialihkan ke pesan suara. Ia merutuk pelan, merasa frustrasi dengan semua yang terjadi. Ia tidak bisa hanya duduk diam dan membiarkan rasa takut menguasainya. Ia harus melakukan sesuatu.Nara kembali menatap surat di tangannya, lalu membandingkannya dengan surat pertama yang diterimanya. Ada sesuatu yang aneh—gaya tulisan pada kedua surat itu berbeda. Yang pertama lebih rapi, sedangkan yang baru ia terima terlihat tergesa-gesa, seolah-olah penulisnya tidak ingin ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 21

    Happy ReadingNara duduk di tepi ranjangnya, menatap lekat-lekat secarik kertas yang diberikan pria misterius itu. Semakin lama ia menatapnya, semakin banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya. Apa yang sebenarnya disembunyikan Rehan darinya? Dan mengapa pria itu bersikeras memperingatkannya?Malam semakin larut, tetapi kantuk tak juga datang. Kegelisahan dan ketakutan bercampur menjadi satu. Ia tahu bahwa keesokan harinya, jika ia memutuskan untuk pergi menemui pria itu, hidupnya mungkin tak akan sama lagi.Setelah menghabiskan waktu berjam-jam dalam dilema, akhirnya Nara mengambil keputusan. Ia akan pergi. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, meskipun itu berarti menghadapi kemungkinan terburuk.****Keesokan malamnya, Nara berdiri di depan sebuah bangunan tua yang terlantar di pinggiran kota. Alamat yang tertulis di kertas membawanya ke tempat ini—sebuah rumah besar dengan jendela-jendela pecah dan dinding yang ditumbuhi lumut. Lampu jalan berkedip-kedip, menciptakan bayan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 22

    Happy Reading Keesokan harinya, Nara bangun dengan perasaan berat. Malam yang penuh dengan ketakutan dan kebingungannya masih membekas di pikirannya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, memandangi ponsel yang masih menggenggam rekaman video itu. Setiap kali ia mencoba untuk berpikir jernih, bayangan wajah Rehan yang penuh pesona dan perhatian terus muncul, seolah-olah tidak ada yang salah dengan dirinya. Tapi kini, setelah apa yang ia lihat, semuanya menjadi kabur. Rehan, pria yang selama ini ia cintai, ternyata bisa menyimpan kegelapan yang begitu dalam.Pagi itu, ia memutuskan untuk tetap menjalani hari seperti biasa. Menjaga jarak dengan Rehan bukanlah hal yang mudah, terlebih setelah ia mendengar percakapan yang mengerikan itu. Namun, ia tahu bahwa ini adalah langkah terbaik untuk melindungi dirinya sendiri, dan mungkin juga untuk melindungi orang lain.Setelah berjam-jam berlalu, Nara merasa cemas. Ia ingin mencari tahu lebih banyak, namun ia tahu resikonya. Damar sudah mengingatk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 23

    Happy ReadingMalam itu, setelah pertemuan dengan Damar, Nara memutuskan untuk pulang lebih awal. Ia merasa terlalu banyak informasi yang harus diproses, dan pikirannya terus-menerus dihantui oleh kemungkinan-kemungkinan buruk. Ia menatap layar ponselnya yang masih menyimpan bukti tentang Rehan. Tangannya gemetar saat memegang benda itu, seolah-olah di dalamnya tersimpan nyawa yang sedang dipertaruhkannya.Ia melangkah menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya, atau mungkin itu hanya perasaannya saja. Saat Nara membuka pintu mobil, ia melihat sebuah mobil lain yang dikenalnya terparkir tidak jauh darinya. Mobil hitam dengan lampu yang redup, seakan sedang mengawasinya.Jantungnya berdegup kencang. Ia mencoba mengabaikan rasa takutnya dan segera masuk ke dalam mobil. Namun, baru saja ia menyalakan mesin, ponselnya berbunyi. Nama Rehan muncul di layar.Ia ragu sejenak, lalu mengangkatnya dengan suara setenang mungkin. "Halo?""Nara, a

