Seperti suara hujan, atau air?
Anya menajamkan pendengarannya dengan mata yang masih terpejam. Siapa yang berisik? Mengganggu orang tidur saja.
Perlahan ia mulai membuka kelopak matanya, cahaya matahari yang berhasil lolos dari celah horden membuat matanya menyipit, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Kemudian ia mencoba bangkit untuk duduk. Kepalanya terasa sangat pusing dan hampir ingin meledak. Anya memejamkan mata, berharap rasa sakit yang bersarang di kepalanya bisa sedikit mereda.
Ia tak bisa tidur, benar-benar tidak bisa tidur!
Anya memperhatikan tubuhnya yang masih ada di bawah selimut. Matanya terbelalak. Menyadari pakaian yang menempel di tubuhnya berbeda dengan yang ia kenakan semalam.
Siapa yang mengganti pakaiannya?
Kemudian ia menyingkap seluruh bagian selimut. Luka yang ada di kakinya juga sudah tampak di perban.
Siapa yang telah mengobatinya?
"Di mana ini?" Anya menatap ke sekeliling.
Tak ada jawaban.
Samar ia mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Matanya tiba-tiba kembali membelalak.
Sekuat tenaga menggeleng. "Tidak... tidak mungkin, ini pasti mimpi."
Anya mengira saat ini dia sedang ada di rumah tuan Gun.
Sekali lagi ia memperhatikan sekeliling, wallpaper mewah, lampu gantung kristal, serta prabotan yang elegan...
"Benarkah ini rumah tuan Gun?" Anya segera turun dari kasur dan menatap ke sekitar dengan takut.
Ini adalah presidential sweet yang ada di kota, seperti yang ada di tayangan televisi yang biasa ia tonton.
Anya memasang sikap waspada. Sayup-sayup ia kembali mendengar suara guyuran air, ia mendekat ke asal suara. Melalui celah pintu, ia melihat sosok pria yang sedang mandi di balik pintu kaca buram. Sudah di pastikan sosok itu memiliki bentuk tubuh yang atletis, terlihat dari tinggi badannya yang lumayan tinggi.
Bearti dia bukan tuan Gun? Lalu siapa dia?
Anya menggigit kuku-kuku jarinya merasa gugup. Semalam ia tak sadarkan diri. Dan sekarang siapa pria asing yang tengah mandi disana?
Apa ada jaminan dia pria yang baik?
Tapi kalo tidak, kenapa pria itu menyelamatkan dirinya?
Pikiran dan batin Anya mulai berdebat dan membuat kepala Anya semakin terasa pusing.
Ceklek...
Tak lama pintu kamar mandi terbuka. Anya terkesiap dan sontak mundur ke belakang.
Matanya membulat sempurna menatapi sosok pria yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk putih di bagian tubuh bawahnya.
"Kau sudah bangun?" Ucap pria itu saat menyadari Anya sudah berdiri di hadapannya.
"Ka-kau siapa?" Anya malah balik bertanya dengan suara terbata.
Pria dengan garis rahang tegas itu mengangkat sudut bibirnya. "Apa begini caramu berterimakasih pada orang yang telah menyelamatkanmu?"
Anya menelan ludah kasar dengan sikap yang masih waspada.
"Kau takut denganku? Apa aku terlihat menyeramkan?" Pria itu menatap Anya dengan tatapan tajam miliknya. Membuat gadis berusia 18 tahun itu merasa terintimidasi.
Pria tampan itu sebenarnya tidak menakutkan. Dia memiliki manik coklat yang menawan dan dalam. Namun Anya melihatnya seperti monster yang seolah ingin menelan seluruh dirinya.
Hidupnya mancung, memberikan kesan angkuh dan sombong. Bibirnya tipis, memberikan kesan kasar dan kuat.
Secara keseluruhan, dia adalah pria yang tampan, dingin dan sekaligus tidak mudah untuk di dekati.
Mata Anya berkedip sangat cepat karena saking gugupnya. Pikirannya seketika kosong. Tidak tahu harus menjawab apa.
"A-apa anda yang telah mengganti pakaian saya?" Tanya nya setelah berhasil mengumpulkan seluruh keberaniannya.
