Share

5-6

last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-29 11:34:08

Purnama tidak banyak bicara sampai acara berakhir. Pernikahannya memang belum dikaruniai keturunan dan Purnama tidak tahu siapa yang bermasalah, dia atau suaminya karena memang keduanya belum pernah melakukan pengecekan. Selama ini Purnama selalu beranggapan bahwa Allah memang belum memberi mereka kepercayaan bukan masalah siapa yang bermasalah.

Selama perjalanan pulang, Purnama berfikir untuk mempertimbangkan usul Tante Wisman agar memeriksakan diri ke dokter.

Purnama ingin membicarakan hal ini dengan suaminya setelah mereka tiba di rumah. Ia memikirkan waktu yang tepat untuk bicara dengan suaminya.

Sesampainya di rumah, makan malam Purnama siapkan. Ia tidak memasak hanya menghangatkan makanan yang diberikan oleh Tante Wisman.

Bintang menikmati hidangan dengan lahap bersama istrinya. Selesai makan, Bintang duduk di sofa sambil menonton TV. Purnama yang sejak tadi duduk di sampingnya mencari kesempatan untuk bicara.

"Mas," panggil Purnama lembut.

"Hm." Bintang hanya berdehem  ia  sedang  asik menyaksikan laga sepak bola liga Inggris.

"Aku mau bicara, penting!"

"Tunggu babak pertama selesai."

Purnama menurut, ia menunggu babak pertama laga pertandingan Arsenal melawan Manchester United selesai.

"Akh sial!" umpat Bintang saat 2 menit sebelum babak pertama berakhir tim jagoannya kebobolan.

Peluit tanda babak pertama usai telah dibunyikan.

Purnama bersiap untuk bicara.

"Mas, aku mau ngomong." Purnama menatap suaminya dengan mimic serius.

"Apa?" sahut Bintang sambil menatap ke layar televisi.

"Kita sudah menikah setahun lebih tapi belum ada keturunan."

"Terus?"

"Gimana kalo kita cek ke dokter?"

"Belum dikasih aja sama Yang Maha Kuasa."

"Siapa tahu ada masalah, makanya aku belum hamil."

"Masalah?" Bintang menoleh ke arah istrinya dengan tatapan menyelidik.

 "Iya masalah kesuburan."

"Maksud kamu?"

"Nanti ‘kan sperma Mas dicek, aku juga diperiksa."

"Untuk buktiin aku mandul?" Nada Bintang mulai meninggi.

"Maksud Purnama bukan Mas mandul tapi ...."

"Udah deh, aku ngerti kok kamu pengen bukti kan kalo aku gak mampu kasih kamu keturunan?!"

"Loh kok Mas bilang gitu?"

"Kalo kamu udah bosen jadi istri aku, bilang aja nanti aku ceraikan kamu!"

"Purnama gak ada maksud nuduh, Mas, cuma pengen berusaha supaya kita cepet dapet keturunan."

"Hampir tiap malem kita ML apa kurang?"

"Bukan begitu, Mas!"

"Kalo ngerasa jatah kamu kurang tinggal bilang, atau kamu mau kita ngelakuinnya berkali-kali tiap malam?"

"Bukan itu maksud aku!"

Bintang memegang bahu Purnama lalu menciumnya dengan kasar.

"Hmpt ...."

"Malam ini aku buktiin keperkasaan aku!"

Purnama tak kuasa menolak, maksud hati hanya ingin bicara tapi Bintang justru membawanya ke ranjang. Purnama mengalah dan berusaha tidak merasa terpaksa saat melayani suaminya.

Bagi sebagian laki-laki berbicara mengenai pemeriksaan sperma adalah hal sulit, mereka beranggapan itu melukai harga diri. Banyak pasangan yang sulit memiliki keturunan dan tidak memeriksakan kondisi mereka karena kekhawatiran sang suami akan kejantanannya.

***

Purnama menatap suaminya yang tertidur lelap setelah aktivitas suami istri mereka. Setahun mereka menikah, Purnama masih ingat betul masa-masa pacaran mereka.

Setelah lulus SMA Purnama melanjutkan pendidikan selama 3 tahun di sebuah lembaga pendidikan politeknik ternama. Kemudian diterima bekerja di perusahaan developer perumahan.

