Share

Purnama
Purnama
Penulis: Juniya Andromeda

1-2

last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-29 11:11:23

Malam yang gelap, Purnama baru saja pulang dari tempat kerjanya. Setelan blazer dan rok sepannya sudah kusut setelah seharian bekerja. Jam 6.30 pagi ia berangkat dan kini jam 11 malam dia pulang.

Turun dari mobil milik rekan kerjanya, Purnama tergesa memasuki rumah. Menoleh pada rekan kerjanya lalu Purnama melambaikan tangan.

Setelah melepas sepatu dan menaruhnya di rak Purnama mengetuk pintu. Namun, beberapa kali ia mengetuk tidak ada siapa pun yang menjawab. Purnama berinisiatif menggerakkan gagang pintu.

Krek!

Pintu rumah ternyata tidak dikunci, ia membukanya. Di dalam keadaan amat gelap karena lampu ruang tamu dimatikan.

Klik!

Lampu menyala saat Purnama menutup pintu.

"Dari mana kamu jam 11 malam baru pulang?" tanya Bintang–suami Purnama– duduk di sofa sambil merokok.

"Lembur, Mas. Ini kan akhir tahun, aku harus nyelesaiin laporan."

"Lembur apa lembur?!" Bintang meniup asap rokok, menaruh puntungnya lalu berdiri dan berjalan ke arah Purnama. Mata Bintang menatap tajam pada Purnama.

"Ya, lembur banyak kerjaan. Tadi jam 7 kan aku udah bilang kalo malam ini lembur." jawab Purnama hati-hati.

"Yang anter kamu pulang tadi siapa?" tanya Bintang tepat di depan Purnama. Bau asap rokok bercampur alkohol begitu terasa di hidung Purnama.

"Itu Pak Alex, manajer aku, Mas."

"Hm. Mobilnya bagus ya?" tanya Bintang.

"Mobil?" Purnama tidak mengerti mengapa sang suami bicara ke sana dan ke sini.

"Mobil gue kan cuma Avanza model lama, dia Fortuner model baru. Pasti bagusan Fortuner kan?" tanya Bintang sinis.

"Maksud Mas apa?"

"Jangan belaga bego! Uang dia pasti lebih banyak dari uang gue."

"Kok jadi ke masalah uang?" Purnama makin tidak mengerti.

"Lembur tuh cuma alesan kamu biar kamu bisa berduaan sama manajer kamu." tuduh Bintang sambil menunjuk muka Purnama.

Mendengar ucapan suaminya, emosi Purnama naik. "Mas jangan sembarangan nuduh!"

"Buktinya kamu pulang diantar dia!"

"Jam 10 tadi aku minta tolong sama Mas untuk jemput tapi Mas bilang gak bisa, sibuk. Pak Alex cuma berbaik hati nganterin aku karena udah malem, Mas." Purnama berusaha menjelskan dengan menekan setiap kata yang dia ucapkan.

"Owh, sekarang kamu bela dia. Ngerti aku." Bintang mengangguk-angguk.

"Apa sih maksud kamu, Mas?"

"Kamu selingkuh!" Bintang mencengkeram bahu Purnama.

"Itu tuduhan gak berdasar, Mas!" Purnama berusaha melepas cengkeraman tangan suaminya. Namun tenaga Bintang jauh lebih besar dari Purnama. Postur tubuh Bintang yang tinggi besar seakan menenggelamkan tubuh Purnama yang mungil.

"Kamu cari yang lebih kaya kan?!" Tatapan tajam Bintang seakan menusuk Purnama.

"Enggak, Mas, demi Allah dia cuma rekan kerja aku." Purnama bicara penuh kesungguhan.

"Atau kamu cari lelaki yang bisa kasih kamu kepuasan lebih?" Pertanyaan Bintang menyalakan api di hati Purnama.

"Kamu mabuk, Mas! Omongan kamu ngaco semua!"

Cengkeraman Bintang makin keras, tubuh Purnama makin tidak dapat bergerak.

"Sakit, Mas." ringis Purnama.

"Atau kamu cari keduanya, harta dan kepuasan?" Mata Bintang menatap nyalang pada istrinya.

"Ngaco kamu!"

"Dasar jalang!"

Plak!

Purnama menampar suaminya dengan tenaga yang tersisa.

"Aku istri kamu!" ucap Purnama penuh amarah.

