"Sepertinya dia hilang ingatan."
El berkata dengan wajah santai tidak peduli. Berbeda dengan Aland yang wajahnya tiba-tiba berubah menjadi sedikit pucat.
Anges yang melihat wajah Aland yang memucat menjadi sedikit bersalah. Dia melirik El yang terlihat mulai bosan.
"Aku rasa racun itu telah mempengaruhi sel otaknya. Kau sangat beruntung. Jika kau sedikit saja terlambat memberinya obat penawar maka dia pasti akan mati."
Agnes mengerutkan dahinya mendengar penjelasan El.
'Kenapa dia begitu santai?'
Ucapan El terdengar tanpa beban. Seolah-olah dia baru saja memberikan informasi tentang ramalan cuaca dan bukannya tentang nyawa seseorang.
"Dia benar-benar pergi begitu saja." Agnes berkata dengan rasa tidak percaya dan jengkel disaat yang bersamaan. Agnes melihat tempat dimana El tadi berada dan dia mulai ragu apa dia telah memilih orang yang benar untuk diajak bekerja sama. "Aku harus pergi sekarang." Agnes menoleh kearah Aland yang akhirnya mulai berbicara. Dia terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Matanya masih terlihat kebingungan namun wajahnya kembali tenang. Ini membuat Agnes sulit menentukan apa yang dipikirkan oleh Aland. "Mau kemana?" "Aku akan menjelaskan situasimu kepada yang lainnya." Dingin. Aland berbicara dengan nada dingin dan tegas, seperti seorang atasan yang memberikan perintah kepada bawahannya. Aland bahkan tidak menatap Agnes ketika dia berbicara. Tidak ada tatapan lembut atau kata-kata yang hangat seperti sebelumnya. Agnes merasa ini adalah hal yang memang seharusnya. Seperti inilah sikap Aland yang digambarkan di
Terkadang kegilaan diperlukan untuk bertahan hidup.****Tok tok tok"Ini aku."Itu suara Bin."Masuklah."Bin masuk diikuti Kai yang membawa sebuah nampan di belakangnya. Dengan langkah ringan mereka berjalan mendekati tempat tidur."Hai."Kai menyapa Agnes dengan nada suara seperti anak kecil. Dia memiliki senyum polos di wajahnya. Agnes tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban."Aku dengar kau sudah dapat menggerakkan tubuhmu.""Iya jauh lebih baik dari sebelumnya."Bin duduk di kursi dekat tempat tidur. DanKai meletakkan nampan yang dibawanya di atas nakas."Aku akan memeriksakan mu, berikan tangan kanan mu."Agens mengulurkan tangan kanannya dan membiarkan Bin memeriksa denyut nadinya."Hmm, perkembangannya lebih cepat dari yang aku duga. Baguslah."Dia nampak puas akan sesuatu.Setelah selesai dia melirik ke arah Kai. Kai yang mene
'Aku harus menangkap seekor tikus.'Untuk menangkap seekor ular dia harus menangkap tikus terlebih dahulu. Seekor tikus kecil yang bersembunyi di dalam rumahnya. Dia harus menangkap seorang pelayan yang memberinya teh beracun dalam keadaan hidup-hidup. Dengan begitu dia bisa terbebas dari ikatan pertunangan dengan Aland dan terhindar dari tokoh utama. Memikirkan hal itu membuat Agnes merasa bersemangat.Sayangnya, berbeda dengan keinginan Agnes yang ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat, waktu justru berjalan begitu lambat.'Sudah dua hari.'"Sial."Agnes berdiri di dekat jendela sambil memperhatikan keadaan di luar. Tidak ada yang dapat dilihat selain warna putih. Semua area luar dipenuhi oleh salju. Pemandangan yang membosankan jika dilihat selama dua hari. Dari kamarnya yang berada di lantai tiga Agnes bisa melihat tanah dibawahnya dan langit di atasnya. Hanya itu yang bisa dia lihat dari balik jendela kamarnya. T