Awal bekerja di perusahaan developer perumahan, Purnama ditempatkan di sebuah proyek perumahan kelas menengah disitulah ia bertemu Bintang.

Bintang datang bersama kedua orang tuanya mencari hunian untuk mereka. Rumah lama mereka terkena proyek jalan tol. Setelah melalui negosiasi, orang tua Bintang mengambil 2 unit sekaligus dan akan dilunasi setelah rumah lama mereka dibayar lunas.

Seringnya Bintang datang ke tempat Purnama bekerja menumbuhkan benih-benih cinta. Purnama gadis sederhana berkulit kuning langsat dengan tubuh mungil, Bintang sangat menyukai apapun yang ada dalam diri Purnama.

Sebulan berkenalan, Bintang mengajak Purnama berpacaran. Purnama mengiyakan setelah melihat sosok Bintang yang terlihat dewasa dan perhatian.

Purnama mengenalkan Bintang pada ayah dan ibunya. Tidak ada kata back street dalam hal pacaran menurut Purnama. Tiap kali ia dekat dengan lelaki pastilah dikenalkan pada orang tuanya.

6 bulan berpacaran dan Bintang selalu mengantar jemput Purnama. Kedua orang tua Purnama merasa khawatir, walau anaknya tidak pernah terlihat pacaran secara berlebihan dengan Bintang namun rasa khawatir itu tetap ada.

Suatu malam saat Bintang mengunjungi Purnama di malam minggu, sang ayah mengajak Bintang bicara.

"Kamu serius sama anak saya?"

"Serius, Pak."

"Mau sampai kapan kalian pacaran? "

"Eng ...."

"Kalau kamu serius dengan Purnama, bawa orang tua kamu ke sini. Tidak baik kalian pacaran terlalu lama!"

"Baik, Pak."

"Kalau kamu gak sanggup bawa orang tua kamu, lebih baik kalian putus!"

Ayah Purnama adalah pria tegas yang sangat menyayangi kedua putrinya. Ia tidak ingin anak-anaknya terjerumus dalam kehidupan bebas tanpa aturan agama.

2 minggu kemudian, Bintang datang bersama kedua orang tuanya. Dan disusul 4 bulan berikutnya mereka menikah. Pacaran selama lebih dari 6 bulan, tidak menjadikan Purnama mengenal suaminya dengan baik. Ternyata ada banyak kebiasaan buruk Bintang yang diketahuinya setelah mereka menikah termasuk kebiasaan Bintang mengkonsumsi minuman beralkohol dan amarahnya yang cepat terpancing.

Purnama menurut saja saat Bintang meminta untuk tinggal di rumah milik mertua dan ternyata tidaklah mudah apalagi jika sang mertua ternyata tidak rela putranya menikah dengan Purnama.

Semenjak kemarahan Bintang saat Purnama diantar pulang oleh Alex, Purnama benar-benar menjaga jarak dengan Alex dan lelaki mana pun di kantornya. Kalau Bintang tidak bisa menjemputnya maka ia lebih memilih naik ojek online.

Sejak pagi Purnama merasa tidak enak badan namun karena ada banyak kewajiban yang harus ia tunaikan di kantornya maka Purnama memaksakan diri tetap masuk. Pada akhirnya di kantor, Purnama terlihat pucat.

"Pulang aja deh!" saran Lily yang duduk di kubikel sebelah Purnama.

"Belum kelar nih surat yang diminta Pak Alex." Purnama menjawab sambil memijat pelipisnya.

"Pucet banget muka lu."

"Kepala gue juga pusing banget."

"Izin aja sama Pak Alex."

Purnama tiba-tiba berdiri lalu berlari ke toilet sambil menutup mulutnya. Lily mengejarnya.

"Hoek ... hoek ...." Purnama memuntahkan isi perutnya ke dalam kloset.

"Gue ambil minyak angin ya sebentar!" Lily segera menuju ke mejanya. Ia mengambil sebotol minyak angin di dalam tasnya.

Purnama membersihkan mulutnya dengan air di wastafel.

Lily datang memberikan minyak angin. "Nih, olesin dulu di leher sama dada."

Lily membantu mengoleskan minyak angin di leher dan dada Purnama sambil sedikit memijit tengkuknya.