Mendapat tamparan dari sang istri, emosi Bintang semakin naik. Matanya menyalang menatap Purnama, gerahamnya saling beradu.

Diusapnya bekas tamparan Purnama lalu tangan kanannya memegang kepala Purnama dari arah belakang.

"Malam ini kamu akan dapat kepuasan dariku!" Bintang menyeringai.

Bintang mencium istrinya dengan kasar, tangannya menekan kepala Purnama hingga Purnama tak mampu berontak atas ciuman suaminya.

Bintang mendorong tubuh Purnama ke dinding tanpa melepas ciumannya.

"Le … pas!" Purnama terus berontak namun Bintang tak peduli. Nafsu menguasainya, Vodka yang diminumnya beberapa saat sebelum Purnama pulang memperparah semuanya.

Bintang melucuti pakaian istrinya satu demi satu dengan paksaan dan membawa Purnama ke kamar mereka.

Air mata Purnama meleleh, ini pertama kalinya ia melayani sang suami dengan terpaksa. Selama ini ia berusaha menjadi istri yang baik, melayani suami sepenuh hati.

Lebih dari satu jam Purnama bergumul dengan suaminya dan kini Bintang telah lelap di sebelahnya. Tubuhnya terasa sakit semua apalagi hatinya.

Purnama melihat jam yang bertengger di dinding. Hari sudah berganti dan ini adalah hari ulang tahun pernikahannya dengan Bintang, tepat setahun mereka menikah.

***

Purnama bangun setelah 2 jam tertidur. Ia segera menuju dapur untuk memasak air. Diisinya air di panci besar lalu menjerangnya di atas kompor. Dikeluarkannya bahan-bahan untuk memasak dari dalam kulkas. Nasi sisa semalam ia masak menjadi nasi goreng untuk sarapan. Ia juga memasak nasi baru untuk makan siang.

Adzan Subuh berkumandang, Purnama mandi hadats besar lalu   menunaikan   kewajibannya  pada   Sang Pencipta. Bintang masih terlelap di ranjang tepat di samping Purnama yang sedang sholat. Ia tidak tahu kenapa sang suami menuduhnya selingkuh bahkan menyematkan julukan paling menjijikkan padanya. Ia berdoa agar Allah membuka tabir kebenaran tanpa ada lagi keributan di antara mereka.

"Mas, Subuh, mandi, sholat!" Purnama menggoyangkan bahu suaminya.

"Euh ...." Bintang melenguh dan merubah posisi menjauhi istrinya.

"Mas, nanti waktu Subuhnya keburu habis loh,"

"Ngantuk." ucap Bintang tanpa sedikit pun membuka matanya.

"Ayo, Mas, bangun!" Purnama membuka sedikit selimut yang menutupi suaminya berharap ia segera bangun.

"Cerewet banget sih lu!" Bintang menutup tubuhnya kembali dengan selimut lalu kembali tidur.

Purnama menghela napas, ia tahu suaminya bukanlah lelaki sholeh saat mereka menikah namun ia selalu berharap suaminya dapat berubah. Tiap hari Purnama berusaha dengan lembut menegur dan memberi tahu suaminya tentang kewajiban dalam agama yang harus dilaksanakan dan doanya tidak pernah putus untuk suaminya.

Purnama juga sadar dia bukanlah wanita sholehah, dia pun belum melaksanakan kewajiban untuk menutup aurat. Namun, Purnama selalu berusaha melakukan yang ia bisa. Bajunya selalu sopan, sholat 5 waktu juga tidak pernah ia tinggalkan, bersedekah pun menjadi kebiasaan dan kadang ia melakukan puasa sunah.

Ia tinggalkan Bintang yang masih bergelut dengan selimut menuju ke dapur. Jam 6.30 pagi ia harus berangkat dan sebelum ia berangkat makanan untuk suaminya harus sudah matang. Setiap hari sebelum bekerja Purnama selalu memasak untuk sarapan dan makan siang suaminya.

Asyik berkutat di dapur, tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi. Pintu rumah diketuk, Purnama tahu siapa yang datang karena beliau hampir tiap pagi datang ke rumah.

"Masuk, Pih." Pria paruh baya dengan rambut yang telah memutih berdiri di depan Purnama. Begitu pintu dibuka ia masuk ke dalam. Ucapan Purnama yang mempersilakannya masuk hanya basa basi semata karena tanpa dipersilakan pun beliau akan masuk.