Begitu Bin tidak terlihat lagi.Agnes menepuk kedua sisi wajahnya."Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"Kenapa dia tidak bisa mengingat nama penulis [Orion's Resurrection]."Akh."Rasa sakit yang tadinya hilang kembali menyerang kepala Agnes. Rasanya Seperti ditusuk oleh jarum kecil. Memang tidak terlalu menyakitkan tetapi jika jarum tersebut terus menerus menusuk di tempat yang sama maka itu bisa membuat sebuah lubang kecil."Sial."Agnes menggigit bibir bawahnya. Dia kesal. Kenapa setiap kali dia ingin mengingat nama penulis novel itu kepalanya terasa sakit?Dia merebahkan diri di sofa dan mulai memejamkan mata.Agnes, tidak Ariel merupakan seseorang yang tidak pernah melupakan apapun yang dia telah lihat. Tidak peduli berapa lama waktu berlalu dia tidak akan pernah bisa melupakannya. Baik itu peristiwa yang menyenangkan atau peristiwa yang begitu buruk. Semua akan tersimpan di dalam kepalanya seperti se
Dia tidak mau lihatnya. Dia ketakutan. Untuk pertama kali setelah dia berada di ditubuh Agnes. Dia merasa begitu ketakutan.ClickEl menjentikkan jarinya dan seketika mereka berdua kembali berada di kamar Agnes.Agnes yang berbaring di sofa membuka matanya dan perlahan duduk tegak. Dia menatap El yang kini warna matanya kembali menjadi merah tua dengan marah.Agnes menggigit bibir bawahnya, matanya merah. Banyak emosi dan pertanyaan yang bercambuk di dalam dirinya."Siapa kau?"Ritual yang terakhir Agnes lihat adalah ritual yang sama yang pernah dia lihat sebagai Ariel. Waktu itu di lantai 29 banyak anak-anak dan para Aves lemah yang menghilang tiba-tiba. Karena jumlah mereka yang hilang semakin hari semakin bertambah penguasa lantai memberi perintah langsung untuk melakukan penyelidikan."Aku adalah utusan dewa penguasa dunia bawah,"El menjawab pertanyaan Agnes dengan santai. Dia sama sekali tidak peduli pada tatapan marah yang menga
Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda.****"Dia memang sudah menjadi Penjaga,"El menjawab dengan ringan.Agnes membuka dan menutup mulutnya seakan ingin mengatakan sesuatu namun dia tidak tahu apa yang harus dia katakan."Nah, Agnes Myosotis apa sekarang kau bersedia menjadi Gerbang?"El memiliki senyum bisnis di wajahnya."Kau bilang ini kesepakatan, bukan?""Iya.""Apa isi kesepakatannya?"Senyum.'Sial.''Agnes menggerutu dalam hati. Senyum El terlihat sangat jahat di matanya.Tap Tap TapLangkah kaki Aland yang kasar dan cepat terdengar di sepanjang koridor di kediaman Myosotis. Wajahnya seperti biasa terlihat dingin tanpa ekspresi. Namun, atmosfer di sekitarnya mengerikan. Dari sorot matanya dia nampak begitu marah. Setidaknya begitulah bagi mereka yang tidak mengenalnya dengan baik. Para pelayan yang tidak sengaja bertemu dengan Aland hanya bisa me
"Jelaskan, jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!"Mata Agnes sedikit mendung. Aland yang melihatnya hanya bisa terdiam tanpa mengatakan apa-apa.Melihat Aland yang hanya diam dan menatapnya dengan terkejut membuat Agnes merasa dikhianati.'Apa yang baru saja aku lakukan?"Kenapa dia merasa begitu terluka setelah mengetahui bahwa Aland terlibat dalam rencana pembunuhannya? Kenapa juga dia malah bertanya pada Aland dan bukannya menyelidiki sendiri? Sikap ini dan perasaan ini bukan milikinya. Ini milik Agnes yang asli."Sial."Agnes menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dadanya sesak dan sesuatu yang tidak dia kenal membuatnya merasa begitu buruk.'Aku menangis.'Kenapa dia harus menangis di depan Aland. Agnes membenci fakta bahwa dia tidak bisa mengendalikan tubuh dan perasaannya.GrepKedua pupil mata Anges bergetar. Tubuhnya terasa hangat dan entah bagaimana dia jadi ingin menangis lebih keras. Aland me