Selesai dari toilet, Purnama dan Lily kembali ke kubikel mereka. Pak Alex menunggu di sana.

"Dari mana kalian? Saya cari dari tadi." tanya Alex.

"Purnama muntah-muntah, Pak."

Alex menoleh ke arah Purnama. "Kamu sakit?"

"Gak enak badan aja, Pak."

"Saya sudah saranin Purnama untuk izin pulang tapi dia nggak mau."

"Ke dokter aja biar jelas kamu sakit apa."

"Kerjaan saya belum selesai, Pak." tolak Purnama sambil menggelengkan kepalanya.

"Urusan kerjaan biar Lily yang lanjutin, kamu berobat dulu!" perintah Alex.

"Iya biar gue yang ngerjain."

"Saya anter kamu ke dokter!"

"Saya bisa sendiri, Pak."

"Kalau kamu pingsan gimana?"

"Saya kuat kok."

"Nggak, kamu jangan jalan sendiri!"

"Saya masih kuat jalan sendiri."

"Saya anter, ini perintah!"

Purnama tak kuasa menolak keinginan manajernya. Akhirnya ia pergi ke klinik yang tidak jauh dari kantornya bersama Alex.

"Pak, sebaiknya bapak kembali ke kantor saja! Saya sudah di klinik jadi aman." ucap Purnama begitu keduanya memasuki klinik.

"Kamu gak pa-pa saya tinggal?"

"Gak pa-pa, ada dokter dan perawat nanti juga saya telepon suami saya biar jemput saya pulang."

"Oke kalau begitu. Saya balik ke kantor."

"Terima kasih, Pak Alex."

Purnama mendaftarkan diri di bagian pendaftaran. Lalu menunggu dipanggil untuk diperiksa. Siang hari klinik tidak terlalu ramai. Purnama duduk bersama dua orang lainnya yang berwajah pucat seperti dirinya.

"Ibu Purnama!" Suara perawat memanggil Purnama.

Purnama berdiri lalu menuju ke ruang periksa. Kepalanya masih terasa pusing dan rasa mual masih menderanya.

Dokter menyuruhnya berbaring lalu mengukur tekanan darahnya, dan memeriksa tubuh Purnama dengan stateskopnya. "Kapan terakhir kali menstruasi? " tanya sang dokter sambil membenahi kaca matanya.

"Tanggal 10 bulan lalu."

"Sudah telat 2 minggu ya?"

"Saya sering telat menstruasi, Dok. "

"Coba dites dulu urinnya ya." Sang dokter memberi Purnama sebuah cawan untuk menampung urinenya.

Purnama berjalan ke arah toilet dan mengeluarkan air seninya serta menampungnya di cawan. Ia memberikan sample air seni itu pada sang dokter.

Dokter Han mengeluarkan sebuah testpack dan mengetes urine Purnama. 3 menit kemudian Dokter Han memperlihatkan hasilnya pada Purnama.

"Selamat, Bu, Anda hamil."

"Hamil?"

"Iya, lihat 2 garis!"

Purnama melihat dua garis yang cukup jelas di test pack itu. Hatinya benar-benar terharu, doa-doanya ingin memiliki keturunan akhirnya terjawab.

"Ibu harus banyak istirahat dan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Ini saya beri vitamin dan obat anti mual. Ibu bisa memeriksakan kehamilan Ibu pada dokter kandungan atau bidan."

"Iya, Dok. Makasih." Purnama menerima resep dengan perasaan terharu.

Keluar dari ruang periksa, Purnama menelpon Bintang suaminya.

"Halo, assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

"Mas Bintang, tolong jemput aku, Mas!"

"Siang-siang gini minta jemput?"

"Iya, Mas. Aku di klinik."

"Di klinik? Kamu kenapa?"

"Gak enak badan jadi tadi ijin pulang."

Purnama tidak ingin memberitahukan perihal kehamilannya lewat telepon, ia ingin menyampaikan secara langsung pada suaminya.

"Pulang naik ojol aja, lagi rame nih bengkel aku gak bisa jemput."

Mendengar suaminya menyuruh naik ojol Purnama kecewa, tadi ia sempat terfikir jika Bintang menjemputnya ia akan memgajak Bintang makan di tempat favorit mereka barulah Purnama menyampaikan berita gembira itu.