Pria itu berdecak, dan mungkin merasa lucu dengan gadis kecil polos yang ada di hadapannya ini. Jadi dia berniat ingin menggodanya. "Apa kau keberatan jika benar aku yang melakukannya?" Ucapnya sembari berjalan mendekat.
"Jangan mendekat!" Anya kembali memasang sikap waspada. Dan dengan sangat gugup ia menutup bagian dadanya yang terlihat rata dengan kedua tangannya. "Mengganti baju seorang gadis tanpa seizinnya itu tidak sopan!" Lanjutnya dengan pura-pura berani, meskipun bibirnya terlihat gemetar.
Lagi-lagi pria itu terlihat menahan tawa. Melihat tingkah gadis yang menggemaskan di hadapannya itu, kenapa seolah mood nya membaik, seolah zat serotonin dan Dopamin di otaknya langsung terpenuhi. Padahal, ia menyadari, selucu apapun lelucon yang pernah ia dengar. Jarang sekali bisa membuatnya tergerak untuk tertawa.
"Apa menurutmu aku begitu kurang kerjaan? Apa kau mengira aku pria mesum begitu? Kau tau... kau baru saja menyinggung ku, nona." Pria itu mengubah ekspresinya menjadi sedatar mungkin.
Mendadak Anya linglung. Kenapa dalam sekejap jadi dirinya yang harus merasa bersalah. Jelas-jelas harusnya pria itu yang minta maaf padanya, karena telah lancang mengganti bajunya saat ia tak sadarkan diri.
"Jadi anda ingin aku meminta maaf? Tapi anda juga bersalah bukan?" Anya mencoba menggunakan sisa keberaniannya untuk membela harga dirinya.
Pria di hadapannya melipat tangannya di dada dan mulai menatapnya dalam. "Jadi kau ingin aku yang meminta maaf duluan padamu begitu?" Dia menjeda kalimatnya. "Baik, tapi sebelum itu kau harus dengarkan ini. Pertama, bagaimana bisa aku harus meminta izin padamu jika kamu saja pingsan?"
Anya langsung terkesiap. Otaknya seolah langsung menyadari ada yang salah dengan perkataannya.
"Kedua, jika kau ingin tahu yang sebenarnya, kau pikir dengan memiliki rumah semewah ini, aku tidak punya pelayan yang bisa ku perintah, hah?"
Anya segera menatap ke sekeliling. Benar juga. pikirnya.
"Jadi, yang mengganti pakaianku, pelayan anda?" Tanyanya sedikit ragu.
Namun diam-diam di saat yang bersamaan perasaanya merasa lega.
"Menurutmu?" Pria itu berkata dengan nada penuh penekanan. Membuat Anya menunduk karena takut dengan tatapannya yang tajam dan menikam itu.
"Kalo begitu? Terimakasih atas kebaikan tuan, karena telah menyelamatkan saya." Anya membungkuk, ia mengatakannya dengan tulus.
Selama ini, ia tidak pernah bermimpi, kalo sosok penyelamatnya adalah pria tampan dan kaya raya. Namun sikapnya yang angkuh, juga suka berubah-ubah itu membuatnya sedikit takut.
"Apa ada yang bisa saya lakukan untuk bisa membalas Budi pada tuan?" Anya berkata dengan sungguh-sungguh. Dia tidak ingin menerima kebaikan dengan cuma-cuma.
Setidaknya, itulah yang di ajarkan orang tuanya dulu ketika ia masih kecil.
Iya bahkan masih ingat perkataan ibunya dulu.
Jika ada yang menolong, harus lekas membalas Budi!
Pria di hadapannya sontak langsung terlihat berpikir. "Memangnya apa yang bisa di lakukan gadis kecil sepertimu." Sahutnya dengan nada mengejek.
"Aku bisa mengerjakan pekerjaan rumah, aku bisa memasak, mencuci, membersihkan rumah..." Kalimat Anya tiba-tiba terpotong.
"Hei... kau pikir siapa yang sedang mencari pelayan? Aku sudah cukup banyak pelayan di rumah ini. Coba ajukan hal yang sekiranya bisa membuatku puas."
"Apa?"