"Udah bikin sarapan?" Martoyo, sang bapak mertua bertanya sambil melihat ke arah meja makan.

"Udah, itu ada nasi goreng di meja makan."

Martoyo duduk di meja makan dan menyendokkan nasi ke piringnya, "Kamu udah sarapan?"

"Saya sarapan di kantor saja, takut kesiangan."

"Mana Bintang?"

"Masih tidur." "Owh."

"Saya siap-siap ke kantor dulu, Pih."

Ini adalah pemandangan sehari-hari di rumah Purnama. Rumah yang dihuni Purnama adalah milik mertuanya, mereka memiliki 2 rumah yang berdampingan. Mertua Purnama tinggal di samping rumah yang dihuni Purnama. Sang ibu mertua lebih sering berada di ruko yang mereka miliki dan pulang hanya beberapa hari sekali. Karena itulah bapak mertua Purnama selalu sarapan di rumah Purnama.

Blazer beserta celana panjang dengan warna senada dikenakan Purnama, kantor tempatnya bekerja sedang amat sibuk hingga beberapa hari ini ia harus berangkat lebih pagi. Biasanya jam 7.30 ia berangkat.

Messenger bag diselempangkan Purnama di bahunya. Rambut selehernya telah disisir rapi. Ia mendekati bapak mertuanya yang sedang menikmati sarapan.

"Pamit, Pih. Saya berangkat. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

***

Bintang bangun dari tidurnya saat matahari telah sepenggalan naik. Dari kamar tidur ia langsung menuju meja makan. Kopi buatan istrinya telah dingin begitu juga dengan nasi goreng yang ada di sebelahnya.

Kopi dingin dan nasi goreng itu ia nikmati dengan lahap karena perutnya sangat lapar. Bintang mengecek pesan di gawainya sambil menyuapkan sesendok nasi goreng.

[Bener kan kata mami kalo istrimu diantar atasannya?] [Iya]

[Jangan diam saja Bintang]

[Udah aku kasi pelajaran semalam.] [Bagus]

Bintang menaruh gawainya lalu melanjutkan makannya. Satu piring nasi goreng beserta segelas kopi telah ia habiskan. Sekarang waktunya Bintang bekerja.

Tanpa mandi, hanya cuci muka dan berganti baju Bintang berangkat ke bengkel miliknya.

***

note: Judul bab 1-2 berarti  bab 1 dan 2 digabungkan dari buku aslinya.

Bab terkait

  • Purnama   3-4

    Jam 5 sore hari ini Purnama bersiap pulang. Ia tidak perlu lembur lagi karena proyek yang ditangani kantornya telah selesai. Kali ini Bintang menjemputnya ke kantor.Bintang menunggu di pelataran kantor sambil merokok. Kaos oblong warna hitam dan jeans belel adalah pakaian favoritnya. Ia berdiri di samping Avanza hitam miliknya.Purnama keluar dari kantor bersama beberapa karyawan lain. Ia sudah tahu bahwa Bintang telah menunggunya di pelataran kantor."Gue udah dijemput nih." kata Purnama pada Dewi rekan kerjanya."Mana yang jemput lu?" tanya Dewi dan Purnama menjawab dengan menunjuk ke arah Bintang."Taksi online?"Purnama menggeleng, "Itu laki gue.""Owh, kucel amat." ucap Dewi jujur, Purnama merasa sedikit tersinggung."Dah ah, gue balik. Bye!"Bintang membuang puntung rokoknya begitu memasuki mobil, tidak mungkin ia merokok karena mobil itu berpendingin. Purnama duduk di sebelah Bintang, ia merasa senang sang suami

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Purnama   5-6

    Purnama tidak banyak bicara sampai acara berakhir. Pernikahannya memang belum dikaruniai keturunan dan Purnama tidak tahu siapa yang bermasalah, dia atau suaminya karena memang keduanya belum pernah melakukan pengecekan. Selama ini Purnama selalu beranggapan bahwa Allah memang belum memberi mereka kepercayaan bukan masalah siapa yang bermasalah.Selama perjalanan pulang, Purnama berfikir untuk mempertimbangkan usul Tante Wisman agar memeriksakan diri ke dokter.Purnama ingin membicarakan hal ini dengan suaminya setelah mereka tiba di rumah. Ia memikirkan waktu yang tepat untuk bicara dengan suaminya.Sesampainya di rumah, makan malam Purnama siapkan. Ia tidak memasak hanya menghangatkan makanan yang diberikan oleh Tante Wisman.Bintang menikmati hidangan dengan lahap bersama istrinya. Selesai makan, Bintang duduk di sofa sambil menonton TV. Purnama yang sejak tadi duduk di sampingnya mencari kesempatan untuk bicara."Mas," panggil Purnama lembut.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Purnama   7-8