"Yaudah deh aku naik ojol aja." jawab Purnama lesu.

Setelah mendapatkan obat dan vitaminnya, Purnama memesan ojek online untuk mengantarnya pulang.

Dalam waktu 5 menit sang driver telah menunggu di depan klinik. Purnama menghampirinya.

"Purnama!" suara seorang pria memanggil dari jalanan.

Purnama menoleh, dilihatnya Pak Alex keluar dari mobil dan berjalan memghampiri.

"Saya antar kamu pulang!"

"Saya naik ojol ini, Pak."

"No! Kamu lagi sakit, masa panas-panasan naik motor?!"

Alex mengambil helm yang ada di tangan Purnama lalu memberikannya pada sang driver ojol.

"Nih, Pak,  ongkosnya!" Alex memberi sang driver 2 lembar uang berwarna biru.

"Pelanggan saya mba ini, Pak."

"Cancel, Pak. Ini uang kompensasinya."

Menerima uang dengan raut wajah gembira sang driver pun pergi.

"Pak, jangan gitu!"

"Kamu saya antar pulang! Ini perintah."

"Bapak kan harus kerja."

"Rencananya saya mau ke lokasi proyek, liat kamu mau naik ojol saya gak tega. Saya antar kamu dulu baru ke proyek."

"Saya gak mau ngerepotin."

"Rumah kamu gak jauh dari sini lagi pula lokasi proyek searah dengan rumah kamu, jadi bisa sekalian."

"Biarkan saya pulang sendiri, gak perlu diantar."

"Gak ada penolakan!"

Alex menarik pergelangan tangan Purnama menuju mobilnya.

Bab terkait

  • Purnama   7-8

    Purnama ingin membuat masakan kesukaan suaminya begitu sampai di rumah, untunglah bahan-bahan telah tersedia di dalam kulkas. Ia ingin momen ketika suaminya tahu ia hamil menjadi amat spesial.Ayam, tempe, sayuran dan bumbu-bumbu dikeluarkannya dari kulkas. Sejak kecil Purnama terbiasa membantu ibunya memasak hingga ia sudah mahir mengolah berbagai jenis masakan.Ayam yang sudah dibersihkan lalu diungkep dengan bumbu racikannya. Tempe pun digoreng.Sambil menunggu masakannya matang, Purnama mengabari suaminya.[Mas aku sudah di rumah, ada kejutan loh ♥]Tanpa menunggu jawaban dari suaminya, Purnama kembali memasak. Ayam goreng serundeng, tempe goreng, sambal dan lalapan disiapkan Purnama.Masakan telah ditata di atas meja makan, Purnama bergegas mandi dan bersiap sebelum suaminya pulang.Bintang masuk ke dalam rumah tanpa mengucap salam. Purnama mendengar pintu terbuka menghentikan kegiatan menyisirnya. Ia berdiri lalu berjalan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Purnama   9-10

    "Apa perlu ke dokter?" tanya Bintang sambil duduk di sebelah Purnama.Purnama menoleh ke arah suaminya. Sejak tadi ia berbaring dan Bintang meninggalkannya entah untuk keperluan apa."Nggak usah, Mas. Ini biasa bagi orang hamil. Morning sicknes.""Tapi kamu lemes gitu, dari tadi tiduran terus.""Cuma pusing sedikit, nanti juga reda.""Ada obat yang dikasi dokter?""Ada. Vitamin sama obat mual.""Udah diminum?""Udah."Bintang memperbaiki posisi selimut Purnama, lalu diusapnya kepala Purnama."Purnama!" seru kedua mertua Purnama, mereka berdiri di pintu kamar."Bintang bilang kamu hamil?" "Iya, Mi.""Alhamdulillah ya, mudah-mudahan anaknya laki-laki.""Papi juga pengen cucu laki-laki.""Laki-laki atau perempuan yang penting sehat, Mi." jawab Purnama sambil mengelus perutnya yang masih rata."Orang hamil jangan suka males, biar bayinya j