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 24

    Happy ReadingMalam itu kembali sunyi ketika Nara menatap dokumen-dokumen yang tersebar di pangkuannya. Meski tubuhnya masih lemah, matanya tak bisa berpaling dari foto-foto dan catatan yang seakan membisikkan bahaya. Salah satu foto memperlihatkan Rehan sedang menyerahkan sebuah koper pada pria berjubah hitam. Wajah pria itu tak terlihat jelas, tapi suasana dalam gambar itu begitu... mencurigakan. Di pojok foto, tertulis tanggal—hanya dua hari sebelum pertemuan Nara dan Damar di kafe.“Kenapa ada namaku di catatan ini?” bisiknya.Damar duduk di kursi sebelah tempat tidur, menatapnya dengan sorot waspada. “Kita belum tahu pasti. Tapi sepertinya kau bagian dari sesuatu yang lebih besar, Nara. Rehan mungkin melindungimu… atau justru memanfaatkannya.”Nara menggeleng lemah. “Tapi dia bilang dia tak ingin menyakitiku. Dia… dia bahkan menyesal.”“Menyesal bukan berarti tak bersalah,” jawab Damar, nada suaranya dingin namun jujur.Sebelum Nara bisa merespons, pintu kamar rumah sakit terbuka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 25

    Happy ReadingMalam itu kembali sunyi ketika Nara menatap dokumen-dokumen yang tersebar di pangkuannya. Meski tubuhnya masih lemah, matanya tak bisa berpaling dari foto-foto dan catatan yang seakan membisikkan bahaya. Salah satu foto memperlihatkan Rehan sedang menyerahkan sebuah koper pada pria berjubah hitam. Wajah pria itu tak terlihat jelas, tapi suasana dalam gambar itu begitu... mencurigakan. Di pojok foto, tertulis tanggal—hanya dua hari sebelum pertemuan Nara dan Damar di kafe.“Kenapa ada namaku di catatan ini?” bisiknya.Damar duduk di kursi sebelah tempat tidur, menatapnya dengan sorot waspada. “Kita belum tahu pasti. Tapi sepertinya kau bagian dari sesuatu yang lebih besar, Nara. Rehan mungkin melindungimu… atau justru memanfaatkannya.”Nara menggeleng lemah. “Tapi dia bilang dia tak ingin menyakitiku. Dia… dia bahkan menyesal.”“Menyesal bukan berarti tak bersalah,” jawab Damar, nada suaranya dingin namun jujur.Sebelum Nara bisa merespons, pintu kamar rumah sakit terbuka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06

Bab terbaru

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 36

    Happy ReadingNara menggelar semua dokumen di atas meja kayu tua—memo “Delta 5‑K”, potongan foto satelit, dan daftar tiga nama kontak. Sinar lampu meja memantul tipis di kertas, menciptakan bayangan bergerak, serupa suara-suara di kepalanya yang terus berdengung: “Di mana Ares? Apa jadinya keluarga kita jika rahasia ini terkuak?”Pagi menjelang, hujan menetap di jendela kamar, menetes lambat di bingkai kayu. Ia meniup secarik kertas kecil: surat anonim setebal satu halaman yang ditemukannya di saku jas Rehan dua minggu lalu. Hanya tertulis satu kalimat: > “Percayalah pada jalur lama, bukan yang baru.”Kalimat itu yang membawanya pada nama Dr. Theresia Irawan. “Jalur lama.” Apakah maksudnya jalan pintas, atau petunjuk untuk mencari di arsip-arsip lama pemerintah? Dengan hati-hati Nara menyelipkan map merah ke dalam ransel, mengemas laptop, kamera kecil, dan pulpen. Tangannya gemetar, tapi ia menelan rasa takut itu. Ia sudah bertaruh segalanya—cinta, keluarga, bahkan nyawanya—untuk

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 35

    Happy ReadingLangit mendung ketika Nara sampai di rumah. Suasana rumahnya yang biasanya dingin kini terasa lebih menekan, seperti dinding-dindingnya tahu bahwa ada badai yang akan meledak.Begitu ia membuka pintu, suara langkah cepat terdengar dari ruang tengah.**“Nara?”** suara ibunya muncul duluan, diikuti oleh wajah cemas. Tapi sebelum sempat bertanya, suara berat ayahnya menyusul.**“Masuk ke ruang kerja. Sekarang.”**Nara menelan ludah, meletakkan tasnya, lalu berjalan masuk ke ruangan itu dengan langkah pelan.Pintu ditutup. Sunyi sesaat.Lalu suara ayahnya meledak.**“Kamu pikir kamu bisa main petak umpet dengan kami? Kamu pikir kami nggak tahu kamu ke mana selama ini?”**Nara berdiri diam, menatap lantai.**“Dan sekarang kamu pulang, setelah semua masalah ini muncul—kontrak kita ditahan, saham anjlok, investor panik—dan semua karena *kamu* dekat dengan anak dari keluarga Adikara?!”****“Pak…”****“Diam!”** bentak ayahnya. **“Aku cuma mau satu jawaban. Benar atau tidak, kamu

