Hossh... hossh...
Jalanan begitu sepi, di bawah guyuran hujan dan langit kelam. Anya mempercepat langkah kakinya yang berlari tanpa alas kaki.
lelah sekali, tapi ia tak peduli. Terus Menerjang semak-semak belukar yang basah dan menguarkan aroma kengerian.
Kemudian ia merasakan kakinya yang sakit seperti ingin terlepas. Anya menghentikan langkahnya sebentar, memeriksa telapak kakinya yang mulai berdarah. Dengan meringis kesakitan ia melanjutkan langkahnya yang kini sedikit tertatih.
Brugg...
Anya tersungkur, ia tak sanggup lagi. Benar-benar tidak sanggup lagi berlari! tenaganya seolah terkuras habis.
Anya mencoba bangkit kembali, tapi kakinya seperti tertanam dan tak bisa di gerakkan.
"Tolong aku! Tolong!" Teriaknya parau di keheningan malam.
Tak ada jawaban. Air matanya deras mengalir bercampur dengan tangisan langit.
Perlahan pandangannya menjadi samar. Sayup-sayup ia mendengar langkah kaki mendekat. Setelahnya ia benar-benar tak sadarkan diri.
***
3 Jam yang lalu...
Dia tidak sekedar menggertak.
Wataknya sangat buruk, walaupun sering bersikap elegan.
Semua orang tau, dia adalah wanita paruh baya yang kejam.
Anya menatap mengiba dan berkata. "Aku mohon, jangan suruh aku menikah dengan pria tua itu."
Tapi wanita paruh baya yang merupakan bibinya itu sedikitpun tak memiliki rasa iba. Wajahnya malah tampak semakin mengeras.
Keputusannya sudah bulat, ia memiliki banyak hutang pada seorang rentenir. Dan meminta gadis yang sudah di urusnya sejak kecil karena orang tuanya meninggal itu--sebagai penebus hutang-hutangnya. Tentu saja ia tak akan mengorbankan putrinya sendiri bukan?
Meskipun ada satu putri lagi di keluarga itu, tapi tetap Anya yang akan jadi tumbal.
"Aku sudah mengurusmu sejak kecil, sudah sewajarnya kau membalas budi. Bukan begitu?"
Anya ketakutan, dengan wajah meratap ia memegangi kaki wanita paruh baya itu dan tak ingin melepasnya. Bibirnya yang merah muda menjadi pucat dan gemetar.
"Bibi... tolong jangan begini, aku akan bekerja keras untuk melunasi hutang bibi, tapi tolong jangan hancurkan masa muda ku untuk tinggal bersama tua bangka itu."
"Apa katamu! Bekerja keras? Memangnya apa yang bisa di lakukan gadis kecil sepertimu dengan pendidikan sebatas SMA. Kau bisa apa, hah?" Ejeknya dengan nada menghina "Jika kau bersedia menikah dengan Tuan Gun, kau bisa hidup enak, kau tidak perlu repot-repot lagi bekerja. Kau ini malah sok dan tidak tahu diri. Masih bagus tuan Gun memilihmu. Kau ini!" Wanita paruh baya itu berdecak kesal sembari menghentakkan kakinya agar pegangan tangan Anya terlepas dari kakinya.
"Sebentar lagi tuan Gun datang, bersiap-siaplah, aku ingin kau menyambutnya dengan wajah gembira, mengerti?"
Anya memalingkan wajah ketika bibinya itu berusaha menyentuh dagunya. Air mata sudah tampak membanjiri pipinya. Tapi bibinya seolah tak peduli. Dengan wajah angkuh dan dingin wanita tua itu melenggang keluar kamar.
Gadis malang itu terpaku di sudut ruangan. Membayangkan hidupnya sebentar lagi akan berakhir di kandang buaya tua bangka sialan tak tau diri--Gun Anandio.
Tidak! Tidak....
Anya menggeleng. Ia tidak ingin hidupnya berakhir seperti gadis-gadis desa lainnya yang terperangkap dalam jebakan manusia bejad itu. Ia harus mencari cara untuk kabur sebelum pria tua itu benar-benar datang atau ia tak kan pernah memiliki kesempatan lagi untuk lari.