    Purnama ingin membuat masakan kesukaan suaminya begitu sampai di rumah, untunglah bahan-bahan telah tersedia di dalam kulkas. Ia ingin momen ketika suaminya tahu ia hamil menjadi amat spesial.Ayam, tempe, sayuran dan bumbu-bumbu dikeluarkannya dari kulkas. Sejak kecil Purnama terbiasa membantu ibunya memasak hingga ia sudah mahir mengolah berbagai jenis masakan.Ayam yang sudah dibersihkan lalu diungkep dengan bumbu racikannya. Tempe pun digoreng.Sambil menunggu masakannya matang, Purnama mengabari suaminya.[Mas aku sudah di rumah, ada kejutan loh ♥]Tanpa menunggu jawaban dari suaminya, Purnama kembali memasak. Ayam goreng serundeng, tempe goreng, sambal dan lalapan disiapkan Purnama.Masakan telah ditata di atas meja makan, Purnama bergegas mandi dan bersiap sebelum suaminya pulang.Bintang masuk ke dalam rumah tanpa mengucap salam. Purnama mendengar pintu terbuka menghentikan kegiatan menyisirnya. Ia berdiri lalu berjalan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Purnama   9-10

    "Apa perlu ke dokter?" tanya Bintang sambil duduk di sebelah Purnama.Purnama menoleh ke arah suaminya. Sejak tadi ia berbaring dan Bintang meninggalkannya entah untuk keperluan apa."Nggak usah, Mas. Ini biasa bagi orang hamil. Morning sicknes.""Tapi kamu lemes gitu, dari tadi tiduran terus.""Cuma pusing sedikit, nanti juga reda.""Ada obat yang dikasi dokter?""Ada. Vitamin sama obat mual.""Udah diminum?""Udah."Bintang memperbaiki posisi selimut Purnama, lalu diusapnya kepala Purnama."Purnama!" seru kedua mertua Purnama, mereka berdiri di pintu kamar."Bintang bilang kamu hamil?" "Iya, Mi.""Alhamdulillah ya, mudah-mudahan anaknya laki-laki.""Papi juga pengen cucu laki-laki.""Laki-laki atau perempuan yang penting sehat, Mi." jawab Purnama sambil mengelus perutnya yang masih rata."Orang hamil jangan suka males, biar bayinya j

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Purnama   11-12

    Purnama benar-benar kesal dengan ulah suaminya. Ia mengusap perutnya perlahan sambil berbisik, "Jangan kamu tiru kelakuan ayahmu!"Ia berharap anaknya hanya mewarisi hal-hal baik dari kedua orang tuanya.Purnama membereskan rumah, menyapu dan mengepelnya. Begitu sampai di bagian dapur ia melihat persediaan berasnya menipis. Ia juga teringat dengan saldo ATM-nya yang nyaris 0 rupiah.Aku harus berbuat sesuatu!Selesai membersihkan rumahnya, Purnama menyalakan laptopnya. Ia berselancar di dunia maya mencari lowongan pekerjaan. Beberapa lowongan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya dan berlokasi tidak jauh dari rumahnya ia simpan.Purnama mulai membuat surat lamaran pekerjaan dan mengirimkannya.Bismillah, semoga keterima. Aamiin.***Selama berhari-hari Purnama menunggu jawaban dari lamaran yang ia kirimkan namun tiap kali mengecek email tidak ada jawaban yang ia harapkan. Sementara itu persediaan beras ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Purnama   13-14