'Bajingan pintar ini menjadikan aku sebagai umpan.'"Aku tidak akan minta maaf."Dia tidak perlu minta maaf untuk hal yang tidak mendatangkan kerugian. Agnes tentu mengerti tentang hal ini namun, dia masih bertanya."Apa?"Itu karena dia tidak bisa percaya. Aland yang dia lihat selama ini sangat berbeda dengan Aland yang dia ketahui dalam novel. Tetapi, hari ini berbeda. Pria yang ada di depannya ini untuk sejenak terlihat seperti Aland yang berada di dalam novel. Pintar dan dingin. Selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari kerugian. Itu sedikit menakutkan bahwa dia yang tadinya terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta berubah menjadi pria yang begitu licik. Kemana perginya tatapan orang yang baru saja menerima pengakuan cinta itu. Dia seperti orang lain. Dan bukan hanya dia.'Aku juga.'"Aku menjadikanmu umpan tanpa memberitahumu, aku tidak akan minta maaf untuk hal itu."Aland adalah bajingan licik. Dan diat
"Apa kamu memang harus pergi ke sana?"Agnes bisa melihat ekspresi enggan ayahnya dari bola kristal di depannya."Itu permintaan Yang Mulia Putra Mahkota, bagaimana bisa aku menolaknya, Ayah?""Kenapa Yang Mulia memintamu? kalian bahkan tidak saling mengenal.""Kami bertemu di perjamuan.""Harusnya aku tidak mengizinkan kamu pergi kesana.""Ayah..""Agnes tidak akan pergi sendiri, ada Aland dan aku, anggap saja kami sedang berlibur, " ucap Alex yang jengah melihat pembicaraan keduanya yang terus berputar-putar. Dia tadi bermaksud menghubungi ayahnya untuk melaporkan apa yang terjadi di ibukota, sekaligus memberi tahu bahwa mereka akan pergi ke kerajaan Phonebe. Tentu saja Alex tidak menceritakan alasan sebenarnya dari kepergian mereka. Tetapi, ketika mendengar berita keikutsertaan Agnes ayahnya menjadi sedikit tidak setuju.Ayahnya meminta untuk berbicara dengan Agnes, jadilah mereka disini sekarang. Sedari tadi ayahnya terus-menerus menanyakan alasan kepergian Agnes yang menurutnya t
Pagi hari, Agnes duduk sambil membaca buku di samping tempat tidur, dimana Kai sedang terbaring. Ada asap hitam samar keluar dari lengannya dan tato dengan pola unik terukir disana. Tato itu mengeluarkan cahaya kuning samar. Seolah-olah asap hitam berusaha menelannya. Tato itu adalah segel yang dibuat Bin untuk menahan penyebaran kutukan Kai.Ataupun Bin, dia berbaring di samping Kai. Dadanya bergerak naik turun dengan teratur, berbeda dengan Kai yang terlihat sedikit kesulitan bernafas. Rambut panjangnya tergerai rapi melewati bahunya. Pakainya putih bercampur emas yang dipakainya terlihat sangat cocok untuknya. Hampir seperti melihat seorang pangeran sedang tidur. Ah tidak, bukan 'seperti pangeran' tetapi dia memang pangeran, pangeran bagi para Light Elf.Di ruangan itu hanya ada suara nafas dan gesekan kertas yang dibalik oleh Agnes.Dua hari telah berlalu sejak insiden bom yang meledak di tiga kuil. Festival tetap berjalan seperti biasa. Kerajaan Asteraceae masih dalam kegembiraan