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Purnama   11-12

    Purnama benar-benar kesal dengan ulah suaminya. Ia mengusap perutnya perlahan sambil berbisik, "Jangan kamu tiru kelakuan ayahmu!"Ia berharap anaknya hanya mewarisi hal-hal baik dari kedua orang tuanya.Purnama membereskan rumah, menyapu dan mengepelnya. Begitu sampai di bagian dapur ia melihat persediaan berasnya menipis. Ia juga teringat dengan saldo ATM-nya yang nyaris 0 rupiah.Aku harus berbuat sesuatu!Selesai membersihkan rumahnya, Purnama menyalakan laptopnya. Ia berselancar di dunia maya mencari lowongan pekerjaan. Beberapa lowongan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya dan berlokasi tidak jauh dari rumahnya ia simpan.Purnama mulai membuat surat lamaran pekerjaan dan mengirimkannya.Bismillah, semoga keterima. Aamiin.***Selama berhari-hari Purnama menunggu jawaban dari lamaran yang ia kirimkan namun tiap kali mengecek email tidak ada jawaban yang ia harapkan. Sementara itu persediaan beras ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Purnama   13-14

    Hati Purnama benar-benar sakit, ia pulang menggunakan taksi yang lewat di sekitar aula tersebut.Sebisa mungkin ia menahan air matanya selama di perjalanan namun hal itu terasa amat sulit. Air mata Purnama akhirnya menetes. Sang supir memperhatikan Purnama dari kaca."Apa pun masalah yang Ibu hadapi, Allah berikan itu agar Ibu kuat. Penderitaan dan rasa sakit akan menguatkan mental kita."Purnama tidak menjawab ucapan sang supir yang usianya mungkin sekitar usia ayahnya. Ucapan sang supir cukup mengena di hati Purnama, ia harus kuat demi dirinya dan demi calon buah hatinya.Sampai di rumah, Purnama segera masuk ke dalam kamarnya. Ia lelah lahir dan batin.Gawai Purnama berbunyi saat ia baru saja membersihkan diri. Ia melihat nama yang tertera di gawainya. Hatinya bersorak melihat nama sang ibu."Assalamualaikum,""Waalaikum salam,""Ibu, Nama kangen." ucap Purnama begitu mendengar suara ibunya. Di titik terendah, mende

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Purnama   15-16

    Purnama mengingat betul perkataan ibunya, ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Bintang atau pulang jika sudah tak sanggup lagi.Sampai di rumah waktu sudah hampir tengah malam. Ingin sekali ia berbicara serius dengan suaminya namun Bintang terlihat lelah dan masih kesal.Pagi hari setelah Bintang sarapan, Purnama sudah menyiapkan kata-kata untuk disampaikan pada suaminya.Segelas air putih ditaruh Purnama tepat di depan Bintang. "Mas, kita harus bicara serius.""Ada apa? Soal orang tua kamu?""Bukan, ini tentang rumah tangga kita.""Memangnya rumah tangga kita kenapa?" tanya Bintang tanpa rasa bersalah."Banyak hal yang harus kamu perbaiki, Mas, sebagai seorang suami.""Memangnya aku kenapa?" Bintang menatap Purnama.Ada kesal di hati Purnama, suaminya tidak merasa bersalah sedikit pun."Sebagai kepala rumah tangga seharusnya Mas lebih bertanggung jawab.""Owh, jadi maksud kamu aku gak bertanggung jawab

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Purnama   17-18

    Purnama menahan tangisnya selama di dalam taksi. Ia sangat butuh dukungan saat ini. Diambilnya gawai di dalam tas. Ia menelpon sang ibu. Di dering pertama ibunya langsung menjawab."Assalamualaikum.""Waalaikum salam. Nama gimana kabar kamu?""Baik, Bu. Nama … mau lahiran, Bu.""Udah mules?" Suara ibu terdengar panik."Belum tapi mau diinduksi, Bu."“Kok induksi?”“Iya, udah lewat waktu,”"Sekarang udah di rumah sakit?""Masih di jalan, Bu.""Kasih ibu alamat rumah sakitnya nanti ibu sama ayah ke sana.""Iya, Bu."Setelah menelpon ibunya, Purnama merasa sedikit tenang. Ia menyandarkan tubuhnya pada jok mobil sambil mengusap perut buncitnya.Sampai di rumah sakit, sang dokter langsung menangani dirinya. Memberi infus yang berisi obat induksi.Purnama berbaring di ranjang rumah sakit. Ia pasrah menyerahkan nasibnya pada Yang Maha Kuasa.Satu jam berla

