Agnes Myosotis merupakan putri bungsu keluarga Myosotis penguasa wilayah barat Kerajaan Asteraceae. Orang-orang menyebutnya sebagai putri kaca karena keluarganya menjaga Agnes dengan sangat ketat. Dia tidak pernah keluar dari kediamannya atau bertemu dengan orang lain selain keluarga, tunangan dan beberapa pelayan kepercayaan kepala keluarga Myosotis. Dia dikenal memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga sangat mudah terkena penyakit.
Agnes memejamkan matanya begitu mengingat informasi yang dia ketahui. Yang dia inginkan hanyalah mati dengan tenang. Mengapa itu begitu sulit.
"Panggil Kai."
"Aku mengerti. Kai sebentar lagi akan da-"
Tok tok tok
"Bin. Kau memanggilku?"
"-itu dia. Iya masuklah."
Agnes membuka matanya dan melirik kearah seseorang yang baru masuk.
Seorang remaja berusia lima belas tahun berjalan ke arah Bin. Tingginya hampir sepantaran dengan Bin, dia berkulit putih dan berambut hitam. Pemuda itu nampak polos dan lembut.
"Oh, astaga dia sadar."
Mata hitam polosnya melirik ke arah Agnes dengan rasa lega. Dia tersenyum dengan lembut.
"Apa dia sudah baik-baik saja?"
Dia bertanya pada Bin.
Agnes memandangi Kai beberapa saat sebelum mulai melihat langit-langit kamarnya. Sekarang dia benar-benar yakin jika dia berada dalam novel. Kai mungkin terlihat seperti remaja lembut dan polos namun, sebagai orang yang telah membaca novel dia tahu bahwa Kai bukan manusia seutuhnya.
'Dia setengah manusia dan setengah malaikat.'
Dalam novel [Orion's Resurrection] Kai adalah sosok manusia yang terlalu baik dan polos. Dia mati di volume 2 dan hal itu membuat Bin hampir menghancurkan satu kota. Lalu orang yang menghentikan amukan Bin adalah Isaac, sang tokoh utama.
Agnes mengabaikan mereka semua dan hanya menatap kosong ke langit-langit diatasnya.
Bin dan Kai. Dikatakan bahwa mereka adalah pasangan paling lemah sekaligus paling berbahaya di dalam sebuah pertempuran. Salah satu senjata mereka berdua adalah komunikasi jarak jauh. Kai yang merupakan setengah manusia dan malaikat memiliki kemampuan untuk menghubungkan orang-orang yang berada pada jarak yang lumayan jauh. Semakin jauh dan banyak orangnya semakin banyak pula energi yang diperlukan. Di akhir volume 1 mereka berhasil menyelamatkan banyak orang karena kemampuan tersebut. Mereka dikenal sebagai pahlawan bagi masyarakat kerajaan Asteraceae dan para Elf.
Namun, Kai mati di akhir volume 2 karena sihir hitam.
'Masih ada tiga lagi.'
Harusnya ada tiga lagi selain Bin dan Kai. Mereka berlima akan dikenal sebagai pahlawan yang menyelamatkan kuil suci bersamaan dengan Isaac di masa depan. Kelompok lima orang itu dikenal sebagai Lyra.
"Iya dia sadar dan sudah lebih baik."
"Bagus. Tapi kenapa aku dipanggil kesini."
"Aland dan Alex akan beristirahat temani aku berjaga."
"Baiklah. Serahkan saja padaku."
Suaranya dipenuhi oleh keceriaan.
"Aku akan pergi sekarang."
Alex, pria dengan rambut perak dan mata biru laut itu melirik ke arah Agnes yang terbaring lemah ditempat tidur. Sebelum meninggalkan ruangan. Berbeda dengan Alex, Aland justru berjalan menghampiri Agnes. Dia membelai kepala Agnes dengan pelan.
"Aku akan kembali nanti, istirahatlah."
Wajahnya dingin tanpa ekspresi itu sangat berbeda dengan tatapan dan ucapannya. Perkataan pria itu terdengar hangat dan lembut begitu juga sorot matanya. Agnes berkedip tidak percaya melihat orang yang menjadi penyebab kematiaannya bersikap hangat didepannya.