"Pelakunya ada di kerajaan Phenobe.""Apa?"Jawaban Aland jelas membuat Agnes terkejut. Jawaban Aland bertentangan dengan apa yang Agnes baca. Namun, belum sempat Agnes menenangkan diri Aland kembali memberinya detail yang lebih mengejutkan."Ya, dan orang itu bagian dari menara Alkimia. Tapi, sebelumnya dia bekerja sebagai penyihir di kerajaan Janus"Mata Agnes melebar tanpa sadar. Menara Alkimia? Bagaimana bisa alurnya mengalir kesana? Ada beberapa halaman dalam novel tentang tempat itu. Satu hal yang Agnes tahu menara Alkimia bukan tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. Menara itu penuh dengan hal yang tidak enak dilihat oleh mata maupun hati.Entah bagaimana rasanya alur cerita bisa dibilang berjalan sesuai novel dan tidak berjalan sesuai novel.Dalam novel [Orion's Resurrection] inside kedua yang menimpa Isaac adalah perdagangan budak yang berhubungan dengan kerajaan Phenobe dan menara Alkimia, tetapi insiden kutukan Kai berada di h
Dengan itu Agnes keluar dari ruang kerja Alex dan mencari kepala pelayan.Dari penjelasan panjang Alex dapat disimpulkan sebagai berikut,Kuil dan keluarga kerajaan Asteraceae memiliki hubungan yang sedikit buruk. Kuil dan keluarga kerajaan mempunyai aturan dan kehormatan mereka sendiri. Selama beberapa tahun kuil telah melakukan berbagai hal untuk memperluas kekuasaan mereka. Keluarga kerajaan tidak bisa begitu saja menghentikan mereka tanpa alasan yang jelas. Meskipun perbuatan kuil tidak merugikan secara langsung, keluarga kerajaan tidak ingin adanya kekuasaan lain selain mereka. Abaikan para Orion, karena sudah jelas mereka tidak akan berkhianat.Kuil dan keluarga kerajaan akhirnya menjatuhkan satu sama lain di balik bayang-bayang. Insiden tentang pendeta yang melakukan pengeboman di kuil pasti akan membuat pihak kuil mereka malu dan terpojok. Mereka mungkin akan kehilangan kehormatan yang mereka miliki, belum lagi hukuman yang mereka dapatkan dari istana. K
Pendeta Agung berteriak dengan suara serak. Aura tenang dan bijak yang Agnes lihat tadi menghilang entah ke mana. Dia berteriak marah seperti orang tua yang putus asa.Para pendeta yang mendengar teriakannya berlari mendekat, untuk menyelamatkan atau mengetahui apa yang terjadi. Namun, mereka dihalangi oleh para ksatria. Akibatnya mereka berdebat dengan para ksatria.“Apa yang Anda lakukan!”“Biarkan kami lewat!”“Apa Anda tahu di mana ini!”Mereka mengatakan berbagai omong kosong yang tentu saja diabaikan oleh para ksatria. Tidak mempan dengan kata-kata para pendeta mencoba untuk melawan dengan kekuatan fisik.Para pendeta terus berusaha melewati barisan para prajurit untuk menghampiri Pendeta Agung namun, hasilnya sudah jelas. Tidak peduli seberapa keras mereka mencoba menerobos barisan itu, para ksatria tetap berdiri kokoh tanpa bergeser sedikit pun.“Diam! Jangan bergerak dan diam di tempa