Anya kembali linglung, pria itu menatapnya dalam. Dia bingung tidak tahu apa yang harus di tawarkannya untuk membalas Budi? Jadi dia berpikir, apakah pria itu menginginkan tubuhnya?
Anya reflek menyentuh bagian teratas kancing piyamanya.
"Kau pikir tubuh kecil mu itu membuatku berselera? Kau terlalu memandang tinggi dirimu sendiri."
Entah kenapa pria angkuh itu harus bicara seketus itu? Padahal Anya juga tidak berpikir ke arah sana.
Ya... mungkin tadi, sedikit. Tapi dia juga tidak yakin dan malah mendapati perkataan yang membuatnya malah berpikir lain.
"Maksudnya, tuan menyukai pria?"
Wajah pria di hadapannya seketika langsung merah padam. Kenapa gadis kecil itu bisa berpikir seperti itu? Dia itu bodoh atau sengaja ingin membuatnya marah.
"Apa aku terlihat pria tidak normal di matamu?" Ucapnya dengan nada benar-benar marah.
Tak lama ia berdecak. Dia baru menyadari, selain membuat dirinya mendadak bahagia, gadis itu ternyata juga bisa membuatnya mendadak naik darah.
"Astaga, situasi macam apa ini?" Keluhnya dan berlalu dari hadapan Anya.
Apa Aku salah bicara? Anya kembali terlihat linglung.
BERSAMBUNG
Pria tampan itu bernama Rey Zang, dia adalah salah satu CEO paling terpopuler di kota X saat ini. Bayangkan saja, dia sudah menjadi jajaran orang palin kaya urutan ke 2 di kota X hanya dalam tempo satu tahun. Pria matang berusia 26 tahun itu menggeluti bisnis game online yang tengah naik daun saat ini.Rey membuka kotak rokok berbahan logam, mengeluarkan sebatang rokok dari dalamnya, menyalakannya, kemudian menghisapnya dalam-dalam kemudian meniupkan gumpalan asap. Dia meraih ponsel di atas meja, menekan salah satu nama di kontaknya dan memerintah, "Geri... Selidiki asal usul gadis kecil yang ku temukan tadi malam, secepatnya ya! Aku tunggu!"Lalu sambil membawa rokoknya, ia kembali masuk ke salah satu kamar, meregangkan semua ototnya hingga menjadi tegang dan kekar.Dia menemukan pistol di pakaiannya, membongkarnya lalu memasangnya lagi, kemudian mengisinya dengan peluru dan menekan pelatuk, kemudian mengarahkannya ke a
Sebenarnya Rey belum tahu apa sebenarnya yang dia inginkan dari gadis kecil itu, namun melihat wajahnya yang ketakutan di bawah tatapan mata dinginnya seolah menjadi kesenangan tersendiri bagi Rey."Siapa nama mu?"Anya terhenyak, "An-Anya tuan muda." Jawabnya terbata karena gugup."Hum... Berapa usiamu?"Semua ini jadi terdengar seperti wawancara kerja. "18 tahun." Jawab Anya lagi dengan lebih tenang sekarang."Delapan belas?" Mata Rey membelalak tak percaya, sebelumnya ia mengira gadis itu berusia sekita anak sekolah menengah pertama, antara 14-15 tahun, untuk ia menahan diri mati-matian untuk tidak menyentuhnya.Anya mengangguk mantap, wajah Rey yang begitu dekat dengan wajahnya membuat dadanya berdebar aneh, aroma parfum yang menguat dari tubuh pria itu seolah membiusnya hingga membuat tulang-tulang sendinya lemas seolah tak bisa di gerakkan."Jadi kau 18 tahun?" Pikiran liar langsung memenuhi otak Rey, jadi masih boleh jika