Berbeda dengan Agnes yang merasa aneh, Aland justru menganggap kedipan itu sebagai tanggapan atas perkataannya. Aland tersenyum kecil. Kemudian dia berbalik tanpa tahu bahwa senyum kecilnya membuat seseorang tersentak tidak percaya.
Deg Deg Deg
Jantung Agnes berketak lebih cepat dari sebelumnya.
'Kenapa?'
Kenapa senyum itu terasa familiar. Untuk sesaat Agnes merasa pernah melihat seseorang yang tersenyum seperti Aland tetapi dia tidak tahu siapa atau dimana dia melihatnya.
'Apanyang sebenarnya terjadi?'
Dia adalah seseorang yang dapat mengingat lebih baik dari siapapun. Dia tidak pernah melupakan apapun bahkan meski kenangan itu menyakitkan baginya. Jika dia mengenal Aland bagaimana mungkin dia melupakannya.
'Tidak masuk akal. Dia adalah seseorang yang hidup dalam novel bagaiman mungkin aku pernah melihatnya? Ini pasti karena aku terlalu panik.'
Jantungnya berdetak cepat mungkin karena dia terkejut melihat tokoh favoritnya yang berada begitu dekat dengannya.
'Pasti hal itu.'
Begitu pintu ditutup terdengar helaan nafas lega dari Kai dan Bin.
"Sekarang semuanya akan membaikkan."
Kai bertanya dengan pelan ke arah Bin.
"Tentu." Bin menjawab dengan yakin sambil melirik Agnes.
Bin mengeluarkan sesuatu dari saku ajaibnya. Sebuah botol kecil berisikan cairan berwarna violet. Agnes yang melihat botol itu tiba-tiba memiliki firasat buruk. Dia bisa melihat wajah kaku Kai ketika Bin mengeluarkan obat itu.
"Kai bantu aku sebentar, kita harus meminumkan ramuan ini padanya agar dia lebih cepat sembuh."
Kai hanya mengangguk dan berjalan ke arah tempat tidur.
Melihat mereka berdua mendekat membuat Agnes sedikit risih.
"Permisi sebentar."
Kai membantu Agnes duduk.
"Rasanya memang sedikit pahit dan menyakitkan tetapi tahanlah karena itu akan membantumu."
Bin berkata dengan senyum canggung mendekatkan ramuan obat itu ke bibir Agnes.
Kai yang mendengarnya meringis.
'Itu tidak akan hanya sedikit,' katanya dalam hati.
Agnes bisa mencium bau yang tidak enak begitu cairan itu mendekat kearah bibirnya. Bau itu membuat dia mual. Siapa sangka cairan berwarna violet yang terlihat cantik itu mengeluarkan bau seperti ini. Agnes tidak ingin meminumnya.
Glek
Namun, dia harus meminumnya agar bisa cepat sembuh. Dia harus sembuh dan menghindar dari kematian yang menyakitkan.
Light Elf Bin adalah calon pemimpin Light Elf selanjutnya. Dia keluar dari desa untuk menemukan tanaman obat yang bisa menyempurnakan ramuannya. Dia pergi begitu jauh hingga sampai di ujung utara benua Spinca. Disanalah dia menyelamatkan Kai. Bin terkenal sebagai Elf penyembuh, dia tidak terlalu pandai bertarung namun dia sangat ahli dalam bidang penyembuhan. Informasi itu cukup untuk Sanna meminum obat dari Bin tanpa rasa ragu.
"Wow. Kau menelannya dalam sekali tegukan. Hebat. Hebat sekali."
Kai berkata dengan penuh semangat. Matanya berkedip tidak percaya. Dia telah meminum beberapa obat pemberian Bin di masa lalu dan semua obat itu adalah ramuan obat berkualitas tinggi. Hanya saja, masalahnya ada pada bau dan rasa obat itu yang begitu buruk. Kai belum pernah melihat seseorang meminum ramuan obat yang dibuat oleh Bin dalam sekali teguk.
'Dia pasti ingin sekali sembuh. orang-orang yang menyakiti orang lain tidak pantas disebut sebagai manusia.'
Mereka monster. Bagaimana bisa mereka menyakiti makhluk hidup lain hanya untuk kepuasan diri. Kai yang pernah menjadi sasaran keserakahan mereka tidak bisa untuk tidak marah atas apa yang monster-monster itu lakukan pada wanita lemah seperti Agnes.