Perlahan Anya bangkit dan mengusap air matanya penuh tekad. Dia tidak tahu, di luar sana, entah takdir apa yang akan menantinya. Tapi dia tidak akan pernah tahu, jika tidak pernah mencobanya. Setidaknya itu jauh lebih baik daripada harus berakhir dengan pria tak bermoral itu.
Deru suara mobil terhenti tepat di pelataran.
Itu pasti mobil tuan Gun! Pekik Anya, keringat dingin pun segera membanjiri tubuhnya.
Tak ada waktu lagi, Anya bahkan tak sempat memakai sepatunya.
Sementara itu, di ruang depan, Tampa nyonya Sin menyambut kedatangan Tuan Gun yang datang bersama pengawalnya. Mata wanita tua itu membelalak saat mendapati banyaknya hadiah yang di tenteng oleh para pengawal.
"Silahkan masuk. Silahkan." Prilakunya tak ubahnya anjing penjilat, beberapa kali membungkukkan badan sembari mengembangkan senyum lebar.
Pria tua dengan perawakan pendek itu masuk dengan wajah angkuh.
"Mana calon pengantinku?" Ucapnya tanpa basa-basi, jelas di wajahnya menyiratkan raut tak sabar.
"Nyonya... nyonya... Anya nyonya!"
Seorang pelayan tiba-tiba berlari mendekat dengan wajah panik, sepertinya terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
"Tuan... tunggu sebentar ya? Aku akan memeriksa gadis itu, tadi aku menyuruhnya berdadan untuk menyambutmu." Wanita tua itu berkata dengan nada manis meski hatinya sedang gusar.
Tuan Gun tak peduli. Mengibaskan tangan dan duduk dengan angkuh di sebuah kursi. Sementara itu nyonya Sin segera berlalu menghampiri pelayan yang masih berdiri dengan panik.
"Pelankan suaramu, bodoh. Ada apa dengan Anya?"
Pelayan itu mengatur nafas dan mulai berkata dengan suara lirih.
"Apa?!"
Nyonya Sin terkesiap, tak mempercayai pendengarannya sendiri. "Berani-beraninya dia melarikan diri? Apa dia cari mati? Hah..."
"Sebenarnya ada apa ini?"
Sontak suara yang lebih keras membuat semua kaget, Nyonya Sin buru-buru membalikkan tubuhnya dengan dan segera membungkuk dalam beberapa kali. Wajahnya pucat seperti baru saja melihat hantu yang menyeramkan.
Tamatlah riwayatnya! Dia terus merutuk dalam hati.
"Maaf tuan, maaf..."
"Katakan yang jelas!" Pria tua itu mulai tak sabar. Walaupun tubuhnya kecil dan seperti orang yang tidak memiliki kekuatan. Tapi orang-orang yang mengelilinginya memiliki tubuh tegap dan bisa membuat nyali siapapun menciut.
Nyonya Sin tampak panik, ia menatap para pelayannya satu persatu. Menunggu nasib apa yang di akan terimanya jika Anya bejar-benar melarikan diri. Mungkin tempat usahanya akan segera di tutup. Dan mungkin juga, putri kandungnya bisa-bisa di jadikan pengganti. Dan nyonya Sin tak ingin semua itu terjadi.
"Ampuni saya tuan." Nyonya Sin berlutut di bawah kaki pria pendek itu sambil berurai air mata.
"Hem... kau tahu kan koskwensinya apa?"
"Ampun Tuan, jangan tutup usaha kedai ku ini, dan jangan bawa Fani." Nyonya Sin makin tergugu.
Awas kau Anya. Umpatnya dalam hati.
"Kalo begitu, cepat cari gadis itu, sebelum aku berubah pikiran."
"Baik... baik.... aku akan menyuruh orang-orang ku untuk mencarinya, pasti dia belum jauh." Bergegas berdiri dan membungkuk beberapa kali.
"Hem... aku juga akan mengerahkan orang-orang ku."
