"Jelaskan, jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!"
Mata Agnes sedikit mendung. Aland yang melihatnya hanya bisa terdiam tanpa mengatakan apa-apa.
Melihat Aland yang hanya diam dan menatapnya dengan terkejut membuat Agnes merasa dikhianati.
'Apa yang baru saja aku lakukan?"
Kenapa dia merasa begitu terluka setelah mengetahui bahwa Aland terlibat dalam rencana pembunuhannya? Kenapa juga dia malah bertanya pada Aland dan bukannya menyelidiki sendiri? Sikap ini dan perasaan ini bukan milikinya. Ini milik Agnes yang asli.
"Sial."
Agnes menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dadanya sesak dan sesuatu yang tidak dia kenal membuatnya merasa begitu buruk.
'Aku menangis.'
Kenapa dia harus menangis di depan Aland. Agnes membenci fakta bahwa dia tidak bisa mengendalikan tubuh dan perasaannya.
Grep
Kedua pupil mata Anges bergetar. Tubuhnya terasa hangat dan entah bagaimana dia jadi ingin menangis lebih keras. Aland me
'Bajingan pintar ini menjadikan aku sebagai umpan.'"Aku tidak akan minta maaf."Dia tidak perlu minta maaf untuk hal yang tidak mendatangkan kerugian. Agnes tentu mengerti tentang hal ini namun, dia masih bertanya."Apa?"Itu karena dia tidak bisa percaya. Aland yang dia lihat selama ini sangat berbeda dengan Aland yang dia ketahui dalam novel. Tetapi, hari ini berbeda. Pria yang ada di depannya ini untuk sejenak terlihat seperti Aland yang berada di dalam novel. Pintar dan dingin. Selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari kerugian. Itu sedikit menakutkan bahwa dia yang tadinya terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta berubah menjadi pria yang begitu licik. Kemana perginya tatapan orang yang baru saja menerima pengakuan cinta itu. Dia seperti orang lain. Dan bukan hanya dia.'Aku juga.'"Aku menjadikanmu umpan tanpa memberitahumu, aku tidak akan minta maaf untuk hal itu."Aland adalah bajingan licik. Dan diat
Ada satu legenda yang diketahui oleh semua rakyat Asteraceae. Legenda tentang empat pilar Kerajaan Asteraceae. Ketika dunia diambang kehancuran empat dewa turun untuk membantu manusia. Mereka memberikan kekuatan kepada empat orang pertama yang mereka lihat. Keempat orang itu adalah Edelweiss, Euribia, Clematis dan Myosotis. Benar, itu adalah nama empat keluarga paling berpengaruh di Kerajaan Asteraceae. Keempat orang itu berperang selama ratusan tahun dengan Ras Iblis untuk mencapai kedamaian. Dan ketika perang berakhir dengan kekalahan dari Ras Iblis mereka berempat mendirikan sebuah kerajaan di bagian barat benua Spinca. Kerajaan itu bernama kerajaan Asteraceae. Keempat menjadi panutan, pahlawan, pemimpin dan kehormatan bagi pengikutnya. Dengan kekuatan Dewa yang diwariskan dari generasi ke generasi tidak ada satu orangpun yang berani menyerang Kerajaan Asteraceae. Kerajaan Asteraceae luasnya terus bertambah dari waktu ke waktu, namun itu bukan berarti mere