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Purnama   19-20

    "Maaf ya Purnama, mami sama papi baru sempet ke sini." ucap Mami sambil menaruh sekantung buah di nakas."Iya, Mi.""Ibu Purnama udah lama di sini?" Mami bertanya pada sang besan.Pertanyaan basa basi, batin Purnama bicara."Ibu saya menemani sejak sebelum melahirkan dan belum pulang sampai saat ini." jawab Purnama ketus.Melihat gelagat yang tak baik, ibu Purnama menggendong cucunya yang telah lelap di dekapan Purnama lalu menaruhnya di dalam box bayi."Sorry ya, Sayang, aku gak nemenin kamu. Bengkel lagi rame." Bintang ikut bicara."Mau rame mau nggak, istri lahiran harusnya didampingin suami. Jangan mau bikinnya aja," Ibu menjawab dengan tidak kalah ketus.Mami mendekati box bayi dan memperhatikan wajah cucunya."Bin, mirip banget sama kamu,""Iya, Mi. Bintang tau, kemarin Bintang udah liat." Bintang keceplosan.Mendengar ucapan suaminya, Purnama terkejut. "Kamu kemarin ke sini

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Purnama   21-22

    "Aku mau ketemu anakku," ucap Bintang tegas."Baru sekarang kamu mau nemuin? Setelah sebulan lebih," Purnama menatap marah pada suaminya."Kamu pergi dari rumah sakit gak bilang-bilang, hape kamu juga gak aktif." tunjuk Bintang pada Purnama"Kamu kan bisa langsung datang ke sini,"Suara perdebatan Purnama dan Bintang terdengar ibunya."Nama, ajak suami kamu masuk! Bicara baik-baik di dalam, jangan berdebat di teras gini, malu sama tetangga."Pernama mengikuti kata ibunya, ia masuk lalu duduk di sofa. Sementara sang ibu masuk ke ruang tengah, ingin memberi privacy bagi Purnama.Bintang mengekori Purnama masuk ke rumah lalu duduk di seberang Purnama."Mana anakku?""Kamu gak malu dateng ke sini langsung nanya anak, waktu aku lahiran kamu kemana? Waktu aku hamil kamu juga gak peduli." ujar Purnama ketus."Aku pikir itu dulu bukan anak aku,""Jahat kamu Mas, gak sekalipun aku selingkuh tapi kamu perlak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30

Bab terbaru

  • Purnama   35-36

    Purnama menatap layar ponselnya, ada beberapa pesan masuk dari Bintang sejak dia di dalam kamar mandi.[Nama, kita jalan yuk, berdua aja.][Aku pengen kita mengenang masa lalu, masa pacaran kita.][Mau ya?][Jawab dong pesan saya.]Baru saja Purnama menekan tombol untuk menjawab pesan Bintang, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Dokter Surya begitu kata yang terpampang di layar."Assalamu'alaikum, Dok.""Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.""Ada apa, Dok?""Maaf mengganggu aktivitas sore kamu, saya mau mengajak Langit nonton film anak-anak yang baru tayang di bioskop ... sekalian sama kamu.""Nonton?""Iya, besok ba'da Zuhur saya jemput."Purnama terdiam sesaat, haruskah ia menerima ajakan Surya?"Diam berarti iya." Surya menyimpulkan sendiri lalu menutup panggilan.***Adzan Maghrib telah berkumandang beberapa saat yang lalu, Langit bersama ayah Purnama shalat berjamaah

  • Purnama   33-34

    Terdiam sejenak Purnama berpikir, apakah ia harus ikut bersama Bintang ke rumahnya dan bertemu dengan mantan mertuanya? Rumah itu penuh dengan kenangan buruk semasa ia menikah dengan Bintang."Ayolah, Nama. Cuma sebentar, kita gak akan lama kok.Langit setuju kan kalo mama ikut?" "Iya, Ma. Temenin Langit."Purnama bernapas berat lalu mengangguk."Terima kasih kamu mau ikut." ujar Bintang dengan mata berbinar.Setelah semua ice cream di meja mereka habis, ketiganya bergegas pergi ke parkiran. Lalu mendekati mobil Bintang."Naik," Bintang berkata pada Purnama sambil membuka pintu penumpang di bagian depan."Aku di belakang saja. Langit, kamu yang di depan!""Kenapa bukan kamu? Biar Langit di belakang." ujar Bintang."Aku pengen istirahat, jadi mending di belakang." Purnama beralasan, ia sebenarnya tak nyaman jika harus duduk berdekatan dengan Bintang."Ok lah kalau begitu. Langit, kamu yang di depan."