Petir terdengar menggelegar. Angin tampak bersahut-sahutan dengan suara hujan. Orang-orang berpakaian hitam-hitam menyusuri jalan desa yang masih di dominasi hutan dan semak-semak belukar. Seharusnya untuk mencapai jalan raya butuh waktu satu jam atau dua jam jika berjalan kaki. Dan mereka yakin buruannya belum jauh dari sana.
Anya tak berdaya ketika langkah-langkah kaki itu kian mendekat di barengi suara lolongan anjing pelacak.
Matanya tak bisa di buka lagi. Tapi dia bisa merasakan di sisa kesadarannya, seseorang tengah membopong tubuhnya.
BERSAMBUNG.
Seperti suara hujan, atau air?Anya menajamkan pendengarannya dengan mata yang masih terpejam. Siapa yang berisik? Mengganggu orang tidur saja.Perlahan ia mulai membuka kelopak matanya, cahaya matahari yang berhasil lolos dari celah horden membuat matanya menyipit, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Kemudian ia mencoba bangkit untuk duduk. Kepalanya terasa sangat pusing dan hampir ingin meledak. Anya memejamkan mata, berharap rasa sakit yang bersarang di kepalanya bisa sedikit mereda.Ia tak bisa tidur, benar-benar tidak bisa tidur!Anya memperhatikan tubuhnya yang masih ada di bawah selimut. Matanya terbelalak. Menyadari pakaian yang menempel di tubuhnya berbeda dengan yang ia kenakan semalam.Siapa yang mengganti pakaiannya?Kemudian ia menyingkap seluruh bagian selimut. Luka yang ada di kakinya juga sudah tampak di perban.Siapa yang telah me
Pria tampan itu bernama Rey Zang, dia adalah salah satu CEO paling terpopuler di kota X saat ini. Bayangkan saja, dia sudah menjadi jajaran orang palin kaya urutan ke 2 di kota X hanya dalam tempo satu tahun. Pria matang berusia 26 tahun itu menggeluti bisnis game online yang tengah naik daun saat ini.Rey membuka kotak rokok berbahan logam, mengeluarkan sebatang rokok dari dalamnya, menyalakannya, kemudian menghisapnya dalam-dalam kemudian meniupkan gumpalan asap. Dia meraih ponsel di atas meja, menekan salah satu nama di kontaknya dan memerintah, "Geri... Selidiki asal usul gadis kecil yang ku temukan tadi malam, secepatnya ya! Aku tunggu!"Lalu sambil membawa rokoknya, ia kembali masuk ke salah satu kamar, meregangkan semua ototnya hingga menjadi tegang dan kekar.Dia menemukan pistol di pakaiannya, membongkarnya lalu memasangnya lagi, kemudian mengisinya dengan peluru dan menekan pelatuk, kemudian mengarahkannya ke a
Sebenarnya Rey belum tahu apa sebenarnya yang dia inginkan dari gadis kecil itu, namun melihat wajahnya yang ketakutan di bawah tatapan mata dinginnya seolah menjadi kesenangan tersendiri bagi Rey."Siapa nama mu?"Anya terhenyak, "An-Anya tuan muda." Jawabnya terbata karena gugup."Hum... Berapa usiamu?"Semua ini jadi terdengar seperti wawancara kerja. "18 tahun." Jawab Anya lagi dengan lebih tenang sekarang."Delapan belas?" Mata Rey membelalak tak percaya, sebelumnya ia mengira gadis itu berusia sekita anak sekolah menengah pertama, antara 14-15 tahun, untuk ia menahan diri mati-matian untuk tidak menyentuhnya.Anya mengangguk mantap, wajah Rey yang begitu dekat dengan wajahnya membuat dadanya berdebar aneh, aroma parfum yang menguat dari tubuh pria itu seolah membiusnya hingga membuat tulang-tulang sendinya lemas seolah tak bisa di gerakkan."Jadi kau 18 tahun?" Pikiran liar langsung memenuhi otak Rey, jadi masih boleh jika