Setelah makan malam yang melelahkan Agnes kembali ke kamarnya bersama dengan seorang pelayan dan Isaac. Agnes tidak menduga bahwa menghadapi ayah dan saudara laki-lakinya ternyata lebih mudah dari yang dia pikirkan. Di dalam novel, Orion dan calon Orion dikatakan pantai berpura-pura. Mereka bersikap lembut di luar namun kejam didalam. Agnes tidak tahu alasan mereka bersikap demikian tetapi menurutnya itu wajar dan aneh. Itu wajar mengingat banyak mata yang tertuju ke arah mereka. Satu kesalahan kecil dapat dengan mudah menghancurkan semua kebaikan yang mereka lakukan. Namun, anehnya mereka mencoba terlalu keras hingga Agnes tidak dapat mengerti. Orion adalah mereka yang telah bersumpah untuk menjaga tanah Asteracea, orang-orang telah menghormati mereka sejak dulu dan kekuatan mereka juga tidak bisa diremehkan. Jadi mengapa? Mengapa mereka perlu untuk terlihat baik? Agnes penasaran akan sikap Orion dengan keluarganya. Di novel Orion's Resurrection tidak dijelaskan hubun
Aland dan Agnes berjalan dalam diam menuju perpustakaan. Langkah mereka terdengar di sepanjang koridor.Tak Tak TakAland melirik ke Arah Agnes beberapa kali. Dia ingin bertanya namun ragu. Dia membuka dan menutup mulutnya berkali-kali karena tidak tahu harus mulai bertanya dari mana. Dia merasa bodoh. Padahal ini bukan pertama kalinya mereka keluar untuk menghabiskan waktu bersama.'Apa mungkin karena ini malam.'Dia telah menghabiskan banyak waktu bersama Agnes. Ada banyak kenangan yang terlintas di benak Aland. Dia mulai merasa sedikit sedih karena semua itu hanya ada dalam ingatannya. Agnes tidak dapat mengingat apapun. Dia juga tidak bisa menceritakannya kepada Agnes karena itu akan membuatnya terluka. Mereka telah menghabiskan banyak waktu di masa lalu namun, diantara waktu-waktu itu tidak ada waktu yang terasa seperti ini.'Rasanya sedikit aneh'Rasa nyaman yang diikuti dengan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat membuat A
Mereka bertiga, Bin, Agnes dan Aland berjalan masuk ke perpustakaan dengan Bin sebagai pemimpin. Perpustakaan ini terletak di ujung lorong bagian barat di lantai tiga. Ini bukan perpustakaan utama namun tempat ini bersih dan ada banyak buku.Mereka berjalan lebih ke dalam. Melewati beberapa rak buku lalu setelah beberapa saat Agnes dapat melihat mereka semua.Ada meja persegi panjang yang tersembunyi di antara rak-rak buku. Ada sepuluh kursi namun hanya enam yang terisi. Agnes bisa melihat semua mata tertuju ke arahnya. Semua memiliki ekspresi serius kecuali KaiAgnes tersenyum lembut begitu melihat Kai yang tersenyum cerah ketika mata mereka bertemu."Kenapa kalian lama sekali?" Alex yang pertama kali angkat suara begitu melihat mereka berjalan mendekat. Tampaknya dia dalam suasana hati yang buruk."Kau mau kami berlari kemari dan membuat semua orang terbagun." Aland membalas perkataan Alex dengan kasar.Mata Alex memancarkan kekesalan begi
Bagaimana cara mereka melakukannya?Agnes hanya bergeleng pelan sebagai jawaban. Dia tidak tahu.Dia tidak tahu bagaimana cara memberitahu mereka. Dia adalah seorang yang tidak pernah keluar dari rumah. Dia sakit dan baru sembuh beberapa hari lalu. Bagaimana bisa orang seperti itu mengetahui cara sebuah bom meledak tanpa diketahui oleh siapapun. Dia melihat ke arah Aland.Dia penasaran apakah Aland tahu tentang ini?Aland bersandar di kursinya dengan kedua tangan terlibat. Pandangan turun melihat ke satu titik di meja. Agnes tahu ini, itu adalah sikap ketika dia sedang memikirkan sesuatu. Dia sudah membaca novel Orion's Resurrection hingga volume 4 dan si penulis yang anehnya dia lupa namanya sangat suka mendeskripsikan tentang Aland.