    Hati Purnama benar-benar sakit, ia pulang menggunakan taksi yang lewat di sekitar aula tersebut.Sebisa mungkin ia menahan air matanya selama di perjalanan namun hal itu terasa amat sulit. Air mata Purnama akhirnya menetes. Sang supir memperhatikan Purnama dari kaca."Apa pun masalah yang Ibu hadapi, Allah berikan itu agar Ibu kuat. Penderitaan dan rasa sakit akan menguatkan mental kita."Purnama tidak menjawab ucapan sang supir yang usianya mungkin sekitar usia ayahnya. Ucapan sang supir cukup mengena di hati Purnama, ia harus kuat demi dirinya dan demi calon buah hatinya.Sampai di rumah, Purnama segera masuk ke dalam kamarnya. Ia lelah lahir dan batin.Gawai Purnama berbunyi saat ia baru saja membersihkan diri. Ia melihat nama yang tertera di gawainya. Hatinya bersorak melihat nama sang ibu."Assalamualaikum,""Waalaikum salam,""Ibu, Nama kangen." ucap Purnama begitu mendengar suara ibunya. Di titik terendah, mende

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Purnama   15-16

    Purnama mengingat betul perkataan ibunya, ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Bintang atau pulang jika sudah tak sanggup lagi.Sampai di rumah waktu sudah hampir tengah malam. Ingin sekali ia berbicara serius dengan suaminya namun Bintang terlihat lelah dan masih kesal.Pagi hari setelah Bintang sarapan, Purnama sudah menyiapkan kata-kata untuk disampaikan pada suaminya.Segelas air putih ditaruh Purnama tepat di depan Bintang. "Mas, kita harus bicara serius.""Ada apa? Soal orang tua kamu?""Bukan, ini tentang rumah tangga kita.""Memangnya rumah tangga kita kenapa?" tanya Bintang tanpa rasa bersalah."Banyak hal yang harus kamu perbaiki, Mas, sebagai seorang suami.""Memangnya aku kenapa?" Bintang menatap Purnama.Ada kesal di hati Purnama, suaminya tidak merasa bersalah sedikit pun."Sebagai kepala rumah tangga seharusnya Mas lebih bertanggung jawab.""Owh, jadi maksud kamu aku gak bertanggung jawab

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Purnama   17-18

    Purnama menahan tangisnya selama di dalam taksi. Ia sangat butuh dukungan saat ini. Diambilnya gawai di dalam tas. Ia menelpon sang ibu. Di dering pertama ibunya langsung menjawab."Assalamualaikum.""Waalaikum salam. Nama gimana kabar kamu?""Baik, Bu. Nama … mau lahiran, Bu.""Udah mules?" Suara ibu terdengar panik."Belum tapi mau diinduksi, Bu."“Kok induksi?”“Iya, udah lewat waktu,”"Sekarang udah di rumah sakit?""Masih di jalan, Bu.""Kasih ibu alamat rumah sakitnya nanti ibu sama ayah ke sana.""Iya, Bu."Setelah menelpon ibunya, Purnama merasa sedikit tenang. Ia menyandarkan tubuhnya pada jok mobil sambil mengusap perut buncitnya.Sampai di rumah sakit, sang dokter langsung menangani dirinya. Memberi infus yang berisi obat induksi.Purnama berbaring di ranjang rumah sakit. Ia pasrah menyerahkan nasibnya pada Yang Maha Kuasa.Satu jam berla

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30

Bab terbaru

  • Purnama   35-36

    Purnama menatap layar ponselnya, ada beberapa pesan masuk dari Bintang sejak dia di dalam kamar mandi.[Nama, kita jalan yuk, berdua aja.][Aku pengen kita mengenang masa lalu, masa pacaran kita.][Mau ya?][Jawab dong pesan saya.]Baru saja Purnama menekan tombol untuk menjawab pesan Bintang, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Dokter Surya begitu kata yang terpampang di layar."Assalamu'alaikum, Dok.""Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.""Ada apa, Dok?""Maaf mengganggu aktivitas sore kamu, saya mau mengajak Langit nonton film anak-anak yang baru tayang di bioskop ... sekalian sama kamu.""Nonton?""Iya, besok ba'da Zuhur saya jemput."Purnama terdiam sesaat, haruskah ia menerima ajakan Surya?"Diam berarti iya." Surya menyimpulkan sendiri lalu menutup panggilan.***Adzan Maghrib telah berkumandang beberapa saat yang lalu, Langit bersama ayah Purnama shalat berjamaah