"Apa?!" Anya mengulangi pertanyaannya lagi dengan mata membulat lebar, padahal pria itu telah mengatakannya dengan bahasa yang juga di mengerti oleh dirinya, namun ia tetap bertanya-tanya dalam kepalanya, apa maksudnya dengan menjadi mainannya?"Mainan apa maksud mu?""Hum ... Itu sama seperti kekasih, jadi teman tidurku?""Ah!" Anya berteriak, "Tidak mau, itu dosa, tidak boleh tidur bersama kalo tidak ada ikatan pernikahan." Jelasnya dengan mata berapi-api.Rey terlihat tampak berpikir, selama ini ia sama sekali tidak terpikir untuk menikah dengan wanita manapun, jika dia bisa tidur dengan banyak wanita, kenapa juga dia harus menikah, merelakan dirinya hanya setia dengan satu wanita saja, itu bukan gaya hidupnya, mungkin suatu saat, tapi bukan untuk saat ini. Ia ingin bersenang-senang menikmati kesuksesaanya, untuk apa harus tersiksa dalam sebuah ikatan.Itu pasti akan sangat merepotkan, ia jadi teringat akan kedua orang tuanya yang tinggal di te
Saat malam hampir menjelang pagi, Anya tak mampu lagi untuk terjaga, ia benar-benar sangat mengantuk dan akhirnya jatuh tertidur.Sedangkan Rey malah baru saja terbangun dari tidurnya yang lelap, setelah mencium bibir Anya semalam, akhirnya ia bisa memejamkan mata dengan tenang, dan pagi ini ia bisa bangun dengan perasaan lebih baik. Ia melangkah keluar dari ruang kerjanya sambil menguap. Bibi Eni yang terlihat muncul dari arah lain buru-buru mendekat."Apakah semalam tuan muda tidur disini?" Tegurnya tanpa ragu, mereka sangat dekat, bahkan wanita paruh baya itu bertanya layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya."Benar Bi, aku tidak mungkin tidur di kamar ku kan? Ada gadis aneh itu di dalam sana.""Maksud tuan, nona Anya?""Tentu saja, siapa lagi."Mendengar jawaban itu, bibi Eni malah tersenyum penuh arti, tidak biasanya tuan mudanya itu menyia-nyiakan kesempatan untuk meniduri seorang wanita, yang biasanya
Ekor mata Rey melirik, seringai kecil menyembul di sudut bibirnya, merasa menang, gadis itu sebentar lagi pasti tunduk dengan perintahnya."Ada apa?" Tannya nya pura-pura tak peduli."Apa kau sungguh-sungguh dengan perkataanmu?" Anya balik bertanya dengan nada hati-hati, matanya membulat lebar, membuat Rey semakin gemas."Kalo iya kenapa?" Rey masih bicara dengan nada ketus. Rupanya ia senang sekali membuat gadis kecil itu ketakutan."Bisakah kau melupakan semuanya?""Maksudnya?" Hati Rey berbunga-bunga, akhirnya gadis itu menyerah juga."Maksudnya, bisakah aku mengganti rugi dengan cara lain?"Sekarang Rey benar-benar merasa di atas angin. "Tentu saja.""Kalo begitu, jadikan aku salah satu pelayan di rumah ini, tidak di gaji juga tidak apa-apa.""Apa?" Rey merasa keki sekaligus kesal, rupanya dia terlalu terbuai oleh harapannya sendiri tadi. "Bukan itu yang ku tawarkan, tapi pilihannya adalah, kau mau tidur denganku tanpa
Anya baru saja keluar dari kamar dengan menggunakan dress selutut warna nude yang tampak anggun. Ia merasa bingung, ketika ia tiba di meja makan, tiba-tiba mendengar keributan. Setidak nya ia cukup mendengar pertengkaran yang terjadi antara Rey dengan seorang pria tua yang di sebutnya Ayah.Ternyata pria itu sama menderitanya dengan dirinya, nyatanya meski hidup dengan bergelimang harta, Rey memiliki masa lalu kelam yang membuatnya tak bisa melupakannya begitu saja. Anya kini memahami, kenapa sikap pria itu yang terkadang terlihat sangat sedih, gembira, dan marah dalam waktu yang hampir bersamaan."Selamat pagi...." Ujar nya dengan suara lirih tapi cukup untuk membuat Nyonya Ana juga Tuan Han menoleh ke arahnya.Dengan gerakan ragu-ragu ia membungkukkan sedikit badannya untuk memberi hormat."Ah...." Tentu saja Nyonya Ana merasa terkejut, matanya terbelalak dan mulutnya menganga. Kemudian ia menatap ke arah suaminya yang juga melakukan hal y