Agnes memejamkan matanya. Dia sedikit terkejut karena ternyata ramuan yang diberikan Bin lebih buruk dari yang dia bayangkan. Dia merasa pahit di lidahnya dan bagian dalam mulutnya dipenuhi aroma yang tidak sedap.
Bin terlihat yang paling terkejut diantara mereka bertiga. Orang lain biasanya akan langsung menolak ketika mereka mencium bau dari ramuan obat darinya. Lebih buruk lagi terkadang beberapa orang yang ingin dia tolong menganggapnya sebagai seorang penipu karena obat yang dia buat memiliki aroma dan rasa yang buruk. Orang-orang itu hampir membuat dia menyerah.Melihat ada seseorang yang meminum obatnya dalam sekali teguk membuat dia sedikit aneh. Ternyata di dunia ini ada juga orang yang mau minum obatnya tanpa harus dipaksa lebih dulu.
Bin mulai mengingat informasi yang dia dapatkan tentang Agnes Myosotis. Dia adalah kesayangan Keluarga Myosotis. Selain itu dia juga terkenal dengan sebutan Putri Kaca karena dia sama sekali tidak pernah menunjukan dirinya di luar rumah. Tidak ada yang tahu wajah atau kepribadiannya. Yang orang-orang tahu dia adalah bangsawan muda dengan rambut perak dan mata merah yang indah. Dia diketahui memiliki tubuh lemah sehingga keluarganya menjaganya dengan begitu hati-hati. Bin menatap Agnes dalam diam. Wanita muda dan lemah ini mungkin saja akan mati dalam kesakitan jika mereka tidak datang secepatnya.
Bin teringat percakapannya dengan Aland ketika mereka baru pertama kali bertemu. Waktu itu dia sedang berkeliling mencari informasi tentang orang-orang yang menyerang Desa Light Elf. Aland mendatangi dirinya dan mengajaknya untuk melakukan sebuah kesepakatan. Bin awalnya merasa curiga pada Aland Clematis karena meminta dia, seseorang yang belum dia kenal untuk menyembuhkan kekasihnya.
Namun, setelah beberapa hari bersama Aland, rasa kecurigaan Bin perlahan semakin berkurang.
Bin tersenyum semakin lebar. Hal itu sedikit mengganggu Agnes.
'Ada apa dengannya?' Agnes bertanya dalam hati.
'Sekarang, apakah aku harus menagih bayarannya?'
"Ini, minum ini kau akan merasa lebih baik setelah meminumnya."
Bin tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara Kai. Dia bisa melihat Kai memberi Agnes air gula yang berada di nakas untuk mengurangi rasa aneh dan pahit di mulutnya. Mereka telah berencana untuk memberinya ramuan ini ketika Agnes sadar dan air gula itu dibuat untuk untuk meringankan rasa pahit dari obat yang Bin buat. Walaupun Bin merasa itu hanya akan sedikit mengurangi rasa pahit dari obatnya, namun hal itu lebih baik daripada tidak.
Agnes duduk dengan kepala tertunduk, dia tidak punya tenaga. Jika bukan Kai yang menopang tubuhnya dia pasti hanya akan berbaring. Matanya melihat rambut perak yang jatuh di atas bahunya. Rambut perak itu terlalu nyata dan alami untuk disebut sebagai wig atau rambut yang diwarnai. Itu benar-benar perak. Ini benar-benar Agnes Myosotis. Rambut perak, mata semerah matahari terbenam dan kulit putih pucat adalah apa yang novel itu jelaskan tentang penampilannya.
"Ugh…"
Dia mengerang. Jantungnya berdetak cepat.
Deg Deg Deg
Kepala terasa sakit dan perlahan rasa sakit itu menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Aku rasa obatnya sedang bekerja. Baringkan dia."
Kai membaringkan Agnes dan menyelimutinya.
Agnes membuka mulutnya seakan ingin mengatakan sesuatu namun tidak ada kata yang keluar selain erangan kesakitannya.
"Ugh… akh… akh…"
Tubuhnya mengigil kedinginan, dia kesulitan bernafas, dan tenggorokannya terasa seperti terbakar.
'Kenapa sesakit ini. Sedikit. Ini yang mereka katakan sedikit.'
Agnes berteriak tidak terima dalam hati. Dia terus-menerus mengeluarkan kata-kata kasar untuk kedua orang di depannya.
'Kalian berdua bajingan.'