  • Purnama   33-34

    Terdiam sejenak Purnama berpikir, apakah ia harus ikut bersama Bintang ke rumahnya dan bertemu dengan mantan mertuanya? Rumah itu penuh dengan kenangan buruk semasa ia menikah dengan Bintang."Ayolah, Nama. Cuma sebentar, kita gak akan lama kok.Langit setuju kan kalo mama ikut?" "Iya, Ma. Temenin Langit."Purnama bernapas berat lalu mengangguk."Terima kasih kamu mau ikut." ujar Bintang dengan mata berbinar.Setelah semua ice cream di meja mereka habis, ketiganya bergegas pergi ke parkiran. Lalu mendekati mobil Bintang."Naik," Bintang berkata pada Purnama sambil membuka pintu penumpang di bagian depan."Aku di belakang saja. Langit, kamu yang di depan!""Kenapa bukan kamu? Biar Langit di belakang." ujar Bintang."Aku pengen istirahat, jadi mending di belakang." Purnama beralasan, ia sebenarnya tak nyaman jika harus duduk berdekatan dengan Bintang."Ok lah kalau begitu. Langit, kamu yang di depan."

  • Purnama   31-32

    Langit sudah sembuh dari sakitnya dan mulai bersekolah. Hari pertama setelah sembuh dari sakit, Purnama mengantarkannya ke sekolah. "Mama mau ke bagian administrasi, Langit belajar di kelas ya! Nanti waktunya pulang, kakek yang jemput." "Iya, Ma." Purnama mencium pipi Langit dan Langit membalasnya lalu mencium punggung tangan Purnama lalu masuk ke kelas. Purnama ingat ia belum membayar administrasi sekolah bulan ini. Sebenarnya bisa dilakukan secara online tetapi mumpung ia berada di sekolah tidak ada salahnya ia membayar secara langsung. "Selamat pagi, Miss." sapa Purnama pada gadis muda yang bertugas di bagian administrasi sekolah. "Pagi, Mom." "Saya mau bayar SPP atas nama Langit," Gadis itu mengetik sesuatu di komputer lalu mengernyitkan dahinya. "SPP atas

  • Purnama   29-30

    Dokter Surya melakukan kunjungan ke kamar Langit pagi itu. Ia tahu sebentar lagi Langit dan Purnama akan pulang."Assalamualaikum. Selamat pagi,""Waalaikumsalam. Pagi, Dok." jawab Purnama yang menghentikan sejenak kegiatannya berbenah pakaian Langit."Bagaimana Langit, sudah mau pulang ya?" tanya Surya melihat Purnama yang berbenah. Ia mendekat ke ranjang pasien tempat Langit yang sedang duduk."Iya, Dok. Tadi dokter Andra sudah mengizinkan kami untuk pulang.Surya menganggukkan kepala, Andra adalah dokter spesialis anak yang bertanggung jawab menangani Langit."Dokter, Langit suka mobilannya, terima kasih." ucap Langit."Alhamdulillah kamu suka. Kalo ice cream suka gak?" Dokter Surya mengusap kepala Langit."Suka, suka banget.""Suka rasa apa?""Rasa vanilla, Om Dokter suka rasa apa?""Rasa vanilla juga. Kita samaan, tos dulu."Su

  • Purnama   27-28

    Bintang menghabiskan baksonya dalam waktu singkat. Rupanya dia benar-benar lapar."Nama, aku mohon kamu pertimbangkan keinginanku. Aku tau kamu masih cinta, buktinya kamu belum menikah juga sampai sekarang."Purnama diam sejenak, memori saat menjalin rumah tangga bersama Bintang menyeruak. Luka yang sudah mengering itu kembali terasa sakit."Mas, kamu sudah menorehkan luka yang begitu dalam.""Aku sudah minta maaf, beri aku kesempatan kedua."Purnama berdiri lalu membayar pesanan bakso Bintang dan berlalu pergi. Ia malas melayani omongan Bintang."Nama, tunggu!" seru Bintang yang setengah berlari mengejar Purnama.Purnama tak peduli dengan teriakan Bintang. Yang penting saat ini Langit telah mendapatkan donor dan mulai membaik. Biarlah ia dianggap tidak tau terima kasih oleh Bintang.Grep!Bintang berhasil menarik tangan Purnama hingga Purnama menoleh ke arahnya dan berusaha melepaskan diri."Lepas!""Denge