  • Purnama   31-32

    Langit sudah sembuh dari sakitnya dan mulai bersekolah. Hari pertama setelah sembuh dari sakit, Purnama mengantarkannya ke sekolah. "Mama mau ke bagian administrasi, Langit belajar di kelas ya! Nanti waktunya pulang, kakek yang jemput." "Iya, Ma." Purnama mencium pipi Langit dan Langit membalasnya lalu mencium punggung tangan Purnama lalu masuk ke kelas. Purnama ingat ia belum membayar administrasi sekolah bulan ini. Sebenarnya bisa dilakukan secara online tetapi mumpung ia berada di sekolah tidak ada salahnya ia membayar secara langsung. "Selamat pagi, Miss." sapa Purnama pada gadis muda yang bertugas di bagian administrasi sekolah. "Pagi, Mom." "Saya mau bayar SPP atas nama Langit," Gadis itu mengetik sesuatu di komputer lalu mengernyitkan dahinya. "SPP atas

  • Purnama   29-30

    Dokter Surya melakukan kunjungan ke kamar Langit pagi itu. Ia tahu sebentar lagi Langit dan Purnama akan pulang."Assalamualaikum. Selamat pagi,""Waalaikumsalam. Pagi, Dok." jawab Purnama yang menghentikan sejenak kegiatannya berbenah pakaian Langit."Bagaimana Langit, sudah mau pulang ya?" tanya Surya melihat Purnama yang berbenah. Ia mendekat ke ranjang pasien tempat Langit yang sedang duduk."Iya, Dok. Tadi dokter Andra sudah mengizinkan kami untuk pulang.Surya menganggukkan kepala, Andra adalah dokter spesialis anak yang bertanggung jawab menangani Langit."Dokter, Langit suka mobilannya, terima kasih." ucap Langit."Alhamdulillah kamu suka. Kalo ice cream suka gak?" Dokter Surya mengusap kepala Langit."Suka, suka banget.""Suka rasa apa?""Rasa vanilla, Om Dokter suka rasa apa?""Rasa vanilla juga. Kita samaan, tos dulu."Su

  • Purnama   27-28

    Bintang menghabiskan baksonya dalam waktu singkat. Rupanya dia benar-benar lapar."Nama, aku mohon kamu pertimbangkan keinginanku. Aku tau kamu masih cinta, buktinya kamu belum menikah juga sampai sekarang."Purnama diam sejenak, memori saat menjalin rumah tangga bersama Bintang menyeruak. Luka yang sudah mengering itu kembali terasa sakit."Mas, kamu sudah menorehkan luka yang begitu dalam.""Aku sudah minta maaf, beri aku kesempatan kedua."Purnama berdiri lalu membayar pesanan bakso Bintang dan berlalu pergi. Ia malas melayani omongan Bintang."Nama, tunggu!" seru Bintang yang setengah berlari mengejar Purnama.Purnama tak peduli dengan teriakan Bintang. Yang penting saat ini Langit telah mendapatkan donor dan mulai membaik. Biarlah ia dianggap tidak tau terima kasih oleh Bintang.Grep!Bintang berhasil menarik tangan Purnama hingga Purnama menoleh ke arahnya dan berusaha melepaskan diri."Lepas!""Denge