Melihat ketakutan di wajah Anya, selalu membuat Rey tergerak untuk menggoda gadis itu, otaknya seolah terisi zat seretonin dengan cepat, perasaanya seperti melambung sekaligus berbunga-bunga, menyenangkan sekali."Tadi kau berani sekali bicara pada orang tua ku dan mengatakan bahwa kau adalah calon istriku, apa kau benar-benar menginginkannya?"Anya langsung seperti membeku di tempat, pertanyaan macam apa itu?Apa maksud dari menginginkannya?"Bu-bukan seperti itu..." Sangkalnya dengan suara terbata, "aku hanya tidak suka saja ayah mu menuduhku sebagai teman tidur mu." Lanjutnya malu-malu."Jadi kau menganggap dirimu itu gadis baik-baik begitu?""Tentu saja." Sahut Anya cepat tanpa ragu."Kalo begitu kenapa kau kabur dari rumah? Apa itu namanya gadis baik-baik?"Anya tertunduk diam sebentar, matanya seolah terlihat berpikir, "itu karena ... bibi ku ingin menjualku pada pria tua sebagai penebus hutang, aku tidak mau dan akhi
Hari sudah menjelang sore dan tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Anya dan Rey tidak mungkin kembali ke kota dengan keadaan seperti itu, terlalu berbahaya bagi mereka, saat cuaca buruk, terkadang lereng bukit di sepanjang perjalanan menuju kota bisa saja terjadi longsor. Nyonya Sin pun menyarankan agar mereka menginap di rumahnya dan kembali ke kota esok pagi saja.Hujan tidak akan mereda dengan singkat, tambah nyonya Sin menjelaskan. Akhirnya, mau tidak mau Anya dan Rey terpaksa menyetujui usulan wanita paruh baya itu.Mendengar berita itu, tentu saja Fani yang paling berbahagia, ia berpikir punya banyak waktu untuk menggoda Rey malam ini.Ia tidak peduli meski ibunya telah menjelaskan jika pria itu tertarik pada Anya-sepupunya. Di dalam hatinya, ia tetap berambisi ingin menaklukkan pria itu.Rey tidur di salah satu kamar yang tidak terlalu besar, itu adalah kamar Anya saat ia masih tinggal bersama bibinya, sedangkan Anya mem
Beberapa orang mengobrol, dari arah pintu masuk, terlihat seseorang yang sangat menarik perhatian.Rey datang dan melangkah, semua lampu di redup kan, Hingga Rey terlihat seperti bintang paling terang.Dia seperti mutiara di laut dalam, menyerap segala hal yang bercahaya, wajah pria ini sangat tampan!Soni berbisik di dekat telinga Jason, "jika manusia ini masuk industri perfilman pasti dia langsung menjadi super star."Jason balik berbisik, "Dia masuk industri film? Apakah ayah nya yang keras itu tidak akan meledak kan industri perfilman negri ini dengan rudal?"Wajah Rey yang tampan dan dingin hingga minus 20 derajat. Bahkan ketika dia tersenyum, dia tidak akan meremehkan nya. Sama seperti monster, saat tidak marah, kau harus tetap waspada. Namun ketika dia tiba-tiba dalam keadaan tinggi, dia akan bersiap menghabisimu. Kali ini, Rey mengenakan kaos V-neck hitam ketat, mem
Sekujur tubuh Anya gemetar, keringat dingin mengucur dari dahinya. Ia kenal suara itu, bibi Eni. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Pintu gerbang sudah ada di depan mata nya, apa dia harus mundur dan berbalik?Tidak!Pikiran nya menolak, Anya tidak ingin terjebak dalam permainan Rey dan menjadi budak napsu pria itu. Dia tidak selemah itu, sejak kecil, hidup nya sudah terbiasa di tempa dengan kesusahan dan penderitaan, jadi dia tidak takut menghadapi dunia di luar sana.Dia tidak mempedulikan seruan bibi Eni, dengan cepat ia nekad memanjat gerbang besi yang lumayan tinggi, dia benar-benar telah mengalahkan rasa takut nya.Sebelum lanjut berlari, Anya sempat melirik ke arah wanita paruh baya yang berdiri keheranan di balik gerbang, setelah wanita itu kembali pada kesadaran nya, ia lalu berteriak memanggil para pengawal."Ada pencuri!"Anya tak mau membuang waktu, ia bergegas berlari menyusuri jalan perkomplekan presid