  • Purnama   25-26

    Purnama merasakan anaknya (Langit) bergerak gelisah dalam tidurnya. Ia membuka mata lalu menyentuh tubuh langit.PanasKantuknya hilang seketika padahal baru saja ia terlelap. Segera Purnama mengambil termometer untuk mengukur suhu tubuh Langit.38 derajat CelciusAnak lelaki berusia tujuh tahun itu gemetar karena demam. Purnama mengambil baskom dan waslap untuk mengompres putranya.Sampai pagi menjelang Purnama terus memantau keadaan putranya. Langit sudah tidak mengigil hanya suhu tubuhnya belum juga menurun.Matahari telah sepenggalan naik saat Purnama bersiap ke kantor. Melihat kondisi Langit ia ingin tetap di rumah namun janji dengan klien tak mungkin ia batalkan."Bu, aku titip Langit. Kalo ada apa-apa langsung telpon ya?""Iya, udah kamu kerja aja yang tenang. Langit biar ibu yang urus."Dengan hati tak tenang Purnama mengendarai mobilnya memecah jalanan kota. Menjadi single parent da

  • Purnama   23-24

    "Sial!” umpat Bintang di teras. Ia menendang kursi teras hingga kursi itu terjungkal.Suara berisik yang ditimbulkan aksi Bintang membuat ibunya yang tinggal di rumah sebelah datang menghampiri. “Kamu kenapa marah-marah begitu?”“Ini,” Bintang memberikan selembar kertas yang ada di tangannya.Mami membaca kertas itu yang berasal dari pengadilan agama, di kertas itu tertulis bahwa gugatan cerai Purnama telah dikabulkan dan resmi jatuh talak 1.“Mami bilang kalau aku gak datang ke pengadilan, Purnama yang akan disalahkan oleh pengadilan, tapi ini gugatannya justru dikabulkan!” Suara Bintang meninggi.“Ya bagus dong, akhirnya kalian bercerai, kamu bisa bebas cari istri lagi yang cantik dan kaya.”“Tapi aku dianggap gak menghormati pengadilan agama, Mam, makanya talak satu jatuh dalam 3 kali sidang. Orang- orang pasti akan mencemooh aku,”Bintang merasa harga dirinya terluk

  • Purnama   21-22

    "Aku mau ketemu anakku," ucap Bintang tegas."Baru sekarang kamu mau nemuin? Setelah sebulan lebih," Purnama menatap marah pada suaminya."Kamu pergi dari rumah sakit gak bilang-bilang, hape kamu juga gak aktif." tunjuk Bintang pada Purnama"Kamu kan bisa langsung datang ke sini,"Suara perdebatan Purnama dan Bintang terdengar ibunya."Nama, ajak suami kamu masuk! Bicara baik-baik di dalam, jangan berdebat di teras gini, malu sama tetangga."Pernama mengikuti kata ibunya, ia masuk lalu duduk di sofa. Sementara sang ibu masuk ke ruang tengah, ingin memberi privacy bagi Purnama.Bintang mengekori Purnama masuk ke rumah lalu duduk di seberang Purnama."Mana anakku?""Kamu gak malu dateng ke sini langsung nanya anak, waktu aku lahiran kamu kemana? Waktu aku hamil kamu juga gak peduli." ujar Purnama ketus."Aku pikir itu dulu bukan anak aku,""Jahat kamu Mas, gak sekalipun aku selingkuh tapi kamu perlak

  • Purnama   19-20

    "Maaf ya Purnama, mami sama papi baru sempet ke sini." ucap Mami sambil menaruh sekantung buah di nakas."Iya, Mi.""Ibu Purnama udah lama di sini?" Mami bertanya pada sang besan.Pertanyaan basa basi, batin Purnama bicara."Ibu saya menemani sejak sebelum melahirkan dan belum pulang sampai saat ini." jawab Purnama ketus.Melihat gelagat yang tak baik, ibu Purnama menggendong cucunya yang telah lelap di dekapan Purnama lalu menaruhnya di dalam box bayi."Sorry ya, Sayang, aku gak nemenin kamu. Bengkel lagi rame." Bintang ikut bicara."Mau rame mau nggak, istri lahiran harusnya didampingin suami. Jangan mau bikinnya aja," Ibu menjawab dengan tidak kalah ketus.Mami mendekati box bayi dan memperhatikan wajah cucunya."Bin, mirip banget sama kamu,""Iya, Mi. Bintang tau, kemarin Bintang udah liat." Bintang keceplosan.Mendengar ucapan suaminya, Purnama terkejut. "Kamu kemarin ke sini

DMCA.com Protection Status