"Apa sudah semuanya? Kamu yakin tidak ada yang tertinggal?"Damar Myosotis melihat dengan prihatin ke arah barang bawaan yang akan dibawa oleh putra dan putrinya.'Itu terlalu sedikit.'"Ayah itu sudah semuanya."Agnes yang berdiri beberapa langkah darinya menjawab dengan tenang."Tapi, bagaimana bisa kalian berdua hanya membawa sebanyak ini?""Ayah kami tidak akan lama untuk apa membawa banyak barang?" Ucap Alex disebelahnya.Agnes yang melihat interaksi keduanya berbicara dengan pelan pada Aland yang berada disampingnya. Sangat pelan sehingga hanya mereka berdua yang dapat mendengarnya."Apa satu gerbong barang itu terlalu sedikit?"Aland tersenyum geli mendengar pertanyaan polos Agnes namun dia segera mengubahnya menjadi senyum hangat. Itu karena Damar sedang melihat ke arah mereka berdua.Dia punya satu ide di kepalanya.Senyum Aland semakin lebar ketika dia mendekatkan diri pada Agnes. Cukup deka
Perjalanan itu berjalan dengan lancar sampai mereka mendirikan kemah untuk istirahat.Malam hari, disaat semua orang berkumpul di api unggun. Ada suara binatang buas yang terdengar di kegelapan.AaaauuunnggggSuara itu. Suara lolongan serigala.Awalnya lolongan itu terdengar dari suatu tempat di tengah hutan yang jauh. Namun,suaranya semakin nyaring dan meluas.AaaauuuuuunnngggggAaaauuuuuunnngggggItu terdengar dari berbagai arah sekarang.Lolongan itu tidak terdegar seperti lolongan serigala pada umumnya. Itu seperti merintih. Selanjutnya itu juga seperti sangat mendesak. Anehnya suara it
"Apa kamu memang harus pergi ke sana?"Agnes bisa melihat ekspresi enggan ayahnya dari bola kristal di depannya."Itu permintaan Yang Mulia Putra Mahkota, bagaimana bisa aku menolaknya, Ayah?""Kenapa Yang Mulia memintamu? kalian bahkan tidak saling mengenal.""Kami bertemu di perjamuan.""Harusnya aku tidak mengizinkan kamu pergi kesana.""Ayah..""Agnes tidak akan pergi sendiri, ada Aland dan aku, anggap saja kami sedang berlibur, " ucap Alex yang jengah melihat pembicaraan keduanya yang terus berputar-putar. Dia tadi bermaksud menghubungi ayahnya untuk melaporkan apa yang terjadi di ibukota, sekaligus memberi tahu bahwa mereka akan pergi ke kerajaan Phonebe. Tentu saja Alex tidak menceritakan alasan sebenarnya dari kepergian mereka. Tetapi, ketika mendengar berita keikutsertaan Agnes ayahnya menjadi sedikit tidak setuju.Ayahnya meminta untuk berbicara dengan Agnes, jadilah mereka disini sekarang. Sedari tadi ayahnya terus-menerus menanyakan alasan kepergian Agnes yang menurutnya t
Pagi hari, Agnes duduk sambil membaca buku di samping tempat tidur, dimana Kai sedang terbaring. Ada asap hitam samar keluar dari lengannya dan tato dengan pola unik terukir disana. Tato itu mengeluarkan cahaya kuning samar. Seolah-olah asap hitam berusaha menelannya. Tato itu adalah segel yang dibuat Bin untuk menahan penyebaran kutukan Kai.Ataupun Bin, dia berbaring di samping Kai. Dadanya bergerak naik turun dengan teratur, berbeda dengan Kai yang terlihat sedikit kesulitan bernafas. Rambut panjangnya tergerai rapi melewati bahunya. Pakainya putih bercampur emas yang dipakainya terlihat sangat cocok untuknya. Hampir seperti melihat seorang pangeran sedang tidur. Ah tidak, bukan 'seperti pangeran' tetapi dia memang pangeran, pangeran bagi para Light Elf.Di ruangan itu hanya ada suara nafas dan gesekan kertas yang dibalik oleh Agnes.Dua hari telah berlalu sejak insiden bom yang meledak di tiga kuil. Festival tetap berjalan seperti biasa. Kerajaan Asteraceae masih dalam kegembiraan