"Apa?!" Anya mengulangi pertanyaannya lagi dengan mata membulat lebar, padahal pria itu telah mengatakannya dengan bahasa yang juga di mengerti oleh dirinya, namun ia tetap bertanya-tanya dalam kepalanya, apa maksudnya dengan menjadi mainannya?"Mainan apa maksud mu?""Hum ... Itu sama seperti kekasih, jadi teman tidurku?""Ah!" Anya berteriak, "Tidak mau, itu dosa, tidak boleh tidur bersama kalo tidak ada ikatan pernikahan." Jelasnya dengan mata berapi-api.Rey terlihat tampak berpikir, selama ini ia sama sekali tidak terpikir untuk menikah dengan wanita manapun, jika dia bisa tidur dengan banyak wanita, kenapa juga dia harus menikah, merelakan dirinya hanya setia dengan satu wanita saja, itu bukan gaya hidupnya, mungkin suatu saat, tapi bukan untuk saat ini. Ia ingin bersenang-senang menikmati kesuksesaanya, untuk apa harus tersiksa dalam sebuah ikatan.Itu pasti akan sangat merepotkan, ia jadi teringat akan kedua orang tuanya yang tinggal di te
Saat malam hampir menjelang pagi, Anya tak mampu lagi untuk terjaga, ia benar-benar sangat mengantuk dan akhirnya jatuh tertidur.Sedangkan Rey malah baru saja terbangun dari tidurnya yang lelap, setelah mencium bibir Anya semalam, akhirnya ia bisa memejamkan mata dengan tenang, dan pagi ini ia bisa bangun dengan perasaan lebih baik. Ia melangkah keluar dari ruang kerjanya sambil menguap. Bibi Eni yang terlihat muncul dari arah lain buru-buru mendekat."Apakah semalam tuan muda tidur disini?" Tegurnya tanpa ragu, mereka sangat dekat, bahkan wanita paruh baya itu bertanya layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya."Benar Bi, aku tidak mungkin tidur di kamar ku kan? Ada gadis aneh itu di dalam sana.""Maksud tuan, nona Anya?""Tentu saja, siapa lagi."Mendengar jawaban itu, bibi Eni malah tersenyum penuh arti, tidak biasanya tuan mudanya itu menyia-nyiakan kesempatan untuk meniduri seorang wanita, yang biasanya
Ekor mata Rey melirik, seringai kecil menyembul di sudut bibirnya, merasa menang, gadis itu sebentar lagi pasti tunduk dengan perintahnya."Ada apa?" Tannya nya pura-pura tak peduli."Apa kau sungguh-sungguh dengan perkataanmu?" Anya balik bertanya dengan nada hati-hati, matanya membulat lebar, membuat Rey semakin gemas."Kalo iya kenapa?" Rey masih bicara dengan nada ketus. Rupanya ia senang sekali membuat gadis kecil itu ketakutan."Bisakah kau melupakan semuanya?""Maksudnya?" Hati Rey berbunga-bunga, akhirnya gadis itu menyerah juga."Maksudnya, bisakah aku mengganti rugi dengan cara lain?"Sekarang Rey benar-benar merasa di atas angin. "Tentu saja.""Kalo begitu, jadikan aku salah satu pelayan di rumah ini, tidak di gaji juga tidak apa-apa.""Apa?" Rey merasa keki sekaligus kesal, rupanya dia terlalu terbuai oleh harapannya sendiri tadi. "Bukan itu yang ku tawarkan, tapi pilihannya adalah, kau mau tidur denganku tanpa
Anya baru saja keluar dari kamar dengan menggunakan dress selutut warna nude yang tampak anggun. Ia merasa bingung, ketika ia tiba di meja makan, tiba-tiba mendengar keributan. Setidak nya ia cukup mendengar pertengkaran yang terjadi antara Rey dengan seorang pria tua yang di sebutnya Ayah.Ternyata pria itu sama menderitanya dengan dirinya, nyatanya meski hidup dengan bergelimang harta, Rey memiliki masa lalu kelam yang membuatnya tak bisa melupakannya begitu saja. Anya kini memahami, kenapa sikap pria itu yang terkadang terlihat sangat sedih, gembira, dan marah dalam waktu yang hampir bersamaan."Selamat pagi...." Ujar nya dengan suara lirih tapi cukup untuk membuat Nyonya Ana juga Tuan Han menoleh ke arahnya.Dengan gerakan ragu-ragu ia membungkukkan sedikit badannya untuk memberi hormat."Ah...." Tentu saja Nyonya Ana merasa terkejut, matanya terbelalak dan mulutnya menganga. Kemudian ia menatap ke arah suaminya yang juga melakukan hal y