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 34

    Happy ReadingBeberapa hari setelah pertemuan Rehan dengan Damar, suasana di tempat persembunyian mereka berubah. Fira mulai menunjukkan kestabilan, berkat usaha Nara untuk menjaga lingkungannya tetap tenang. Namun Nara tahu, badai yang lebih besar sedang mendekat—dan bukan hanya dari Delta 5-K.Sore itu, Rehan duduk di luar bangunan tua yang mereka gunakan sebagai markas sementara. Ia memandangi langit jingga yang mulai berubah ungu. Nara datang, membawa dua cangkir teh panas. Ia duduk di sampingnya tanpa banyak kata, sebelum akhirnya membuka suara.**“Kamu belum bilang ke Damar soal aku, ya?”**Rehan menghela napas. **“Belum. Dia nggak nanya juga. Tapi cepat atau lambat dia pasti tahu.”****“Bukan cuma dia, Rehan,”** ujar Nara pelan. **“Kita belum bilang siapa pun. Karena kita tahu, begitu mereka tahu… segalanya bisa berubah.”**Rehan menunduk. Cangkir teh di tangannya terasa terlalu panas, tapi tak ia lepaskan.**“Ayahku masih nyalahin keluargamu atas kebangkrutan PT Kaldera, Na. P

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 33

    Happy ReadingRehan menatap Nara dengan pandangan yang tak biasa. Kali ini, tak ada senyum sarkastik, tak ada lelucon sinis yang biasa ia lontarkan saat suasana terlalu tegang. Ia hanya diam, sejenak, sebelum menjawab dengan suara rendah.“Kakakku.”Nara terdiam. Tak hanya karena keterkejutan dari pengakuan itu, tapi karena nada suara Rehan—datar, tapi mengandung luka yang belum sembuh. Ini bukan sekadar tentang operasi rahasia atau kode militer lagi. Ini mulai menyentuh hal personal.“Namanya Damar,” lanjut Rehan. “Dulu dia bagian dari unit pengamanan internal fasilitas riset militer swasta. Tapi dia keluar… atau lebih tepatnya menghilang. Katanya dia tahu sesuatu yang membuatnya jadi target.”Nara menautkan alis. “Kamu yakin dia masih hidup?”Rehan menarik napas panjang. “Kalau dia mati, aku yakin mereka bakal ngumumin. Tapi nggak ada berita, nggak ada jejak. Seolah dia lenyap. Tapi Damar nggak bodoh. Kalau dia masih hidup, dia pasti sembunyi dengan baik.”Nara mengangguk pelan. “Ka

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 32

    Happy ReadingVan medis itu menjauh dari kawasan pabrik dengan kecepatan stabil. Nara duduk bersandar di jok belakang, menatap Fira yang kini terbaring dengan selimut tipis. Wajah gadis itu terlihat jauh lebih tenang, meskipun tubuhnya masih lemah.Rehan duduk di samping sopir, sibuk berbicara lewat saluran komunikasi dengan timnya. Sesekali, ia menoleh ke arah Nara, memastikan semuanya masih terkendali. Setelah satu jam perjalanan dan mereka mencapai lokasi aman, van berhenti di sebuah rumah persembunyian milik salah satu kontak Rehan di pinggiran kota—tempat yang dulu digunakan sebagai tempat aman bagi saksi investigasi.Setelah memastikan Fira aman di kamar belakang, dijaga perawat khusus, Rehan kembali menemui Nara yang berdiri di teras belakang rumah, menatap langit yang mulai berpendar fajar.“Aku tahu kamu belum makan sejak siang,” kata Rehan, mendekat pelan. “Kita butuh tenaga buat lanjut besok. Aku pesen makanan.”Nara menoleh dan mengangkat alis. “Di tengah kekacauan ini kam