Karena Agnes bukan Orion atau anggota kerajaan dia tidak berada di platform. Sebaliknya dia mendapatkan kursi terbaik untuk melihat upacara dari dekat. Itu berlaku juga untuk calon putri mahkota yang duduk di seberang meja Agnes. Mereka hanya dibatasi oleh pagar lingkaran yang menjadi tempat upacara. Agnes duduk di kursinya sedangkan Isaac berdiri di belakang. Meskipun dia duduk di bawah matahari yang bersinar cerah, dia sama sekali tidak merasa kepanasan malahan dia merasa begitu segar. Matanya melihat ke depan dengan pandangan menilai.Itu dia, Lily Clematis.Dia duduk dengan tegak di samping Sila Clematis. Sama seperti yang dideskripsikan dalam novelnya dia memiliki senyum lembut yang dapat menyentuh banyak orang. Wajahnya kecil dengan mata bulat yang besar. Secara keseluruhan dia terlihat manis. Citranya adalah gadis baik dan polos yang tanpa sengaja ikut dalam pemilihan putri mahkota.Dengan gerakan mata yang dibuat tidak sengaja, Lily Clematis melihat ke a
Sehari kemudian. Hari perayaan.Di dalam kereta keluarga Clematis."Ketika kita sampai di sana duduklah di kursi yang sudah disediakan, aku dan Alex akan berkeliling lebih dulu. Sebelum acara utama dimulai kami akan kembali," ucap Aland sambil membalik dokumen di tangganya."Aku mengerti," jawab Agnes."Tetaplah berada di dekat Isaac.""Ok," jawab Agnes."Janga-""Aku mengerti, aku sudah mengingatnya, jadi jangan katakan lagi atau aku akan melupakan segalanya," ucap Agnes kesal karena setiap ada kesempatan Aland akan terus mengatakan kata-kata yang sama padanya. Dia memperlakukannya seperti seorang anak yang baru pertama kali ditinggal orang tuanya.Haaa..Aland menghembuskan nafas panjang.Mengabaikan dokumen di tangannya, dia memperhatikan Agnes yang sibuk melihat keluar jendela. Dia akui bahwa dia sedikit paranoid, itu tidak seperti dirinya yang biasanya."Baiklah. Aku mengerti. Aku hanya sedikit khawati
Dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk hidup sebagai Gerbang sepanjang hidupnya. Dia menjadi Gerbang karena Aland menjadi Penjaga. Agnes mengingatkan dirinya sendiri untuk bertanya pada El tentang kriteria Gerbang nanti. Dan memastikan untuk mencari kandidat untuk menggantikan dirinya."Kita sampai," ucap Aland"Ayo turun."***"Tuan muda Aland Clematis dan nona Agnes Myosotis memasuki ruangan!"Tap Tap TapAku dan Aland berdampingan berjalan memasuki aula pertemuan. Seperti yang diperkirakan semua melihat ke arah Agnes dengan rasa penasaran di mata mereka.Agnes mengamati sekitar dengan hati-hati.Ada sepuluh meja di dalam ruangan dan masing-masing dari meja itu memiliki 4-5 kursi.Di bagian paling depan ada dua kursi di depan dengan ketinggian yang berbeda. Meja para bangsawan ada pada ketinggian yang lebih rendah dari dua meja itu, tetapi letaknya disesuaikan dengan kedekatan mereka dengan putra mahkota. Semak
"Aku benar-benar minta maaf.""Tidak apa-apa.""Ibuku bukan sengaja menghindarimu."Agnes menghela nafas lelah. Sedari tadi Aland terus saja membahas hal yang sama."Aku baik-baik saja, lagipula kita bisa bertemu lain kali kan," ucap Agnes sambil melihat langit malam.Saat ini mereka sedang duduk berdampingan di kursi yang berada di taman. Ada berbagai macam bunga disini namun kebanyakan dari bunga itu berwarna biru.Semuanya terlihat cantik dan terawat."Nyamannya," gumam Agnes.Langit penuh bintang, meskipun bulan tidak terlihat namun, pemandangan malam terlihat indah, seperti lukisan yang dibuat oleh seniman yang berbakat. Sangat cantik dan indah hingga kau tidak bisa berkata-kata.Agnes menoleh ke samping karena tidak pendapatan respon dari Aland."Apa kau marah?"Agnes sama sekali tidak dapat mengerti kenapa Aland bersikap seperti ini."Apa kau tidak marah?""Kau sendiri yang bilang kalau