"Untunglah mereka berdua tidak ada di ruangan ini."
Kai bergumam sambil melihat Agnes yang terbaring menahan rasa sakit di tempat tidur.
"Kau benar."
Bin mengangguk setuju. Jika Aland dan Alex tahu obat itu membuat Agnes dalam kesakitan sebelum menyembuhkannya, Bin pasti tidak akan mendapatkan izin untuk memberi Agnes obat buatanya.
Ketika aku membuka mata 3 Begitu rasa sakit itu menyebar keseluruh tubuhnya, Agnes merasa begitu mengantuk. Dia memejamkan mata dan tertidur dengan nafas yang berantakan. Gelap dan dingin. Agnes, tidak Ariel merasa tubuhnya jatuh dari tempat yang begitu tinggi. Saking tingginya dia tidak tahu berapa lama dia akan terjatuh. Ini mimpi. Mimpi yang terus menerus berulang setiap malam. Ariel akan terus jatuh ke bawah tanpa bisa merasakan akhirnya. Dia memejamkan mata dan membiarkan kegelapan menelannya. Begitu semuanya gelap dan tidak terasa apapun. Ariel membuka mata. Blur Blur Blur Tubuhnya berada di dalam tabung kaca yang dipenuhi oleh cairan berwarna hijau. Tubuh kurus dan kecilnya terkurung didalam tabung.
Jika kau sudah terlalu sering dikhianati maka perhatian kecil akan terasa begitu berat untuk diterima. **** 'Semoga aku tidak bermimpi.' Itu hanyalah harapan kecil dan sederhana yang Ariel ucapan sebelum tidur. 'Ah, aku disini lagi' Ariel membuka matanya dalam kegelapan. Dia jatuh. Dan seperti sebelumnya kegelapan itu menelanya hingga dia menjadi tidak terlihat. Ariel mendengar tawa anak-anak, bunyi lonceng dan wajahnya terasa hangat karena terkena sinar matahari. Dia membuka mata dan melihat langit biru yang cerah. Itu silau tetapi Ariel tidak berhenti untuk menatapnya. Dia bisa mencium aroma manis dari gula dan aroma segar dari rumput ketika angin bertiup. "Hey." Seorang anak perempuan menghalangi pandangan Ariel. Anak itu tersenyum dengan ceria. Anak itu memakai kemeja putih yang dimasukan ke dalam celana hitam. Rambut panjangnya diikat satu ke belakang. Bukan hanya dia Ariel juga memakai pakaian yang sama. Di rambut
"Kau bisa memanggilku El. Aku adalah orang yang dikirim oleh Penguasa Dunia Bawah untuk melakukan kesepakatan denganmu." "Apa?" Agnes bertanya dengan bingung. Penguasa dunia bawah apa itu semacam organisasi bawah tanah. "Bukan. Itu bukan organisasi tapi benar-benar dunia bawah." Agnes tersentak. "Kau…" "Ah, maafkan aku. Aku sering penasaran dengan apa yang dipikirkan oleh orang lain jadi terkadang itu terjadi begitu saja." "..." " Kau tidak perlu khawatir sekarang aku tidak akan membaca pikiranmu lagi." 'Bagaimana aku bisa percaya.' "Kau pasti tidak percaya kan." "...." "Aku tidak membaca pikiranmu aku hanya menebaknya lewat wajahmu." "Siapa kau?" Pria itu mulai cemberut mendengar perkataan Agnes. "Aku sudah memperkenalkan diri." Agnes mengerutkan dahinya, El. Siapa? Selama membaca novel [Orion's Resurrection] Agnes, tidak Ariel sama sekali tidak pe
"Sepertinya dia hilang ingatan." El berkata dengan wajah santai tidak peduli. Berbeda dengan Aland yang wajahnya tiba-tiba berubah menjadi sedikit pucat. Anges yang melihat wajah Aland yang memucat menjadi sedikit bersalah. Dia melirik El yang terlihat mulai bosan. "Aku rasa racun itu telah mempengaruhi sel otaknya. Kau sangat beruntung. Jika kau sedikit saja terlambat memberinya obat penawar maka dia pasti akan mati." Agnes mengerutkan dahinya mendengar penjelasan El. 'Kenapa dia begitu santai?' Ucapan El terdengar tanpa beban. Seolah-olah dia baru saja memberikan informasi tentang ramalan cuaca dan bukannya tentang nyawa seseorang.