Setelah mandi, Rey melilitkan handuk di pinggang nya, dan berjalan mondar-mandir di kamar nya, raut wajahnya terlihat tidak tenang, ia melihat ke arah ponsel nya lagi, menyalakan nya dan melihat kontak "mainan", ia kembali ragu. Hubungi atau tidak? Ini sungguh membuat orang sakit kepala. "Kenapa aku harus merendahkan diri untuk menghubunginya duluan? Tadi pagi jelas-jelas dia menolak ku, padahal tidak ada gadis yang pernah menolak ku sebelum nya." Rey kembali melempar ponsel nya ke atas ranjang, kenapa juga harus memikir kan gadis itu? Dia bisa langsung datang ke kamar nya jika ia mau? Tapi jelas dia tidak akan mempermalukan dirinya sendiri kan? Gadis itu berani untuk tidak datang ke meja makan untuk menemani nya sarapan, Rey merasa dia sungguh memiliki nyali yang besar. Mungkin dia punya nyawa sembilan hingga berani bertindak demikian. Kurang ajar! Rey merebahkan tubuh nya di atas ranjang dan tatapannya menghadap ke langit
"Rey, aku datang, apa kau senang? Kau kemana saja? Beberapa hari ini kau tiba-tiba tak ada kabar."Rey sedang duduk di meja makan, tiba-tiba suara itu muncul dan membuat nya langsung kehilangan selera makan, sejak tadi ia menunggu Anya untuk menemani nya sarapan, tapi gadis kecil itu tak kunjung datang menghampirinya, apakah mandi membutuh kan waktu yang lama untuk nya? Apa gadis itu sengaja menghindarinya?Akibat nya, terlihat terlihat wajah ketidak senangan di wajah Rey, Ia sedikit mengeriyit melihat wanita di depannya.Wanita ini berdarah campuran Prancis dan Jepang, berusia sekitar 22 tahun, dia adalah seorang model. Miska, secantik nama nya, ia seperti Dewi.Mata biru dan dalam, rambut panjang dan pirang, juga kulis putih dan halus,sehat dan seksi. Dia cukup tinggi, swkita 173 cm, dengan pinggang yang ramping, juga kaki yang panjang dan jenjang. Menurut ahli porposi tubuh, dia aadalah sosok yang sempurna.Wanita itu sangat tergila
Rey mencoba membenarkan letak duduk nya, kini ia duduk dengan menyandarkan punggung nya di kepala dipan, "aku melakukan ini semua demi menyenangkan kedua orang tua ku, mereka sangat ingin melihat ku menikah, untuk itu, aku ingin mengadakan kontrak pernikahan dengan mu, sebagai bentuk tanggung jawab ku juga padamu." Sebenarnya sangat berat bagi Rey mengutarakan kalimat terakhir nya. Sebenar nya itu adalah hal yang benar-benar ia ucap kan dari dasar hati nya. Betapa ia ingin bertanggung jawab, dan ini pertama kalinya ia merasa demikian pada seorang gadis.Namun di sisi lain, dia merasa gelisah, kenapa gadis yang ada di sebelah nya itu hanya menatap nya tanpa ekspresi, apa yang di pikir kan gadis itu? Dia tak bisa menebak nya. Hanya saja ia mulai merasa khawatir dengan kalimat penolakan yang jangan-jangan akan di lontarkan gadis itu. Kalimat penolakan adalah hal yang tidak ingin dia dengar. Waktu kecil, saat ia masih bersekolah di sebuah sekolah reguler, teman-teman nya men