Melihat ketakutan di wajah Anya, selalu membuat Rey tergerak untuk menggoda gadis itu, otaknya seolah terisi zat seretonin dengan cepat, perasaanya seperti melambung sekaligus berbunga-bunga, menyenangkan sekali."Tadi kau berani sekali bicara pada orang tua ku dan mengatakan bahwa kau adalah calon istriku, apa kau benar-benar menginginkannya?"Anya langsung seperti membeku di tempat, pertanyaan macam apa itu?Apa maksud dari menginginkannya?"Bu-bukan seperti itu..." Sangkalnya dengan suara terbata, "aku hanya tidak suka saja ayah mu menuduhku sebagai teman tidur mu." Lanjutnya malu-malu."Jadi kau menganggap dirimu itu gadis baik-baik begitu?""Tentu saja." Sahut Anya cepat tanpa ragu."Kalo begitu kenapa kau kabur dari rumah? Apa itu namanya gadis baik-baik?"Anya tertunduk diam sebentar, matanya seolah terlihat berpikir, "itu karena ... bibi ku ingin menjualku pada pria tua sebagai penebus hutang, aku tidak mau dan akhi
Beberapa orang mengobrol, dari arah pintu masuk, terlihat seseorang yang sangat menarik perhatian.Rey datang dan melangkah, semua lampu di redup kan, Hingga Rey terlihat seperti bintang paling terang.Dia seperti mutiara di laut dalam, menyerap segala hal yang bercahaya, wajah pria ini sangat tampan!Soni berbisik di dekat telinga Jason, "jika manusia ini masuk industri perfilman pasti dia langsung menjadi super star."Jason balik berbisik, "Dia masuk industri film? Apakah ayah nya yang keras itu tidak akan meledak kan industri perfilman negri ini dengan rudal?"Wajah Rey yang tampan dan dingin hingga minus 20 derajat. Bahkan ketika dia tersenyum, dia tidak akan meremehkan nya. Sama seperti monster, saat tidak marah, kau harus tetap waspada. Namun ketika dia tiba-tiba dalam keadaan tinggi, dia akan bersiap menghabisimu. Kali ini, Rey mengenakan kaos V-neck hitam ketat, mem
Sekujur tubuh Anya gemetar, keringat dingin mengucur dari dahinya. Ia kenal suara itu, bibi Eni. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Pintu gerbang sudah ada di depan mata nya, apa dia harus mundur dan berbalik?Tidak!Pikiran nya menolak, Anya tidak ingin terjebak dalam permainan Rey dan menjadi budak napsu pria itu. Dia tidak selemah itu, sejak kecil, hidup nya sudah terbiasa di tempa dengan kesusahan dan penderitaan, jadi dia tidak takut menghadapi dunia di luar sana.Dia tidak mempedulikan seruan bibi Eni, dengan cepat ia nekad memanjat gerbang besi yang lumayan tinggi, dia benar-benar telah mengalahkan rasa takut nya.Sebelum lanjut berlari, Anya sempat melirik ke arah wanita paruh baya yang berdiri keheranan di balik gerbang, setelah wanita itu kembali pada kesadaran nya, ia lalu berteriak memanggil para pengawal."Ada pencuri!"Anya tak mau membuang waktu, ia bergegas berlari menyusuri jalan perkomplekan presid