  • Purnama   25-26

    Purnama merasakan anaknya (Langit) bergerak gelisah dalam tidurnya. Ia membuka mata lalu menyentuh tubuh langit.PanasKantuknya hilang seketika padahal baru saja ia terlelap. Segera Purnama mengambil termometer untuk mengukur suhu tubuh Langit.38 derajat CelciusAnak lelaki berusia tujuh tahun itu gemetar karena demam. Purnama mengambil baskom dan waslap untuk mengompres putranya.Sampai pagi menjelang Purnama terus memantau keadaan putranya. Langit sudah tidak mengigil hanya suhu tubuhnya belum juga menurun.Matahari telah sepenggalan naik saat Purnama bersiap ke kantor. Melihat kondisi Langit ia ingin tetap di rumah namun janji dengan klien tak mungkin ia batalkan."Bu, aku titip Langit. Kalo ada apa-apa langsung telpon ya?""Iya, udah kamu kerja aja yang tenang. Langit biar ibu yang urus."Dengan hati tak tenang Purnama mengendarai mobilnya memecah jalanan kota. Menjadi single parent da

  • Purnama   23-24

    "Sial!” umpat Bintang di teras. Ia menendang kursi teras hingga kursi itu terjungkal.Suara berisik yang ditimbulkan aksi Bintang membuat ibunya yang tinggal di rumah sebelah datang menghampiri. “Kamu kenapa marah-marah begitu?”“Ini,” Bintang memberikan selembar kertas yang ada di tangannya.Mami membaca kertas itu yang berasal dari pengadilan agama, di kertas itu tertulis bahwa gugatan cerai Purnama telah dikabulkan dan resmi jatuh talak 1.“Mami bilang kalau aku gak datang ke pengadilan, Purnama yang akan disalahkan oleh pengadilan, tapi ini gugatannya justru dikabulkan!” Suara Bintang meninggi.“Ya bagus dong, akhirnya kalian bercerai, kamu bisa bebas cari istri lagi yang cantik dan kaya.”“Tapi aku dianggap gak menghormati pengadilan agama, Mam, makanya talak satu jatuh dalam 3 kali sidang. Orang- orang pasti akan mencemooh aku,”Bintang merasa harga dirinya terluk

  • Purnama   21-22

    "Aku mau ketemu anakku," ucap Bintang tegas."Baru sekarang kamu mau nemuin? Setelah sebulan lebih," Purnama menatap marah pada suaminya."Kamu pergi dari rumah sakit gak bilang-bilang, hape kamu juga gak aktif." tunjuk Bintang pada Purnama"Kamu kan bisa langsung datang ke sini,"Suara perdebatan Purnama dan Bintang terdengar ibunya."Nama, ajak suami kamu masuk! Bicara baik-baik di dalam, jangan berdebat di teras gini, malu sama tetangga."Pernama mengikuti kata ibunya, ia masuk lalu duduk di sofa. Sementara sang ibu masuk ke ruang tengah, ingin memberi privacy bagi Purnama.Bintang mengekori Purnama masuk ke rumah lalu duduk di seberang Purnama."Mana anakku?""Kamu gak malu dateng ke sini langsung nanya anak, waktu aku lahiran kamu kemana? Waktu aku hamil kamu juga gak peduli." ujar Purnama ketus."Aku pikir itu dulu bukan anak aku,""Jahat kamu Mas, gak sekalipun aku selingkuh tapi kamu perlak

  • Purnama   19-20

    "Maaf ya Purnama, mami sama papi baru sempet ke sini." ucap Mami sambil menaruh sekantung buah di nakas."Iya, Mi.""Ibu Purnama udah lama di sini?" Mami bertanya pada sang besan.Pertanyaan basa basi, batin Purnama bicara."Ibu saya menemani sejak sebelum melahirkan dan belum pulang sampai saat ini." jawab Purnama ketus.Melihat gelagat yang tak baik, ibu Purnama menggendong cucunya yang telah lelap di dekapan Purnama lalu menaruhnya di dalam box bayi."Sorry ya, Sayang, aku gak nemenin kamu. Bengkel lagi rame." Bintang ikut bicara."Mau rame mau nggak, istri lahiran harusnya didampingin suami. Jangan mau bikinnya aja," Ibu menjawab dengan tidak kalah ketus.Mami mendekati box bayi dan memperhatikan wajah cucunya."Bin, mirip banget sama kamu,""Iya, Mi. Bintang tau, kemarin Bintang udah liat." Bintang keceplosan.Mendengar ucapan suaminya, Purnama terkejut. "Kamu kemarin ke sini

DMCA.com Protection Status