Rey dan Anya tiba di kota tepat tengah malam. Rey bersyukur saat tiba di rumah, mobil orang tua nya tak terlihat lagi di halaman rumah nya. Bagus lah jika mereka sudah pergi dari rumah nya, pikir nya.Saat Rey menoleh ke samping, ia baru menyadari Anya yang sudah tampak tertidur pulas. Ia mencoba menoel pipi gadis itu agar terbangun, namun Anya sama sekali tak bergeming. Rey mendesah lelah, "apakah aku juga yang harus menggendong nya ke dalam?" Gumamnya pada diri sendiri sembari melepas sealtbealt dari tubuh nya.Rey keluar dari dalam mobil dan segera berlari ke sisi lain nya, mengeluarkan tubuh Anya dari tempat nya dan membopong nya masuk ke dalam. Tubuh Anya yang mungil, tenggelam dalam pelukan Rey yang tinggi dan kekar. Gadis itu terasa ringan di tangannya, lagi-lagi Rey terlihat seperti serigala dan Anya kelinci buruan nya yang sedang tak berdaya.Sesampai nya di dalam kamar, Rey meletakkan tubuh mungil itu ke atas tempat tidur king size milik nya. Karena ti
Anya dan Rey pergi ke rumah dokter desa, sesampainya di sana, Rey merasa gugup. Wajahnya tampak tegang, Anya yang paham akan hal itu, segera meraih tangan pria itu. Menatapnya dan mengangguk, seolah sedang memberi keyakinan kalo semuanya pasti akan baik-baik saja.Rey baru saja akan mengetuk pintu rumah bergaya sederhana itu. Tapi seorang pria paruh baya sudah keburu keluar dari dalam sana."Kau...!" Matanya terbelalak terkejut."Ya... Ini saya, maafkan perbuatan saya tadi malam." Meski canggung, akhirnya Rey bisa dengan lancar mengatakanya.Air muka dokter desa itu terlihat berubah, ia mengangguk mengerti. "Tidak masalah, lupakan saja." Katanya bijaksana."Tidak, saya merasa sudah keterlaluan..." Rey menjeda kalimatnya dan melirik ke arah Anya sebentar, gadis itu mengangguk seolah memberi dukungan, "em... Begini, sebagai tanda permintaan maaf saya, apa ada hal yang bisa saya lakukan untuk anda?""Tidak, Tuan, Anda tak peel
Fani berteriak, ia menarik perhatian banyak pengunjung kedai. Anya buru-buru menundukkan wajah nya merasa malu. Mereka sedang berbincang di salah satu meja dan sedang membicarakan soal Rey."Pelankan suaramu!" Tegur Anya lirih pada sepupunya itu. Fani menepuk mulutnya sendiri merasa konyol. Ia benar-benar terkejut dan tak bisa menahan diri untuk mengekspresikan apa yang baru saja dia dengar.Setelah beberapa saat, Fani kembali bicara, "itu normal, untuk pria tampan seperti Rey mencari wanita untuk bermain. Jangan terlalu menolak, ada banyak wanita yang menjual diri demi uang. Seandainya dia mau denganku, aku tidak akan menolaknya. Sayangnya dia tidak menyukaiku, aku mencoba menggodanya tadi malam, tapi dia malah bicara ketus." Jelas Fani jujur tanpa rasa malu."Bicara apa kau ini? Kenapa kau menjadikan dirimu sendiri tidak beharga di hadapan pria seperti itu, mentang-mentang dia tampan, kaya, bukan bearti dia dewa yang pantas di puja, astaga... Kau mala
"Anak itu, kemana perginya anak itu, sudah selarut ini tidak pulang, mana membawa anak ingusan seperti itu, kalo dia terkena masalah bagaimana? Bikin repot saja...." Tuan Han masih saja terus mengoceh sepanjang malam. "Gadis tidak jelas asal usulnya itu, mana bisa di jadikan calon istri, apa kepalanya habis terbentur hingga membuatnya gila? Hah!"Nyonya Ana menarik nafas panjang, kemudian beranjak dari sofa dan menghampiri suaminya yang berjalan mondar-mandir dengan gelisah. "Suamiku, tenaglah sedikit." Wanita paruh baya itupun mengusap pundak suaminya agar merasa lebih baik."Bagaimana aku bisa tenang, anak itu selalu saja membuat masalah sejak dulu, apa kau lupa? Kejadian waktu ia masih SD? Bagaimana bisa anak kecil seperti dirinya mengunci beberapa temannya di dalam sebuah mobil box dan hampir kehabisan nafas. Gara-gara masalah itu kita jadi menuyuruhnya di rumah saja. Dan saat kuliah, dia lebih sering lagi membuat ulah, sampai pusing aku di buatnya karena harus membe