Setelah mandi, Rey melilitkan handuk di pinggang nya, dan berjalan mondar-mandir di kamar nya, raut wajahnya terlihat tidak tenang, ia melihat ke arah ponsel nya lagi, menyalakan nya dan melihat kontak "mainan", ia kembali ragu. Hubungi atau tidak? Ini sungguh membuat orang sakit kepala. "Kenapa aku harus merendahkan diri untuk menghubunginya duluan? Tadi pagi jelas-jelas dia menolak ku, padahal tidak ada gadis yang pernah menolak ku sebelum nya." Rey kembali melempar ponsel nya ke atas ranjang, kenapa juga harus memikir kan gadis itu? Dia bisa langsung datang ke kamar nya jika ia mau? Tapi jelas dia tidak akan mempermalukan dirinya sendiri kan? Gadis itu berani untuk tidak datang ke meja makan untuk menemani nya sarapan, Rey merasa dia sungguh memiliki nyali yang besar. Mungkin dia punya nyawa sembilan hingga berani bertindak demikian. Kurang ajar! Rey merebahkan tubuh nya di atas ranjang dan tatapannya menghadap ke langit
"Rey, aku datang, apa kau senang? Kau kemana saja? Beberapa hari ini kau tiba-tiba tak ada kabar."Rey sedang duduk di meja makan, tiba-tiba suara itu muncul dan membuat nya langsung kehilangan selera makan, sejak tadi ia menunggu Anya untuk menemani nya sarapan, tapi gadis kecil itu tak kunjung datang menghampirinya, apakah mandi membutuh kan waktu yang lama untuk nya? Apa gadis itu sengaja menghindarinya?Akibat nya, terlihat terlihat wajah ketidak senangan di wajah Rey, Ia sedikit mengeriyit melihat wanita di depannya.Wanita ini berdarah campuran Prancis dan Jepang, berusia sekitar 22 tahun, dia adalah seorang model. Miska, secantik nama nya, ia seperti Dewi.Mata biru dan dalam, rambut panjang dan pirang, juga kulis putih dan halus,sehat dan seksi. Dia cukup tinggi, swkita 173 cm, dengan pinggang yang ramping, juga kaki yang panjang dan jenjang. Menurut ahli porposi tubuh, dia aadalah sosok yang sempurna.Wanita itu sangat tergila
Rey mencoba membenarkan letak duduk nya, kini ia duduk dengan menyandarkan punggung nya di kepala dipan, "aku melakukan ini semua demi menyenangkan kedua orang tua ku, mereka sangat ingin melihat ku menikah, untuk itu, aku ingin mengadakan kontrak pernikahan dengan mu, sebagai bentuk tanggung jawab ku juga padamu." Sebenarnya sangat berat bagi Rey mengutarakan kalimat terakhir nya. Sebenar nya itu adalah hal yang benar-benar ia ucap kan dari dasar hati nya. Betapa ia ingin bertanggung jawab, dan ini pertama kalinya ia merasa demikian pada seorang gadis.Namun di sisi lain, dia merasa gelisah, kenapa gadis yang ada di sebelah nya itu hanya menatap nya tanpa ekspresi, apa yang di pikir kan gadis itu? Dia tak bisa menebak nya. Hanya saja ia mulai merasa khawatir dengan kalimat penolakan yang jangan-jangan akan di lontarkan gadis itu. Kalimat penolakan adalah hal yang tidak ingin dia dengar. Waktu kecil, saat ia masih bersekolah di sebuah sekolah reguler, teman-teman nya men
Rey dan Anya tiba di kota tepat tengah malam. Rey bersyukur saat tiba di rumah, mobil orang tua nya tak terlihat lagi di halaman rumah nya. Bagus lah jika mereka sudah pergi dari rumah nya, pikir nya.Saat Rey menoleh ke samping, ia baru menyadari Anya yang sudah tampak tertidur pulas. Ia mencoba menoel pipi gadis itu agar terbangun, namun Anya sama sekali tak bergeming. Rey mendesah lelah, "apakah aku juga yang harus menggendong nya ke dalam?" Gumamnya pada diri sendiri sembari melepas sealtbealt dari tubuh nya.Rey keluar dari dalam mobil dan segera berlari ke sisi lain nya, mengeluarkan tubuh Anya dari tempat nya dan membopong nya masuk ke dalam. Tubuh Anya yang mungil, tenggelam dalam pelukan Rey yang tinggi dan kekar. Gadis itu terasa ringan di tangannya, lagi-lagi Rey terlihat seperti serigala dan Anya kelinci buruan nya yang sedang tak berdaya.Sesampai nya di dalam kamar, Rey meletakkan tubuh mungil itu ke atas tempat tidur king size milik nya. Karena ti