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 31

    Happy ReadingNara berdiri mematung di depan layar. Kata-kata pada subjek email itu seperti petir yang menyambar tenang sore mereka: "C-02. Masih hidup. Lokasi: Eks-Pabrik Farmasi Ananta.”Rehan berdiri di belakangnya, membaca bersama. “C-02… itu pasien yang disebut ‘mati’ tiga minggu lalu, kan?” Nara mengangguk pelan, bibirnya menegang. “Yang disebut overdosis. Tapi aku curiga ada yang janggal dari awal.” “Kalau ini benar… artinya mereka memalsukan kematian pasien,” ujar Rehan, nadanya pelan tapi tegas. “Dan kalau satu pasien bisa dipalsukan, bisa jadi yang lain juga…” Nara memutar kursi, menghadap Rehan. “Kita harus ke sana malam ini. Sebelum jejaknya dihapus lagi.” Rehan ragu sejenak. “Kita nggak tahu siapa yang kirim email ini. Bisa jadi jebakan.” “Aku tahu,” sahut Nara cepat. “Tapi kita juga tahu, kalau kita tunggu—semuanya bisa terlambat.”Rehan menghela napas, lalu mengangguk. “Oke. Tapi kita nggak pergi tanpa persiapan.” ***Malam menjelang cepat. Langit gelap ta

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 30

    Happy Reading Minggu itu berjalan terlalu cepat bagi Nara, dan terlalu lambat bagi Rehan. Nara tenggelam dalam jadwal terapi yang padat, investigasi diam-diam tentang “C” patients, dan percakapan rahasia dengan sumber-sumber lama. Ia tidur tak lebih dari empat jam setiap malam, hidupnya digerakkan oleh urgensi—dan oleh bayang-bayang Citra yang terus menghantui pikirannya. Sementara Rehan mulai kehilangan arah di tengah dua dunia: satu dunia yang penuh angka dan target, dan satu lagi—yang lebih gelap—di mana manusia bisa hilang hanya karena dianggap "terlalu ribut." Ia butuh Nara. Tapi Nara… seakan selalu terlalu jauh. *** “Kamu lihat data CCTV yang aku kirim semalam?” Rehan mengirim pesan suara, nada suaranya terdengar resah. “Di menit 04:17, ada petugas yang masuk ke kamar Citra dan…” Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, pesan itu hanya centang satu. Nara belum membukanya. Sudah dua hari terakhir ia hanya membalas pesan seperlunya—kadang singkat, kadang hanya

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 29

    Happy ReadingSudah hampir dua minggu sejak dunia dihebohkan oleh bocornya dokumen “R.R”. Tapi kehidupan tak benar-benar berubah dalam sekejap. Dunia terlalu sibuk menakar kebenaran dengan keraguan, dan manusia… terlalu cepat melupakan.Nara kembali ke ruang kerjanya, sebuah klinik kecil di pinggiran kota. Ruangan itu hangat dan lembut, dengan bau lavender samar dan lukisan-lukisan tenang di dinding. Tapi pagi ini, suasananya lain.Ia duduk di hadapan seorang gadis remaja berusia tujuh belas tahun. Mata gadis itu sembab, tangannya gemetar, dan suara hatinya penuh luka yang belum sempat dijahit.Namanya **Lara**—nama yang dalam seminggu terakhir viral di media sosial. Ia korban pemerkosaan oleh anak pejabat, yang sayangnya, kasusnya lebih banyak dijadikan konten dibanding diselesaikan.“Aku nggak mau tidur, Kak…” suara Lara nyaris tak terdengar. “Setiap aku tutup mata, aku dengar dia lagi. Lihat dia. Bau itu… baju itu…”Nara menahan napas. Ia sudah biasa menghadapi trauma berat, tapi s

  • Putus Cinta Membuatnya Brengsek   Part 28

    Happy ReadingAnda bilang:Happy Reading Hujan mulai turun gerimis saat Nara dan Rehan masih berdiri di teras, menatap foto itu seolah bisa mengorek informasi lebih dari selembar kertas. Nara mengerutkan kening, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat. “Ini diambil dari atas bukit sana,” gumam Rehan, menunjuk arah lereng berbatu di kejauhan. “Jaraknya sekitar lima ratus meter… artinya mereka memantau sejak pagi.” “Kita harus pindah,” ucap Nara. Suaranya tenang, tapi tatapannya tajam. “Malam ini juga.” Rehan mengangguk, lalu menatap jam tangannya. “Kalau kita berangkat sekarang, kita bisa sampai ke tempat Bima menyembunyikan laptop pemecah enkripsi itu sebelum tengah malam.” “Tempat yang aman?” “Sebagus mungkin. Tapi kalau pesan ini benar, berarti jejak kita bocor. Entah dari siapa.” Mereka berkemas dalam diam. Tak banyak barang yang dibawa, hanya kebutuhan pokok, peta, dan tentu—flashdisk merah yang kini digantung di leher Rehan dalam tabung baja kecil. Sebelum meningg

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status