"Pelakunya ada di kerajaan Phenobe.""Apa?"Jawaban Aland jelas membuat Agnes terkejut. Jawaban Aland bertentangan dengan apa yang Agnes baca. Namun, belum sempat Agnes menenangkan diri Aland kembali memberinya detail yang lebih mengejutkan."Ya, dan orang itu bagian dari menara Alkimia. Tapi, sebelumnya dia bekerja sebagai penyihir di kerajaan Janus"Mata Agnes melebar tanpa sadar. Menara Alkimia? Bagaimana bisa alurnya mengalir kesana? Ada beberapa halaman dalam novel tentang tempat itu. Satu hal yang Agnes tahu menara Alkimia bukan tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. Menara itu penuh dengan hal yang tidak enak dilihat oleh mata maupun hati.Entah bagaimana rasanya alur cerita bisa dibilang berjalan sesuai novel dan tidak berjalan sesuai novel.Dalam novel [Orion's Resurrection] inside kedua yang menimpa Isaac adalah perdagangan budak yang berhubungan dengan kerajaan Phenobe dan menara Alkimia, tetapi insiden kutukan Kai berada di h
Dengan itu Agnes keluar dari ruang kerja Alex dan mencari kepala pelayan.Dari penjelasan panjang Alex dapat disimpulkan sebagai berikut,Kuil dan keluarga kerajaan Asteraceae memiliki hubungan yang sedikit buruk. Kuil dan keluarga kerajaan mempunyai aturan dan kehormatan mereka sendiri. Selama beberapa tahun kuil telah melakukan berbagai hal untuk memperluas kekuasaan mereka. Keluarga kerajaan tidak bisa begitu saja menghentikan mereka tanpa alasan yang jelas. Meskipun perbuatan kuil tidak merugikan secara langsung, keluarga kerajaan tidak ingin adanya kekuasaan lain selain mereka. Abaikan para Orion, karena sudah jelas mereka tidak akan berkhianat.Kuil dan keluarga kerajaan akhirnya menjatuhkan satu sama lain di balik bayang-bayang. Insiden tentang pendeta yang melakukan pengeboman di kuil pasti akan membuat pihak kuil mereka malu dan terpojok. Mereka mungkin akan kehilangan kehormatan yang mereka miliki, belum lagi hukuman yang mereka dapatkan dari istana. K
Pendeta Agung berteriak dengan suara serak. Aura tenang dan bijak yang Agnes lihat tadi menghilang entah ke mana. Dia berteriak marah seperti orang tua yang putus asa.Para pendeta yang mendengar teriakannya berlari mendekat, untuk menyelamatkan atau mengetahui apa yang terjadi. Namun, mereka dihalangi oleh para ksatria. Akibatnya mereka berdebat dengan para ksatria.“Apa yang Anda lakukan!”“Biarkan kami lewat!”“Apa Anda tahu di mana ini!”Mereka mengatakan berbagai omong kosong yang tentu saja diabaikan oleh para ksatria. Tidak mempan dengan kata-kata para pendeta mencoba untuk melawan dengan kekuatan fisik.Para pendeta terus berusaha melewati barisan para prajurit untuk menghampiri Pendeta Agung namun, hasilnya sudah jelas. Tidak peduli seberapa keras mereka mencoba menerobos barisan itu, para ksatria tetap berdiri kokoh tanpa bergeser sedikit pun.“Diam! Jangan bergerak dan diam di tempa