Anya dan Rey pergi ke rumah dokter desa, sesampainya di sana, Rey merasa gugup. Wajahnya tampak tegang, Anya yang paham akan hal itu, segera meraih tangan pria itu. Menatapnya dan mengangguk, seolah sedang memberi keyakinan kalo semuanya pasti akan baik-baik saja.Rey baru saja akan mengetuk pintu rumah bergaya sederhana itu. Tapi seorang pria paruh baya sudah keburu keluar dari dalam sana."Kau...!" Matanya terbelalak terkejut."Ya... Ini saya, maafkan perbuatan saya tadi malam." Meski canggung, akhirnya Rey bisa dengan lancar mengatakanya.Air muka dokter desa itu terlihat berubah, ia mengangguk mengerti. "Tidak masalah, lupakan saja." Katanya bijaksana."Tidak, saya merasa sudah keterlaluan..." Rey menjeda kalimatnya dan melirik ke arah Anya sebentar, gadis itu mengangguk seolah memberi dukungan, "em... Begini, sebagai tanda permintaan maaf saya, apa ada hal yang bisa saya lakukan untuk anda?""Tidak, Tuan, Anda tak peel
Fani berteriak, ia menarik perhatian banyak pengunjung kedai. Anya buru-buru menundukkan wajah nya merasa malu. Mereka sedang berbincang di salah satu meja dan sedang membicarakan soal Rey."Pelankan suaramu!" Tegur Anya lirih pada sepupunya itu. Fani menepuk mulutnya sendiri merasa konyol. Ia benar-benar terkejut dan tak bisa menahan diri untuk mengekspresikan apa yang baru saja dia dengar.Setelah beberapa saat, Fani kembali bicara, "itu normal, untuk pria tampan seperti Rey mencari wanita untuk bermain. Jangan terlalu menolak, ada banyak wanita yang menjual diri demi uang. Seandainya dia mau denganku, aku tidak akan menolaknya. Sayangnya dia tidak menyukaiku, aku mencoba menggodanya tadi malam, tapi dia malah bicara ketus." Jelas Fani jujur tanpa rasa malu."Bicara apa kau ini? Kenapa kau menjadikan dirimu sendiri tidak beharga di hadapan pria seperti itu, mentang-mentang dia tampan, kaya, bukan bearti dia dewa yang pantas di puja, astaga... Kau mala
"Anak itu, kemana perginya anak itu, sudah selarut ini tidak pulang, mana membawa anak ingusan seperti itu, kalo dia terkena masalah bagaimana? Bikin repot saja...." Tuan Han masih saja terus mengoceh sepanjang malam. "Gadis tidak jelas asal usulnya itu, mana bisa di jadikan calon istri, apa kepalanya habis terbentur hingga membuatnya gila? Hah!"Nyonya Ana menarik nafas panjang, kemudian beranjak dari sofa dan menghampiri suaminya yang berjalan mondar-mandir dengan gelisah. "Suamiku, tenaglah sedikit." Wanita paruh baya itupun mengusap pundak suaminya agar merasa lebih baik."Bagaimana aku bisa tenang, anak itu selalu saja membuat masalah sejak dulu, apa kau lupa? Kejadian waktu ia masih SD? Bagaimana bisa anak kecil seperti dirinya mengunci beberapa temannya di dalam sebuah mobil box dan hampir kehabisan nafas. Gara-gara masalah itu kita jadi menuyuruhnya di rumah saja. Dan saat kuliah, dia lebih sering lagi membuat ulah, sampai pusing aku di buatnya karena harus membe