"Dia benar-benar pergi begitu saja." Agnes berkata dengan rasa tidak percaya dan jengkel disaat yang bersamaan. Agnes melihat tempat dimana El tadi berada dan dia mulai ragu apa dia telah memilih orang yang benar untuk diajak bekerja sama. "Aku harus pergi sekarang." Agnes menoleh kearah Aland yang akhirnya mulai berbicara. Dia terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Matanya masih terlihat kebingungan namun wajahnya kembali tenang. Ini membuat Agnes sulit menentukan apa yang dipikirkan oleh Aland. "Mau kemana?" "Aku akan menjelaskan situasimu kepada yang lainnya." Dingin. Aland berbicara dengan nada dingin dan tegas, seperti seorang atasan yang memberikan perintah kepada bawahannya. Aland bahkan tidak menatap Agnes ketika dia berbicara. Tidak ada tatapan lembut atau kata-kata yang hangat seperti sebelumnya. Agnes merasa ini adalah hal yang memang seharusnya. Seperti inilah sikap Aland yang digambarkan di
Terkadang kegilaan diperlukan untuk bertahan hidup.****Tok tok tok"Ini aku."Itu suara Bin."Masuklah."Bin masuk diikuti Kai yang membawa sebuah nampan di belakangnya. Dengan langkah ringan mereka berjalan mendekati tempat tidur."Hai."Kai menyapa Agnes dengan nada suara seperti anak kecil. Dia memiliki senyum polos di wajahnya. Agnes tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban."Aku dengar kau sudah dapat menggerakkan tubuhmu.""Iya jauh lebih baik dari sebelumnya."Bin duduk di kursi dekat tempat tidur. DanKai meletakkan nampan yang dibawanya di atas nakas."Aku akan memeriksakan mu, berikan tangan kanan mu."Agens mengulurkan tangan kanannya dan membiarkan Bin memeriksa denyut nadinya."Hmm, perkembangannya lebih cepat dari yang aku duga. Baguslah."Dia nampak puas akan sesuatu.Setelah selesai dia melirik ke arah Kai. Kai yang mene
'Aku harus menangkap seekor tikus.'Untuk menangkap seekor ular dia harus menangkap tikus terlebih dahulu. Seekor tikus kecil yang bersembunyi di dalam rumahnya. Dia harus menangkap seorang pelayan yang memberinya teh beracun dalam keadaan hidup-hidup. Dengan begitu dia bisa terbebas dari ikatan pertunangan dengan Aland dan terhindar dari tokoh utama. Memikirkan hal itu membuat Agnes merasa bersemangat.Sayangnya, berbeda dengan keinginan Agnes yang ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat, waktu justru berjalan begitu lambat.'Sudah dua hari.'"Sial."Agnes berdiri di dekat jendela sambil memperhatikan keadaan di luar. Tidak ada yang dapat dilihat selain warna putih. Semua area luar dipenuhi oleh salju. Pemandangan yang membosankan jika dilihat selama dua hari. Dari kamarnya yang berada di lantai tiga Agnes bisa melihat tanah dibawahnya dan langit di atasnya. Hanya itu yang bisa dia lihat dari balik jendela kamarnya. T
Begitu Bin tidak terlihat lagi.Agnes menepuk kedua sisi wajahnya."Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"Kenapa dia tidak bisa mengingat nama penulis [Orion's Resurrection]."Akh."Rasa sakit yang tadinya hilang kembali menyerang kepala Agnes. Rasanya Seperti ditusuk oleh jarum kecil. Memang tidak terlalu menyakitkan tetapi jika jarum tersebut terus menerus menusuk di tempat yang sama maka itu bisa membuat sebuah lubang kecil."Sial."Agnes menggigit bibir bawahnya. Dia kesal. Kenapa setiap kali dia ingin mengingat nama penulis novel itu kepalanya terasa sakit?Dia merebahkan diri di sofa dan mulai memejamkan mata.Agnes, tidak Ariel merupakan seseorang yang tidak pernah melupakan apapun yang dia telah lihat. Tidak peduli berapa lama waktu berlalu dia tidak akan pernah bisa melupakannya. Baik itu peristiwa yang menyenangkan atau peristiwa yang begitu buruk. Semua akan tersimpan di dalam kepalanya seperti se