Karena Agnes bukan Orion atau anggota kerajaan dia tidak berada di platform. Sebaliknya dia mendapatkan kursi terbaik untuk melihat upacara dari dekat. Itu berlaku juga untuk calon putri mahkota yang duduk di seberang meja Agnes. Mereka hanya dibatasi oleh pagar lingkaran yang menjadi tempat upacara. Agnes duduk di kursinya sedangkan Isaac berdiri di belakang. Meskipun dia duduk di bawah matahari yang bersinar cerah, dia sama sekali tidak merasa kepanasan malahan dia merasa begitu segar. Matanya melihat ke depan dengan pandangan menilai.Itu dia, Lily Clematis.Dia duduk dengan tegak di samping Sila Clematis. Sama seperti yang dideskripsikan dalam novelnya dia memiliki senyum lembut yang dapat menyentuh banyak orang. Wajahnya kecil dengan mata bulat yang besar. Secara keseluruhan dia terlihat manis. Citranya adalah gadis baik dan polos yang tanpa sengaja ikut dalam pemilihan putri mahkota.Dengan gerakan mata yang dibuat tidak sengaja, Lily Clematis melihat ke a
Sehari kemudian. Hari perayaan.Di dalam kereta keluarga Clematis."Ketika kita sampai di sana duduklah di kursi yang sudah disediakan, aku dan Alex akan berkeliling lebih dulu. Sebelum acara utama dimulai kami akan kembali," ucap Aland sambil membalik dokumen di tangganya."Aku mengerti," jawab Agnes."Tetaplah berada di dekat Isaac.""Ok," jawab Agnes."Janga-""Aku mengerti, aku sudah mengingatnya, jadi jangan katakan lagi atau aku akan melupakan segalanya," ucap Agnes kesal karena setiap ada kesempatan Aland akan terus mengatakan kata-kata yang sama padanya. Dia memperlakukannya seperti seorang anak yang baru pertama kali ditinggal orang tuanya.Haaa..Aland menghembuskan nafas panjang.Mengabaikan dokumen di tangannya, dia memperhatikan Agnes yang sibuk melihat keluar jendela. Dia akui bahwa dia sedikit paranoid, itu tidak seperti dirinya yang biasanya."Baiklah. Aku mengerti. Aku hanya sedikit khawati
Dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk hidup sebagai Gerbang sepanjang hidupnya. Dia menjadi Gerbang karena Aland menjadi Penjaga. Agnes mengingatkan dirinya sendiri untuk bertanya pada El tentang kriteria Gerbang nanti. Dan memastikan untuk mencari kandidat untuk menggantikan dirinya."Kita sampai," ucap Aland"Ayo turun."***"Tuan muda Aland Clematis dan nona Agnes Myosotis memasuki ruangan!"Tap Tap TapAku dan Aland berdampingan berjalan memasuki aula pertemuan. Seperti yang diperkirakan semua melihat ke arah Agnes dengan rasa penasaran di mata mereka.Agnes mengamati sekitar dengan hati-hati.Ada sepuluh meja di dalam ruangan dan masing-masing dari meja itu memiliki 4-5 kursi.Di bagian paling depan ada dua kursi di depan dengan ketinggian yang berbeda. Meja para bangsawan ada pada ketinggian yang lebih rendah dari dua meja itu, tetapi letaknya disesuaikan dengan kedekatan mereka dengan putra mahkota. Semak
"Aku benar-benar minta maaf.""Tidak apa-apa.""Ibuku bukan sengaja menghindarimu."Agnes menghela nafas lelah. Sedari tadi Aland terus saja membahas hal yang sama."Aku baik-baik saja, lagipula kita bisa bertemu lain kali kan," ucap Agnes sambil melihat langit malam.Saat ini mereka sedang duduk berdampingan di kursi yang berada di taman. Ada berbagai macam bunga disini namun kebanyakan dari bunga itu berwarna biru.Semuanya terlihat cantik dan terawat."Nyamannya," gumam Agnes.Langit penuh bintang, meskipun bulan tidak terlihat namun, pemandangan malam terlihat indah, seperti lukisan yang dibuat oleh seniman yang berbakat. Sangat cantik dan indah hingga kau tidak bisa berkata-kata.Agnes menoleh ke samping karena tidak pendapatan respon dari Aland."Apa kau marah?"Agnes sama sekali tidak dapat mengerti kenapa Aland bersikap seperti ini."Apa kau tidak marah?""Kau sendiri yang bilang kalau